Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

RUMAH SEHAT DAN APOTEK UNIVERSITAS GADJAH MADA


JALAN PROF. DR. SARDJITO NO. 25 YOGYAKARTA

PERIODE 7 OKTOBER – 16 NOVEMBER 2019

Disusun Oleh:

Adinda Dwi Y. 20184040068


Dona Amala 20184040073
Ramita Sari 20184040071
Riandita G.P 20184040056
Siska Febdian 20184040072

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Rumah Sehat dan Apotek Universitas Gadjah Mada
Jalan Prof. Dr. Sardjito No. 25 Yogyakarta
Periode 7 Oktober – 16 November 2019

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta.

Telah Disetujui
Oleh:
Rumah Sehat dan Apotek
Fakultas Kedokteran dan Ilmu UGM Apoteker
Kesehatan Universitas Pembimbing PKPA
Muhammadiyah Yogyakarta Dosen
Pembimbing PKPA Apotek

Khrisna Heryanti F. K, S.Farm.,


Salmah Orbayinah, M.Kes.,Apt Apt
NIK. 1970 1100 201104 SIPA.19890211/
173154 SIPA3471/2018/21084

N 201410 173231
I
K
Ketua Program Studi Profesi .
Apoteker Fakultas Kedokteran dan 1
Ilmu Kesehatan UMY 9
8
8

1
0
Nurul Maziyyah, M.Sc., 1
Apt 8

ii
Mengetahui,

Rumah
Sehat
dan
Apotek
UGM
Apoteke
r
Penangg
ung
Jawab
Apoteke
r

Khris
na
Herya
nti F.
K,
S.Far
m.,
Apt
SIPA.198
90211/
SIPA-
3471/2018
/21084

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb,
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Rumah Sehat dan Apotek Universitas Gadjah Mada yang dilaksanakan pada tanggal 7
Oktober – 16 November 2019 dengan sebaik-baiknya dan juga tanpa suatu halangan
apapun. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah membuat segala hal
berjalan dengan lancar dan dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat beserta salam semoga
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Tak lupa kepada keluarganya,
sahabat-sahabatnya, dan kepada umat-nya yang senantiasa setia hingga akhir zaman.
Semoga kita termasuk ke dalamnya. Aamiin.

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker di Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Program PKPA sangat bermanfaat bagi
mahasiwa karena dengan adanya program tersebut mahasiswa dapat memperoleh ilmu,
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam praktek kefarmasian di pelayanan
kesehatan masyarakat tepatnya di apotek.

Laporan ini dapat diselesaikan tidak lepas dari segenap dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat dan hidayah-Nya.
2. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada penyusun
untuk dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
3. Dr. dr. Wiwik Kusumawati, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

iii
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Nurul Mazziyah, M.Sc., Apt selaku Kepala Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Salmah Orbayinah selaku Dosen Pembimbing PKPA yang dengan sabar


meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan, masukan
dan arahan dalam setiap bimbingan.
6. Khrisna Heryanti F.K., S.Farm., Apt. selaku Apoteker Penangguangjawab
Apotek UGM, Rohmi Arundati, S.Farm., Apt., Aghnia Mentari Putri., S.Farm., Apt.,
Khairunnisa Nurrahma Safitri, S.Farm., Apt., Devi Anggitasari, S.Farm., Apt., Dr.
Bondan Ardiningtyas, M.Sc., Apt., Muvita Rina Wati, M.Sc., Apt., selaku Apoteker
Pembimbing PKPA di Apotek UGM yang telah memberikan waktu, ilmu, dan
pengalamannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama melaksanakan
PKPA.
7. Seluruh Staf dan Karyawan Rumah Sehat dan Apotek Universitas Gadjah Mada
atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama pelaksanaan PKPA.
8. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah
memberikan ilmu, dan bimbingan selama menempuh perkuliahan.
9. Kedua orang tua yang selalu memberi semangat, doa, dan motivasi yang luar biasa
dengan kasih sayang bagi penulis.
10. Teman-teman seperjuangan Profesi Apoteker angkatan 5 yang selalu kompak,
semangat dan memberikan motivasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca atau pihak yang terkait.

Yogyakarta, 16 November 2019

Penulis
iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL....................................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi Apoteker.............................................. 1
B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker............................................................ 3
C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker.......................................................... 3

BAB II. KEGIATAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DAN


PEMBAHASAN.......................................................................................................... 4
A. Profil Apotek Tempat Praktek Kerja Profesi Apoteker.................................... 4
1. Tujuan Pendirian Rumah Sehat dan Apotek UGM................................... 5
2. Visi dan Misi Rumah Sehat dan Apotek UGM......................................... 5
3. Motto dan Slogan Pelayanan Rumah Sehat dan Apotek UGM................. 5
4. Fungsi Penting Rumah Sehat dan Apotek UGM....................................... 6
5. Struktur Organisasi Apotek UGM............................................................. 6
6. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM............................................... 7
7. Perpajakan.................................................................................................. 8
B. Kegiatan Mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)........................ 9
Pelayanan Kefarmasian di Apotek............................................................... 36
1. Pengkajian Resep....................................................................................... 36
2. Dispensing................................................................................................. 38
3. Pelayanan Informasi Obat.......................................................................... 41
4. Konseling................................................................................................... 40
5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah(home pharmacy care),....................... 41

v
6. Pemantauan Terapi Obat(PTO), dan......................................................... 42
7. MonitoringEfek SampingObat (MESO).................................................... 45
C. Studi Kelayakan Apotek UGM..................................................................... 47
1. Aspek Teknis/Lokasi................................................................................. 47
2. Aspek pasar................................................................................................ 47
3. Aspek Keuangan ....................................................................................... 48
4. Aspek Manajerial....................................................................................... 48
D. Regulasi dan Undang- Undang Tentang Drug Management Cycle.......... 49
1. Perencanaan............................................................................................... 50
2. Pengadaan.................................................................................................. 51
3. Penerimaan................................................................................................ 54
4. Peyimpanan................................................................................................ 55
5. Pemusnahan............................................................................................... 57
6. Pengendalian.............................................................................................. 58
7. Pencatatan dan pelaporan.......................................................................... 59

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 61


E. Kesimpulan....................................................................................................... 61
F. Saran................................................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 63
LAMPIRAN................................................................................................................ 64

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik


kefarmasian oleh Apoteker. Dalam melakukan praktik kefarmasian Apoteker harus
memenuhi Standar Pelayanan Kefarmasian yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek. Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah (1) tempat
pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan
Apoteker, (2) sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian, (3)
sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara lain
obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika, serta (4) sarana pembuatan dan
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional. Dalam pengelolaannya, apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang
telah mengucapkan sumpah jabatan dan telah memperoleh Surat Izin Apotek (SIA)
dari Dinas Kesehatan setempat. Maka dari itu peran dan tugas seorang apoteker di
apotek menjadi sangat penting dan tidak dapat tergantikan.
Tentunya dalam melakukan kegiatan kefarmasian di apotek, apotek memiliki
standar yang harus dipatuhi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
standar pelayanan di apotek meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi: perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, dan pencatatan dan pelaporan.
Sedangkan untuk pelayanan farmasi klinik meliputi: pengkajian resep, dispensing,
pelayanan informasi obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di rumah (home
pharmacy care), pemantauan terapi obat (PTO) dan monitoring efek samping obat

1
(MESO). Pengaturan standar pelayanan kefarmasian di apotek bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga
kefarmasian, dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan yang pesat telah terjadi di
apotek dengan bergesernya orientasi seorang apoteker dari product atau drug oriented
menjadi patient oriented, yang bertujuan membantu pasien memperoleh dan
menggunakan obat yang tepat yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Pelayanan
Kefarmasian pada masa sekarang menuntut seorang apoteker untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dalam melakukan pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien baik itu yang berkaitan dengan sediaan farmasi
maupun untuk meningkatkan mutu dari kehidupan pasien. Apoteker juga dituntut agar
mampu melakukan komunikasi dengan pasien agar dapat memberikan pelayanan yang
baik serta mendukung tercapainya tujuan terapi.
Kemampuan seorang calon apoteker untuk mengelola sebuah apotek tidak bisa
diperoleh melalui teori saja. Oleh karena itu, calon apoteker dibekali dengan
pendidikan berupa praktik dalam program Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
Kegiatan PKPA diperlukan untuk memperoleh ilmu dengan cara terlibat dan
berinteraksi secara langsung dengan pasien dan dapat mengidentifikasi permasalahan
apa saja yang mungkin terjadi saat melakukan praktik. PKPA ini dilakukan di Apotek
UGM pada tanggal 7 Oktober – 16 November 2019. Diharapkan melalui kegiatan
PKPA ini calon apoteker dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama kegiatan
dan dapat mempersiapkan diri untuk siap terjun ke dunia kerja secara professional.

2
B. TUJUAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Berdasarkan Standar Praktek Kerja Profesi Apoteker yang ditetapkan oleh Asosiasi
Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia tahun 2010 dirumuskan tujuan PKPA di Apotek
sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung
jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, ketrampilan,dan
pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari strategi dan
kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek farmasi
komunitas di apotek.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi
yang professional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di apotek.

C. MANFAAT PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker mahasiswa program studi apoteker
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta:
1. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam mengelola
apotek.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di apotek.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di apotek.
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.

3
BAB II
KEGIATAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DAN PEMBAHASAN

A. Profil Apotek Tempat Praktek Kerja Profesi Apoteker


Rumah Sehat dan Apotek UGMdiresmikan oleh Rektor Universitas Gadjah Madayaitu
Prof. Dr. Ichlasul Amalpada tanggal 14 Agustus 2000. Rumah Sehat dan Apotek UGM
terletak di Jalan Prof. Dr. Sardjito Nomor 25, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman,
Yogyakarta. Rumah Sehat dan Apotek UGM memiliki luas area sekitar 800 m2.Pada tanggal
31 Maret 2010, Apotek UGM berganti nama menjadi Rumah Sehat dan Apotek UGM setelah
adanya kerjasama antara Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada dengan PT. Gama Multi
Usaha Mandiri (GMUM). Rumah Sehat dan Apotek UGM telah menjadi unit usaha PT.
Gama Multi Usaha Mandiri secara administrasi, keuangan, dan legaldengan sistem bagi hasil
bersama dengan Fakultas Farmasi UGM.
Dalam konsep barunya, Rumah Sehat dan Apotek UGM tidak hanya menyediakan
layanan kefarmasian saja, namun juga mengembangkan pelayanan di bidang kesehatan
dengan adanya praktek dokter umum dan dokter gigi serta adanya Healthy Mart untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga para pelanggan. Adapun tujuan, visi dan misi, logo,
slogan, motto, fungsi, serta struktur organisasi dari Rumah Sehat dan Apotek UGM adalah
seperti yang tercantum di bawah ini.
1. Tujuan Pendirian Rumah Sehat dan Apotek UGM
Rumah Sehat dan Apotek UGM memiliki tujuan dalam operasionalnya antara
lain:
a. Menyediakan obat yang bemutu guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
b. Memberikan informasi kesehatan khususnya tentang obat dan pengobatan yang
benar.
c. Sebagai tempat atau media pembelajaran calon apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada.
d. Sebagai tempat pengabdian profesi Apoteker.
e. Memberi kesempatan dan peluang kerja bagi masyarakat.
f. Mendukung program universitas dalam hal otonomi kampus.

4
2. Visi dan Misi Rumah Sehat dan Apotek UGM
a. Visi Rumah Sehat dan Apotek UGM
Rumah Sehat dan Apotek UGM memiliki visi yaitu mewujudkan layanan prima
di bidang kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta menjadi
pusat pelayanan kesehatan yang melahirkan Apoteker yang mampu melaksanakan
praktik kefarmasian di apotek secara profesional.
b. Misi Rumah Sehat dan Apotek UGM
Rumah Sehat dan Apotek UGMmemiliki misi yaitu:
1. Memberikan pelayanan kesehatan terbaik dan komprehensif dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup pasien.
2. Memberikan pelayanan kefarmasian terbaik kepada masyarakat untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
3. Melatih calon apoteker untuk memahami peran, fungsi, posisi, wewenang, dan
tanggung jawab apoteker di apotek dan memberi bekal pengetahuan dan
keterampilan yang memadai untuk mengelola apotek.
4. Menjadi pusat pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
terutama di bidang perapotekan.
3. Motto dan Slogan Pelayanan Rumah Sehat dan Apotek UGM
Rumah Sehat dan Apotek UGM memiliki sebuah motto yaitu “No Pharmacist No
Service”. Makna dari motto tersebut adalah pelayanan di apotek tidak akan dilakukan
apabila tidak ada Apoteker di apotek, hal ini dilakukan untuk menjamin keselamatan
pasien. Selain itu, dengan adanya Apoteker di apotek juga diharapkan pasien akan
mendapatkan obat yang tepat dan sesuai dengan penyakitnya serta mendapatkan edukasi
dan informasi yang tepat pula mengenai obat yang pasien dapatkan.
Rumah Sehat dan Apotek UGM juga memiliki slogan pelayanan yaitu “service with a
heart” (melayani dengan setulus hati). Adapun maksud dari slogan tersebut adalah
Rumah Sehat dan Apotek UGM tidak hanya mencari keuntungan saja, namun Rumah
Sehat dan Apotek UGM juga harus berorientasi kepada kepentingan pasien. Pelayanan
yang diberikan pada pasien yang datang ke apotek tidak harus berupa obat-obatan tapi
dapat berupa edukasi dan informasi tentang obat.

5
4. Fungsi Penting Rumah Sehat dan Apotek UGM
Adapun fungsi penting dari Rumah Sehat dan Apotek UGM adalah sebagai berikut.
a. Fungsi Pelayanan
Fungsi pelayanan merupakan fungsi utama di Rumah Sehat dan Apotek
UGM dimana Apoteker harus selalu memberikan pelayanan sebaik mungkin
berupa pengobatan yang tepat dan rasional serta pemberian konseling, informasi
dan edukasi kepada masyarakat tentang kesehatan khususnya tentang obat.
b. Fungsi Bisnis
Fungsi Rumah Sehat dan Apotek UGM selanjutnya yaitu fungsi bisnis
untuk mempertahankan eksistensi apotek. Maksud dari fungsi bisnis ini yaitu
pemanfaatan apotek menjadi suatu unit usaha yang mampu menghasilkan
keuntungan. Hasil dari pendapatan apotek akan digunakan untuk membiayai
operasional apotek dan dikelola untuk keberlangsungan usaha serta
pengembangan apotek dan guna meningkatkan kesejahteraan karyawannya.
c. Fungsi Pendidikan
Rumah Sehat dan Apotek UGM juga menjadi tempat praktik kerja
mahasiswa calon apoteker dari berbagai universitas untuk menjalankan fungsi
pendidikannya. Tak hanya sebagai tempat belajar calon apoteker, Rumah Sehat
dan Apotek UGM juga terbuka untuk mahasiswa maupun pihak-pihak yang ingin
mengembangkan dunia pelayanan kefarmasian dengan melakukan penelitian
untuk skripsi, tesis, dan lainnya.
5. Struktur Organisasi Apotek UGM
Rumah Sehat dan Apotek UGM merupakan suatu unit bisnis dari PT. Gama Multi
Usaha Mandiri. PT. Gama Multi Usaha Mandiri mengelola manajemen SDM, keuangan,
pajak, serta memberikan saran dalam pengembangan apotek namun tidak turut campur
dalam pengambilan keputusan internal Apotek UGM. Struktur organisasi Rumah Sehat
Apotek UGM terdiri atas 3 bagian yaitu bagian klinik, apotek, dan Healthy Mart. Bagian
apotek sendiri memiliki 5 divisi diantaranya, divisi logistik,divisi pendidikan dan
pelatihan, divisi pelayanan, divisi Asuransi dan divisi keuangan.

6
Gamb
ar 1. Struktur Organisasi Apotek UGM

Skema daristruktur organisasi menjelaskan bahwa Apotek UGM menjadi salah satu
unit bisnis dari PT.GMUM yang ikut mengelola berbagai aspek manajemen seperti
pengelolaan SDM, keuangan,dan perpajakan. Manajer Apotek yang sekaligus menjadi
Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) langsung bertanggungjawab kepada direktur
PT. GMUM. Rumah Sehat dan Apotek UGM dalam menjalankan proses pelayanannya
memiliki lima divisi yaitu divisi pelayanan, divisi pendidikan dan penelitian, divisi
logistik, divisi asuransi dan divisi keuangan.
6. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengelolaan sumber daya manusia berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
73Tahun2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek menyatakan, pelayanan
kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dibantu oleh Apoteker pendamping
dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki surat tanda registrasi dan surat izin
praktek. Pegawai yang dimiliki oleh Rumah Sehat dan Apotek UGM berjumlah 19 orang
pegawai yang terdiri dari 5 orang Apoteker, 2 orang Reseptir, 2orang bagian keuangan,
1orangkasir, 2orang Perawat, 3 orang bagian HealtyMart, 2 orang petugas kebersihan dan 2
orang Satpam. Pembagian waktu kerja di Rumah Sehat dan Apotek UGM didasarkan pada 2shift
yaitu shift pagi dan shift sore berdasarkan jumlah jam operasional pelayanan. Apotek buka

7
setiap hari Senin - Jum’at dengan jam operasional mulai pukul 08.00 WIB hingga 22.00 WIB,
lalu pada hari Sabtu dimulai pukul 08.00 WIB hingga 21.00WIB,dan padahari Minggu dan
hari libur nasional jam operasional apotek mulai pukul 09.00 WIB hingga 21.00 WIB.
7. Perpajakan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas
Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan, pajak adalah konstribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan Direktorat Jendral Pajak, pajak yang
harus dibayarkan oleh Rumah Sehat dan Apotek UGMadalah sebagai berikut.
a. Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pajak yang pemungutannya diwewenangkan kepada
pemerintah daerah baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten. Jenis pajak daerah yang
dibayarkan oleh Apotek UGM adalah
1. Pajak barangdan inventaris (kendaraan) kepadaProvinsi.
2. Pajak penerangan jalan kepada Kabupaten/Kota.
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Pajak Pertambahan Nilai atau PPN merupakan pungutan yang dibebankan atas transaksi jual beli
barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib pajak badan yang telah
menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). PPN dipungut, disetor dan dilaporkan oleh para
pedagang/penjual. Namun, pihak yang berkewajiban membayar PPN adalah konsumen akhir.
PPNyang dibayarkan olehApotekUGM sebesar10%padatiap tranksaksiyangdilakukan.

c. Pajak BeaMaterai
Pajak beamaterai dibayarkan jika tranksaksi yang dilakukan mulai dari
Rp250.000,00,-hingga kurang dari Rp1.000.000,00,-menggunakan materai 3000 dan
lebih dari Rp 1.000.000,00,-menggunakan materai 6000.

d. Pajak Penghasilan (PPh)

8
Pajak penghasilan yang dibayarkan berdasarkan gaji, upah, honorium,
tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima wajib pajak pribadi sesuai dengan
PPh pasal 21.
e. Pajak Badan Usaha
Pajak badan usaha yang dibayarkan berdasarkan dengan peredaran bruto yang
didapatkan oleh badan usaha tersebut. Apabila peredaran bruto
<Rp4.800.000.000,00 pajak yang dikenakan adalah PPh final 0,5%, apabila
peredaran bruto sebesar Rp4.800.000.000,00 – 5.000.000.000,00 dikenakan
pengurangan tarif sebesar 12.5% dari laba bersih , dan apabila peredaran bruto
>Rp5.000.000.000,00 dikenakan pajak 25% dari laba bersih.
Apotek UGM merupakan salah satu badan usaha dari PT.GMUM yang mana
pendapatan dari seluruh badan usaha PT. GMUM dalam satu tahun
>Rp5.000.000.000,00 sehingga dikenakan penghasilan kena pajak (PKP) sebesar
25% dari laba bersih.
B. Kegiatan Mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
1. Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan kefarmasian di Apotek terdiri dari 2 kegiatan, salah satunya yaitu
pelayanan farmasi klinik di Apotek yang berfokus kepada pelayanan pasien berkaitan
dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Hal tersebut telah tercantum dalam standar
pelayanan kefarmasian di Apotek yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 73 Tahun 2016. Tidak hanya itu, penyelenggaraan standar pelayanan
kefarmasian di Apotek harus didukung oleh adanya sumberdaya kefarmasian yang
berorientasi kepada keselamatan pasien seperti sumber daya manusia, sarana dan
prasarana.
Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 Tahun 2016 yang dimaksud pelayanan
farmasi klinik sebagaimana dicantumkan pada pasal 3 ayat (1) huruf b adalah sebagai
berikut.

a. Pengkajianresep,
b. Dispensing,
c. PelayananInformasi Obat,

9
d. Konseling,
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care),
f. Pemantauan Terapi Obat(PTO), dan
g. MonitoringEfek SampingObat (MESO).
Adapun kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di Apotek UGM yang sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 Tahun 2016 adalah sebagai berikut.
a. Pengkajian Resep
Pada pelayanan kefarmasian di Klinik Rumah Sehat dan Apotek UGM,
pengkajian resep yang dilakukan terdiri dari tiga tahap pengkajian yaitu pengkajian
secara administratif, farmasetis, dan pengkajian klinis.
1. Pengkajian Administratif
Pengkajian administratif merupakan tahapan paling pertama yang dilakukan
karena tujuan dari pengkajian ini adalah untuk memastikan keaslian resep dan
kelengkapan informasi pasien. Hal ini menjadi penting dilakukan karena ada
beberapa obat yang dosisnya membutuhkan penyesuaian dengan usia maupun berat
badan pasien misalnya pada pediatrik maupun dengan keadaan khusus dan informasi
tersebut dapat dilihat apabila informasi pasien dalam resep lengkap. Saat dirasa
informasi pasien kurang lengkap, hal yang akan dilakukan Apoteker adalah
menanyakan langsung kepada pasien mengenai informasi yang dibutuhkan.
Pengkajian secara administratif di Rumah Sehat dan Apotek UGMtelah sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016dimanapengkajian administratif
harus meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan;
2) Tanggal penulisan resep;
3) Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf.

2. Pengkajian Farmasetis
Pengkajian farmasetis yang dilakukan di Rumah Sehat dan Apotek UGMtelah sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016dimana pengkajian
kesesuaian farmasetis harus meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Bentuk dan kekuatan sediaan;

10
2) Stabilitas; dan
3) Kompatibilitas (ketercampuran obat).
Apabila apoteker menemukan sesuatu hal yang dapat mempengaruhi stabilitas
dan kompatibilitas dari sediaan farmasi tersebut maka langkah yang akan dilakukan
oleh Apoteker adalah melakukan penyesuaian bentuk sediaan yang akan dibuat agar
sediaan tersebut dapat terjaga stabilitas dan kompatibilitasnya.
3. Pengkajian Klinis
Pengkajian klinis yang dilakukan di Rumah Sehat dan Apotek UGMtelah sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 dimana pengkajian klinis
harus meliputi hal-hal sebagai berikut.
a) Ketepatan indikasi dan dosis obat
b) Aturan, cara dan lama penggunaan obat;
c) Duplikasi dan/atau polifarmasi;
d) Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis
lain);
e) Kontra indikasi; dan
f) Interaksi
Pengkajian resep di Rumah Sehat dan Apotek UGM dilakukan oleh Apoteker dan
untuk penerimaan resep serta pemeriksaan kelengkapan berkas untuk pasien asuransi dan
penyiapan serta penyerahan obat kepada pasien dilakukan oleh mahasiswa PKPA di
bawah pengawasan Apoteker. Dalam melakukan pelayanan resep, Rumah Sehat dan
Apotek UGM bekerja sama dengan beberapa asuransi seperti IBU-C, BPJS Kesehatan,
dan Asuransi Mandiri Inhealth. Proses pelayanan resep dari tiap asuransi baik IBU-C,
BPJS Kesehatan maupun Asuransi Mandiri Inhealth memiliki alur yang sama hanya saja
persyaratan yang dibutuhkan berbeda-beda. Prosedur pelayanan resep asuransi yaitu
pasien datang dengan membawa resep dan diserahkan kepadaApoteker, mahasiswa
PKPKA maupun karyawan Apotek yang sedang berjaga kemudian akan dilakukan
pengecekan persyaratan dan jika sudah lengkap akan diberikan kepada Apoteker untuk
dilakukan pengkajian resepsesuai dengan SPO (Standar Prosedur Operasional) pelayanan
resep yang berlaku di Klinik Rumah Sehat dan Apotek UGM, selain itu juga perlu dilihat
apakah obat yang diresepkan oleh dokter ditanggung oleh asuransi yang terkait atau

11
tidak.
Berkas persyaratan untuk asuransi IBU-C yang harus pasien bawa adalah resep asli
yang berasal dari dokter Klinik Rumah Sehat UGM serta kartu anggota IBU-C Kartu
anggota IBU-C ini bisa dipergunakan oleh anggota keluarga pemegang kartu dengan
menyertakan fotokopi kartu keluarga. Terkait program asuransi IBU-C ini, Rumah Sehat
dan Apotek UGM bekerjasama dengan pihak Masjid Kampus UGM.
Adapun berkas persyaratan yang diperlukan bagi pasien asuransi BPJS Kesehatan
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu PPK I dan PPK II. Kelompok PPK I, persyaratan yang
diperlukan antara lain fotokopi kartu anggota BPJS Kesehatan, lembar data kunjungan
yang asli, inform consent dan resep asli dari dokter keluarga maupun fasilitas kesehatan
tingkat pertama. Pada kelompok PPK II, persyaratan yang diperlukan adalah fotokopi
kartu anggota BPJS Kesehatan, lembar data kunjungan yang asli, surat rujuk balik, kopi
resep dari Rumah Sakit serta resep asli.
Pasien asuransi Mandiri Inhealth, syarat yang harus dibawa adalah resep asli dengan
kop Mandiri Inhealth serta fotokopi kartu anggota asuransi Mandiri Inhealth. Obat-obat
yang dapat dilayani hanya obat yang ada didalam Formularium Obat Inhealth (FOI).
Apabila terdapat obat yang tidak tercantum dalam FOI maka akan dikonfirmasi lagi ke
pasien apakah bersedia membeli obat tersebut atau tidak, apabila pasien tidak bersedia
membeli obat yang tidak masuk dalam FOI tersebut maka pasien akan diberikan salinan
resep.
Pasien yang menggunakan asuransi IBU-C, BPJS Kesehatan maupun Mandiri
Inhealth berkas persyaratan harus lengkap sesuai yang disyaratkan. Sebelum diklaim
biasanya Apoteker akan memasukkan data obat yang digunakan oleh pasien. Kemudian
Apoteker akanmencetak struk obat yang diberikan dan dijadikan satu dengan berkas
persyaratan yang sudah lengkap untuk keperluan klaim kepada pihak asuransi.

a. Dispensing
Ada pun Alur dispensing yang dilakukan di Rumah Sehat dan Apotek UGM meliputi,
pemberian harga pengecekan ketersediaan obat, dan selanjutnya penyiapan obat dalam
hal ini dapat berupa pengambilan obat di rak maupun peracikan obat, kemudian setelah
obat selesai disipakan dimasukkan ke dalam plastik etiket yang sebelumnya sudah
dituliskan untuk informasi obatnya seperti nama obat, dosis, aturan pakai, tanggal

12
kadaluwarsa, cara penyimpanan serta paraf apoteker, dilanjutkan dengan penyerahan dan
pemberian informasi obat. Adapun hala-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan
obat adalah mengambil obat-obatan sesuai dengan nama, kekuatan dan jumlah yang
tertera dalam resep, mengambil obat pada rak sesuai jenis pembayaran resep apakah
resep regular atau resep asuransi karena untuk obat-obat regular dan asuransi diletakkan
di rak yang berbeda. Untuk pelayanan obat racikan, hal pertama yang dilakukan adalah
pembuatan instruksi peracikan yang berisinama pasien, tanggal, bentuk sediaan yang
diinginkan, jumlah yang diminta serta isi dari obat racikan tersebut dan tanda tangan
Apoteker sebagai tanda instruksi peracikan tersebut sudah benar dan disetujui oleh
Apoteker. Penulisan instruksi peracikan tersebut dapat dilakukan oleh mahasiswa PKPA
dengan pengecekan akhir oleh Apoteker. Selanjutnya yaitu instruksi peracikan diserahkan
kepada Apoteker, reseptir atau mahasiswa PKPA (berdasarkan izin Apoteker) untuk
dilakukan peracikan di ruang racik dengan memperhatikan SPO terkait peracikan obat
yang sudah ada di Rumah Sehat dan Apotek UGMdengan menjaga kebersihan alat, bahan
maupun personilnya pada saat sebelum melakukan peracikan.
Untuk pemberian etiket dilakukan berdasarkan rute pemberian obat, etiket berwarna
putih untuk obat yang digunakan secara oral dan etiket berwarna biru untuk obat
pemakaian luar. Etiket yang terbuat dari kertas digunakan untuk memberikan etiket pada
obat dalam bentuk botol, tube serta obat kapsul atau tablet yang diberikan bersama
pengemas sekundernya. Dalam etiket juga dicantumkan beyond use date sediaan, untuk
beyond use date sediaan oral yang mengandung air yaitu maksimal 14 hari dengan
penyimpanan pada suhu dingin. Untuk sediaan topikal berupa semisolid seperti krim dan
salep memiliki beyond use date maksimal 30 hari setelah dibuka dan untuk beyond use
date sediaan padat yang dibuat racikan atau telah dilepaskan dari pengemas primernya
dapat dihitung dengan mencari 25% dari waktu kadaluwarsa yang tertera pada kemasan
obat atau maksimal penyimpanan selama 6 bulan.
Setelah penulisan etiket, obat dicek terlebih dahulu oleh Apoteker. Setelah semuanya
sudah sesuai dengan resep maka obat dapat diserahkan kepada pasien oleh Apoteker
maupun mahasiswa PKPA dibawah pengawasan Apoteker. Sebelum penyerahan obat,
harus diperhatikan juga untuk penyimpanan obat-obat dengan kondisi penyimpanan
khusus selama di perjalanan seperti obat insulin, suppo dan obat-obat lainnya maka pada

13
saat penyerahan obat kepada pasien dapat ditambahkan es batu untuk menjaga suhu
penyimpanan dan stabilitas obat. Pada saat penyerahan obat informasi obat yang
diberikan pada pasien antara lain nama obat dan kekuatannya, indikasi, dosis, frekuensi
penggunaan, cara penggunaan, efek samping, cara penyimpanan obat dan peringatan
khusus seperti antibiotik yang harus dihabiskan ataupun obat nyeri yang diminum ketika
nyeri saja.
b. Konseling
Menurut PERMENKES No. 73 tahun 2016, Konseling merupakan proses interaktif
antara apoteker dengan pasien atau keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Konseling yang
dilakukan di Apotek UGM diberikan kepada pasien yang menerima obat dari resep dan
pasien yang membutuhkan konseling yaitu pasien yang memenuhi kriteria konseling.
Adapun kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling adalah sebagai
berikut (PERMENKES No. 35 Tahun 2014):
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, ibu
hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM, AIDS,
epilepsi).
3. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid
dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin,
teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi, pasien menerima beberapa obat untuk indikasi penyakit
yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu obat untuk
penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Pada saat sebelum memulai konseling Apoteker harus menilai pemahaman pasien
tentang obat dengan menanyakan Three Prime Question, selain itu hal ini juga bertujuan
agar tidak terjadi tumpang tindih informasi yang disampaikan oleh dokter dan apoteker.
Hal-hal yang perlu ditanyakan antara lainadalah sebagai berikut.

14
1. Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
2. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat anda?
3. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah Anda
menerima terapi obat tersebut?
Pada sesi konseling, Apoteker akan menanyakan keluhan pasien, lalu menanyakan
permasalahan pengobatan yang dialami oleh pasien, serta memberikan informasi terkait
obat secara lengkap seperti nama obat dan kandungannya, indikasi, dosis, aturan pakai,
cara penggunaan, durasi, efek samping obat, lama penggunaan, efek yang dirasakan
setelah penggunaan obat dan cara penyimpanan obat. Konseling yang telah disampaikan
kemudian didokumentasikan pada buku rekam medis pasien (untuk pasien BPJS
Kesehatan) dan tak lupa meminta nomor telepon pasien. Perkembangan kondisi terapi
pasien Non BPJS diperoleh dari dari hasil menggali informasi pasien langsung dan tidak
di dokumentasikan pada buku rekam medis pasien. Nomor telepon pasien bertujuan
untuk menghubungi pasien apabila terdapat informasi obat yang perlu diberikan kepada
pasien maupun untuk melakukan PTOapabila diperlukan.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat atau biasa disebut dengan PIO yaitu kegiatan yang
dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat
kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan yang
tercantum pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 Tahun 2016. Informasi yang
dapat diberikan kepada pasien meliputi nama obat, kekuatan sediaan, bentuk sediaan,
indikasi, rute pemberian, efek samping, harga, keamanan penggunaan, dan stabilitas obat.
PIO yang dilakukan di Rumah Sehat dan Apotek UGM dilayani setiap hari pada jam
kerja apotek. PIO dapat berupa salisan dengan menjawab pertanyaan secara langsung
maupun berupa tulisan seperti leaflet, brosur, poster atau majalah mengenai informasi
obat secara lengkap kepada pasien meliputi nama obat dan kandungannya, indikasi, dosis,
bentuk sediaan, aturan pakai, rute pemberian dan cara penggunaan, durasi, efek samping
obat, lama penggunaan, efek yang dirasakan setelah penggunaan obat, harga, keamanan
penggunaan, terapi non farmakologi dan cara penyimpanan obat (stabilitas penyimpanan
obat) dan informasi kesehatan lainnya. Dalam hal pelaksanaan PIO, peran Apoteker

15
sangat penting yaitu memberikan informasi pengobatan yang tepat, aman, dan rasional
pada pasien sesuai dengan keluhan yang dirasakan pasien. Penggunaan obat dikatakan
rasional apabila pasien menerima obat sesuai dengan keluhan yang dirasakan, menerima
dosis yang sesuai dengan keadaan dirinya, menerima obat pada waktu yang tepat, dan
dengan harga terjangkau atau tidak dilebih-lebihkan.
Peran mahasiswa PKPA dalam pelaksanaan PIO di Rumah Sehat dan Apotek UGM
adalah memberikan pelayanan informasi obat melalui kegiatan penyerahan obat kepada
pasien resep, melakukan penyuluhan pada warga, melakukan pelayanan swamedikasi
obat di bawah bimbingan dan pengawasan Apoteker. Pada periode PKPA ini, Mahasiswa
PKPA diberi kesempatan untuk mewakili Rumah Sehat dan Apotek UGMuntuk
melakukan kegiatan penyuluhan yang bertempat di kelompok pengajian Khairunisa di
Masjid Muthohharoh, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakakrta. Penyuluhan disampaikan melalui presentasi dan
pemberian leaflet dengan tema yang diusung adalah “CARA MENGKONSUMSI OBAT
SAAT BERPUASA”. Tujuan dari kegiatan penyuluhan adalah untuk memberikan
pemahaman dan informasi tambahan bagi masyarakat terkait penggunaan obat dengan
tepat saat berpuasa.
d. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pelaksanaan Pemantauan Terapi Obat (PTO) di Rumah Sehat dan Apotek UGMtelah
dilakukan secara tidak langsung menggunakan alat komunikasi seperti telepon ataupun
aplikasi pesan yang dapat digunakan sebagai media berkomunikasi. Pelaksanaan PTO
harus meminta kesediaan pasien dan menentukan waktu yang telah disepakati antara
pasien dan Apoteker. Adapun kriteria pasien di Rumah Sehat dan Apotek UGMyang
dapat dilakukan PTO adalah pasien yang memiliki penyakit kronis dan menggunakan
obat secara jangka panjang, pasien yang menerima obat lebih dari 5 jenis, pasien dengan
diagnosis yang lebih dari satu, pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati, pasien
yang menerima obat dengan indeks terapi sempit, pasien yang tidak patuh terhadap
pengobatan yang dijalankan, pasien menerima obat yang sering diketahui menimbulkan
efek samping yang merugikan, ibu hamil dan menyusui, pasien anak-anak dan lanjut usia,
pasien yang memiliki keluhan namun belum teratasi, dan pasien dengan data hasil
laboratorium tinggi.

16
Pasien yang telah bersedia dilakukan pemantauan terapi obat diminta informasi
meliputi nama, usia, berat badan dan tinggi badan, kondisi khusus (hamil atau menyusui),
alamat dan nomer telepon. Apoteker akan menggali informasi pasien untuk melengkapi
data subjektif dan objektif pasien pada saat kunjungan pasien ke apotek mengambil obat
yang akan diminum. Apoteker akan meminta kesepakatan waktu untuk dihubungi melalui
telepon ataupun media komunikasi lainnya. Kegiatan PTO ini didokumentasikan dalam
formulir PTO yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Data pasien, meliputi berat badan, tinggi badan, dan nomor telepon.
b. Subjektif, yang berisi tanda dan gejala yang dikeluhkan pasien.
c. Objektif, berisi data pendukung klinis seperti hasil pemeriksaan dokter dan hasil
laboratorium.
d. Assessment, adalah masalah yang dihadapi pasien terkait penggunaan obat seperti
duplikasi obat, adanya interaksi baik potensial maupun aktual serta efek samping
yang muncul dan telah terjadi pada pasien.
e. Planning, yaitu rencana terapi atau rujukan yang disarankan untukpasien.
f. Monitoring, dilakukan dengan melihat kembali gejala, intensitas sakit,efek samping
obat, nilai normal parameter laboratorium, dan indikator keberhasilan atau
kegagalan terapi.
Pada periode ini mahasiswa PKPA melakukan PTO melalui telepon kepada pasien
dengan diagnosis hipertensi dan diabetes mellitus dengan keluhan gula darah selalu
tinggi, timbul bercak hitam di tangan pasien, hidung sering tersumbat sekitar 10 menit
lalu dapat kembali normal, kaki sebelah kanan terasa sakit karena pasien mengalami
stroke serta apabila berjalan melewati tanjakan kaki pasien juga terasa sakit. Untuk pola
hidup pasien sendiri, pasien rutin minum air rebusan kayu manis dan konsumsi minuman
yang manis seprti es jeruk. Selain itu, pasien juga sempat tidak meminum obat
antidiabetesnya sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula darah sewaktu pada
pasien. Hal ini dilakukan sebagai pengganti home pharmacy care karena sebelumnya
mahasiswa PKPA telah meminta izin ke pasien untuk mengunjungi rumah pasien untuk
melakukan home pharmacy care dan pasien telah bersedia serta sudah ditentukan untuk
hari kunjungannya. Namun, karena keterbatasan waktu dan SDM pada hari yang telah
dijadwalkan sehingga kunjungan ke rumah pasien diganti dengan PTO melalui telepon.

17
e. Home Pharmacy Care
Pelaksanaan home pharmacy care ini dilakukan setelah pasien mengambil obat di
Rumah Sehat dan Apotek UGM dengan diberikan tawaran apakah bersedia diberikan
pemantauan kesehatannya terkait penggunaan obat yang diminum. Apabila pasien
bersedia maka Apoteker akan memastikan waktu sesuai kesepakatan yang disanggupi
oleh pasien maupun Apoteker. Pelaksanaan home pharmacy care di Rumah Sehat dan
Apotek UGM dilaksanakan pada pasien-pasien dengan kriteria-kriteria tertentu untuk
dilakukan monitoring kesehatan terkait penggunaan obat dengan cara mendatangi pasien
secara langsung di rumahnya. Adapun kriteria pasien yang sering dikunjungi
adalahpasien yang memiliki penyakit kronis dan menggunakan obat secara jangka
panjang, pasien yang menerima obat lebih dari 5 jenis, pasien dengan diagnosis yang
lebih dari satu, pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati, pasien yang menerima
obat dengan indeks terapi sempit, pasien yang tidak patuh terhadap pengobatan yang
dijalankan, Pasien menerima obat yang sering diketahui menimbulkan efek samping yang
merugikan, ibu hamil dan menyusui, pasien anak-anak dan lanjut usia, pasien yang
memiliki keluhan namun belum teratasi, dan pasien dengan data hasil laboratorium
tinggi.Perlu diperhatikan bahwa pasien harus bersedia dan tidak keberatan untuk
dikunjungi.
Pada kegiatan home pharmacy caretelah disediakan formulir kegiatan home
pharmacy careyang diisi berdasarkan analisis SOAP untuk menggali permasalahan
kesehatan pasien. Formulir ini diisi sebelum melakukan home pharmacy care untuk
melihat gejala yang dirasakan pasien sebelum minum obat, kemudian hasil check up
pasien yang diperlukan seperti tinggi badan, berat badan, tekanan darah, kadar gula
darah, kadar kolesterol, dan lain-lain dimana data tersebut diperlukan untuk memantau
kondisi pasien. Kemudian Apoteker akan mendatangi pasien di rumahnya untuk dilihat
perkembangan kesehatan pasien terutama pada penggunaan obat yang telah diterima.
Adapun beberapa hal yang akan ditanyakan kepada pasien adalah mengenai kondisi
pasien, apa keluhan yang sedang dirasakan, bagaimana cara meminum obat untuk
memastikan ketepatan cara pakai obat, dilihat jumlah obat pada saat itu untuk
memastikan pasien patuh meminum obat, memastikan ada tidaknya efek samping obat
yang dialami pasien, dan pertanyaan lain sehingga segala informasi dapat digali sedalam

18
mungkin mengenai keadaan pasien selama menggunakan obat. Selanjutnya Apoteker
melakukan assessment terhadap kondisi pasien untuk kemudian dibuat rencana tindakan
yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan pemberian saran serta
edukasi mengenai gaya hidup, pola makan, jenis-jenis makanan yang boleh ataupun tidak
boleh dimakan, rutin melakukan cek kesehatan jika memang diperlukan, dan informasi
penting lainnya yang berkaitan dengan penyakit pasien.
Mahasiswa PKPA seharusnya berkesempatan melakukan kegiatan home pharmacy
care pada pasien dengan penyakit kronis yang dilaksanakan di bawah supervisi Apoteker
yang berpraktik di Klinik Rumah Sehat dan Apotek UGM. Namun pada periode ini
kegiatan home pharmacy care tidak bisa dilaksanakan mengingat keterbatasan waktu
yang dimiliki. Sebagai pengganti home pharmacy care dilakukan pemantauan terapi obat
melalui telepon (PTO) dibawah supervisi Apoteker yang sedang berjaga.
f. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Dalam penanganan efek samping obat, Apotek UGM melakukan pencatatan dan
pelaporan yang bertujuan untuk pengetahuan serta pengembangan keilmuan farmasi
untuk dijadikan bahan evaluasi. Setelah selesai pencatatan dilakukan pelaporan kepada
BPOM. Ada 2 cara yang dapat dilakukan dalam pelaporan, yaitu pertama dengan
menggunakan e-MESO yang dapat di akses dengan alamat e-meso.bpom.go.id.
Kemudian dengan menggunakan akun yang terlebih dahulu telah terdaftar maka masuk
pada report entry. Kemudian mengisi form yang telah disediakan pada halaman web
yang tersedia dengan lengkap. Setelah itu simpan hasil laporan yang telah di buat. Hasil
laporan tersebut dapat dicetak untuk sebagai arsip apotek. Cara kedua pelaporan
dilakukan dengan mengirim langsung lembar MESO yang telah diisi ke alamat BPOM
pusat. Setelah itu BPOM yang akan melanjutkan pengarsipan laporan.
MESO yang dilakukan di Apotek UGM terintegrasi pelayanan PTO. Jika dalam
pelaksanaan PTO ditemukan terjadinya efek samping pada pasien maka Apoteker
menentukan assesment dan planning serta monitoring pengatasan efek samping obat pada
pasien tersebut.

g. Swamedikasi
Swamedikasi merupakan salah satu jenis pelayanan kefarmasian yang dilakukan di

19
Apotek yaitu saat memberikan obat bebas, obat bebas terbatas atau obat wajib apotek
yang sesuai dengan keadaan pasien. Pada pelayanan swamedikasi, Apoteker memiliki
peran penting yaitu untuk menetukan masalah dari keluhan pasien, memberikan saran
pengobatan, informasi obat yaitu nama obat dan kandungannya, indikasi, dosis, aturan
pakai, cara penggunaan, durasi, efek samping obat, lama penggunaan, efek yang
dirasakan setelah penggunaan obat dan cara penyimpanan obat, informasi mengenai
penyakit apa saja yang dapat ditangani dengan pengobatan sendiri dan memberikan saran
untuk memeriksakan diri ke dokter apabila penyakit tidak kunjung membaik.
Rumah Sehat dan Apotek UGM proses swamedikasi dimulai dari kedatangan pasien
yang menceritakan keluhannya maupun menyebutkan ingin membeli suatu obat untuk
mengatasi keluhannya, kemudian Apoteker akan melakukan assessment dengan bertanya
kepada pasien mengenai usia, umur, jenis kelamin, maupun kondisi khusus yang dimiliki
pasien. Selanjutnya untuk mengidentifikasi masalah dan keluhan pasien serta
mendapatkan data klinis pasien, Apoteker akan melakukan wawancara dengan metode
SAMPLE (Sign and symptom, Allergy, Medications, Past medical history, Last meal-Last
Oral Intakedan Events Leading To Illnes) yaitu sebagai berikut.
1) Sign and symptom (Apoteker menanyakan keluhan atau gejala yang dirasakan
pasien, apakah pasien mengalami demam, nyeri atau gejala lain).
2) Allergy (Apoteker mengidentifikasi apakah pasien memiliki riwayat alergi, baik
alergi makanan, obat, cuaca, pemicu alergi dan gejala yang timbul).
3) Medications (Apoteker menanyakan obat apa yang telah dikonsumsi pasien untuk
mengatasi keluhannya, apakah pasien sudah periksa ke dokter dan diresepkan obat
atau belum, kapan pasien terakhir minum obat, dan terapi alternatif yang
dilakukan).
4) Past Medical History (Apoteker mengidentifikasi apakah pasien pernah mengalami
sakit atau keluhan yang sama sebelumnya atau sedang mengidap penyakit tertentu).
5) Last Meal-Last Oral Intake (Apoteker menanyakan makanan atau minuman apa
yang pasien konsumsi selama 24 jam terakhir).
6) Events Leading To Illnes (Apoteker menanyakan kepada pasien bagaimana
ceritanya sampai bias terjadi keluhan atau gejala penyakit yang dialami dan apakah
ada hal yang sekiranya memicu timbulnya keluhan tersebut).

20
Pelayanan swamedikasi di Apotek UGM dilakukan dengan menyerahkan obat bebas,
obat bebas terbatas dan obat wajib apotek (OWA) sesuai dengan assessment berdasarkan
keluhan yang disampaikan oleh pasien. Pelayanan swamedikasi bertujuan agar pasien
mendapat obat yang berkualitas dan bermanfaat serta mendapatkan informasi yang benar
tentang penggunaan obat. Pelayanan ini dapat dilakukan oleh mahasiswa PKPA. Peran
Mahasiswa PKPA yang sedang bertugas di pelayanan depan adalah menanyakan keluhan
pasien, melakukan assessment kemudian memberikan rekomendasi obat yang telah
disetujui terlebih dahulu oleh Apoteker, setelah itu mahasiswa PKPA menyerahkan obat
pada pasien dan memberikan informasi mengenai obat yang didapatkan oleh pasien.
Selain itu, mahasiswa PKPA juga memberikan informasi terkait terapi non farmakologi
ataupun saran perbaikan pola hidup seperti pada pasien batuk akan disarankan untuk
dapat mengurangi makanan yang berminyak.
2. Studi Kelayakan Apotek UGM
Studi kelayakan (feasibility study) apotek adalah suatu rancangan secara
komperhensif mengenai rencana dalam pendirian apotek baru yang dilihat darisegi
pengabdian profesi maupun segi bisnis apakah layak untuk didirikan atau tidak. Tujuannya
adalah untuk menghindari penanaman modal yang tidak efektif dalam memberikan
keuntungan bagi penanam modal. Sebelum membuat study kelayakan harus dilakukan
survey terlebih dahulu mengenai lokasi, sarana penunjang, saingan dan lain-lain yang
berhubungan dengan pendirian apotek (Hartono,2003).
Studi kelayakan yang dilaksanakan oleh mahasiswa PKPA Apotek UGM hanya
terbatas pada diskusi dan sharing pengalaman bersama apoteker yang dilaksanakan selama
pelaksanaan PKPA. Studi kelayakan penting untuk diketahui oleh mahasiswa PKPA karena
sebagai parameter untuk mengetahui kelayakan pendirian suatu apotek dari segi bisnis dan
profesi sehingga pendirian apotek sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan akan
menguntungkan nantinya dari segi bisnis. Dalam diskusi studi kelayakan, materi utama yang
di diskusikan lebih mendalam diantaranya aspek yang perlu dinilai dalam studi kelayakan
Apotek UGM antara lain:
a. Aspek Teknis/Lokasi
Dalam penetuan lokasi suatu usaha banyak aspek yang perlu diperhitungkan.
Sebagai faktor yang digunakan sebagai dasar, aspek pasar merupakan masalah yang

21
tidak boleh diaabaikan. Penentuannya harus mempertimbangkan segi penyebaran dan
pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah dokter yang berpraktek,
sarana pelayanan kesehatan, hygiene lingkungan dan faktor lainnya seperti  jarak
dengan apotek lain dan jumlah apotek yang ada pada lokasi yang sama. Aspek ini juga
memperhatikan bagaimana desain dan tata letak ruangan (layout) yang nantinya akan
digunakan sebagai sarana pelayanan kefarmasian.
Apotek UGM berada di lokasi yang strategis karena terdapat dalam lingkungan
kampus UGM, RSUP dr.Sardjito dan RS Panti Rapih. Letak apotek UGM juga mudah
diakses dengan kendaran umum maupun kendaraan pribadi karena letaknya berada di
pinggir jalan. Selain itu, desain dan tata letak apotek UGM cukup menarik dan cukup
luas dan disertai ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
b. Aspek pasar
Aspek pasar merupakan prioritas utama dalam pendirian apotek agar laju
perkembangan apotek sesuai dengan yang diharapkan. Aspek ini melihat dari jumlah
praktek dokter yang ada disekitar dan apotek pesaing sehingga dapat menentukan jenis
barang yang akan dijual, cara mendapatkan barang, bentuk pasar, target pasar dan target
konsumen (Anief, 2001).
Karena apotek UGM berada di dalam lingkungan kampus UGM sehingga target
pasar apotek UGM cukup luas seperti karyawan dan mahasiswa UGM itu sendiri atau
pasien yang sedang dirawat atau periksa di RSUP Dr. Sardjito maupun RS panti rapih
dapat menebus resep di apotek UGM. Selain itu karena apotek UGM terletak di jalan
raya provinsi sehingga banyak dilalui kendaraan yang memungkinkan untuk membeli
obat ke apotek UGM.
Di dalam apotek UGM sendiri terdapat pelayanan praktek dokter umum dan
dokter gigi serta melayani resep dari asuransi seperti BPJS, Mandiri In-Health dan IBU-
C serta resep dari rumah sakit. Sehingga dengan pelayanan tersebut apotek UGM dapat
mempersempit target pasar dan target konsumen dalam meyediakan obat bagi pasien.
Hal ini menjadi salah satu keunggulan dari apotek UGM yang merupakan pilihan
pertama pasien dalam membeli obat ataupun menebus resep. Disekitar apotek UGM
terdapat apotek pesaing yang lokasinya berjarak sekitar 500 meter.
c. Aspek Keuangan

22
Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk memperkirakan
berapa dana yang dibutuhkan untuk membangun sebuah apotek dan untuk
mengoprasikan sebuah apotek. Sumber dana pendirian apotek dapat dibagi menjadi dua
yaitu: modal sendiri baik dana pribadi atau beberapa orang dengan pembagian saham,
atau dengan pinjaman melalui bank atau non bank.

Aspek keuangan meliputi:

1) Investasi dan modal kerja


2) Penilaian analisis keuangan (PBP,ROI,NVP,IRR,BEP) yang berkaitan
dengan biaya operasional dan investasi.
Analisis ini menggunakan rumus sebagai berikut:

1
BEP = × Biaya tetap
1−(Biaya variabel /Pendapatan)

Return of Investment (ROI) merupakan alat analisa yang digunakan untuk


mengetahui seberapa besar laba yang bisa dihasilkan dari dana investasi yang
ditanamkan di apotek dengan membandingkannya terhadap dana yang tersimpan di
Bank. Analisis Pay Back Period (PBP) juga dilakukan guna mengetahui berapa lama
modal yang terpakai akan kembali dari pendirian Apotek. Rumus yang digunakan untuk
menghitung kedua jenis analisis adalah sebagai berikut:

Laba Bersih
ROI = x 100 %
Total Investasi
Total Investasi
PBP =
Laba Bersih
d. Aspek Manajerial
Untuk menjalankan suatu usaha diperlukan sistem manajemen yang baik dalam
melaksanakan tugas-tugas pokok dalam suatu pelayanan apotek sehingga dapat brjalan
dengan baik. Tugas-tugas tersebut dapat disesuaikan dengan jabatan-jabatan tertentu
yang tersusun dalam suatu organisasi. Aspek manajemen meliputi:
1) Strategi manajemen: visi, misi, strategi, program kerja dan SOP
2) Bentuk badan usaha

23
3) Struktur organisasasi
4) Jenis dan program kerja
5) Tenaga kerja
Apotek UGM berada dibawah pimpinan PT.GMUM sehingga untuk struktur
organisanya dipimpin langsung oleh direktur PT.GMUM. Manajer Apotek yang
sekaligus menjadi Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) langsung
bertanggungjawab kepada direktur PT. GMUM. Rumah Sehat dan Apotek UGM dalam
menjalankan proses pelayanannya memiliki lima divisi yaitu divisi pelayanan, divisi
pendidikan dan penelitian, divisi logistik, divisi asuransi dan divisi keuangan.
Pegawai yang dimiliki oleh Rumah Sehat dan Apotek UGM berjumlah 19 orang pegawai
yang terdiri dari 5 orang Apoteker, 2 orang Reseptir, 2orang bagian keuangan, 1orangkasir,
2orang Perawat, 3 orang bagian HealtyMart, 2 orang petugas kebersihan dan 2 orang Satpam.
Pembagian waktu kerja di Rumah Sehat dan Apotek UGM didasarkan pada 2shift yaitu shift
pagi dan shift sore berdasarkan jumlah jam operasional pelayanan.
Pada kesempatan ini mahasiswa PKPA mendapatkan tugas untuk membuat Studi
Kelayakan Cabang Apotek UGM. Kemudian Studi kelayakan yang telah dikerjakan oleh
mahasiswa PKPA Apotek UGM di presentasikan dalam diskusi. Studi kelayakan penting
untuk diketahui oleh mahasiswa PKPA karena sebagai parameter untuk mengetahui
kelayakan pendirian suatu apotek dari segi bisnis dan profesi sehingga pendirian apotek
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan akan menguntungkan nantinya dari segi bisnis.

3. Pengelolaan Sediaan Famrasi


Menurut Permenkes RI Nomor 73 tahun 2016 mengenai Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek pasal 3 poin (2), Standar pelayanan kefarmasian di Apotek
tentang pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
(BMHP) meliputi 7 aspek, yaitu sebagai berikut.
a. Perencanaan
b. Pengadaan
c. Penerimaan

24
d. Peyimpanan
e. Pemusnahan
f. Pengendalian
g. Pencatatan dan pelaporan
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP di Apotek UGM telah
terintegrasi menggunakan program Integrated Applications Apotek Sistem (IAAS)
8.0.8,2019. Jenis program ini didesain khusus untuk pengelolaan obat di apotek yang
berkaitan dengan pengadaan, persediaan, data konsumen, pelaporan keuangan apotek
hingga data mengenai tanggal kadaluwarsa sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
serta nomor batch produk. Berikut adalah alur pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP di Apotek UGM
a. Perencanaan
Perencanaan yaitu kegiatan pemilihan obat, jumlah dan harga perbekalan
farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk mengindari kekosongan
obat atau penumpukan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan. Dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain
konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan
dengan anggaran persediaan (DEPKES RI, 2004)
Metode – metode Perencanaan menurut Permenkes Nomor 73 tahun 2016 yaitu
sebagai berikut.
1) Metode konsumsi yaitu metode berdasarkan analisis data konsumsi pada
penggunaan obat bulan atau tahun sebelumnya dengan berbagai penyesuaian
yang telah diperhitungkan. Setelah itu hasilnya masih dikelompokkan dalam
kategori yang habis cepat (fast moving) dan yang lama habis (slow moving).
2) Metode epidemiologi yaitu perhitungan berdasarkan pola penyakit, frekuensi
penyakit, pola pengobatan dan data kunjungan.
3) Metode kombinasi adalah gabungan perhitungan metode konsumsi yang telah
dikoreksi dengan metode epidemiologi.
4) Metode just in time yaitu perencanaan yang dilakukan ketika obat dibutuhkan
dan ketersediaannya di apotek tidak mencukupi makan dapat dilakukan order
sesuai jumlah yang dibutuhkan.

25
Metode perencanaan persediaan di Apotek UGM menggunakan metode
kombinasi yaitu metode kombinasi dan epidemiologi. Metode epidemiologi
didasarkan pada penyebaran penyakit dan jenis penyakit yang sering terjadi pada
kurun waktu tertentu sedangkanmetode konsumsi didasarkan pada pengeluaran obat
pada periode sebelumnya yang didapat dari hasil rekapitulasi seluruh pemakaian
obat dan dikelompokkan dalam kategori fast moving (cepat beredar) maupun slow
moving (lambat beredar). Selain itu di Apotek UGM memperhatikan beberapa hal
seperti pola peresepan oleh dokter dan permintaan pasien, serta spekulasi
(pengambilan barang dalam jumlah besar karena diskon yang besar).
b. Pengadaan
Kegiatan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai di Apotek UGM dilakukan oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek.
Pelaksaan pengadaan dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu yaitu setiap hari
Selasa, Kamis dan Sabtu yang. Namun, terkadang pemesanan obat-obat dapat
dilakukan diluar waktu yang telah ditentukan atau setiap hari jika dibutuhkan.
Pengadaan barang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan
disesuaikan dengan anggaran keuangan yang ada. Dalam melakukan kegiatan
pengadaan ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan adalah sebagai berikut.
1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diadakan memiliki izin edar atau
nomor registrasi.
2) Mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan dapat
dipertanggung jawabkan.
3) Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan berasal dari jalur resmi.
4) Dilengkapi dengan persyaratan administrasi
Kriteria pemilihan PBF (Pedagang Besar Farmasi) juga sangatlah penting
berkaitan dengan terjamin nya mutu dan kualitas suatu sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
Dalam pemilihan PBF ada beberapa hal yang Apotek UGM pertimbangkan
dalam memilih PBF,sesuai dengan Permenkes Nomor 1148 tahun 2011 syarat
pemilihan PBF yaitu sebagai berikut.

26
1) Memiliki izin resmi yang dikeluarkan oleh Dirjen bidang pembinaan dan
pengawasan.
2) Izin berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang.
3) Harus mendapatkan pengakuan dari pihak Dinas Kesehatan Provinsi.
4) Telah memiliki NPWP.
5) Dilakukan badan hukum, koperasi dan PT.
6) Tersedia perbekalan farmasi dan alkes yang memenuhi syarat mutu dan kualitas
dapat dipercaya
7) PBF wajib menyediakan perbekalan farmasi yang memenuhi syarat mutu dan
sumber yang sah.
Selain mempertimbangkan hal diatas Apotek UGM juga mempertimbangkan
beberapa hal yang ditetapkan sendiri oleh Apotek UGM, antara lain sebagai berikut.
1) Kecepatan dan keamanan pengiriman barang
2) Besarnya potongan harga (discount) yang diberikan
3) Memberikan barang yang memiliki Expired Date atau tanggal kadaluwarsa
lebih dari satu tahun dan kualitas barang yang dikirim memenuhi standar.
4) Kemudahan dalam retur barang
5) Adanya kemudahan dalam pembayaran baik secara cash maupun kredit dengan
sistem adanya jangka waktu (tempo).
Prosedur atau tahapan pengadaan obat dan perbekalan farmasi di Apotek UGM
yaitu:
- Melakukan pengumpulan data obat yang akan dipesan seperti melihat dari
IAAS dan buku defekta (buku yang digunakan untuk menuliskan barang habis
atau hampir habis) obat dan perbekalan farmasi.Adanya sistem informasi
manajemen yang terkomputerisasi di Apotek UGM tentunya sangat
mendukung dalam pengelolaan obat, termasuk dalam hal ini buku defekta.
Informasi yang dapat diperoleh dari laporan defekta terkomputerisasi antara
lain periode laporan defekta, nama item beserta jumlah stok yang masih
tersedia dan nama distributor yang menditribusikan obat tersebut.
- Membuat surat pesanan berdasarkan kriteria obat yang akan dipesan berupa
obat reguler, prekursor, obat obat tertentu, psikotropika dan narkotika.

27
Kemudian menuliskan tanggal pemesanan, nama distributor, nomor blanko
SP, nama barang, jenis dan kekuatan sediaan, jumlah barang dan tanda tangan
penanggungjawab pemesanan dan stempel apotek. Barang-barang yang sudah
dipesan diberi tanda berupa coretan pada buku defekta sebagai tanda telah
dilakukan pemesanan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi dalam proses pengadaan.Apabila ada barang pesanan dan barang fast
moving habis maka dapat dilakukan pemesanan sesuai metode just in time.
Pengadaan obat-obat seperti narkotika harus dipesan di distributor utama yaitu
PT. Kimia Farma dan pembayaran dilakukan dilakukan secara langsung atau
Cash On Delivery (COD) dan untuk pengadaan obat BPJS harus
menyesuaikan PBF pemenang tender. Sedangkan untuk pengadaan obat
Inhealth dilakukan melalui Sistem Informasi Manajemen Obat (SIMO) yang
telah disediakan oleh pihak asuransi Mandiri Inhealth.
- Terdapat beberapa jenis SP yang digunakan di Apotek UGM diantaranya
sebagai berikut.
1. Surat pesanan regular untuk obat obat bebas, bebas terbatas, dan keras
berjumlah 2 rangkap. Lembar pertama untuk PBF , lembar kedua untuk
apotek. Namun jika PBF hanya memerlukan 1 lembar SP, maka 1 lembar
SP yang akan dijadikan arsip apotek. Surat pesanan regular di apotek
UGM umumnya menggunakan 2 rangkap SP yaitu lembar pertama untuk
arsip apotek dan lembar kedua untuk PBF karena PBF hanya memerlukan
1 lembar SP.
2. Surat pesanan obat-obat tertentu berjumlah 3 rangkap.
Lembar yang pertama untuk PBF, lembar yang kedua untuk arsip apotek
dan lembar ketiga untuk penerimaan barang. Yang termasuk ke dalam obat-
obat tertentuadalah sediaan yang mengandung tramadol, triheksifenidil,
klorpromazin, amitriptilin dan haloperidol.
3. Surat pesanan prekursor berjumlah 3 rangkap.
Lembar pertamauntuk PBF, lembar kedua untuk arsip apotek dan lembar
ketiga untuk penerimaan barang. Dalam satu surat pesanan prekursor dapat
memesan lebih dari satu macam obat yang menangdung prekursor.

28
Menurut PKBPOM Nomor 40 tahun 2013 yang termasuk obat-obat
prekursor adalah efedrin, pseudoefedrin, norefedrin/fenilpropanolamin,
ergotamin, ergometrin atau potassium permanganat.

4. Surat pesanan obat psikotropika berjumlah 3 rangkap.


Satu surat pesanan boleh memat lebih dari 1 itemobat. Lembar yang
pertama untuk PBF, lembar kedua untuk arsip Apotek, dan yang terakhir
untuk penerimaan barang.
5. Surat pesanan obat narkotika berjumlah 5 rangkap.
Satu surat pesanan hanya boleh memuat satu itemdan satu kekuatan obat.
Lembar yang pertama untuk pedagang besar farmasi (PBF) Kimia Farma,
lembar kedua untuk BPOM, Lembar ketiga untuk Dinas Kesehatan
Kabupten/Kota, lembar yang keempat untuk General Manager Kimia
Farma dan sisanya untuk arsip apotek.
Pembelian dapat berupa pemesanan langsung dan tidak langsung. Pemesanan
langsung adalah pemesanan yang dilakukan apabila sales dari PBF/distributor
datang ke apotek untuk mengecek barang. Sedangkan pembelian tidak langsung
dilakukan melalui telepon atau whatsapp yang kemudian surat pesanan diberikan
saat petugas PBF datang mengantarkan barang yang dipesan. Khusus untuk
psikotropika dan narkotika, pemesanan tidak dapat dilakukan melalui telepon. Surat
pemesanan obat psiktotropika dan narkotika harus di tandatangani oleh apoteker
penanggungjawab dan diserahkan ke PBF terlebih dahulu.
Proses pembayaran obat dan sediaan farmasi yang dipesan melalui PBF terdapat
3 jenis, yaitu pembayaran secara cash, kredit atau konsinyasi. Jenis pembayaran cash
dilakukan pada obat narkotika sedangkan pembayaran kredit (jatuh tempo), tanggal
jatuh tempo pembayaran sudah tertera pada faktur. Jatuh tempo pembayaran
umumnya sekitar 21 – 30 hari setelah barang diterima. Barang konsinyasi
merupakan produk yang ditipkan ke apotek. Jika belum terjual akan dikembalikan ke
PBF.
c. Penerimaan
Penerimaan barang datang dilakukan dengan memeriksa kecocokan barang yang

29
datang dengan faktur dan surat pesanan. Komponen yang diperiksa antara lain
alamat atau tujuan, nama barang yang dipesan, jumlah barang, tanggal expired date ,
harga yang tertera dalam surat pesnaan, kondisi fisik barang yang diterima dan
nomor batch. Setelah semua proses pengecekan selesai, dilakukan penandatanganan
dan cap pada faktur. Umumnya faktur terdapat 3 lembar, untuk lembar asli dan
kedua dikembalikan ke PBF sebagai arsip dan keperluan hutang dagang dan satu
lembar digunakan sebagai arsip apotek. Data pada faktur diinput kedalam komputer
(IAAS). Setiap barang yang terdapat di faktur kemudian dimasukkan ke dalam IAAS
oleh Apoteker sebagai pembaharuan jumlah stok. Faktur yang semua barangnya
telah dimasukkan dalam sistem IAAS disimpan sesuai abjad PBF dan nomor
fakturnya oleh bagian administrasi, untuk memudahkan pencarian faktur dikemudian
hari.
Apabila terdapat barang yang tidak sesuai terkait nama obat, kemasan obat
rusak, jumlah obat, maka barang tersebut dikembalikan dengan konfirmasi
kesalesman.Adapun dokumen yang diperlukan untuk melakukan retur barang ke
PBF adalah faktur pembelian dari barang tersebut. Apabila terdapat ketidaksesuaian
terkait nomor batch atau tanggal kadaluwarsa(jika tanggal kadaluwarsa masih
dalam rentang 1 tahun dari tanggal penerimaan barang) maka nomor batch dan
tanggal kadaluwarsa yang tertera dalam faktur dapat disesuaikan dengan yang
tertera pada kemasan obat. Alur penerimaan narkotika diterima oleh Apoteker
Penanggungjawab Apotek, untuk obat psikotropika, prekursor dan OOT dapat
diterima oleh Apoteker yang memiliki surat izin praktek apoteker yang telah
diberikan wewenang oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek. Apoteker
akanmenandatangani faktur tersebut setelah sebelumnya dilakukan kesesuaian
dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi nama
narkotika, psikotropika, prekursor dan OOT, bentuk dan kekuatan sediaan, kemasan,
tanggal kadaluarsa dan jumlah yang dipesan.

d. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

30
(BMHP) di Apotek UGM telah dilakukan sesuai dengan Permenkes RI Nomor 73
tahun 2016 yaitupenyimpanan obat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dapat dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pad
wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan
tanggal kadaluwarsa.
2) Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas
terapi obat serta disusun secara alfabetis.
4) Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO
(First In First Out).
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkansuhu penyimpanan, jenis
obat asuransi atau regular, golongan obat, bentuk sediaan obat, kelas terapi,alfabetis,
dan Firsf ln First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan obat
dan perbekalan farmasi di Apotek UGM disimpan berdasarkan golongan obat,
kelompok terapi farmakologinya, bentuk sediaan, suhu penyimpanan dan urutan
sesuai alfabetis serta obat untuk pasien BPJS kesehatan atau asuransi lainnya terletak
dibagian dalam pada rak khusus yaitu rak obat-obatan asuransi untuk memudahkan
pencarian obat ketika pelayanan. Obat-obat non resep (OTC) diletakkan terpisah
denganobat keras dan OWA. Obat-obat OTC diletakkan di etalase yang terletak di
bagian depan. Penyimpanan obat asuransi kesehatan, obat narkotik, psikotropik, dan
OOT dipisahkan dari penyimpanan obat reguler. Obat narkotika, psikotropika, dan
OOT disimpan di dalam lemari khususdengan 2 pintu, tidak mudah dipidahkan dan
berkunci ganda yang terletak di dalam ruang peracikan yang tidak terlihat langsung
oleh pasien. Untuk obat-obatan herbal dan alat kesehatan juga disimpan dalam
tempat terpisah dari obat OTC dan obat keras. Obat herbal dan alat kesehatan
disimpan di etalase khusus yang terpajang di bagian depan meja pelayanan apotek.
Obat yang membutuhkan suhu penyimpanan khusus seperti suppositoria, insulin,
ovula, vaksin, antibiotik co-amoxiclav harus disimpan dalam kulkas yang suhunya

31
dikontrol (2-8oC) sebanyak 3 kali pada setiap harinya yaitu pada pukul 09.00, 15.00
dan 21.00 WIB.
Penyimpanan obat di Apotek UGM selain disusun secara alfabetis, dipisahkan
berdasarkan suhu penyimpanannya dan dikelompokkan secara farmakologi,juga
dibedakan berdasarkan jenis pembayaran obat tersebut apakah pembayaran regular
atau asuransi. Selain itu, penyimpanan obat di Apotek UGM juga dilakukan secara
FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Penyimpanan secara
FIFO adalah barang yang datang terlebih dahulu adalah barang yang dijual lebih
dahuluselama tanggal kadaluarsa obat lebih pendek/sama dengan barang yang lain,
sedangkan untuk FEFO, barang yang memiliki masa kadaluarsa lebih pendek
dikeluarkan terlebih dahulu meskipun merupakan barang yang datang terakhir.Obat
yang memiliki kesamaan bentuk dan nama LASA (Look a like sound a like)
diberikan stiker kuning dan diberi tanda LASA kemudian diberi nama dan macam-
macam dosisnya lalu dipisahkan untuk menghindari kesalahan pengambilan.
Persediaan obat atau perbekalan farmasi yang memiliki jumlah yang sedikit
dapatlangsung diletakkanpadarakatauetalase obat.Jikabarangyang datang jumlahnya
cukup banyak dan tidak tertampung pada rak atau etalase obat, maka barang tersebut
disimpan digudang.
e. Pemusnahan
Pemusnahan obat dan perbekalan farmasi dilakukan pada barang tersebut telah
rusak atau kadaluarsa dan tidak bisa ditukar ke PBF. Terdapat beberapa kebijakan
dari industri farmasi yang masih dapat menerima retur barang kadalursa jika
seminggu sebelumnya telah diretur dan ada juga yang sehari sebelum kadaluarsa
masih bisa dikembalikan. Prosedur pemusnahan obat tergantung dari golongan obat
dan jenis bentuk sediaan. Golongan obat psikotropika atau narkotika dan prekursor,
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015
tentang pemusnahan obatnya, yaitu penanggung jawab apotek menyampaikan surat
permohonan saksi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai
Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
BPOM menetapkan petugas yang akan menjadi saksi dalam pemusnahan sesuai
dengan surat permohonan.

32
Pemusnahan obat dan perbekalan farmasi selain psikotropika dan narkotika di
Rumah Sehat dan Apotek UGM dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak ketiga
yaitu PT. Arah Enviromental Indonesia yang merupakan perusahaan
penyalur/fasilitator untuk melakukan pengelolaan limbah B3 yang sudah
memiliki izin pengelolaan pemusnahan limbah B3 sesuai perundang-undangan.
Obat-obat yang kadaluarsa tersebut sebelumnya harus dikelompokkan berdasarkan
golongan dan bentuk sediaan. Sebelum dibawa oleh pihak ketiga, obat-obat tersebut
harus dihancurkan bentuk dan kemasan primernya terlebih dahulu agar tidak
disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Pengambilan obat dan
perbekalan farmasi dilakukan setiap 3 bulan sekali dan dilakukan pembayaran setiap
satu tahun sekali. Berita acara pemusnahan akan diserahkan kepada pihak apotek
setelah sediaan farmasi dimusnahkan oleh pihak yang bekerjasama dengan PT. Arah
Enviromental Indonesia kemudian berita acara pemusnahan akan ditandatangani
oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) dan salinan berita acara
pemusnahan diserahkan kepada Dinas Kesehatan sebagai bukti pemusnahan.Apotek
UGM melakukan pemusnahan obat rusak dan kadaluwarsa setiap 3 bulan sekali
dengan melampirkan berita acara pemusnahan yang telah ditanda tangani oleh APA
Apotek UGM. Kemudian untuk pemusnahan obat narkotika dan psikotropika
dilakukan secara serentak di Dinas Keshatan Kabupaten/Kota dan dilakukan secara
berkala mengikuti penjadwalan dari Dinas Keshatan Kabupaten/Kota.
Resep yang telah disimpan lebih dari 5 tahun dapat dimusnahkan dan di
Apotek UGM terkait pemusnahan resep dilakukan sendiri oleh pihak Apotek
UGM dengan disaksikan oleh Apoteker dan karyawan apotek. Resep dimusnahkan
dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan resep menggunakan 2 formulir dan selanjutnya dilaporkan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

f. Pengendalian
Pengendalian stok obat di Rumah Sehat dan Apotek UGMdilakukan dengan
menggunakan kartu stok baik secara manual mapun elektronik namun di Apotek
UGM lebih sering menggunakan kartu stok elektronik melalui aplikasi IAAS serta

33
melakukan stock opname setiap satu tahun sekali dan sampling stok setiap bulan
yang dibantu oleh mahasiswa PKPA yang sedang bertugas. Stock opname ini
dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kesesuaian stok barang yang ada di
komputer dengan stok fisik yang ada di Apotek. Apabila terdapat ketidaksesuaian
antara stok yang ada di komputer dan stok fisik, maka petugas langsung melakukan
pemeriksaan perihal perbedaan stok tersebut, sehingga penyebab perbedaan stok
tersebut dapat segera diketahui dan diatasi. Selain itu stock opnamejuga dilakukan
untuk mengetahuiapakah ada baranghabisatau hampir habis. Jika terdapat
kekosongan obat atau obat hampir habis, obat tersebut dicatat dalam buku habis
barang (buku defecta) yang berisi daftar obat yang jumlahnya habis atau stoknya
sedikit. Pengendalian secara elektronik Apotek UGM telah menggunakan sistem
komputerisasi dalam pendokumentasian setiap transaksi dengan menggunakan
program IAAS versi 8,0.8.2019 yang meliputi semua transaksi seperti pembelian,
penjualan, penerimaan,dan pengeluarankas dimasukan ke komputer secara langsung
melalui program ini.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Menurut Permenkes Nomor 73 tahun 2016, pencatatan dilakukan setiap
proses pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP meliputi pengadaan
(surat pesanan dan faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota dan struk
penjualan) dan pencatatan lainya disesuaikan dengan kebutuhan.
Bentuk pencatatan yang dilakukan oleh Apotek UGM diantaranya adalah sebagai
berikut.
1) Setiap saat melakukan pengadaan, APA membuat surat pesanan yang diajukan
pada PBF, barang datang akan disertai faktur dan kemudian faktur akan
dicocokkan dengan barang yang datang.
2) Setiap pasien melakukan transaksi pembayaran maka akan diberikan struk
sebagai bukti bahwa pasien telah melakukan pembayaran.
3) Buku rekam medis dilakukan untuk megetahui riwayat pengobatan pasien
sebelumnya.
Pelaporan yang dilakukan di Apotek UGM terdiri dari pelaporan internal dan
eksternal.Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan

34
manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan
eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan narkotika,
psikotropika, dan pelaporan lain.Pelaporan internal ditujukan kepadaFakultas
Farmasi UGM dan PT. Gama Multi Usaha Mandiri yang terkait dengan laporan
keuangan. Pelaporan internal dilakukan setiap bulan dan akhir tahun. Pelaporan
eksternal di Apotek UGM yaitu pelaporan obat psikotropik dan narkotik yang
dilakukan setiap bulannya melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika) secara online sebelum tanggal 10. Selain itu, Apotek UGM
bekerjasama dengan asuransi sehingga dilakukan jugapelaporanresep-
resepasuransisetiap bulannya untuk kebutuhan klaim. Pelaporanuntukresep Mandiri
InHealth dilakukan setiap bulan sebelum tanggal 5, pelaporan resep BPJS Kesehatan
juga dilaporkan tiap awal bulan, dan pelaporan resep IBU-C dilakukan setiap akhir
bulan.

35
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Mahasiswa PKPA mendapatkan pengetahuan serta gambaran mengenai peran, fungsi


dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek.
2. Mahasiswa PKPA mendapatkan ilmu dan kesempatan untuk mempelajari
permasalahan-permasalahan yang biasa muncul di apotek, serta mahasiswa juga dilatih
untuk mengatasi permasalahan tersebut.
3. Mahasiswa PKPA dilatih untuk menjadi sosok yang professional dan kompeten, untuk
persiapan memasuki dunia kerja secara nyata.
4. Bedasarkan Permenkes Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, Apotek UGM telah memenuhi ketentuan yang berlaku sebagai
pelayanan kefarmasian di apotek.
5. Apotek UGM merupakan tempat pengabdian profesi apoteker yang memiliki
fungsi dalam hal pelayanan kesehatan (patient oriented), bisnis (profit oriented) dan
pendidikan, sehingga apotek UGM mampu menjadi sarana dalam pengabdian profesi
apoteker yang berlandaskan tanggung jawab moral dan etika profesi.
6. Pelayanan kefarmasian apotek di Apotek UGM meliputi pengelolaan obat
(perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pengelolaan obat rusak dan
kadaluarsa, pengelolaan narkotika dan psikotropika), pengelolaan resep, pengelolaan
administrasi, pengelolaan administrasi dan pengelolaan sumber daya manusia sudah
berjalan dengan baik.
7. Sistem manajerial di Apotek UGM mencakup bidang pengadaan, penyimpanan,
tertib administrasi, keuangan, dan manajemen SDM telah terencana dengan baik dan
sudah menggunakan sistem yang canggih (IIAS).

36
B. SARAN

1. Penyimpanan obat-obatan LASA (Look Alike Sound Alike) di apotek masih belum
maksimal, sehingga diharapkan kedepannya untuk lebih memperhatikan obat-obat yang
termasuk LASA (Look Alike Sound Alike) untuk dikelola dengan baik supaya
meminimalkan Medication Error.
2. Perlu diadakannya daftar harga secara manual untuk meminimalisir kesalahan jika
terjadinya error pada sistempada waktu tertentu.

37
DAFTAR PUSTAKA

Anief. M. 2001. Manajemen Farmasi. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Departemen Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
Tahun 2016 tentang Apotek. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 73
Tahun 2016 tentang Apotek. Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Direktur Jenderal Pajak, 2016, Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016
Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan
Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan
dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi, Jakarta

Hartono. 2003. Manajemen Apotek. Depot Farmasi Obat.


Kementerian Hukum dan HAM RI. 2009. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor
51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Kementerian Hukumdan HAM RI:
Jakarta.

Kementerian Hukum dan HAM RI. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Kementerian Hukum dan HAM RI: Jakarta .
Kementerian Hukum dan HAM RI. 2013. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib
Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Kementerian Hukum dan HAM RI:
Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1148 /Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi.
MenteriKesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Menteri Kesehatan RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

38
LAMPIRAN

39
DOKUMENTASI

Lampiran 1.Contoh Faktur dari PBF Lampiran 2.Tampilan system IAAS

Lampiran 3.Etalase depan obat OTC

Lampiran 4.Etalase belakang obat keras

40
Lampiran 5.Kulkas penyimpanan obat

Lampiran 6.Tempat peracikan obat resep Lampiran 7.Peracikan obat di Apotek UGM

Lampiran 8.Konseling di Apotek UGM Lampiran 9.Penerimaaan obat dari PBF di Apotek UGM

41
LEMBAR KERJA FARMASI KLINIS

A. Skrining Resep

Drg. M.R.S
Jl. Gejayan
SIP 446/xx/xx/xx

Yogyakarta, 5/11/2019

R/ Kalmoxilin syr fl II
S 3 dd 1

R/ Tempra syr fl I
Sprn cth II

Pro: DGR Umur: 5 tahun


BB: 18kg

1. Skrining Administratif
Nama Dokter Nama Pasien
Alamat Dokter Umur Pasien …
SIP Dokter Berat Badan Pasien
Paraf Dokter Alamat Pasien

2. Skrining Farmasetik
Skrining Masalah
Ket.(Sesuai/Tidak)
Farmasetis Farmasetis
Bentuk sediaan Sesuai
Kekuatan sediaan Sesuai
Stabilitas Sesuai
Kompabilitas Sesuai

42
3. Skrining Klinis
a. Ketepatan Indikasi
Ket. (Sesuai/ Tidak/
Keluhan dan Obat yang
Indikasi Duplikasi)
penyakit pasien diresepkan

Sakit gigi dan Kalmoxilin sirup Antibiotik Sesuai


nyeri gigi
Tempra syrup Demam dan Nyeri gigi Sesuai

Kondisi Pasien
Data Lab :-
Obat Lain yang
Sedang Dikonsumsi : -
Pola Hidup :-

b. Ketepatan Dosis

Nama Obat Dosis Resep Dosis Terapi Ket. Rekomendasi


Dosis
Amoxsan 3 x sehari 2 cth 20-50mg/kgBB Sesuai 120-300mg tiap
125mg/5 ml 250mg 20 x 18 = 360 -> minum atau
Sesudah makan 120mg/minum 360-900mg/hari
Tiap 8 jam 50 x 18 = 900 ->
300mg/minum
Tempra syr 160 3 x sehari 2 cth 10-15mg/kgBB/ Over Dosis 1,5 cth (7,5ml)
mg/5ml 320 mg minum Atau setara 240
Sesudah makan 180-270 mg mg
Tiap 8 jam

c. Peracikkan dan Penimbangan Obat


Nama obat Kebutuhan /obat yang diracikkan Cara Meracik Beyond Use Date Obat
Amoxsan Tidak diracik
Tempra syrup Tidak diracik

43
d. Riwayat Alergi
Alergi yang Dimiliki Pasien Keterangan
Obat -
Lingkungan (debu, polusi, dingin, asap) -
Binatang (bulu binatang) -
Makanan -

e. Efek Samping Obat


Nama Obat Efek Samping Obat
Amoxsan Mual,muntah
Tempra syrup Diare, mual,muntah

4. Drug Related Problem (DRP)

Dosis tidak tepat (over dosis).

5. Pengatasan DRP

Menurunkan dosis obat


Rentang dosis tempra syrup (paracetamol) adalah 10-15mg/kgBB tiap
minum. Jadi rentang dosisnya adalah 180-270mg tiap minum
sedangkan sediaanya 160mg/5ml jadi dosis yang tepat adalah 240 mg
atau setara dengan 7,5ml atau 1.5 sendok teh.

6. KIE dan Monitoring

Memberikan motivasi agar patuh untuk minum obatnya.


Untuk cara minum obatnya
1. Amoxsan diminum 3 x sehari 2 cth sesudah makan tiap 8 jam
harus habis. Sebagai antibiotik
2. Tempra syrup diminum jika nyeri 3 x sehari 1,5 sendok teh atau
setara dengan 7,5ml. Hentikan jika sudah tidak nyeri gigi.
Menganjurkan agar anak D tidak makan-makanan yang terlalu
diongin,panas agar tidak memicu rasa sakit di giginya.
Selalu menjaga kebersihan mulut minimal sikat gigi 2 x sehari pagi
setelah makan dan malam sebelum tidur.

44
7. ETIKET

An. D 05/11/2019

Amoxsan
125mg/5ml
3 x sehari 2cth tiap 8 jam
Sesudah makan
Harus Habis

An. D 05/11/2019

Tempra syrup
160mg/5ml
3 x sehari 1,5cth (7,5ml)
Sesudah makan
Jika Nyeri gigi

45
8. Salinan copy resep

APOTEK UNIVERSITAS GADJAH MADA


JL. PROF SARDJITO NO.25 YOGYAKARTA SIA
503/6359

SALINAN RESEP

No. 1 Tgl: 05/11/2019


Dari Dokter:drg. M.R.S Tgl: 05/11/2019
Untuk:An. DGR
R/ Kalmoxilin syr fl II
S 3 dd 1

--------------------------------------------det-------------------
R/ Tempra syr fl I
Sprn cth II
-------------------------------------------det--------------------

PCC

Apt SIPA

46
B. Swamedikasi

Data Pasien : Ny.B


Symptoms and Signs : Gatal dan merah-merah pada bagian perut karena memakai
korset tiap hari.
Allergies :-
Medications :-
Past Medical History :-
Last Meal Oral Intake : -
Events Leading To Illness : Pasien memakai korset terlalu lama
Rekomendasi Obat dan Aturan Pakai
- Betamethasone cream dioleskan pada bagian yang gatal dan merah 2-3 kali sehari.
Sebelum obat dioleskan terlebih dahulu bagian yang akan dioleskan dibersihkan
menggunakan lap bersih atau tisu kemudian oleskan cream tipis-tipis.

KIE :
- Rajin membersihkan bagian yang gatal
- Usahakan bagian yang merah harus tetap kering dan tidak lembab
- Jangan menggaruk bagian yang gatal

C. Konseling

Nama Pasien : Anisa Nur


Umur : 20 th
Diagnosa :-
Jenis Kelamin : Perempuan
No Telpon : 081331680665
Nama obat, dosis, dan cara pemakaian:
Proneuron no x: 3x sehari 1 tablet (prn)
Neurodex no V1 : 1 x sehari 1 tablet
Keluhan : Pusing, susah tidur
Riwayat Alergi : -
KIE:
- Minum obat sesuai yang diresepkan
- Menjaga pola tidur, kurangi stress
- Banyak minum air putih

47
D. Pelayanan Sediaan Khusus

Jenis Pelayanan
Resep □ OTC 

Keluhan : batuk, kemudian sesak makin parah karena batuk.


Alergi : debu
Riwayat Penggunaan Obat : Synbicort Turbuhaler 80/4.5 ng/dose
Riwayat Penyakit : Asthma
Aturan pakai dan cara menggunakan sediaan khusus:
Symbicort Turbuhaler : 2 x Sehari 1 Hisapan
Cara Pakai:
1. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
2. untuk pemakaian turbuhaler pertama kali saat dibuka dari kemasan,
putar dan lepaskan tutup turbuhaler dengan menarik tutup turbuhaler ke
atas dalam posisi tegak
3. putar turbuhaler ke kanan dan ke kiri dan ke arah kanan lagi sampai
bunyi “klik”.
4. Latihan nafas seperti biasa, lalu hembuskan nafas kuat-kuat menjauh
dari ujung turbuhaler.
5. Katupkan mouthpiece di antara bibir, dongakkan kepala sedikit.lalu
hisap obat sekuat-kuatnya.
6. Keluarkan alat dari mulut, dan tahan selama 5-10 detik. Setelah itu
bernafaslah seperti biasa.
7. Bersihkan ujung mouthpiece dengan tisu kering dan bersih kemudian
pasang kembali tutup turbuhaler, lalu simpan di tempat obat.
8. Berkumurlah menggunaan air bersih untuk menghindari pertumbuhan
jamur dimulut dan sariawan.

48
E. Pelayanan Perbekalan Farmasi Lain (Alat Kesehatan dan Herbal)
Nama Perbekalan Fungsi
Farmasi Selain
Obat
Spuit 3cc Untuk mengambil obat dan memasukan cairan obat pada tubuh
pasien sebanyak 3cc
Spuit 5cc Untuk mengambil obat dan memasukan cairan obat pada tubuh
pasien sebanyak 5cc
NGT Untuk mengantarkan nutrisi kebadalam tubuh, dengan cara
selang dimasukan melalui hidung sampai ke lambung
Urine bag Kantong untuk menampung urin
Condom Catheter Mengalirkan air seni ke urine bag
Gazeero Membantu meredakan perut kembung
Tolak Angin Biru Membantu meredakan gejala flu, meredakan masuk angin dan
meningkatkan daya tahan tubuh
Tolak Angin Membantu meredakan masuk angina, kembung, mual, meriang
dan tenggorokan kering
Madu Syamil Membantu meningkatkan daya tahan tubuh
Heltico Meningkatkan daya tahan tubuh

F. Pemantauan Terapi Obat


Pemantauan Terapi Obat
Data Pasien
Nama : Bp. H Jenis Kelamin : L
Umur : 57 tahun Berat Badan : 50,5 kg
Tinggi Badan : 157 cm No Telp : 081328050xxx
Alamat : Cokrokusuman JT2 Tanggal : 09 November 2019
Riwayat Penyakit : Hipertensi
Riwayat Pengobatan :

49
Analisis SOAP
Subyektif Obyektif Assesment Planning/Monitoring

Tekanan darah Tekanan darah 1. Setelah diterapi TD Planning:


pasien tidak pasien belum pasien masih belum Lanjutkan terapi dengan mengubah pola
terkontrol, pasien terkontrol: terkontrol dan saat cara pakai menjadi obat diminum sebelum
mengeluhkan 9/11 : 200/90 mmHg pasien makan makanan makan.
akhir-akhir ini 10/11: 180/90 mmHg yang sedikit asin kepala Non-Farmakologi:
sering sakit 11/11: 189/90 mmHg tambah terasa sakit. 1. Hindari dan kurangi asupan garam (maks
kepala dan jika 2. Terjadi DRP, yaitu 6g/hari)
pasien makan Terapi yang di pemakaian obat yang 2. Hindari makanan dan minuman pemicu
makanan yang berikan: kurang tepat naiknya TD
mengandung 1. Diltiazem 200mg dikarenakan pasien 3. Hindari stress
garam sedikit (Herbesser CD200) meminum obat pas saat 4. Pasien dianjurkan olahraga santai seperti
pasien merasakan 1x1 sesudah makan, jalan di pagi hari minimal 30 menit
kepala semakin 2. Candesartan 16 mg sebaiknya pemakaian Monitoring:
sakit pada bagian 1x1 kedua obat tersebut Monitoring MESO obat Diltiazem dan
belakang kepala. diminum sebelum Candesartan: Edema
Diagnosa: HT makan atau saat perut Monitoring efektifitas terapi dengan
kosong. monitoring TD (goal <140/90 mmHg)

50
LEMBAR KERJA PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI
A. Perencanaan
Nama Obat Industri Farmasi Jumlah Sisa Jumlah
Pemakaian Stock yang
Obat dipesan
Sebelumnya
Herbesser CD 100 PT. Tanabe Indonesia 226 303 -69

Herbesser CD 200 PT. Tanabe Indonesia 415 304 124

Humalog mix 25 PT. Bayer Indonesia 3 0 3


Humalog mix 50 PT. Bayer Indonesia 13 28 -14

Irbesartan 150 mg PT. Pratiwi Agung 376 1325 -936

Irbesartan 300 mg PT. Pratiwi Agung 300 976 -657

Pro K Inj PT. Meiji Indonesia 8 0 8

Kendaron PT. Darya Varya 76 0 76

Levemir PT. Pharmacon 6 11 -4


Indonesia
Lisinopril PT. Dexa Medica 129 696 -562
Rumus yang digunakan untuk menghitung perencanaan:
Jumlah pemakaian sebelumnya (30 hari) x 2 hari + safety stock – sisa stock
Keterangan : 2 hari merupakan lead time rata – rata di apotek UGM
Safety stock : (Jumlah pemakaian dalam 1 bulan/ 30) x lead time)

B. Pengadaan
Kategori Obat Nama Obat Distributor yang dipilih
Obat Bebas Ferlin drop 30 ml Anugerah Pharmindo lestari
Obat Keras Cataflam 50 mg Anugerah Pharmindo lestari
Jamu Kuldon Sariawan Bina San Prima
Obat Keras Fenofibrat 100 mg Enseval Putera Magatrading
Obat Keras Clopidogrel Enseval Putera Magatrading
Obat Bebas Pamol Syr Enseval Putera Magatrading
Obat Bebas Terbatas Siladex DMP 60 ml Marga Nusantara Jaya
Obat Bebas Terbatas Siladex Merah 60 ml Marga Nusantara Jaya
Obat Bebas Termorex Syr 60 ml Marga Nusantara Jaya
Obat Keras Cendo Tobro 5 Penta Valent

51
C. Penerimaan

Nama Obat Suplier Industri Farmasi

Kanamycin 1 gr injeksi PT. Merapi Utama Pharma PT. Meiji Indonesian

Welmove strip PT. Mensa Bina Sukses PT. Ultra Sakti


Paramex nyeri otot PT. Marga Nusantara Jaya PT. Konimex

Glimepirid 4 mg PT. Kimia Farma PT. Hexapharm Jaya


Ferriz drops PT. Kebayoran Pharma PT. Nicholas
Azithromycin 200 mg PT. Parit Padang Global PT. Dankos Pharma
Becom-C Caplet PT. Bina San Prima PT. Sanbe
Theragran-N PT. Parit Padang Global PT. Thaiso Pharmaceutical
Indonesia
Konicare kayu putih PT. Marga Nusantara Jaya PT. Konicare
125 ml
Cataflam 25 mg PT. Sumber Agung Sentosa PT. Novartis

D. Penyimpanan

Nama Obat Letak Obat Suhu Kesesuaian Catatan


Penyimpanan Penyimpanan
Obat (̊C) Obat

Claneksi Kulkas 2-8 sesuai -


Vip Albumin Vitamin 25-30 Sesuai -
Cataflam 25 mg Analgesik 25-30 Sesuai -
Glimepirid 4 mg Kardiovaskular 25-30 Sesuai -
Ferriz Drops Vitamin 25-30 Sesuai -
Theragran-M Vitamin 25-30 Sesuai -
Amoxicillin dry Antibiotik (rak obat 25-30 Sesuai -
syrup cair)
Bisoprolol Kardiovaskular 25 – 30 Sesuai -
fumarat 2,5 mg
Welmove strip Vitamin 25-30 Sesuai -
Kanamycin 1 gr Rak obat injeksi 25-30 Sesuai -
injeksi

52
E. Control Inventory

Nama Barang Stok Fisik Stok Komputer Selisih Keterangan


Cendo Xitrol 3 3 - Sesuai
Baquinor 0,3% 1 1 - Sesuai
TM
Psidii 153 153 - Sesuai
Rebone forte 20 20 - Sesuai
sachet
Ossovit tablet 50 50 - Sesuai
Plantacid sirup 1 botol 1 botol - Sesuai
Mucohexin 4 botol 4 botol - Sesuai
syrup
Triaminic bapil 14 botol 14 botol - Sesuai
Hufalysin new 3 botol 3 botol - Sesuai
60 ml
Sanmol drop 5 botol 5 botol - Sesuai

F. Pengelolaan Obat Rusak dan Kadaluarsa

Nama Obat Jumlah Penyebab Penanganan


rusak/kadaluarsa
Brilinta 90 mg 56 ablet - Disusun
Lodoz 20 tablet berdasarkan
DMP 10 tablet FEFO.
Viccillin 10 vials - Selalu
Maxiflocilin hcl 6 tablet mengecek
tanggal
Kadaluarsa
kadaluarsa
(supaya dapat
didistribusikan
yang tanggal
kadaluarsanya
cepat).

53
G. Berita Acara Pemusnahan

BERITA ACARA PEMUSNAHAN OBAT KADALUARSA/RUSAK

Pada hari ini…………...tanggal………..…bulan…………..tahun………….sesuai dengan


peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 35 tahun 2014 tentang Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, kami yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Apoteker Pengelola Apotek : ……………………………
Nomor SIPA : ……………………………
Nama Apotek : …………………………...
Alamat Apotek : …………………………...
Dengan disaksikan Oleh :
1. Nama :
NIP :
Jabatan :
2. Nama :
NIP :
Jabatan :

Telah melakukan pemusnahan obat sebagaimana tercantum dalam daftar terlampir.


Tempat dilakukan pemusnahan: …………………………

Demikian berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab.
Berita acara ini dibuat rangkap 4 (empat) dan dikirim kepada :
1. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
2. Kepala balai pemeriksaan obat dan makanan
3. Kepala dinas kesehatan provinsi
4. Arsip di apotek

………………2019……….
Saksi-saksi
1. ……………..………….. Yang membuat berita acara
NIP.
2. ……………………….... …………………………..
NIP. NO. SIPA

54
DAFTAR OBAT YANG DIMUSNAHKAN

N Nama Obat Jumlah Alasan Pemusnahan


O
1. Brilinta 90 mg 56 tablet Kadaluarsa
2. Lodoz 20 tablet Kadaluarsa
3. DMP 10 tablet Kadaluarsa
4. Viccillin 10 vials Kadaluarsa
5. Maxiflocilin hcl 6 tablet Kadaluarsa

………………2019……….
Saksi-saksi
3. ……………..………….. Yang membuat berita acara
NIP.
4. ……………………….... …………………………..
NIP. NO. SIPA

55

Anda mungkin juga menyukai