Disusun Oleh :
Nidaul Makwa 2008062113
Febrilla Ayu Larasati 2008062118
Rachmawati Sukmaningtiyas 2008062121
Rahma Anggita Putri 2008062123
Betty Riski Arisa 2008062155
i
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TANGGAL 16 AGUSTUS-31 SEPTEMBER 2021
Disetujui Oleh :
apt. Muhammad Muhlis, S.Si., Sp.FRS Dr. apt. Endang Yuniarti, S.Si., M.Kes
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
ii
KATA PENGANTAR
iii
7. Seluruh Apoteker, TTK dan karyawan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
yang telah memberikan perhatian, bantuan dan kerjasama dalam pelaksanaan
kegiatan PKPA.
8. Seluruh staf pengajar dan sekretariat Fakultas Farmasi Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan
selama menempuh pendidikan program studi profesi apoteker di Fakultas
Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semoga Allah
SWT memberikan balasan dan pahala atas semua kebaikan yang telah
diberikan kepada penulis.
Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi kami khususnya serta pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR SINGKATAN ix
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Kompetensi Farmasi di Rumah Sakit ...................................................................... 3
C. Tujuan PKPA di Rumah Sakit ................................................................................ 3
D. Pelaksanaan PKPA di Rumah Sakit ........................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Rumah Sakit ............................................................................................................ 6
B. Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit ........................................................................ 6
C. Instalasi Farmasi di Rumah Sakit.......................................................................... 11
BAB III TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA 12
A. Sejarah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta ..................................... 12
B. Struktur Organisasi ............................................................................................... 12
C. Akreditasi Rumah Sakit ........................................................................................ 13
D. PFT (Panitia Farmasi dan Terapi) ......................................................................... 14
E. Instalasi Farmasi Rumah Sakit .............................................................................. 14
BAB IV PEMBAHASAN 16
A. Introduction........................................................................................................... 16
B. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) di Rumah Sakit ...................................................................................... 16
1. Seleksi dan Sistem Formularium ....................................................................... 16
2. Perencanaan Kebutuhan .................................................................................... 19
3. Pengadaan .......................................................................................................... 24
4. Penerimaan ........................................................................................................ 27
5. Penyimpanan ..................................................................................................... 30
6. Produksi dan Repacking .................................................................................... 38
7. Pendistribusian .................................................................................................. 39
v
8. Pemusnahan dan Penarikan ............................................................................... 40
9. Pengendalian Inventory ..................................................................................... 42
C. Pelayanan Farmasi Klinik ........................................................................................ 47
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep ...................................................................... 47
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO) ....................................................................... 62
3. Konseling........................................................................................................... 63
4. Dispensing Obat Sitostatika .............................................................................. 68
5. Pemantauan Terapi Obat (PTO) ........................................................................ 70
D. Quality Assurance ................................................................................................. 84
E. Central Sterile Supply Department (CSSD) .......................................................... 88
F. Sanitasi .................................................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA 92
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR SINGKATAN
BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) MESO ( Monitoring Efek Samping Obat)
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) NICU (Neonatal Intensive Care Unit)
BUD (Beyond Use Date) PBF (Pedagang Besar Farmasi)
CSSD (Central Sterile Supply Department) PFT (Panitia Farmasi Terapi)
ED (Expired Date) PICU (Pediatric Intensive Care Unit)
EOI (Economic Order Interval) PIO (Pemberian Informasi Obat)
EOQ (Economic Order Quantity) PO (Pre Order)
EPO (Evaluasi Pemantauan Obat) PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
FEFO (First Expired First Out) PTO (Pemantauan Terapi Obat)
FIFO (First In First Out) QO (Quantity Order)
HAM (High Alert Medication) ROP (Re Order Point)
IBS (Instalasi Bedah Sentral) SOP (Standar Operasional Prosedur)
ICU (Intensive Care Unit) SDM (Sumber Daya Manusia)
IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) SP (Surat Pesanan)
IGD (Instalasi Gawat Darurat) SS (Safety Stock)
IP (Individual Prescribing) TOR (Turn Over Ratio)
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian)
KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit) UDD (Unit Dose Dispensing)
KFT (Komite Farmasi dan Terapi) UGD (Unit Gawat Darurat)
KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) VEN (Vital Essensial Non-Essensial)
LASA (Look ALike Sound ALike)
LT (Lead Time)
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang–Undang Nomor 36 tahun 2009, Kesehatan
merupakan hak setiap manusia dan menjadi salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita–cita bangsa Indonesia. Derajat kesehatan
bagi masyarakat diwujudkan dengan upaya kesehatan yang terpadu. Upaya
kesehatan tersebut dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu preventif,
kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu dan
berkesinambungan. Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam hal
merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina dan mengawasi
penyelenggaraan kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
Berdasarkan Permenkes No 72 tahun 2016, rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standar pelayanan rumah sakit, yang
menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi
2
keselamatan pasien dan dispensing error di Depo Rawat Jalan dan Depo
Rawat Inap.
10) Stase Central Sterile Supply Department (CSSD) dan IPAL.
11) Diskusi dan post test.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009, Peraturan Menteri Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 72 tahun 2016, rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
Sementara menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit
adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit
juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian
medik.
B. Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi 2 (dua)
kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan kegiatan pelayanan
farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia,
sarana, dan peralatan (Permenkes, 2016).
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan Medis
Habis Pakai
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakaimerupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan
administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
6
7
7) Melakukan penelitian.
e. Konseling
Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan
9
12
13
rumah sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dipimpin oleh seorang Apoteker
sebagai penanggung jawab seluruh pelayanan kefarmasian di rumah sakit, dan
kepala Instalasi Farmasi diutamakan telah memiliki pengalaman bekerja di
Instalasi Farmasi minimal 3 (tiga) tahun.
Pengorganisasian Instalasi Farmasi harus mencakup penyelenggaraan
pengelolaan sedian farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,
pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan bersifat dinamis dapat
direvisi sesuai dengan kebutuhan dengan tetap menjaga mutu.
Unit Pelayanan Farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta berada dibawah koordinasi dan memiliki tanggung jawab terhadap
direktur penunjang. Kepala instalasi bekerja sama dengan beberapa orang
apoteker untuk mengawasi unit-unit dibawahnya yaitu ward pharmacist,
dispensing pharmacist, pelayanan farmasi serta pengelolaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan. Tiap unit memiliki tenaga kefarmasian dan non kefarmasian
dalam menjalankan fungsi pelayanan kefarmasian.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Introduction
Introduction meliputi pelaksanaan pretest dan pembekalan mahasiswa
PKPA di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pretest merupakan tahap
eksplorasi kesiapan mahasiswa PKPA. Sedangkan pembekalan PKPA
dilakukan selama 1 minggu pada minggu pertama kegiatan PKPA RS.
B. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP) di Rumah Sakit
1. Seleksi dan Sistem Formularium
Seleksi merupakan kegiatan menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai kebutuhan. Kegiatan
seleksi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dilakukan oleh Panitia
Farmasi Terapi (PFT) yang diketuai oleh seorang dokter spesialis,
sekretaris yaitu seorang apoteker, dan beranggotakan beberapa dokter yang
mewakili dari setiap spesialisasi yang ada di rumah sakit, apoteker instalasi
farmasi, dan perawat. Salah satu tugas PFT adalah mengevaluasi
formularium. Agenda revisi formularium di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dirapatkan setiap 3 bulan sekali.
Formularium tersebut direvisi setiap 1 tahun sekali dengan pencetakan
buku baru setiap 3 tahun sekali dalam bentuk softcopy. Formularium
terbaru yang dimiliki oleh Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
yaitu Formularium RS edisi VII tahun 2018. Berikut formulir penyusunan
obat baru:
16
17
2. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan
dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi
dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. (Permenkes
RI, 2016)
20
A 21 9,63% 10-20%
B 57 26,15% 20-30%
V 17 7,80%
E 184 84,40%
N 17 7,80%
2 𝑋 9.000 𝑋 6.556
EOQ = √ 0,15 𝑋 218.900
= 59.95 ≈ 60
adalah 60 botol.
2) Economic Order Interval (EOI) digunakan untuk menentukan jarak
pemesanan yang akan memberikan nilai paling ekonomis.
2 𝑥 𝐶𝑜
EOI = √(𝐶𝑚 𝑥 𝑉 𝑥 𝑈)
2 𝑋 9000
EOI = √(0,15 𝑋 218.900 𝑥 6556) = 0,009 tahun ≈ 3,29 hari ≈ 3 hari
Dari Hasil perhitungan EOI dari infus resfar 200 mg/ ml adalah sebesar
0,009 tahun artinya obat yang dipesan akan habis dalam waktu 3,29 hari
sehingga akan dilakukan pemesanan setiap 3 hari sekali.
3) Reorder point (ROP) digunakan untuk mendapatkan gambaran pada posisi
barang tinggal berapa untuk diadakan pengadaan ulang (Satibi, 2014).
ROP = (CA x L ) + SS
ROP = (549,50 x 0,03) + 16,485 = 32,97
Hasil perhitungan ROP dari infus resfar 200 mg/ ml adalah sebesar 32,97
atau 33, yang artinya pemesanan ulang harus dilakukan saat Resfar 200
mg/ml dalam stok penyimpanan tersisa 33 botol.
3. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan
sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, salah satunya yaitu Pedagang Besar Farmasi (PBF).
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta sendiri menjalin relasi
dengan beberapa PBF sebagai pemasok obat.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1121/Menkes/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar,
pemilihan pemasok sangat penting karena dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas obat dan perbekalan kesehatan. Persyaratan pemasok antara lain:
1) Mempunyai izin Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang masih berlaku.
2) Pedagang Besar Farmasi (PBF) harus memiliki dukungan dari Industri
Farmasi yang memiliki sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang
Baik) bagi masing-masing jenis sediaan obat yang dibutuhkan.
25
distributor yang berada di dalam kota adalah kurang dari 24 jam. Sedangkan,
lead time untuk distributor yang berada di luar kota adalah beberapa hari
tergantung jarak tempuh.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sampling sebanyak lima PBF
diperoleh perhitungan nilai rerata lead time PBF adalah 9.01 jam. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa lead time PBF memenuhi standar yang telah
ditetapkan manajemen RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yaitu kurang dari
24 jam. Hal tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi terkait pemilihan
distributor atau PBF.
5. Penyimpanan
a. Penyimpanan obat di Gudang Farmasi
Beberapa metode yang digunakan dalam melakukan penyimpanan
perbekalan farmasi di Rumah Sakit PKU Muhammdiyah Yogyakarta yaitu:
1) Bentuk sediaan, jenis obat dan golongannya
Obat disimpan berdasarkan jenis, sediaan, dan golongannya untuk
membedakan antara obat branded dengan obat generik. Obat tablet atau
kapsul diletakkan di satu rak yang sama. Obat cair (sirup dan sirup kering),
semi padat (salep dan krim), sediaan untuk injeksi, dan drop diletakkan
sesuai dengan bentuk sediaannya.
2) Abjad/alfabetis
Setelah dipisahkan perdasarkan ruang penyimpanan, obat disimpan dalam
rak-rak penyimpanan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta diurutkan
berdasarkan alfabetis, sehingga memudahkan petugas untuk menyimpan
sekaligus mengambil sediaan obat obat tersebut.
3) Metode FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out)
Penyimpanan obat di RS PKU Muhammmadiyah Yogyakarta
memprioritaskan metode FEFO dulu, baru kemudian dilakukan metode
FIFO. Barang yang ED-nya paling dekat diletakkan di depan walaupun
barang tersebut datangnya belakangan. FEFO yaitu obat-obatan dengan
waktu kadaluwarsa lebih lama diletakkan di belakang obat-obatan yang
memiliki kadaluwarsa lebih pendek. Sedangkan untuk metode FIFO yaitu
31
Agonis adrenergik IV
(misalnya epinephrine,
1 12 Insulin subkutan dan IV
phenylephrine,
norepinephrine)
Chlorpromazin
Erysanbe tab 500
injeki phapros Norvask 5 mg - 10
9. 24. mg- Erysanbe 200 39.
Phetometadion mg
mg
injeksi phapros
Candesartan 8 mg
Dexa Medika - Pioglitazone 15 mg - Cendo mydiatril 0,5
14. 29. 44.
Candesartan 16 pioglitazone 30 mg % - 1%
mg Dexa Medika
5) Obat khusus
Narkotik dan OKT : disimpan dalam brangkas tersendiri yang
dilengkapi dengan kode penguncian .
Obat dan bahan berbahaya serta mudah terbakar : disimpan pada lemari
tersendiri
34
T (oC) H (%) T (oC) H (%) T (oC) H (%) T (oC) H (%) T (oC) H (%) T (oC) H (%) T (oC) H (%)
Ruang
08.00 21.8 64 17.4 75 17.3 73 17.2 74 18.7 75 19.5 77 18,6 73
Utama
15.00 24.4 61 23.1 59 21.7 53 23.0 49 21.8 71 20.3 69 22,3 60,3
Gudang
Kulkas
08.00 3.6 64 3.4 75 3.5 73 3.6 74 3.8 75 3.5 77 3.4 73
Vaksin
Kulkas
08.00 6 64 6 75 4 73 5 74 4 75 6 77 5.1 73
Insulin
Ruang 08.00 25.1 43 25.1 46 25.5 42 25.0 45 25.2 46 25.2 44 25.1 44.3
Kulkas 08.00 25.7 53 25.8 55 25.5 53 25.1 53 25.4 56 25.2 56 25.4 54.3
Rawat Jalan
15.00 26.7 53 27.1 53 26.9 49 25.9 48 26.6 52 25.5 52 26.4 51.1
37
Berdasarkan hasil pemantauan suhu di atas, dapat disimpulkan bahwa suhu
di gudang farmasi, depo farmasi rawat inap, maupun depo farmasi rawat jalan
telah memenuhi syarat suhu penyimpanan pada ruang yaitu 15-30°C. Demikian
pula untuk suhu kulkas, baik kulkas pada gudang, depo farmasi rawat inap,
maupun depo farmasi rawat jalan sudah memenuhi standar yaitu 2-8°C.
Sedangkan hasil monitoring rata – rata kelembaban di kulkas depo rawat jalan
belum memenuhi syarat karena persentase kelembaban melebihi persentase
kelembaban yang ditetapkan oleh rumah sakit yaitu lebih dari 70%. Hal
tersebut terjadi kemungkinan karena banyaknya keluar masuk petugas,
sehingga persen kelembaban tidak dapat di kontrol dengan baik.
Ketidakstabilan kelembaban dapat mempengaruhi kesehatan orang – orang
yang bekerja di dalam ruangan tersebut, dikarenakan dapat menyebabkan
infeksi paru - paru. Untuk mengatasi ruangan yang kelembapannya tinggi atau
untuk menjaga kelembapan ruangan bisa menggunakan alat humidifier.
Apabila penyimpanan tidak memenuhi suhu yang disyaratkan seperti pada
saat terjadi pemadaman listrik, petugas diharuskan melakukan prosedur antara
lain sebagai berikut:
a) Petugas melakukan pemeriksaan suhu perbekalan farmasi yang disimpan.
b) Untuk perbekalan yang disimpan di lemari pendingin maka petugas tidak
boleh membuka pintu lemari pendingin kecuali ketika akan mengambil
perbekalan farmasi.
c) Petugas memastikan suhu lemari pendingin masih di antara 2-8ºC dan suhu
ruangan masih < 30ºC.
d) Petugas segera menghidupkan genset.
e) Apabila suhu sudah mendekati 8ºC, petugas memasukkan cold pack
secukupnya. Namun, jika suhu tetap tidak tercapai, perbekalan farmasi
harus dipindah ke lemari pendingin di unit lain yang tidak mengalami
pemadaman listrik.
6. Produksi dan Repacking
Untuk memenuhi kebutuhan, Instalasi Farmasi dapat memproduksi sediaan
tertentu apabila (Permenkes RI, 2016):
38
39
keadaan tertentu emergency kit ada item yang dipakai maka petugas di ruang
perawatan menulis di lembar pemakaian obat yang kemudian meminta dokter
meresepken obat yang dipakai. Resep tersebut di serahkan ke Farmasi Rawat
Inap. Kemudian petugas akan mengganti dan melengkapi obat atau alkes dalam
emergency kit sehingga jumlah dan jenisnya akan tetap sesuai dengan daftar
obat dan alkes pada trolly emergency kemudian disegel kembali. Diruang
perawatan trolly emergency dicek berkala satu bulan sekali oleh TTK Rumah
Sakit untuk memastikan jumlah obat dengan daftar sudah benar.
8. Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dilakukan untuk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu, produk telah
kadaluwarsa, produk tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam
pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan, produk tersebut
dicabut izin edarnya. Prosedur pemusnahan obat di RS PKU Muhammadiyah
adalah unit logistik farmasi mengumpulkan obat dari farmasi rawat inap dan
farmasi rawat jalan yang memenuhi kriteria untuk ditarik dan/atau
dimusnahkan kemudian pemusnahan dilakukan oleh pihak ketiga yang
bekerjasama dengan unit sanitasi RS PKU Muhammadiyah. Sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang dimusnahkan adalah sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang tidak dapat diretur
ke distributor sesuai dengan perjanjian. Berikut adalah Prosedur Pemusnahan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai:
1. Petugas unit logistik farmasi mengumpulkan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang sudah ditarik dari tempat
penyimpanan unit pelayanan farmasi yang tidak bisa dikembalikan ke
distributor.
2. Petugas unit logistik farmasi menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai tersebut dalam lemari karantina
3. Supervisor logistik farmasi membuat daftar sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai tersebut yang tidak bisa diretur.
4. Petugas unit logistik farmasi melepaskan obat dari kemasan dan label obat
41
● Mendekati kadaluarsa
● Rusak
● Ditarik oleh pemerintah/BPOM maupun pabrik atau
distributor obat
● Adanya resiko yang dapat membahayakan pasien
● Adanya fatwa MUI dan rekomendai dari Komite Syariah RS
2. Petugas unit pelayanan farmasi membuat laporan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai kriteria tersebut.
3. Petugas unit pelayanan farmasi melakukan mutase out ke logistik farmasi
melalui Sistem Informasi Rumah Sakit untuk sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai kriteria tersebut.
4. Petugas unit pelayanan farmasi menyerahkan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai tersebut ke unit logistik farmasi.
5. Petugas unit logistik farmasi melakukan proses retur sesuai ketentuan
masing-masing distributor obat.
9. Pengendalian Inventory
Pengendalian persediaan bertujuan untuk menyeimbangkan ketersediaan
obat yang bermutu dan berkualitas dengan permintaan obat sehingga tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluarsa,
ataupun kehilangan. Salah satu bentuk pengendalian adalah dengan
mengevaluasi penyimpanan obat. Sasaran evaluasi yaitu untuk obat-obat
sediaan tablet branded atau kapsul. Indikator evaluasi yang dilakukan
selama PKPA di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta meliputi: kesesuaian
stok, death stock, obat yang hampir kadaluarsa, dan Turn Over Ratio (TOR).
a. Kesesuaian Stok
Evaluasi kesesuaian stok dilakukan untuk memudahkan dalam
pengecekan barang atau obat, membantu dalam perencanaan dan
pengadaan barang atau obat sehingga tidak menyebabkan terjadinya
akumulasi barang atau obat dan kekosongan obat. Evaluasi yang
dilakukan berupa obat tablet branded termasuk kapsul di gudang farmasi,
depo rawat jalan, dan rawat inap. Kesuaian stok harus dilakukan pada
43
waktu yang bersamaan antara melihat fisik barang, kartu stok dan
komputer, untuk menghindari kekeliruan karena adanya transaksi barang
keluar atau masuk. Kesesuaian stok depo rawat jalan dan rawat inap
dihitung berdasarkan fisik barang dan komputer. Kesesuaian stok
dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
Semester 1 Tahun
A 11,56 x 15,24 x 13,06 x
2018 (Januari - Juni )
serta jika terdapat obat yang tidak masuk dalam daftar obat BPJS,
maka dapat diganti dengan yang masuk dalam daftar BPJS
tentunya dengan dosis dan efikasi yang sama.
Perbedaan dari ketiga prosedur pelayanan resep rawat jalan
di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta terletak pada
saat petugas farmasi melakukan pemeriksaan ketersediaan obat.
Dimana pada tahap ini petugas farmasi melakukan pemilihan obat
dengan melihat obat yang diresepkan oleh dokter sesuai dengan
kategori pasien tersebut. Misalnya, jika pasien tersebut diketahui
termasuk kategori pasien BPJS/JKN, maka selanjutnya petugas
farmasi mencocokkan obat yang diresepkan dengan formularium
nasional. Apabila obat sesuai maka petugas farmasi memberikan
nota obat dan nomor urut kepada pasien. Namun, apabila obat
tidak sesuai maka petugas farmasi melakukan konfirmasi kepada
pasien.
b. Pelayanan Resep Rawat Inap
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta memiliki
beberapa bangsal perawatan. Diantara nya yaitu bangsal Raudhah,
Marwah, Shafa, Ibnu Sina, Sakinah, ICCU, ICU, KBY dan Mina. Pada
pelayanan resep rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta digunakan sistem distribusi Individual Prescription (IP)
dan Unit Dose Dispensing (UDD). Bangsal yang menggunakan sistem
distribusi UDD adalah bangsal Mina, Shafa, Sakinah, NICU (Neonatal
Intensive Care Unit) dan An-Nikmah (bayi). Sistem distribusi
Individual Prescribing (IP) digunakan untuk pelayanan resep berupa
alat kesehatan yang digunakan oleh pasien.
Sistem Unit Dose Dispensing (UDD) merupakan
pendistribusian obat berdasarkan resep perorangan yang disiapkan
dalam unit dosis tunggal atau ganda yang ditujukan untuk penggunaan
satu kali dosis per pasien rawat inap yang disiapkan dalam bentuk
dosis tunggal siap pakai untuk 1 hari atau 24 jam. Tujuan dari sistem
50
Gambar SEQ 3.
Gambar Gambar \* ARABIC
Profil Pengobatan 10. Profil
Pasien
Pengobatan Pasien
Dalam penyiapan UDD terdapat empat macam etiket untuk obat-
obat yang digunakan secara oral. Etiket obat oral dibedakan menjadi 4
warna yaitu etiket berwarna hijau untuk obat yang diberikan pada pagi
hari (pukul 04.00- 11.00), etiket berwarna biru untuk obat yang
diberikan pada siang hari (pukul 11.00-14.00), etiket berwarna pink
untuk obat yang diberikan pada sore hari (pukul 15.00-20.00) dan
etiket berwarna kuning untuk obat yang diberikan pada malam hari
(pukul 21.00-24.00). Etiket oral berisi informasi tentang nama pasien,
tanggal pemberian obat, tanggal lahir pasien, no RM, nama obat dan
dosis obat, pukul pemberian obat, cara penggunaan obat (sebelum
makan, pada saat makan, sesudah makan). Etiket injeksi berisi
informasi tentang nama pasien, no RM, tanggal lahir, nama obat, rute
pemberian obat, tanggal pemberian obat dan jam pemberian obat.
Contoh etiket untuk penggunaan oral dan injeksi di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dapat dilihat pada gambar berikut:
KOCOK DAHULU
KOCOK DAHULU
4. Make a Final Check Dilakukan pemeriksaan kedua (double checking) oleh petugas mencakup review resep sebeulm
dilakukan dispensing dan memastikan kesesuaian obat yang diresep dan yang akan diterima pasien
meliputi nama pasien, nama obat, dosis, bentuk sediaan, jumlah aturan pakai, kadaluarsa, dan
pelabelan. Jika sudah sesuai petugas akan mencetak telaah resep.
5. Record Action taken Konfirmasi kepada pasien mengenai keluhan yang dialami dan BB pasien untuk memastikan bahwa
terapi yang diberikan tepat indikasi dan tepat dosis.
6. Issue medicine to Nama obat Cefspan sirup (cefixim)
Jumlah 1
patients/nurses with clear
Indikasi/kegunaan Antibiotik
instructions and advice
Cara dan waktu
Cefspan diminum 2 x sehari 1 ml setiap 12 jam.
(dijelaskan untuk masing- penggunaan/penyiapan
masing obat) Cara peyimpanan Simpan pada suhu dibawah 250C
Efek samping yang
Diare (16%), Mual, nyeri perut, dyspepsia (2-10%)
mungkin terjadi dan
pengatasannya
Saran lain terkait gaya
Istirahat yang cukup
hidup dan pola diet
Informasi lain yang Kocok dahulu sebelum digunakan. Obat dapat digunakan selama 7 hari setelah obat dilarutkan.
diperlukan termasuk Buang sisa obat setelah 7 hari. Selanjutnya, apabila selama 7 hari gejala masih ada silahkan kembali
informasi tertulis ke dokter.
Cefspan sirup 100 mg/5ml @30 ml.
Dosis umum pada anak adalah 1,5 – 3 mg (potensi) / kg. 2 kali sehari secara oral (Brosur Obat)
Perhitungan dosis BB anak : 7 kg
1 x p = 7 kg x 1,5 mg – 3 mg = 10, 5 mg – 21 mg per sekalai pakai.
1 x p = 21 mg x 5 ml / 100 mg = 1,05 ml ~ 1,0 ml (sesuai)
Nama obat Praxion drops (Parasetamol)
56
Jumlah 1
• Drug interactions……………………………………………….
• Need for monitoring
• Non Hospital Formulary……………………………………
√ Non National Formulary= pantoprazole
3. Prepare and Label item for issue prepare Menyiapkan recolfar, pantoprazole injeksi, allopurinol. Di cek kesesuaian obat dengan resep meliputi
nama pasien, nomor MR, tanggal lahir, nama obat, dan jenis sediaanya. Tuliskan tanggal dan jam
penggunaannya Kemudian di tempel label untuk tiap jam pemberian serta dilakukan pengecekan
kesesuaian jam pemberian
Label Instalasi Farmasi
Pagi RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta
Siang
Instalasi Farmasi
RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta
Sore
Instalasi Farmasi
RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Instalasi Farmasi
RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta
Aturan minum obat
Tanggal: 18/08/2021
Pasien: AD
Nama: AD
Tanggal Lahir: 13 Juli 1990
No. MR:***137
No MR:***137
Obat: recolfar
Tanggal lahir: 13/07/1990
allupurinol 30mg Nama Obat: Pantoprazole inj
SORE jam 20.00 Rute: iv
…………………………………...sebel Tanggal: 18/8/21 Jam: 20.00
um makan
………………………………….pada
saat makan
……………………………….jam
setelah makan
Aturan Khusus:
4. Make a Final Check Pengecekan terakhir meliputi pengecekan kesesuaian resep, seperti identitas pasien, nama obat, jenis
sediaan, serta jumlah obat, label, menandatangani pada bagian penyiapan dibelakang resep dan tanda
tangan di lembar profil pengobatan pasien bagian bawah, hal ini menandakan bahwa obat sudah siap
diserahkan ke perawat atau bangsal untuk selanjutnya diberikan ke pasien.
5. Record Action taken Monitoring efek terapi recolfar dan pantoprazole, serta mengkonfirmasi dosis kepada dokter dan
memberi rekomendasi terkait penurunan dosis pantoprazole injeksi menjadi 1 x 40 mg
7 Referensi
1. Drug Information Handbook Ed 21
2. Medscape
3. Injectable Drug Guide
4. Formularium Nasional
5. Formularium RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
62
3. Konseling
Pada stase konseling setiap mahasiswa mengamati apoteker yang
melakukan kegiatan konseling pada pasien rawat jalan yang membutuhkan
konseling. Masing-masing mahasiswa minimal 2 pasien. Menurut
Permenkes tahun 2016 No. 72 pasien yang perlu dikonseling memiliki
beberapa kriteria yaitu pasien dengan kondisi khusus (pediatri, geriatrik,
ibu hamil dan menyusui serta gangguan ginjal), Pasien dengan terapi
jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, Epilepsi, dll), pasien yang
menggunakan obat- obatan dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid yang memerlukan tapering off/down), pasien yang
menggunakan indeks terapi sempit, pasien yang menggunakan banyak
obat/ polifarmasi, pasien yang memiliki kepatuhan rendah dalam
menggunakan obat. Kegiatan konseling oleh mahasiswa PKPA Universitas
Ahmad Dahlan dilakukan pada pasien TB baru, hal ini telah sesuai dengan
Permenkes tahun 2016 No. 72. Konseling yang dilakukan:
O Nama obat:
B Assessment terkait informasi mengenai obat yang diperoleh pasien
A dari dokter penulis resep/sumber lain
T
□ Belum memiliki informasi terkait nama obat
B □ Belum memiliki informasi terkait fungsi/kegunaan/manfaat obat
A □ Belum memiliki informasi terkait cara pakai obat
R (dosis/frekuensi/durasi)
U □ Belum memiliki informasi terkait efek samping obat/interaksi
obat
Masalah terkait obat yang potensial terjadi:
ketidaktepatan/ketidakpatuhan/efek samping obat/lain-lain
O
Nama obat: 4 FDC
B
A Assessment terkait kepatuhan dan ketepatan menggunakan obat
T Menggunakan obat secara tidak rutin (jawaban pasien/histori/sisa
obat)
R Menggunakan obat secara tidak benar (jawaban pasien)
E Assessment terkait efek samping yang timbul
F
I √ Muncul kejadian efek samping obat
L Pasien mengatakan adanya rasa gatal setelah mengkonsumsi obat,
L kemudian nyeri pada perut dan badan pegal-pegal sampai punggung
belakang.
Keterangan : √= tertulis di e-CPPT dan e-Presc * = hanya tertulis di e-CPPT # = hanya tertulis di e-Presc
73
2) Pengkajian Obat
Tabel 18. Lembar Pengkajian Obat
Nama : S No. RM :***936 Dokter : dr. H. Z., Sp.S
Tgl. Lahir : 7 Agustus 1955 Ruangan : Shafa 07 Bed 1 Apoteker :
No Hari / tanggal Subjective, Objective (S,O) Assessment (A) Rekomendasi / Saran (P)
Kode Masalah
1 19/08/2021 S: kelemahan pada tangan dan kaki kiri, Riwayat pasien mempunyai Riwayat hipertensi. monitoring tekanan darah pasien, dan tetap
22:28 hipertensi, rutin amlodipine, clopidogrel, dan melanjutkan terapi hipertensinya.
candesartan Amlodipin 10 mg 1x1
O: KU cukup, TD: 173/98 mmHg, nadi 73x/m, RR: Candesartan 8mg 1x1
20x/m, suhu 36, terpasang infus RL 20 tpm, ADL
dibantu sebagian
2 20/08/2021 S: keluhan sejak 1 Juli, tidak membaik, keluhan sekarang Kadar gula darah pasien saat masuk Melakukan pemantauan kadar gula darah pasien.
01:12:27 lemas, sisi kiri sulit digerakkan, lab 19 Agustus: cukup tinggi dengan GDS 189 (normal
- Hb: 14,1 - LDL: 116 70-140mg/dl)
- Hmt: 42 -ureum: 63
Interaksi clopidogrel dan atorvastatin. Pemantauan efek terapi clopidogrel, pemantauan
- AL: 14,6 -AT: 284 Atorvastatin menurunkan efek terapi PT, ApTT
clopidogrel.
- Na: 137 -K: 4,3
R/clopidogrel 1 x 75mg
Atorvastatin 1 x 40mg
Inj. Brainact 2 x 1000mg
74
08:31:19 S: Pasien lemes, tangan dan kaki kiri sulit digerakkan. Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU cukup, kes CM, terpasang infus, terapi terpogram, pasien.
kelemahan anggota gerak kiri, DC +, TD: 135/76,
N:76, S:36,3, RR: 20, SpO2: 98, ADL dibantu
12:14:31 S: IMT:22,6 (gizi normal), Kol total: 224, TG: 227, KU Terapi non farmakologi:
cukup, TD: 135/76, lemas tangan kiri, sulit -mengurangi konsumsi gorengan, lemak jenuh maupun
digerakkan, asupan 80%, pola makan sedikit tapi tidak jenuh
sering, susu UHT 2x/minggu, gorengan setiap hari - makan buah dan sayur
O: NI: 5,4, penurunan kebutuhan natrium bd gannguan - mengurangi asupan garam
TD dd TD:135/76, NI: 5,4, penurunan kebutuhan
lemak bd gangguan metabolism lemak dd kolesterol
total: 224, trigliserida 227
14:52:16 S: Pasien lemas, tangan kaki sulit digerakkan Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU cukup, ADL dibantu Sebagian, terpasang infus pasien.
terapi terpogram
14:55:40 S: kelemahan anggota gerak kiri Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU sedang, Kes CM, K 5/5 2/2 pasien.
22:25:36 S: lemes tangan dan kaki kiri sulit digerakkan Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU sedang, Kes CM, terpasang infus RL 20 tpm, DC, pasien.
oksigenasi binasal 3-4 LPM, ADL dibantu sebagian
3 21/08/2021 S: lemes tangan dan kaki sulit digerakkan Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
07:41:14 O: KU cukup, CM, terapi terpogram, mobilisasi, TD: pasien.
120/81, hemiparese +, dibantu ADL, oksigen kalau
perlu.
17:45:28 S: kelemahan gerak kiri Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: E4V5M6 lemah pasien.
(FISIOTERAPI)
R/ mecobalamin inj 500mg 5 amp 1 x 1
21: 37: 51 S: pasien lemas pada tangan dan kaki kiri sulit digerakkan Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU cukup, CM, terpasang iv line, terpasang O2 nasal pasien.
3 lpm, dan DC, terapi terpogram, ADL dibantu
4 22/08/2021 S: Sadar Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
10:01:35 O: 5/2 5/2 pasien.
14:22:42 S: pasien lemes tangan dan kaki kiri dan sulit digerakkan Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU cukup, CM, terpasang iv line, terpasang O2 nasal pasien.
3 lpm, DC, terapi terpogram, ADL dibantu, TD
117/73, N: 71
21:40:52 S: lemes bagian tubuh kiri Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU cukup, CM, terpasang O2 nasal 3 lpm, terpasang pasien.
DC, terapi terpogram, ADL dibantu
5 23/08/2021 S: lemes pada tubuh sebelah kiri Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
08:31:52 O: KU cukup, DC, terpasang O2 nasal 3 lpm, terpasang pasien.
DC, terapi terpogram, ADL dibantu, TD: 156/78,
T:36,6, N:75, RR 21, SpO2 97
76
10:09:15 S: keluhan membaik Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU sedang, Kes CM, K 5/5 2/3 pasien.
14:47:14 S: pasien lemes pada tubuh sebelah kiri Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU cukup, CM, terpasang O2 nasal 3 lpm, terpasang pasien.
DC, terapi terpogram, ADL dibantu
21:33:28 S: pasien mengatakan ekestremitas sebelah kiri masih Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
lemah pasien.
O: KU sedang, kes CM, terpasang infus RL 20 tpm,
oksigen binasal 3-4 lpm, terpasang DC, ADL
dibantu total.
6 24/08/21 S: ekstremitas seelah kiri masih lemah Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
07:38:05 O: KU sedang, kesadaran CM, terpasang infus RL pasien.
20tpm, terpasang O2 binasal 3-4 lpm, DC, ADL
dibantu. TD: 120/76, T: 36,7, N: 75, RR: 20, SpO2:
97
09:07:00 S: keluhan mmebaik, tangan bisa diangkat Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU sedang, kes CM, K 5/5 3/3 pasien.
21:50:49 S: tangan bisa diangkat Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU cukup, Kes CM, terpasang infus RL 20 tpm pasien.
7 25/08/2021 S: menyatakan membaik Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
08:11:39 O: KU cukup, CM, TD 137/85, ADL dengan bantuan, pasien.
hemiparesis sinistra, terpasang infus DC
12:49:51 S: keluhan tangan membaik Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU sedang, kes CM, K 5/5 3/2 pasien.
14:46:15 S: tangan bisa digerakkan Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU Cukup, CM, ADL dibantu, terpasang RL 20 tpm pasien.
14:47:08 S: badan sebelah kiri berat Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: TD 119/86, HR 80, SpO2 96, T: 36,6, penurunan pasien.
kekuatan AG kiri, MMT 2/2 ggn sensoris +
77
16:37:36 S: kelemahan anggota gerak kiri Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU sedang, CM, MMT 5/5 2/2 pasien.
21:42:20 S: pasien lemes pada kaki sebelah kiri Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU cukup, CM, terpasang iv line, terapi terpogram, pasien.
ADL dibantu
7 26/08/2021 S: sudah enakan lebih baik dari hari kemarin Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
08:19:24 O: KU cukup, CM, terapi terpogram, mobilisasi dibantu pasien.
Sebagian, TD: 121/64, mobilisasi +, hemiparese +,
O2 kalau perlu, ADL dibantu
09:00:25 S: keluhan membaik Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU sedang, Kes CM, k 5/5, 3/2 pasien.
10:35:51 S: badan sebelah kiri berat Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: TD: 149/99, HR 78, suhu 36,3, SpO2 97, penurunan pasien.
kekuatan otot AG kiri, MMT 2/2, ggn sensoris +
14:21:51 S: keadaan membaik Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: KU cukup, kesadaran CM, terpasang infus, terapi pasien.
terpogram, mobilisasi dibantu Sebagian, TD:121/64,
mobilisasi +, hemiparese +, oksigen kalua perlu,
ADL dibantu
15:53:17 S: - Tidak terdapat DRP lanjutkan terapi, monitor tanda vital, kekuatan otot
O: - pasien.
1. Clopidogrel 1x75 mg 20/08/ 2021 Diare, sakit perut, gangguan Monitor kondisi - -
pencernaan, muntah, sembelit, pasien
mual, sakit kepala, kesemutan,
mati rasa
3. Inj. Brainact 500-1000mg 20/08/2021 Bradikardi, takikardi, diare, nyeri Monitor kondisi - -
1x1 perut, pusing, ruam, hipotensi pasien, TD
5. Inj. Mecobalamin 500mg via im/iv 21/08/2021 Mual, muntah, diare, anorexia, Monitor kondisi - -
3x seminggu (fisioterapi) sakit kepala pasien
Menurunkan Atorvastatin Kolesterol total, Kolesterol < 200 Awal pemberian, 2- Kolesterol: Kolesterol: 224
kolesterol HDL, LDL, LDL < 110 12 minggu setelah 224 Trigliserida:
trigliserida HDL > 60 pemberian, dan 12- LDL: 116 227
Trigliserida < 150 48 minggu HDL: 53
setelahnya Trigliserida:
227
Mencegah kerusakan Inj. Brainact Perbaikan Kekuatan otot Setiap hari K: 5/5 2/2 K: 5/2 5/2 K: 5/5 2/3 K: 5/5 3/3 K: 5/5 3/2
otak dan membantu motorik pasien, kembali normal K: 5/5 2/2
pembentukan kekuatan otot
membrane sel di otak
Pemulihan pasca Neuroaid mRS (modified Perbaikan Setiap hari, Dilihat Kelemahan Kelemahan Tangan Lemas Ekstremitas Tangan bisa ADL dibantu membaik
stroke (sebagai rankin scale)=> fungsional pasca dalam 3 bulan (obat tangan dan anggota gerak dan kaki bagian sebelah kiri diangkat
suplemen/terapi kemampuan stroke dibawakan pulang) kaki kiri, ADL kiri, kaki kiri sulit tubuh kiri, lemah, ADL
penunjang) aktivitas sehari- dibantu sulit digerakka ADL dibantu total
hari, sirkulasi sebagian digerakkan, n, ADL dibantu
darah, kekakuan ADL dibantu dibantu
otot, kemampuan sebagian
berbicara,dll
Membantu Inj. Mecobalamin Serum K, kadar Gangguan saraf fisioterapi
kekurangan vit K vit B12, terobati, bisa
hematokrit beraktivitas seperti
biasa pasca stroke
80
gangguan memori.
Patofisiologi stroke hemiparesis sinistra adalah otak menerima
oksigen dan glukosa dari aliran darah yang tetap sehingga dapat berfungsi
secara normal. Aliran darah juga penting untuk mengangkut limbah
metabolik (karbon dioksida, asam laktat). Jika suplai darah ke bagian
manapun dari otak terganggu selama lebih dari beberapa menit, jaringan
serebral mati (infark), sehingga menyebabkan berbagai tingkat kecacatan,
tergantung pada lokasi dan jumlah jaringan otak yang terkena.
Hemiparesis (kelemahan) dari satu bagian tubuh bisa terjadi setelah
stroke. Penurunan kemampuan ini biasanya disebabkan oleh stroke arteri
serebral anterior atau media sehingga mengakibatkan infark pada bagian
otak yang mengontrol pergerakan, yaitu saraf motoric. Infark yang terjadi
pada bagian otak sebelah kanan akan menyebabkan kelemahan maupun
kelumpuhan pada sisi tubuh sebelah kiri, dan sebaliknya. Tatalaksana
terapi stroke menurut dipiro tahun 2011 adalah:
Gambar SEQGambar
Gambar7.\*Tatalaksana
ARABIC 154.Terapi Stroke Dipiro
Tatalaksana 2011
Stroke menurut
Dipiro Tahun 2011
82
Gambar 8. Jurnal
D. Quality Assurance
1. Dispensing time dan Information Time
Dispensing time adalah waktu yang diperlukan untuk melayani resep
dimulai dari resep datang sampai resep selesai. Sedangkan Information time
adalah waktu yang diperlukan untuk penyerahan obat dan pemberian
informasi terkait obat sejak pasien dipanggil hingga obat serahkan dan
pasien meninggalkan instalasi farmasi. Dispensing time dan information time
merupakan salah satu indikator mutu pelayanan Farmasi Rumah sakit
sehingga perlu dievaluasi dan ditingkatkan kesesuaiannya dengan target
yang ditentukan rumah sakit. Tujuan dilakukan evaluasi terhadap waktu
tunggu pelayanan resep di instalasi farmasi adalah :
1) Meningkatkan kepuasan pasien yaitu pelayanan resep yang cepat dan
tepat (tidak terjadi medication error).
2) Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dapat memperlama
pelayanan resep, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan dalam
rangka meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan resep.
Pemantauan resep untuk mengukur Dispensing Time dan
Information Time di Unit Farmasi Rawat Jalan yaitu hari Selasa, Rabu dan
Jumat, perhitungan dilakukan pada waktu yang berbeda yaitu 70% saat jam
sibuk (jam 10.00-14.00 atau 16.00-19.00) dan 30% jam tidak sibuk (diluar
jam sibuk), tetapi tidak menutup kemungkinan pengukuran dapat dilakukan
selain hari dan jam yang ditentukan, karena mengingat padatnya pasien
sehingga Mahasiswa PKPA ikut membantu dalam penyiapan obat.
85
Tabel 21. Kejadian Dispensing Eror Pada Bulan Mei 2021 di Rawat Jalan dan Rawat Inap
No Kategori Jenis
Nama Pasien/ Ktd/Ktc/Knc/Kpc
Rekam Dispensing Ringkasan Kejadian
Tanggal
Medis Error
KTD KTC KNC KPC
Obat Candesartan tablet
kesalahan
tidak diberikan
Bp. J/ penyerahan obat
546811 1 (ketinggalan), pasien sudah
7 Mei 2021 kepada pasien
ditelepon dan obat sudah
(salah obat)
diambil
Obat untuk Nn. Kemirah
kesalahan tetapi disiapkan an Sumiyati
Nn. K & S/ 244904 /
1 pengambilan dan sebaliknya (obatnya
17 Mei 2021 511432
obat sama seretide 250 mcg) obat
belum sampai diserahkan
87
Total Kejadian 4
tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat yaitu 100 % artinya tidak
ada sedikitpun kesalahan yang terjadi pada proses dispensing obat. Di
Instalasi Farmasi Rawat Inap dan Rawat Jalan RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta masih terjadi beberapa insiden tidak diharapkan, sehingga
belum sesuai dengan standar peraturan tersebut. Adanya insiden yang
tidak diharapkan tersebut, diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi
rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan dan patient safety sehingga
dapat mencegah terjadinya cidera bagi pasien.
E. Central Sterile Supply Department (CSSD)
Central Sterile Supply Department (CSSD) adalah satu instalasi yang
independen dengan fasilitas untuk menerima, mendesinfeksi, membersihkan,
mengemas, mensterilkan, menyimpan dan mendistribusikan alat alat (baik yang
dapat dipakai berulang kali dan alat sekali pakai), sesuai dengan standar
prosedur. Tugas CSSD adalah menyediakan instrument steril siap pakai sampai
dengan evaluasi mutu sterilisasi.
92
93