Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN PELAYANAN FARMASI RUMAH SAKIT PKU

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TH 2010

Konsideran:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun2009 tentang Rumah Sakit
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/ Menkes / SK /X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi Rumah Sakit
7. Surat Keputusan tentang Standar Pelayanan Minimal
8. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
9. Pedoman Akreditasi Rumah Sakit 16 bidang pelayanan
10. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia 2003
11. Kebijakan Mutu RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
12. Rencana Strategis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta th 2009-2014
13. Struktur organisasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
14. Penunjukan tim-tim dan uraian tugas Komite Medik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

A. RENCANA STRATEGIS

FILOSOFI
Pelayanan farmasi adalah wujud amal shalih yang dilandasi iman dan taqwa kepada Allah SWT,
melalui penyediaan obat bermutu dan pelayanan asuhan kefarmasian yang tidak terpisahkan dari
sistem kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi pada peningkatan kualitas hidup pasien.

VISI
Terwujudnya pelayanan farmasi yang terpecaya dengan kualitas pelayanan dan pendidikan
kefarmasian yang Islami, aman, profesional, cepat, nyaman dan bermutu.

MISI
1. Mewujudkan pelayanan farmasi yang berkualitas melalui penerapan asuhan kefarmasian dan
dengan dukungan manajemen yang efektif dan efisien
2. Meningkatkan mutu tenaga kefarmasian melalui penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan
keprofesian yang didasari nilai-nilai ajaran agama Islam
3. Mewujudkan dakwah amar makruf nahi mungkar di bidang farmasi.

TUJUAN
1. Melangsungkan dan mengembangkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan
biasa maupun keadaan gawat darurat sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang ada.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian,
sumpah, peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
3. Melaksanakan KIE mengenai obat dan penggunaannya serta ajaran-ajaran Islam yang
berhubungan dengan pelayanan kefarmasian.
4. Menyediakan perbekalan farmasi yang bermutu untuk kepentingan pelayanan kesehatan di
rumah sakit, mengelola dan mengawasi penggunaannya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
5. Melakukan dan memberikan pelayanan bermutu melalui analisa, telaah, dan evaluasi
pelayanan.
6. Mendorong karyawan dan lingkungan untuk belajar seumur hidup (life-long learner).
7. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.
8. Memberikan konsultasi dan sebagai rujukan tentang pelayanan farmasi di lingkup amal usaha
Muhammadiyah

STRATEGI
1. Menginternalisasi budaya Islami dalam organisasi dan mengimplementasikan ajaran agama
Islam dalam memberikan pelayanan kefarmasian
2. Pemenuhan terhadap standar input berbasis standar MUTU, baik kualitas maupun kuantitas
sesuai pelayanan kesehatan yang dilakukan.
3. Melakukan pelayanan yang memenuhi standar MUTU.
4. Melaksanakan kegiatan berbasis Balance Score Card: .
Perspektif keuangan:
a. meningkatkan produktivitas melalui perbaikan struktur biaya (efisiensi belanja dan
meminimalisasi kerugian karena perbekalan farmasi rusak dan kadaluarsa) dan pemaksimalan
utilisasi aset (mengelola aset dengan efisien dan melakukan investasi utk memperlancar proses
produksi)
b. pertumbuhan melalui peningkatan pendapatan dan peningkatan nilai bagi pelanggan.
Perspektif pelanggan:
c. Memberikan perbekalan farmasi yang berkualitas dengan harga yang seekonomis mungkin
d. memberikan pelayanan dengan salam, sapa, senyum, sopan, santun (5S) dalam rangka dakwah
Islam
Perspektif proses bisnis internal:
e. mengupayakan pengelolaan perbekalan farmasi mulai dari proses seleksi, perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, distribusi sampai dengan penggunaan berjalan efisien, efektif dan
optimal
f. menciptakan nilai tambah bagi pelanggan melalui kecepatan pelayanan, kenyamanan dan
penerapan asuhan kefarmasian yang berorientasi pada keselamatan pasien
g. Memberikan layanan purna jual berupa kemudahan retur dan layanan konsultasi dalam
penggunaan obat.
h. Melakukan proses kerja yang Rapi, Resik, Rawat, Rajin dan Ringkes (5R), aman dan ramah
lingkungan.
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan:
i. meningkatkan kompetensi Sumber Daya Insani melalui pendidikan dan pelatihan yang
berkesinambungan
j. menciptakan budaya Islami organisasi
k. menciptakan sistem reward dan disreward yang membangun motivasi
l. pemanfaatan teknologi untuk mendukung proses pelayanan
5. Memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatan berdasar pada ketentuan yang sudah ditetapkan
6. Mengukur kinerja baik individual maupun organisasi instalasi FRS, baik dengan
menggunakan Balance Score Card maupun dengan indikator mutu yang berlaku di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Yogyakarta

B. KEBIJAKAN UMUM

PELAYANAN FARMASI
Pelayanan farmasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan di rumah
sakit dan diberikan dalam 24 jam setiap hari, kepada pasien rawat jalan, pasien rawat inap dan
unit-unit lain di lingkungan rumah sakit.
Instalasi farmasi juga mendistribusikan obat kepada institusi lain di luar rumah sakit melalui unit
Dana Sehat Muhammadiyah, serta ikut serta dalam pelayanan sosial rumah sakit (CSR).
Pelayanan farmasi meliputi penyediaan, pengadaan dan pendistribusian seluruh perbekalan
farmasi yang digunakan di rumah sakit, serta bertanggung jawab menyajikan informasi semua
kegiatan pelayanan dan pekerjaan kefarmasian yang dilakukan di rumah sakit (sistem farmasi
satu pintu).
Pelayanan farmasi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta diselenggarakan oleh
bagian setingkat Instalasi yang dikepalai oleh Apoteker yang sudah memiliki Surat Izin Kerja
atau VISUM yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kepala
Instalasi bertanggung jawab terhadap terselenggaranya pelayanan farmasi yang sesuai dengan
Undang-Undang, peraturan dan pedoman yang berlaku.

ORGANISASI
1. Bagan Organisasi
Bagan organisasi menggambarkan pembagian tugas, koordinasi dan kewenangan serta fungsi.
Bagan Organisasi Instalasi Farmasi ditetapkan oleh Badan Pengurus Harian RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta melalui proses evaluasi, analisa dan telaah dengan
mempertimbangkan peningkatan mutu pelayanan dan mengantisipasi perubahan standar
pelayanan kefarmasian baik nasional maupun internasional.
Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker dan dibantu oleh beberapa Kepala Urusan
dengan kualifikasi pendidikan dan kompetensi yang ditetapkan oleh Rumah Sakit.
2. Administrasi dan Pelaporan
Administrasi dilakukan oleh tenaga administrasi, meliputi administrasi kegiatan pelayanan,
administrasi perbekalan farmasi, administrasi keuangan dan administrasi penghapusan.
Pelaporan adalah pendataan kegiatan dan evaluasi mutu yang dilakukan setiap bulan oleh kepala
urusan dan dilaporkan kepada Kepala Instalasi untuk diadministrasi, diolah dan dianalisa. Hasil
analisa berupa informasi manajemen yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan dan
sebagai umpan balik untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Laporan rutin yang harus dibuat setiap bulannya meliputi:
a. Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika
b. Laporan jumlah lembar resep, dan lembar resep generik
c. Kejadian tidak dikehendaki (KTD) dan kejadian nyaris cidera (KNC)
d. Mutu pelayanan sesuai dengan sasaran mutu yang ditetapkan.
SUMBER DAYA INSANI (SDI)
1. Kualifikasi dan Standar Kompetensi
SDI yang ada di Instalasi Farmasi meliputi:
a. Untuk pekerjaan kefarmasian meliputi: Apoteker dan Asisten Apoteker (AMF, SMF), yang
sudah teregistrasi
b. Untuk pekerjaan administrasi, meliputi: operator/teknisi komputer, akuntansi keuangan dan
tenaga administrasi, yang memahami kefarmasian
c. Untuk pekerjaan teknis pengelolaan perbekalan farmasi meliputi Asisten Apoteker dan tenaga
umum non farmasi (pekarya)
Kompetensi yang dipersyaratkan:
a. Apoteker: sesuai dengan Standar Kompetensi Apoteker tahun 2003
b. Asisten Apoteker:
1) Mampu melakukan pekerjaan teknis kefarmasian termasuk menyiapkan, meracik dan
memberikan informasi dasar penggunaan obat.
2) Mampu mengelola perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Tenaga non kefarmasian: mampu mendukung terlaksananya pelayanan kefarmasian yang
bermutu, efektif dan efisien
2. Perencanaan dan analisa SDI
Analisa SDI memperhatikan:
a. Kapasitas tempat tidur dan BOR
b. Jumlah resep
c. Volume perbekalan farmasi
3. Pengadaan SDI
Pengadaan SDI dilakukan oleh Bagian SDI Rumah Sakit melalui proses evaluasi, analisa dan
telaah yang melibatkan Kepala Instalasi Farmasi menggunakan metode proporsional dgn
kombinasi Full Time Ekivalen dan mengacu pada standar pelayanan farmasi yang berlaku.
4. Orientasi dan Penempatan
Program orientasi untuk karyawan baru dilakukan selama 1 minggu di setiap jenis pelayanan
(rawat jalan dan rawat inap) dan waktu pelayanan pagi (shift pagi). Setelah menjalani masa
orientasi, karyawan baru ditempatkan sesuai dengan kebutuhan. Orientasi juga diberlakukan
untuk karyawan dimutasi dan dievaluasi kinerjanya.
5. Mutasi SDI
Secara berkala dilakukan mutasi SDI dengan mempertimbangkan:
a. Efektifitas pelayanan
b. Pengayaan pengalaman kerja karyawan
6. Pengukuran Kinerja
Kinerja karyawan diukur dengan standar yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit. Pemberian
reward dan disreward mengikuti kebijakan Rumah Sakit. Kepala Instalasi Farmasi wajib
memberikan masukan baik diminta maupun tidak dalam menetapkan standar kinerja karyawan
Instalasi Farmasi.
7. Pendidikan dan Pelatihan
Setiap karyawan harus mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan baik yang
diselenggarakan internal Rumah Sakit maupun external sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan, sedikitnya 1 kali dalam setahun. Bersama dengan bagian Pendidikan dan Pelatihan
Rumah Sakit, Kepala Instalasi Farmasi merencanakan program pengembangan SDI.
8. Evaluasi
Evaluasi terhadap manajemen SDI dilakukan setiap tahun untuk menilai efektifitas kebijakan.

FASILITAS DAN PERALATAN


1. Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.
b. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di rumah sakit.
c. Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan langsung pada
pasien, dispensing serta ada penanganan limbah.
d. Memenuhi persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan keamanan
baik dari pencuri maupun binatang pengerat.
e. Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, sinar/cahaya,
kelembaban, ventilasi dan sistem pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan
petugas.
f. Ruang pelayanan harus cukup untuk seluruh kegiatan pelayanan farmasi rumah sakit dan
terpisah antara ruang pelayanan pasien rawat jalan, pelayanan pasien rawat inap dan pelayanan
kebutuhan ruangan.
g. Sebaiknya ada ruang khusus untuk apoteker yang akan memberikan konsultasi kepada pasien
dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien.
h. Sebaiknya tersedia ruangan untuk menyimpan sumber informasi yang dilengkapi dengan
teknologi komunikasi dan sistem penanganan informasi yang memadai untuk mempermudah
pelayanan informasi obat.
i. Harus ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan
dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan dan
teknik manajemen yang baik.
2. Peralatan
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk perlengkapan
dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk obat luar dan dalam.
Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran dan memenuhi persyaratan, peneraan
dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap tahun.
Peralatan minimal yang harus tersedia:
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baik nonsteril maupun aseptik.
b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip.
c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat.
d. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan psikotropika
e. Lemari pendingin dan AC untuk perbekalan farmasi yang termolabil.
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik.
g. Pemadam Kebakaran.
h. Peralatan untuk penyimpanan obat sitostatika dan bahan berbahaya harus dibuat secara khusus
untuk menjamin keamanan petugas dan pasien.

KEUANGAN
1. Penyusunan Anggaran
Anggaran disusun oleh Kepala Instalasi berdasarkan masukan dari kepala urusan dan diajukan
kepada team anggaran sesuai dengan kebijakan Rumah Sakit. Anggaran disusun dengan
memperhatikan anggaran tahun sebelumnya, strategi organisasi, aktivitas yang dilakukan serta
asumsi-asumsi yang rasional. Anggaran yang diajukan meliputi rencana anggaran belanja
perbekalan farmasi, anggaran pendapatan, dan anggaran lain yang dibutuhkan untuk operasional
kegiatan dan pengembangan mutu pelayanan.
2. Pemanfaatan dan Pengendalian Anggaran
Pemanfaatan anggaran diupayakan seoptimal mungkin. Evaluasi anggaran dilakukan setiap 3
bulan untuk melihat tingkat realisasi pencapaian.
3. Semua penerimaan dan pengeluaran dana sepenuhnya dikelola oleh rumah sakit melalui unit
keuangan dan pelaporannya dilaksanakan oleh unit akutansi.
4. Pembelian seluruh perbekalan farmasi yang diperlukan oleh rumah sakit harus melalui
Instalasi Farmasi, dilaporkan kepada bagian keuangan dan pembayarannya dilakukan oleh
bagian keuangan tiga kali dalam sebulan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pembelian tanggal 1 s/d 10, dibayar pada tanggal 5 bulan berikutnya.
b. Pembelian tanggal 11 s/d 20, dibayar pada tanggal 15 bulan berikutnya.
c. Pembelian tanggal 21 s/d 31, dibayar pada tanggal 25 bulan berikutnya.
d. Pembayaran dilakukan atas faktur penjualan yang resmi dikeluarkan oleh pemasok, dilengkapi
dengan Surat Pesanan dan kuitansi pembayaran.
e. Faktur penjualan yang dibayar adalah faktur yang sudah melalui proses penitipan faktur di
Instalasi Farmasi.
5. Tarif pelayanan ditentukan berdasarkan kebijakan Direksi atas usulan dan pertimbangan dari
Instalasi Farmasi dan Tim Tarif.
6. Nilai uang perbekalan farmasi yang rusak atau kadaluarsa dilaporkan ke bagian akuntasi untuk
dilakukan proses penghapusan kekayaan.
7. Laporan Keuangan.
Laporan keuangan dibuat oleh Kepala Instalasi setiap bulannya, meliputi:
a. Laporan pembelian perbekalan farmasi
b. Laporan pendapatan dan biaya
c. Laporan stock opname tiap tiga bulan
d. Laporan nilai obat kadaluarsa dan rusak setiap tiga bulan
e. Laporan nilai obat death stock setiap tiga bulan

SISTEM DOKUMENTASI DAN INFORMASI MANAJEMEN


1. Penyimpanan dokumen (resep, faktur, surat pesanan, laporan, surat-surat).
Resep dan faktur disimpan selama 3 tahun dan setelah itu dimusnahkan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Surat-surat, laporan-laporan, evaluasi kinerja dan administrasi lainnya harus dikelola dengan
baik, disimpan minimal 3 tahun atau selama masih berlaku.
2. Manajemen data
Kepala Instalasi bertanggung jawab terhadap manajemen data, melakukan analisa, telaah dan
menyajikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
3. Sistem informasi
Sistem informasi di Instalasi Farmasi merupakan bagian integral dari sistem informasi
manajemen (SIM) rumah sakit melalui jaringan area lokal (LAN-Local Area Network) dan dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan manajemen. Pengelolaan sistem
informasi baik perangkat keras, perangkat lunak dan fasilitas penunjang lainnya merupakan
tanggung jawab unit Elektronic Data Processing (EDP). Panduan teknis pemanfaatan SIM
dikeluarkan oleh unit EDP disertai tingkatan password untuk menjamin keamanannya.
4. Pemanfaatan informasi.
Informasi diberikan kepada pihak manajemen dan untuk kepentingan penelitian dapat diberikan
dengan mempertimbangkan kebijakan dan kode etik organisasi.

MANAJEMEN PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI


Seluruh perbekalan farmasi yang digunakan di Rumah Sakit harus melalui Instalasi Farmasi
(Kebijakan Satu Pintu) dan dikelola secara efisien sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen
operasi.
Perbekalan farmasi yang dikelola oleh Instalasi Farmasi meliputi obat, bahan baku obat, alat
kesehatan habis pakai, reagensia, film dan kontras radiologi, gas medik, cairan antiseptik dan
desinfektan, nutrisi enteral dan parenteral, alat bantu fisioterapi, kosmetika, bahan konservasi
dan dekoratif gigi, serta indikator sterilisasi.
Pengelolaan perbekalan farmasi dimulai dari proses seleksi (pemilihan obat), perencanaan,
pengadaan, penyimpanan dan distribusi serta penggunaan.

1. Seleksi (Pemilihan obat yang digunakan di RS)


a. Pengertian
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di Rumah Sakit,
identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan
memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
b. Tujuan
Proses seleksi bertujuan menjamin penggunaan obat yang rasional, pengelolaan perbekalan
farmasi yang efektif dan kualitas perbekalan farmasi yang digunakan di Rumah Sakit.
c. Pelaksana seleksi adalah Panitia Farmasi dan Terapi dengan melibatkan peran aktif apoteker
sebagai sekretaris.
d. Mekanisme seleksi
Seleksi dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria seleksi sbb:
1) Relevan dengan pola penyakit,
2) Terbukti aman dan efektif,
3) Performance baik dalam berbagai setting,
4) Kualitas memadai termasuk bioavailabilitas, bioekivalensi dan stabilitas, serta memiliki
Certificate of Analysis (CoA)
5) Memiliki rasio cost-benefit yang tinggi dihitung dari total biaya perawatan
6) Diutamakan obat yang sudah dikenal baik dengan profil farmakokinetik yang baik dan dibuat
di dalam negeri.
7) Diproduksi oleh perusahaan farmasi yang sudah memiliki sertifikat mutu CPOB/GMP
8) Diutamakan obat esensial dan senyawa tunggal
e. Sistem Formularium:
Formularium Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah daftar obat yang
diterima/disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) untuk digunakan di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dan dapat dievaluasi, direvisi dan disuplementasi pada setiap batas
waktu yang ditentukan. Proses evaluasi, revisi dan suplementasi dilakukan oleh PFT secara
reguler berdasarkan usulan dari dokter/SMF dan masukan dari Instalasi Farmasi. Penggunaan
obat diluar formularium diperkenankan apabila diperlukan dan mendapat persetujuan dari
Komite Medik.
f. Monitoring dan Evaluasi kepatuhan formularium.
Monitoring terhadap pelaksanaan formularium dilakukan oleh Kepala Instalasi secara berkala
meliputi kesesuaian penulisan resep dengan formularium dan penulisan obat di luar formularium.
g. Evaluasi terhadap proses seleksi dilakukan setiap 1 tahun sekali meliputi:
1) Persentase obat DOEN dalam formularium
2) Persentase usulan kebijakan obat yang diterima PFT
3) Persentase kepatuhan terhadap formularium
4) Persentase kepatuhan terhadap SOP form pengusulan obat baru

2. Procurement (Perencanaan, pengadaan)


a. Perbekalan farmasi yang direncanakan pengadaannya oleh Instalasi Farmasi adalah obat sesuai
dengan formularium dan suplemen formularium serta perbekalan farmasi lainnya.
b. Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Kepala Instalasi dibantu oleh kepala urusan
logistik menggunakan metode konsumsi dengan penyesuaian. Unit-unit di Instalasi Farmasi dan
di luar Instalasi Farmasi mengusulkan perencanaan di unitnya masing-masing kepada kepala
urusan logistik farmasi, untuk kemudian dilakukan crosscheck dengan data distribusi, dan
apabila ada ketidak sesuaian jenis dan jumlah, dilakukan pembicaraan dan penyesuaian.
c. Perhitungan perencanaan tahunan dilakukan pada bulan Oktober tahun sebelumnya
menggunakan data penggunaan/distribusi obat rata-rata setiap bulannya (Januari-September),
dengan mempertimbangkan:
1) Sisa stok
2) Kejadian stock out
3) Trend penggunaan
4) Usulan perencanaan dari unit
5) Analisis Pareto ABC dan VEN
6) Anggaran tahun sebelumnya
d. Pengadaan dilakukan oleh Kepala Instalasi, dan apabila berhalangan dapat didelegasikan
kepada Kepala Urusan Logistik dengan tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan Kepala
Instalasi.
e. Pengadaan perbekalan farmasi di RS PKU Muhammadiyah meliputi:
1) Pembelian
2) Produksi
3) Donasi
f. Sistem pengadaan dengan pembelian adalah pembelian langsung (direct procurement) dan
pembelian dengan negosiasi (negotiation procurement), dilakukan setiap hari kerja,
menggunakan analisa ROP (Re-order point), EOQ (Economic Order Quantities), EOI (Economic
Order Interval), trend pemakaian dan kapasitas penyimpanan. Dalam kondisi tertentu seperti
adanya penawaran khusus, penyesuaian harga atau program Rumah Sakit, pembelian dapat
dilakukan dalam jumlah besar dengan memperhatikan anggaran dan kondisi keuangan Rumah
Sakit.
Pembelian dengan nilai di bawah 50 juta rupiah menggunakan Surat Pesanan (PO) yang
ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi, dan pembelian diatas 50 juta rupiah harus
menggunakan Surat Pesanan (PO) yang ditandatangani oleh Direktur Rumah Sakit.
g. Pemasok yang dipilih harus memenuhi standar mutu dan diutamakan sole distributor atau
distributor yang ditunjuk oleh pabrik/produsen/importir obat dan alat kesehatan serta harus
memenuhi persyaratan pemasok sebagai berikut:
1) Memiliki Surat Izin Usaha Pedagang Besar Farmasi dari Badan POM RI
2) Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
3) Memiliki Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak beserta Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP)
4) Memiliki Surat Tanda Daftar Perusahaan
5) Lebih diutamakan pemasok yang memiliki Sertifikat Mutu
6) Memberikan jaminan pelayanan, meliputi:
Jaminan sustainibilitas dan kontinuitas produk
Pemberian informasi yang jelas mengenai produk, termasuk informasi perubahan harga,
informasi stock out, informasi discontinue serta penarikan produk
Memiliki kebijakan yang jelas mengenai retur obat kadaluwarsa dan penarikan obat, lebih
diutamakan pemasok yang memiliki kebijakan retur obat pada bulan kadaluarsa dan kemasan
jual terkecil.
Pengiriman tepat waktu, diutamakan pemasok dengan lead time tidak lebih dari 6 jam
Memberikan waktu jatuh tempo pembayaran yang fleksibel
Ketepatan packing dan labeling, serta bersedia menerima retur apabila packing dan labeling
tidak sesuai
h. Pengadaan obat /alkes diluar formularium atau apabila terjadi keterlambatan suplai dari
pemasok resmi dapat dilakukan ke apotek rekanan atau apotek/rumah sakit lain yang memiliki
izin resmi. Instalasi Farmasi tidak diperkenankan membeli perbekalan farmasi di jalur nonformal
i. Evaluasi proses perencanaan dilakukan setiap tahun meliputi:
1) Persentase dana yang tersedia dibandingkan dengan keseluruhan dana yang sesungguhnya
dibutuhkan
2) Penyimpangan perencanaan
3) Kecukupan obat
4) Kesesuaian SOP dalam pembuatan perencanaan dengan kenyataan
j. Monitoring dan evaluasi proses pengadaan dilakukan setiap bulan, meliputi:
1) Tingkat kesesuaian SOP pengadaan dengan kenyataan
2) Kesesuaian Lead time yang ditargetkan
3) Persentase obat yang tidak dapat dilayani sesuai surat pesanan
4) Persentase kesalahan surat pesanan
k. Monitoring dan Evaluasi pemasok dilakukan secara berkala dan menjadi acuan dalam proses
pengadaan perbekalan farmasi.
l. Produksi
Produksi perbekalan farmasi berupa kegiatan membuat, merubah bentuk dan pengemasan
kembali sediaan farmasi non steril, dan dilakukan oleh Asisten Apoteker berpengalaman.
Kriteria obat yang diproduksi:
1) Sediaan farmasi dengan formulasi khusus
2) Sediaan farmasi dengan harga murah
3) Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
4) Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran
m. Evaluasi terhadap proses produksi dilakukan setiap 6 bulan meliputi evaluasi harga jual dan
biaya produksi serta kesesuaian proses produksi dengan prosedur yang sudah ditetapkan
n. Obat-obat donasi atau bantuan baik dari lembaga pemerintah maupun swasta dikelola sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

3. Distribusi (penerimaan, penyimpanan, sistem delivery ke unit, dan dispensing kepada pasien)
a. Perbekalan farmasi yang didistribusikan oleh Instalasi Farmasi adalah obat sesuai dengan
formularium dan suplemen formularium, alat kesehatan habis pakai serta perbekalan farmasi lain
yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan rumah sakit.
b. Penerimaan perbekalan farmasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dilakukan oleh bagian
logistik farmasi setiap hari kerja dengan berpedoman:
1) Spesifikasi barang harus sesuai dengan Surat Pesanan
2) Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS)
3) Expire date minimal 2 tahun kecuali dengan kesepakatan khusus
4) Disertai dengan faktur/invoice atau tanda terima atau surat jalan yang dikeluarkan oleh
pemasok.
c. Distribusi/delivery perbekalan farmasi dari gudang farmasi dilakukan ke:
1) Depo farmasi rawat inap
2) Depo farmasi rawat jalan
3) Depo distribusi khusus dan produksi
d. Penyimpanan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi dibedakan menurut bentuk sediaan dan
suhu yang menjamin mutu obat/alkes, dikelompokkan berdasarkan kelas terapi, disertai dengan
sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Obat-
obat narkotika dan psikotropika harus disimpan dalam lemari tersendiri dan selalu terkunci.
Hanya Apoteker atau Asisten Apoteker yang sudah memiliki Surat Izin Kerja yang berhak untuk
mengambil obat-obat narkotika dan psikotropika. Bahan yang mudah terbakar, korosif, eksplosif
dan iritatif disimpan di tempat tersendiri terpisah dari obat lain.
e. Perbekalan farmasi disimpan dengan prinsip FIFO (First In First Out), dimana barang yang
datang lebih dahulu harus dikeluarkan lebih dahulu, dan FEFO First Expired First Out), dimana
barang yang memiliki waktu kadaluarsa lebih dekat harus dikeluarkan lebih dahulu.
f. Monitoring penyimpanan dilakukan setiap hari meliputi monitoring suhu dan kelembaban.
g. Sistem distribusi/dispensing kepada pasien rawat inap (In-patient) adalah sistem kombinasi
antara ward floor stock (persediaan obat di ruangan) dengan Individual Prescription (peresepan
individu). Resep dikaji dan divalidasi terlebih dahulu sebelum disiapkan dan diserahkan kepada
perawat. Sistem Unit Dose Dispensing merupakan sistem distribusi/dispensing obat yang
dipertimbangkan untuk dilaksanakan.
h. Distribusi/dispensing obat kepada pasien rawat jalan (Out-patient) menggunakan sistem
Individual Prescription (peresepan individu). Resep dikaji dan divalidasi terlebih dahulu sebelum
disiapkan dan diserahkan kepada pasien disertai informasi mengenai aturan pakai, cara
penyimpanan, dan informasi lain mengenai penggunaan obat. Apabila diperlukan dapat
dilakukan proses konseling oleh Apoteker kepada pasien/keluarga pasien.
i. Apabila terjadi kesalahan dalam proses dispensing (dispensing error), harus segera dilaporkan
kepada komite keselamatan pasien, untuk kemudian dilakukan tindak lanjut.
j. Evaluasi proses penyimpanan dilakukan setiap 3 bulan meliputi:
1) Persentase kesusaian kartu stok dengan computer dan barang (sample/cyclic counting)
2) Persentase keseauaian penyimpanan barang dengan metode yang ditetapkan
(FIFO/FEFO/suhu dan kelembaban)
3) TOR = Turn Over Ratio
4) Persentase obat yang rusak dan kadaluwarsa
5) Persentase obat mati (death stock: obat yang tidak digunakan dalam waktu 3 bulan)
6) Tingkat ketersediaan obat (obat tidak terlayani karena stock out)
k. Monitoring dan evaluasi proses dispensing dilakukan setiap bulan meliputi:
1) Average consultation time: rata-rata waktu yang digunakan dalam konsultasi/pemberian
informasi obat
2) Average dispensing time: rata-rata waktu yang digunakan untuk memberikan pelayanan sejak
resep diterima sampai obat diberikan kepada pasien disertai informasi
3) Persentase jumlah resep/obat yang dilayani bandingkan dengan keseluruhan resep/obat yang
seharusnya dilayani
4) Kepuasan pelanggan (internal: tenaga kesehatn lain, eksternal: pasien)
5) Tingkat kevalidan resep yang dilayani
6) Kejadian salah menyerahkan obat
7) Kejadian near miss pelayanan resep
8) Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika
4. Asuhan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan adalah pendekatan
professional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan,
keahlian, ketrampilan dan perilaku apoteker serta bekerjasama dengan pasien dan profesi
kesehatan lain.
Meliputi:
a. Pengkajian resep
b. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat
c. Pelayanan informasi obat
d. Konseling
e. Pengkajian penggunaan obat
f. Pengkajian penggunaan alat kesehatan
Pelaksana pelayanan asuhan kefarmasian adalah seluruh apoteker yang sudah memiliki VISUM
dan atau SURAT IZIN KERJA, dan tergabung dalam Satuan Apoteker Fungsional RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Apoteker yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan asuhan
kefarmasian disebut sebagai Apoteker Jaga, dibagi dalam 3 shift selama 24 jam, dan kepadanya
diberikan Jasa Profesi Apoteker. Apabila diperlukan, Apoteker diperkenankan melakukan
dispensing obat-obat bebas, obat bebas terbatas dan Obat Wajib Apotek (OWA) untuk
kepentingan karyawan rumah sakit dan keluarganya, serta pasien rumah sakit lainnya.
5. Keselamatan pasien dalam proses penyerahan dan penggunaan obat harus diperhatikan dan
upaya-upaya pencegahan kejadian nyaris cedera (KNC) dan kejadian tidak dikehendaki (KTD)
harus terus dilakukan dan dikembangkan. Apabila terjadi kesalahan dalam proses penyerahan
obat (dispensing error) atau penggunaan obat (medication error), Instalasi Farmasi harus
mengambil langkah-langkah guna meminimalisir cedera dan melaporkan kejadian tersebut
kepada Komite Keselamatan Pasien RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

B. PROGRAM PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN PENELITIAN


Pendidikan dan pelatihan merupakan kegiatan pengembangan sumber daya manusia Instalasi
Farmasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk meningkatkan potensi dan produktifitasnya
secara optimal.
Pendidikan dan pelatihan yang wajib diikuti oleh seluruh SDI yang ada di Instalasi Farmasi
meliputi aspek manajemen praktis kefarmasian, farmasi klinik, informasi obat, serta pelayanan
farmasi paripurna. Seluruh staf Instalasi Farmasi juga diharuskan mengikuti kegiatan pembinaan
karyawan yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit.
Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah juga menyelenggarakan program pendidikan dan
pelatihan bagi calon tenaga farmasi yang berasal dari Universitas/Akademi yang diikat dalam
Memorandum of Understanding, untuk mendapatkan wawasan, pengetahuan dan ketrampilan di
bidang Farmasi Rumah Sakit yang sesuai dengan nilai-nilai agama Islam. Program penelitian
yang menunjang mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat di Rumah Sakit terus
dilakukan bekerjasama dengan Lembaga Penelitian atau Lembaga Pendidikan.

C. PENGENDALIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE)

Merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit terhadap pengelolaan perbekalan


farmasi untuk menjamin mutu, mencegah kehilangan, kadaluarsa, rusak serta keamanannya
sesuai dengan Kesehatan, Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3).
Pengendalian mutu juga dilakukan terhadap proses pelayanan untuk mencapai pelayanan farmasi
yang cepat, bermutu, aman, ringan dan Islami.
Penerapan Quality Assurance di Instalasi Farmasi bertujuan untuk memberikan kepastian mutu
produk dan mutu pelayanan farmasi yang diberikan kepada pasien. Quality Assurance juga
ditujukan untuk menjamin bahwa obat yang diberikan kepada pasien aman, efektif, rasional serta
cost-effective.
Standar mutu yang diacu adalah Standar Mutu yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang atau
standar lain yang sudah diakui baik regional, nasional maupun internasional.
Untuk memenuhi standar mutu, perlu diperhatikan aspek-aspek dibawah ini:
1. Aspek input:
a. Tersedia pedoman pelayanan farmasi, standard operating procedure serta instruksi kerja yang
mencakup semua aspek pelayanan farmasi yang dilakukan.
b. Tersedia dana, sarana, dan prasarana yang memadai yang meliputi perbekalan farmasi, gedung
dan perlengkapannya, tempat dan saranan penyimpanan, peralatan pelayanan resep dan
peracikan obat, system informasi yang valid dan reliable serta perlengkapan administrasi lainnya.
c. Adanya tenaga kefarmasian dan non kefarmasian dalam jumlah cukup, sesuai dengan
kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan, serta job description untuk masing-masing staf
yang didahului dengan analisa jabatan.
d. Adanya rencana dan program kerja.
e. Adanya program pengembangan dan pelatihan serta pendidikan berkelanjutan.
f. Adanya sasaran mutu yang ingin dicapai beserta tahap-tahap dan monitoring pencapaiannya.
2. Aspek proses
a. Dilaksanakannnya program dan kegiatan pelayanan sesuai pedoman, prosedur tetap, dan
instruksi kerja yang sudah ditetapkan.
b. Dilaksanakannya peningkatan mutu pelayanan secara berkesinambungan
c. Dilaksanakannya evaluasi terhadap input, proses dan output yang disertai dengan analisis dan
tindak lanjutnya.
3. Aspek output
a. Terselenggaranya pelayanan farmasi yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum, etika dan moral keIslaman.
b. Tersedianya perbekalan farmasi yang aman, bermutu baik dan dikelola sesuai dengan Undang-
undang dan peraturan yang berlaku.
c. Terselenggaranya pelayanan farmasi yang berorientasi pada keselamatan pasien dengan Zero
deffect.
Diposting oleh fardaks di 07.20
Label: PEDOMAN PELAYANAN R S PKU
A. Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas dirumah sakit, tempat
penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah
sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia, 2004). Instalasi Farmasi Rumah Sakit dikepalai oleh
seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat atau fasilitas
penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian
(Siregar dan Amalia, 2004).

B. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di


Rumah Sakit, tugas pokok farmasi Rumah Sakit adalah sebagai berikut:

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal


b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian
dan etik profesi
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu
pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit.

Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit adalah sebagai berikut:

a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi


b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

C. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Menurut Kepmenkes Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar Pelayanan Farmasi di


Rumah Sakit. Struktur organisasi minimal di Instalasi Farmasi Rumah Sakit yaitu :

a. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit


b. Administrasi Farmasi
c. Pengelolaan perbekalan farmasi
d. Pelayanan farmasi klinik
e. Manajemen mutu

D. Pengelolaan Pembekalan Farmasi


Menurut Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, fungsi pelayanan farmasi rumah
sakitsebagai pengelola perbekalan farmasi dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,
produksi, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian, pengendalian, penghapusan,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

1. Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit,
identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan
memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

2.Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang
sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang
telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan berdasarkan
DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku,
data catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa
persediaan,data pemakaian periode yang lalu, dan rencana pengembangan.

3.Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui,
melalui pembelian secara tender (oleh panitia pembelian barang farmasi) dan secara langsung
dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan, melalui produksi/pembuatan sediaan
farmasi (produksi steril dan produksi non steril), dan melalui sumbangan/droping/hibah.

4. Produksi
Merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi
steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria
obat yang diproduksi adalah sediaan farmasi dengan formula khusus, sediaan farmasi dengan
harga murah, sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil, sedian farmasi yang tidak
tersedia dipasaran, sediaan farmasi untuk penelitian, sediaan nutrisi parenteral, rekonstruksi
sediaan obat kanker.

5. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan
aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinasi atau sumbangan. Pedoman
dalam penerimaan perbekalan farmasi yaitu pabrik harus mempunyai sertifikat analisa, barang
harus bersumber dari distributor utama, harus mempunyai material safety data sheet (MSDS),
khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of origin, dan expire date
minimal 2 tahun.

6. Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan
menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya, mudah tidaknya
meledak/terbakar, dan tahan/tidaknya terhadap cahaya, disertai dengan sistem informasi yang
selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

7. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan
individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang
pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien
dengan mempertimbangkan:

a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada


b. Metode sentralisasi atau desentralisasi
c. Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi

Undang Undang mengenai Instalasi Farmasi


8 Mei 2016instalasifarmasi Tinggalkan komentar

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit

Pasal 1 Ayat 9 : Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan
seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.

JALUR PENGADAAN OBAT OLEH INSTALASI FARMASI


30 April 2016instalasifarmasi Tinggalkan komentar

Kelalaian yang harus diwaspadai bila kita sebagai orang yang bergelut dengan bidang
instalasi farmasi adalah ketersediaan obat-obatan digudang. Mengapa ketersediaan obat di
gudang menjadi hal yang harus di perhatikan ? karena bila tidak diperhatikan dengan baik akan
terjadi kekosongan obat saat pasien menginginkan obat tertentu. Masalah menjadi rumit saat
kekosongan obat ini berdampak buruk pada pasien, selanjutnya menjadi konsumsi publik dan
menyentuh ranah hukum pidana. Bila ini terjadi, bisa dipastikan berbagai pihak akan lepas
tangan dan mencari kambing hitam terhadap masalah yang ada instalasi kefarmasian seringkali
menjadi kambing hitam dalam kasus ini. Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan salah satu
komponen penting dalam manajemen rumah sakit. Pengelolaan obat bertujuan agar obat yang
diperlukan bisa selalu tersedia setiap saat diperlukan dalam jumlah yang cukup, tepat jenis, tepat
waktu dan mutu yang terjamin serta digunakan secara rasional. Jika pengelolaan tidak efisien
akan berdampak negatif terhadap rumah sakit secara medis maupun ekonomi (Quick et al, 1997).

Sebenarnya penyediaan obat di sebuah rumah sakit tidak hanya tanggung jawab instalasi
farmasi namun juga tanggung jawab banyak pihak diantaranya Secara garis besar, tahapan
pengelolaan obat meliputi: seleksi, perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan
penggunaan obat. Setiap tahapan tidak mudah dan tidak sederhana. Tahapan tahapannya dimulai
seperti berikut :
seleksi, perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan obat

1. Seleksi

Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan di rumah sakit,
mengidentifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan
memprioritaskan obat esensial serta melakukan standarisasi, menjaga dan memperbaharui
standar obat. Dasar-dasar seleksi kebutuhan obat tidaklah sembarangan. Obat dipilih berdasarkan
seleksi ilmiah, medis dan statistik yang memberikan efek terapi jauh lebih baik. Begitu
banyaknya obat yang beredar, tidaklah mungkin bagi rumah sakit untuk menyediakan semua
obat yang ada. Tim di rumah sakit yang melibatkan berbagai macam profesi harus menyepakati
dan menyeleksi obat-obat yang akan digunakan dan beredar di rumah sakit. Hasil kesepakatan
tim ini sering disebut dengan Daftar Obat Rumah Sakit atau Formularium Obat Rumah Sakit.
Pemerintah Republik Indonesia melalui kementerian kesehatannya juga telah menyusun
Formularium Nasional (ForNas) yang berisi daftar obat-obatan yang dapat digunakan oleh rumah
sakit pemerintah untuk mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mulai
berlaku per 1 Januari 2014.

2. Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan tahapan lanjutan setelag tahapan seleksi, yaitu


merencakana jenis obat, jumlah obat, dosis obat, kemasan yang di perlukan selama jangka waktu
yang ditentukan. Jenis obat untuk pasien dengan penyakit kronis biasanya bisa diprediksi,
termasuk jumlah yang diperlukan. Namun, pasien gawat darurat dan pasien dengan penyakit akut
umumnya tidak bisa diperkirakan jenis dan jumlah obatnya. Instalasi farmasi mengatasi kondisi
ini dengan melakukan perencanaan, yang tepat dan cermat. Perencanaan kebutuhan obat di
rumah sakit memerlukan komitmen dan keahlian tersendiri. Perencanaan dapat menggunakan
metode konsumsi, epidemiologi ataupun kombinasi keduanya yang disesuaikan dengan anggaran
yang tersedia. Tujuan adalah untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan pola
penyakit dan kebutuhan pelayanan, menghindari terjadinya stock out dan meningkatkan
penggunaan obat secara rasional.

3. Pengadaan

Bagian pengadaan bertanggung jawab atas ketersediian obat obat yang dibutuhkan pasien
secara lengkap. Lengkap tidak berarti semua jenis obat ada namun lengkap berarti semua jenis
obat yang dibutuhkan oleh pasien bisa dipenuhi. Dalam pengadaan barang apoteker sangat
bertanggung jawab, apoteker harus selalu menandatangani surat pesanan obat untuk menghindari
kecurangan dari beragai pihak. Baik itu kehilangan obat digudang maupun pengadaan obat
disunat oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.

4. Penyimpanan
Pada proses penyimpanan harus dijaga dengan ketat oleh keamanan untuk mencegah
perbuatan curang. Penyimpanan biasa dilakukan di gudang.

5. Distribusi

Penyebaran seluruh obat keseluruh sektor di rumah sakit harus adil, adil tidak berarti
sama. Sektor yang dimaksud adalah bagian bagian, bangsal bangsal yang ada di rumah sakit.

6. Penggunaan Obat

Penggunaan obat untuk pasien baik pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.

Demikianlah perjalanan obat yang menjadi tanggung jawab bagian instalasi farmasi di sebuah
instalasi kesehatan.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/yudihardis/pengelolaan-obat-di-rumah-
sakit_54f70803a33311462d8b458e

Komunikasi dan Konseling Apotek Rumah Sakit


23 April 2016instalasifarmasi Tinggalkan komentar

Berikut video gambaran komunikasi dan konseling apotek di suatu rumah sakit

Berikut link video nya

Analisis ABC dalam Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi


23 April 2016instalasifarmasi Tinggalkan komentar

Analisis ABC adalah metode pembuatan grup atau penggolongan berdasarkan peringkat nilai
dari nilai tertinggi hingga terendah, dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok
A, B dan C.
Penggunaan analisis ABC secara efektif dapat membantu Rumah Sakit dalam membuat
perencanaan obat dengan mempertimbangkan aspek pemakaian, nilai investasi dan kekritisan
obat. Pengindeksan obat digunakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana dalam
perencanaan pembelian obat.

Analisis ABC dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.Menghitung total pemakaian obat.


2.Menghitung total investasi setiap jenis obat.
3.Menyusun kriteria nilai kritis obat.
Tahapan-Tahapan melakukan analisis ABC

1. Buat daftar list semua item dan cantumkan harganya.


2. Masukkan jumlah kebutuhannya dalam periode tertentu.
3. Kalikan harga dan jumlah kebutuhan.
4. Hitung persentase harga dari masing-masing item.
5. Atur daftar list secara desending dengan nilai harga tertinggi berada di atas.
6. Hitung persentase kumulatif dari masing-masing item terhadap total harga.
7. Tentukan klasifikasinya A, B atau C.

Kelompok A merupakan kelompok obat yang paling cepat laku dan dalam beberapa kasus
merupakan obat yang sangat mahal. Kelompok A merupakan kelompok mayoritas obat di
apotek, oleh karena itu kelompok A seharusnya di monitoring dengan sangat ketat, agar tidak
mudah dicuri orang. Obat seharusnya dikalkulasi ulang paling sedikit 6 bulan.

Kelompok B merupakan obat yang penjualannya agak lambat dan dalam beberapa kasus obat
yang lebih murah dibandingkan kelompok A. Kelompok ini cukup di kendalikan dengan
menggunakan kartu stok saja, tidak perlu dimonitoring seketat kelompok A.

Kelompok C adalah kelompok obat yang penjualannya paling lambat dan dalam beberapa kasus
merupakan obat yang paling murah dibandingkan kelompok A dan B. Kelompok ini tidak perlu
dimonitor terlalu ketat. Apoteker seharusnya secara periodik memonitoring kelompok C untuk
menentukan apakah obat tersebut semestinya disingkirkan dari persediaan. Menyingkirkan
kelompok C yang lambat lakunya merupakan metode praktis mengurangi jumlah obat dan
investasi persediaan.

Diagram Analisis ABC:


Contoh analisis ABC :

Buffer Stock atau Persediaan Pengamanan

Buffer stock merupakan persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga
kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan. Kekurangan persediaan dapat disebabakan
permintaan yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlamabatan barang yang dipesan
sampai di gudang penyimpanan.
Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit
17 April 2016instalasifarmasi Tinggalkan komentar

1. Penyediaan dan pengelolaan, penerapan, pendidikan dan penelitian obat, gas medis dan bahan
kimia.
2. Penyediaan dan pengelolaan alat kedokteran, dan alat perawatan kesehatan.

Tujuan Instalasi Farmasi


17 April 2016instalasifarmasi Tinggalkan komentar

Manajemen

1. Mengelola perbekalan Farmasi yang efektif dan efisien.


2. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.
3. Menjaga dan meningkatkan mutu kemampuan tenaga kesehatan Farmasi dan staf melalui
pendidikan.
4. Mewujudkan sistem informasi manajemen tepat guna, mudah dievaluasi dan berdaya guna
untuk pengembangan.
5. Pengendalian mutu sebagai dasar setiap langkah pelayanan untuk peningkatan mutu pelayanan.
Farmasi Klinik

1. Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat rasional termasuk pencegahan dan
rehabilitasinya
2. Mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan obat baik potensial maupun
kenyataan.
3. Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat melalui kerja sama pasien dan
tenaga kesehatan lain.
4. Merancang, menerapkan dan memonitor penggunaan obat untuk menyelasaikan masalah yamg
berhubungan dengan obat.
5. Menjadi pusat informasi obat bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta tenaga kesehatan
rumah sakit.
6. Melaksanakan konseling obat pada pasien, keluarga dan masyarakat serta tenaga kesehatan
rumah sakit.
7. Melakukan pengkajian obat secara prospektif maupun reprospektif.
8. Melakukan pelayanan Total Parenteral Nutrition.
9. Memonitor kadar obat dalam darah.
10. Melayani konsultasi keracunan.
11. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan terkait dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi
pengobatan.

K3LH (Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup)

1. Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan lingkungan.


2. Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim infeksi Nosokomial.

Apa itu Instalasi Farmasi?


17 April 2016instalasifarmasi Tinggalkan komentar

Farmasi rumah sakit adalah departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit dibawah
pimpinan apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker. Pimpinan dan apoteker yang
memenuhi persyaratan peraturan perundang yang berlaku dan kompeten secara profesional.
Farmasi rumah sakit dengan fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh
pekerjaan dan pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna.

Pelayanan paripurna mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan sediaan


farmasi, dispensing obat berdasarkan resep penderita rawat inap dan rawat jalan, pengendalian.
Pengendalian mencakup pengendalian mutu, pengendalian distribusi, dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis, mencakup
pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit
secara keseluruhan (Siregar, 2004).

Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang utuh. Pelayanan farmasi berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyedian obat yang bermutu , termasuk pelayanan klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat (Depkes RI, 2004).
nan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara
keseluruhan (Siregar, 2004).

Sumber : ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga


http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/511/gdlhub-gdl-s1-2013-mellenreni-25521-14.-baba.pdf

Sebelumnya di post di http://www.instalasifarmasi.weebly.com pada 04/08/2016

Anda mungkin juga menyukai