Anda di halaman 1dari 25

SUPERVISI KESESUAIAN PENYIMPANAN, KESESUAIAN STOCK, NEAR

ED, ED, STOCK MACET DAN HABIS DI SATELIT RAWAT JALAN


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

Disusun Oleh :
Kelompok II
WAHYU NUNGGAL PRAMUDA (UNSOED/I4C018082)
FEBRIANA AZKIATUL FITRI (UMS/K11019R013)
SINTYA YUNDA AMANDA (USB/1920374175)
SITI KHOIRIYAH (STIFAR/1061822030)
WIKI YULI ANITA (UAD/1808062213)
SIRIKIT WANGI SARINDANG (UII/18811239)
IFFA FELASYIFA (UMP/ 1808020326)

PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
AGUSTUS – SEPTEMBER
2019

i
DAFTAR ISI

BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. TUJUAN...............................................................................................................2
C. MANFAAT...........................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................4
A. PENGERTIAN OBAT KADALUARSA (EXPIRED DATE/ ED)................5
Prosedur Tetap Pengelolaan Perbekalan Farmasi yang Hampir Kadaluarsa, yaitu
sebagai berikut:..........................................................................................................5
B. STOK MACET...............................................................................................6
C. STOK KOSONG/ STOK HABIS...................................................................7
BAB III........................................................................................................................10
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................10
A. HASIL...........................................................................................................10
B. PEMBAHASAN...........................................................................................19
BAB IV........................................................................................................................23
PENUTUP...................................................................................................................23
A. KESIMPULAN.............................................................................................23
B. SARAN.........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tugas apoteker di rumah sakit adalah mengelola sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan menjamin seluruh rangkaian
kegiatan perbekalan sedian farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat dan
keamanannya. Pengendalian persediaan adalah cara yang diperlukan untuk dapat
menjamin ketersediaan suatu barang dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan
pada tempat dan waktu yang tepat secara berdaya guna dan berhasil guna.
Pengendalian persediaan barang dilakukan untuk menyeimbangkan antara besarnya
persediaan dengan besarnya permintaan dari sekelompok barang agar terhindar dari
stok kosong dan stok macet. Untuk mencapai keseimbangan antara persediaan dan
permintaan itu ditentukan dengan ketentuan persediaan obat didasarkan atas
kecepatan gerak atau perputaran dan penambahan persediaan obat didasarkan atas
kebutuhan perbulan atau hasil penjualan.
dan cepat belum tentu perlu safety stock.
Adanya perbekalan farmasi yang mengalami stok macet akan menyebabkan
kerugian bagi rumah sakit bila sediaan tersebut tidak segera dikelola dengan baik dan
hal ini juga dapat menimbulkan sediaan tersebut ED. Penyimpanan sediaan farmasi
memiliki pengaruh pada efektivitas pengobatan serta keamanan. Penyimpanan obat
harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya.
Penyimpanan obat yang terlalu lama dapat mengakibatkan obat menjadi kadaluwarsa
(expired date), obat yang mati serta tidak efektifnya obat ketika dikonsumsi. Expired
Date (ED) merupakan waktu dimana daya kerja obat sudah berkurang 10% dari
semula. ED merupakan tanggal yang ditempatkan produsen pada wadah dan label

1
dari produk obat yang menunjukkan jangka waktu produk diperkirakan akan tetap
dalam spesifikasi yang telah disetujui identitasnya, kekuatan, kualitas dan kemurnian
jika disimpan dibawah kondisi yang ditentukan pada kemasan.
Salah satu pengendalian yang dapat dilakukan untuk mencegah perbekalan
farmasi kadaluwarsa adalah dengan melakukan pengelolaan terhadap perbekalan
farmasi near ED, yaitu perbekalan farmasi yang tanggal kadaluwarsanya enam bulan
yang akan datang atau kurang. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat obat yang
rusak bukan terhadap pasien saja, melainkan berdampak juga pada rumah sakit itu
sendiri. Terjadinya kerusakan obat atau obat kadaluarsa dapat menyebabkan kerugian
bagi rumah sakit tersebut, khususnya kerugian pada pendapatan rumah sakit.
Kerusakan obat dan adanya obat mati menyebabkan perputaran obat di gudang
berjalan tidak maksimal. Semua kejadian tersebut bisa diminimalkan dengan
pengelolaan sediaan farmasi yang baik khususnya pada tahap penyimpanan. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan supervisi perbekalan farmasi near ED, ED, stock macet
dan habis di instalasi farmasi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo untuk
menjamin mutu persediaan, ketersediaan persediaan dan mencegah terjadinya
Expired Date (ED) sehingga terhindar dari stok kadaluwarsa. Supervisi dilakukan
dengan mendata perbekalan farmasi yang memiliki waktu kadaluwarsa kurang dari
sama dengan enam bulan yang akan datang, yaitu bulan September 2019 hingga
maret 2020.

B. TUJUAN
1. Mengetahui total kemunginan kerugian untuk obat-obat yang masuk kategori
obat ED dan near ED di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.
2. Mengetahui persentase dan total kerugian untuk obat-obat / Alkes stock macet
dan stok habis di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.

2
C. MANFAAT
Menjadi acuan dalam pengadaan dan pengendalian obat di rumah sakit yang
efektif dan efisien guna meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di rumah sakit
agar dapat mengelola perbekalan farmasi dengan baik, terutama dalam hal
penyimpanan obat dan distribusi sehingga dapat mencegah obat ED dan kerugian
yang akan ditimbulkan akibat obat ED serta dapat mengendalikan perbekalan farmasi
dari kekosongan dan kerugian akibat stock macet dan habis.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan SK Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004,


pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan dimulai dari
pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang
diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Tujuan dari pengelolaan perbekalan farmasi
adalah mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien, menerapkan
farmakoekonomi dalam pelayanan, meningkatkan kompetensi tenaga farmasi,
mewujudkan Sistem Informasi Managemen berdaya guna dan tepat guna, serta
melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
Menurut Permenkes RI no 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, tujuan dari pengendalian persediaan Sediaan Farmasi,
Alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:
a. Penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit
b. Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, dan kehilangan serta
pengembalian pesanan sediaan Farmasi, Alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai.
Sedangkan cara yang digunakan untuk mengendalikan persediaan Sediaan
Farmasi, Alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:

a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving).


b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan
berturut-turut (death stock).
c. Stock opname yang dilakukan secara periodik dan berkala (Permenkes RI, 2016).

4
A. PENGERTIAN OBAT KADALUARSA (EXPIRED DATE/ ED)
Tanggal kadaluarsa (expired date/ ED) adalah waktu yang tertera pada
kemasan yang menunjukkan batas waktu diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi
karena diharapkan masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Suatu obat yang
telah melewati tanggal kadaluarsanya maka efektifitas maupun keamanannya sudah
tidak lagi terjamin. Tanggal ED biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun yang
tercantum pada kemasan obat.

Gambar 2. Bagan Kategori Near Expired Date

Prosedur Tetap Pengelolaan Perbekalan Farmasi yang Hampir Kadaluarsa,


yaitu sebagai berikut:
1. Perbekalan farmasi yang hampir kadaluarsa adalah perbekalan farmasi yang
tanggal kadaluarsanya 6 bulan yang akan datang (near ED 1), 7-12 bulan yang
akan datang (near ED 2), dan 13-18 bulan yang akan datang (near ED 3).
2. Pemantauan kadaluarsa dilakukan secara periodik setiap bulan sekali, dengan
melihat catatan tanggal expired date (ED) pada fisik kemasan obat dan kartu
stock.
3. Apabila perbekalan farmasi telah masuk dalam kriteria hampir kadaluarsa, maka
diberi penanda khusus dengan menggunakan kertas menyala menggunakan warna
merah (near ED 1), kuning (near ED 2), dan hijau (near ED 3) dengan tulisan
“NEAR ED” berwana hitam.
4. Perbekalan farmasi yang hampir kadalursa diletakkan dalam rak yang paling
depan sehingga mudah terlihat dan diambil pertama kali.

5
5. Memberitahukan kepada dokter, sediaan farmasi yang hampir kadaluwarsa untuk
bisa dimanfaatkan.
6. Mencatat sediaan yang hampir kadaluwarsa dalam formulir yang telah disediakan
dan melaporkan ke gudang farmasi.
7. Penanggung jawab logistic memberitahukan pihak distributor bahwa ada sediaan
farmasi yang hampir kadaluwarsa dan meminta jadwal tanggal penukaran apabila
dokter tidak mau menggunakannya.
8. Menukarkan sediaan farmasi yang hampir kadaluwarsa ke pihak distributor
sesuai jadwal yang ditentukan agar bisa ditukarkan dengan masa yang lebih
panjang kadaluwarsannya.
9. Mengumpulkan sediaan farmasi yang hampir kadaluwarsa (yang tidak bisa
dikembalikan ke distributor serta tidak dimanfaatkan lagi oleh dokter hingga tiba
masa kadaluwarsa) di Ruang khusus untuk selanjutnya dilaksanakan
pemusnahan.
10. Membuat laporan kepada kepala instalasi farmasi catatan sediaan farmasi yang
sudah kadaluwarsa untuk diteruskan kepada Direktur.

B. STOK MACET
Obat macet merupakan suatu kondisi persediaan yang diadakan dalam jumlah
yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan pada saat itu dan sama sekali tidak
terpakai. Obat macet juga dapat dikatakan sebagai persediaan yang terbuang. Kriteria
obat macet menurut Instalasi Farmasi Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo
dikatakan macet yaitu apabila obat tidak digunakan dalam waktu 3 bulan. Dalam
Kebijakan tersebut disebutkan bahwa death stock (stok mati) dalam pengertian bila
selama 3 bulan tidak terjadi mutasi untuk perbekalan farmasi. Salah satu penyebab
obat macet adalah kurangnya tingkat kepatuhan dokter dalam penulisan resep obat
sesuai formularium rumah sakit yang telah dibuat. Beberapa permasalahan yang dapat
menyebabkan stok macet, yaitu:
1. Kurangnya pengawasan dari farmasis dalam manajemen obat

6
2. Tidak adanya resep yang mencatumkan obat tersebut atau dari pihak dokter
jarang meresepkan obat tersebut
3. Kurangnya komunikasi oleh apoteker ke dokter untuk meresepkan obat tersebut

C. STOK KOSONG/ STOK HABIS


Stok kosong adalah keadaan persediaan obat kosong yang dibutuhkan atau
jumlah stok akhir obat sama dengan nol. Apabila jumlah permintaan atau kebutuhan
lebih besar dari pada tingkat persediaan yang ada maka akan terjadi kekurangan
persediaan yang disebut Stok kosong (stock out). Dalam kondisi ini dapat terjadi 2
kemungkinan, yaitu:
1. Permintaan akan dibatalkan sama sekali
2. Barang yang masih kurang akan dipenuhi kemudian
Dalam pengendalian persediaan terdapat tiga kemungkinan yang dapat terjadi
yakni stockout, stagnant, dan obat yang dibutuhkan sesuai dengan yang ada di
persediaan. Stok kosong adalah jumlah stok akhir obat sama dengan nol, stok obat
digudang mengalami kekosongan sehingga bila ada permintaan tidak bisa terpenuhi.
Itu artinya bahwa dalam proses perencanaan dan pengadaan tidak memperhatikan dan
tidak memperhitungkan persediaan obat tertentu untuk jangka waktu tertentu
sehingga stok persediaan menjadi kosong atau tidak ada (habis). Stockout adalah
manajemen persediaan terdapat sisa obat akhir kurang dari jumlah pemakaian rata-
rata tiap bulan selama satu bulan disebut stockout (Waluyo, 2006). Faktor-faktor
penyebab terjadinya kekosongan stok, antara lain:

1. Tidak terdeteksinya obat yang hampir habis, hal ini terkait dengan ketelitian
petugas dalam mencatat persediaan yang menipis.
2. Hanya ada persediaan yang kecil untuk obat-obat tertentu (slow moving), maka
ketika habis tidak ada persediaan di gudang.
3. Barang yang dipesan belum datang, hal ini terkait dengan waktu tunggu (lead
time) dari PBF yang berbeda.

7
4. PBF mengalami kekosongan, kadang-kadang hal ini terjadi karena PBF
mengalami kekosongan pengiriman dari industri farmasi yang mengakibatkan
pesanan tidak dapat terpenuhi, akibatnya persediaan di IFRS juga kosong.
5. Pemesanan ditunda oleh PBF, hal ini terjadi jika pembayaran/pelunasan utang ke
PBF mengalami keterlambatan, biasanya PBF menunda pesanan IFRS sampai
utang tersebut lunas, penundaan ini mengakibatkan IFRS mengalami stok
kosong.

Stock out berakibat pada kerugian berupa tidak efisien dan terputusnya
hubungan dengan konsumen. Demi menghindari terjadinya kehabisan barang, maka
perlu dilakukan upaya – upaya sebagai berikut:
1. Pembelian secara darurat
2. Mengadakan barang cadangan (safety stock).

Adapun upaya-upaya untuk menghindari stok macet dan stok kosong dapat
dilakukan dengan cara:

1. Pengendalian persediaan yang efektif dengan menentukan berapa banyak suatu


item barang yang dipesan pada suatu waktu, kapan dilakukan pemesanan ulang
terhadap item tersebut dan yang mana dari item-item tersebut yang perlu
dilakukan pengawasan.
2. Mengadakan cadangan penyelamat (safety stock). Terdapat dua hal pokok yang
perlu diperhatikan dalam menentukan safety stock, yaitu besar kecilnya
kemungkinan stock out. Artinya bila kemungkinana terjainya stok out besar,
namun dapat diantisipasi dengan upaya pengadaan darurat secara mudah dan
cepat belum tentu perlu safety stock.

Obat macet mengacu kepada barang yang tidak bergerak (non-moving


inventory) yang tidak lagi dipergunakan didalam suatu operasi supply chain atau di
dalam pasar. Obat macet pada dasarnya juga mencakup barang yang tidak dipakai
karena perubahan dari selera konsumen, desain, dan proses produksi. Salah satu
masalah yang sering muncul dan menjadi perhatian utama dalam pengelolaan

8
perbekalan farmasi adalah adanya obat macet. Oleh karena itu, diperlukan adanya
pengendalian dengan mendata seluruh barang yang dinyatakan stok mati/macet. Hal
tersebut akan dapat mempermudah pengelola perbekalan farmasi di rumah sakit
melakukan evaluasi dan penanganan barang-barang yang macet.

9
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Tabel. 1. Kesesuaian Penyimpanan Obat di Satelit Rawat Jalan RSUD


Margono Soekarjo berdasarkan SPO
Pelaksanaan
No SPO Keterangan
Ya Tidak
1. Sediaan Farmasi yang akan disimpan
dikelompokkan menjadi 4 kelompok
a. Barang yang disimpan pada suhu
dingin. (2º-8ºC)
b. Barang yang disimpan pada suhu
kamar. (15º-30ºC) 
c. Barang yang disimpan pada tempat
khusus, misal high alert, psikotropik,
narkotik, sitostatika.
d. Kelompok Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)

2. Memastikan suhu ruang penyimpanan


sesuai dengan standar ruang 
penyimpanan

3. Menyusun sediaan farmasi dalam


rak/almari secara alfabetis dan jenis

sediaan, serta memperhatikan FIFO
(First in First Out) dan FEFO (First
Expired Date First Out)

10
4. Memastikan dalam setiap keranjang obat Ada beberapa obat
hanya berisi satu jenis obat dan tertera dalam satu keranjang

label nama obat, kekuatan sediaan dan berisi lebih dari satu
tanggal kadaluarsa item obat

5. Singkirkan obat yang tidak lengkap



identitasnya atau tidak berlabel

6. Catat pada kartu stok, meliputi: tanggal Kartu stok terdiri dari
barang datang, nama barang, jumlah, dari nama barang,
distributor, no batch, tanggal kadaluarsa jumlah, dan tanggal
 barang datang
Tidak terdapat
distributor, no batch
dan tanggal
kadaluarsa
7. Menyertakan MSDS untuk bahan B3,

logo high alert, LASA, sitostatika pada
obat terkait
8. Lakukan monitor suhu ruangan
penyimpanan secara rutin setiap hari 

9. Lakukan uji sampel kesesuaian jumlah



barang dikomputer dan fisik minimal
setiap bulan

jumlah kesesuaian
Kesesuaian Penyimpanan dengan SPO = x 100%
total aspek

7
= x 100%
9

= 77,8 %

11
jumlah tidak sesuai
Penyimpanan yang tidak sesuai dengan SPO = x 100%
total aspek

2
= x 100%
9

= 22,2 %

Tabel. 2. Kesesuaian Stock Obat di Satelit Rawat Jalan RSUD Margono


Soekarjo
N Saldo kesesuaian
o Nama obat Tanggal fisik Saldo Kuran
komputer g Lebih Sesuai
1 citaz 100 mg 2350 2390 40
2 simvastatin 2989 3009 20
3 gliquidone 3250 3258 8
4 ranitidine 11380 11385 5
5 glicazide 70 70 sesuai
6 brilinta 100 100 sesuai
7 cyclo-progynova 273 273 sesuai
8 Elkana 795 795 sesuai
9 Kalitake 42 42 sesuai
10 irbesartan 150 mg 0 0 sesuai
ERYTHROMYCIN
11 250 MG 0 0 sesuai
natrium diklofenak
12 25 mg 0 0 sesuai
13 ketokonazole 200 mg 2035 2033 2
14 lisinopril 5 mg 792 790 2
15 loratadine 10 mg 5689 5687 2
16 metronidazole 1841 1839 2
17 erytromycin 500 mg 127 123 4
18 lisinopril 10 mg 1351 1346 5
19 candesartan 16 mg 8948 8943 5
20 Cripsa 65 55 10
06/09/201
21 irbesartan 300 mg 9 3861 3846 15
22 ibuprofen 400 mg 7131 7113 18

12
23 herbesser CD 3935 3917 18
24 glimepiride 1 mg 3653 3618 35
25 glimepiride 3 mg 2029 1984 45
26 cefixime 100 mg 4090 4044 46
27 keterolac 10 mg 3729 3672 57
28 domperidone 10 mg 3132 3071 61
29 furosemide 40 mg 13545 13483 62
30 Micardis 1270 1202 68
31 donepezil 1681 1608 73
32 flunarizine 6395 6310 85
33 glimepiride 2 mg 4296 4183 113
34 KSR 1112 978 134
35 cefadroxil 500 mg 1399 1235 164
36 cetirinie 30169 30002 167
37 carbamazepine 3958 3789 169
38 meloksikam 8100 7931 169
39 alpentin 15996 15794 202
40 adalat oros 30 mg 2970 2754 216
41 propanolol 5336 5113 223
natrium diklofenak
42 50 mg 11223 10965 258
43 mp 4 mg 11930 11640 290
44 dexametasone 1898 1601 297
45 ISDN 5 mg 47869 47556 313
46 vitamin b 1 6252 5939 313
47 clopidogrel 75 mg 7290 6864 426
48 MP 8 mg 3608 3139 469
49 valsartan 160 5480 4930 550
50 paracetamol 500 mg 9500 8563 937
jumlah kesesuaian
Kesesuaian stok obat di apotek rawat jalan = x 100%
total obat

8
= x 100% = 16 %
50

jumlah kesesuaian obat lebih


Stok obat lebih di apotek rawat jalan = x 100%
total obat

38
= x 100% = 76 %
50

13
jumlah kesesuaian
Stok obat kurang di apotek rawat jalan = x 100%
total obat

4
= x 100% = 8 %
50

Tabel. 3. Kesesuaian Obat Near ED di Satelit Rawat Jalan RSUD


Margono Soekarjo

N Bentuk Juml Harga Total


Nama Obat Tgl ED
o Sediaan ah satuan harga

Oktober
1 Seretid Diskus Pcs 2
2019

September
2 Scabimite Botol 5
2019

Erytromycin Desember
3 Tablet 100
Stearat 2019

Desember
4 Symbicort Botol 6
2019

Reco Tetes November


5 Botol 2
Mata 2019

November
6 Zidovudine Kapsul 350
2019

Oktober
7 Harnal Tablet 30
2019

Clomifene Desember
8 Tablet 30
citrate 2019

total obat near ED


% Obat Near ED = x 100 %
total obat dirawat jalan

14
8
= x 100 % = 1,3 %
600

Tabel. 4. Kesesuaian Stock Obat dan Alkes Macet di Satelit Rawat Jalan
RSUD Margono Soekarjo

Nama Obat Satuan Jumlah Sisa Tanggal Stock

Cripsa Tablet 60 24/6/2019

Xarelto 20 Tablet 280 1/7/2019

Novadiar sirup Botol 4 21/3/2019

Sovos Bufir Tablet 1624 15/5/2019

Daclatasvir Tablet 448 13/4/2019

Supranetid Pcs 40 19/6/2019

Keterolac 3 % Vial 12 27/5/2019

Tapros 1,88 Vial 1 11/4/2019

Zidovudine Kapsul 420 22/2/2019

Misoprostol Tablet 60 11/6/2019

Aminofillin Tablet 600 20/4/2019

Needle 18 Pcs 10 12/3/2019

Speet 50 ml Pcs 5 6/5/2019

total obat dan Alkes macet


% Stock Obat dan Alat Kesehatan Macet = x
total obat di rawat jalan
100 %
13
= x 100 % = 2,16 %
600

15
Tabel. 5. Kesesuaian Obat Habis di Satelit Rawat Jalan RSUD Margono
Soekarjo

No Nama Obat

1 Fridep Tablet

2 Rimfapicin 600 mg

3 Retimol 100.000 CAP

4 Propanolol Tablet

5 Pletaal

6 Olanzping 5 mg tablet

7 Aricept

8 Propanolol 40 mg tablet

9 Setraline 50 mg tablet

10 Osteonate

11 Tremenza
12 Stilesco 100 mh
13 Albumino
14 Gored
15 Esthero 0,625
16 Urdanex
17 Hytroz 1 mg
18 VIP Albumin Tablet
19 Rifampicin 300 mg kapsul
20 Ricovir
21 Onzapin 5 mg tablet
22 Telmisartan 80 mg

16
23 Elizac 20 mg
24 Prorenal
25 Gliabetes
26 Retinol 200.000 botol
27 Heplav
28 Calos
29 Lexacort
30 Sulfit
31 Tiaryt
32 Perantel 125 mg
33 Calprosis
34 Valesco 160 mg
35 Valved
36 Irbesartan 150 mg
37 Loperamide
38 Primaquine
39 Erytromycin 250 mg
40 Natrium Diklofenak 25 mg
41 Albendazol tablet
42 Cilostazol
43 Thiamphenicol
44 Citikolin 500
44 Klonoquin
46 Antasid
47 Chloramphenicol
48 Fridep tablet

17
49 Ofloxacin
50 Griseofulvin 125

jumla h stok habis


% Stock Obat Habis di Apotek Rawat Jalan = x 100 %
jumla h itemobat

50
= x 100 %
600

= 8,3%

B. PEMBAHASAN

a. Kesesuaian Penyimpanan Obat


Berdasarkan data yang diperoleh kesesuaian penyimpanan obat di satelit rawat
jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo yang sesuai dengan SPO yaitu 77,8 %
sedangkan penyimpanan obat yang tidak sesuai dengan SPO yaitu 22,2 %.
Penyimpanan obat yang tidak sesuai dirawat jalan terjadi karena beberapa obat
disimpan pada satu keranjang, dimana dalam penyimpanan obat menurut SPO satu
item obat disimpan dalam satu keranjang. Kemudian pencatatan pada kartu stok
hanya terdiri dari nama barang, jumlah, dan tanggal barang datang sedangkan pada
SPO terdapat distributor, no batch dan tanggal kadaluarsa.
Penyimpanan perbekalan farmasi di satelit rawat jalan menggunakan metode
alfabetis, sehingga memudahkan petugas farmasi dalam melakukan dispensing,
penyimpanan juga dilakukan dengan metode FIFO dan FEFO, dimana FIFO
merupakan obat yang datang duluan dikeluarkan lebih dulu, sedangkan FEFO
merupakan obat yang memiliki expired date lebih cepat, dikeluarkan lebih dulu.

b. Kesesuaian Stock Obat

18
Berdasarkan data, kesesuaian stok sediaan farmasi dan alat kesehatan di satelit
farmasi rawat jalan pada bulan agustus dan september 2019 sebesar 16% dan
ketidaksesuaian stok terdiri dari stok lebih sebesar 76% dan stok kurang 8% dari total
sediaan farmasi dan alat kesehatan di satelit farmasi rawat jalan sebanyak 600 item.
Ketidaksesuaian stok disebabkan karena adanya obat yang berlebih.
Kelebihan obat disebabkan oleh pengembalian obat/alat kesehatan (retur obat/alat
kesehatan yang tidak diambil oleh pasien). Secara fisik obat kembali ke depo farmasi
namun dalam data komputer depo farmasi rawat jalan, obat tersebut sudah dinyatakan
keluar dari data komputer. Hal inilah yang menyebabkan jumlah stok fisik lebih
banyak dibandingkan jumlah stok di komputer. Selain itu, faktor lain yang menjadi
penyebab stok berlebih yakni obat yang di dispensing baik racikan maupun non
racikan diberikan lebih sedikit dari yang sudah di input kedalam komputer sehingga
ketika ada perhitungan pencatatan stok secara fisik sisa jumlah obat ataupun alkes
menjadi lebih banyak dari yang sudah di input kedalam komputer. Hal ini dilakukan
untuk menjaga agar depo farmasi rawat jalan tidak terjadi kekosongan stok dalam
jangka panjang.
Ketidaksesuaian stok yang kurang disebabkan karena kemungkinan
ketidakteraturan pegawai dalam mengisi kartu stok pada saat pengambilan obat atau
pada saat penyiapan obat terlalu cepat dan obat bnyak yang tercecer.

c. Kesesuaian Obat Near ED


Berdasarkan dari 600 item obat dirawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono
Sukarjo didapatkan 8 obat yang near ED dengan prosentase 1,3 %. Obat dikatakan
near ED apabila sisa masa penggunaan obat kurang dari 6 bulan. Biasanya obat yang
masuk dalam near ED adalah obat slow moving. Obat slow moving merupakan obat
yang perputarannya lambat, tetapi petugas dirawat jalan dapat menangani dengan
baik untuk obat-obat yang mendekati expired date, sehingga di satelit rawat jalan
tidak terdapat obat-obat yang mengalami ED atau Expire date.

19
d. Kesesuaian Stock Macet Obat dan Alat Kesehatan
Berdasarkan dari data obat dan alat kesehatan yang ada di satelit farmasi
apotek rawat jalan, terdapat 11 stok obat macet dan 2 alat kesehatan yang macet.
Terdapatnya stok macet sebesar 2,16 % ini menunjukan bahwa sebagian ketersediaan
obat di gudang bukan yang benar-benar dibutuhkan, selain itu juga kemungkinan
kurangnya pengawasan petugas serta media komunikasi antara instalasi farmasi dan
staf medis belum berjalan optimal. Selain itu, stok mati ini lebih disebabkan karena
terlampau banyaknya jenis obat yang ada dan kasus penyakit yang jarang
menggunakan obat tersebut.
Stok obat macet merupakan suatu kondisi sediaan farmasi diadakan dalam
jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan pada saat itu dan sama sekali
tidak terpakai, obat macet juga dapat dikatakan sebagai persediaan yang terbuang.
Adanya stok macet dalam perbekalan farmasi telah menunjukkan bahwa perlu
dilakukannya pengecekan kembali perbekalan farmasi secara rutin. Tujuan
dilakukannya pengecekan tersebut adalah untuk mengurangi presentase stok macet
sehingga kerugian terhadap rumah sakit dapat diatasi.Untuk mengurangi banyaknya
perbekalan farmasi yang mengalami stok macet, maka obat–obat dan alat kesehatan
yang mengalami stok macet perlu diberi tanda “Dead Stock” agar memudahkan untuk
dilakukan pendataan. Jika item obat yang mengalami stok macet tidak bisa
dimanfaatkan lagi oleh dokter hingga tiba masa kadaluarsa maka obat tersebut
disimpan di ruang khusus untuk selanjutnya dilaksanakan pemusnahan atau dengan
melakukan return obat kepada industri farmasi melalui PBF.

e. Kesesuaian Obat Habis


Berdasarkan dari 600 item obat dan alat kesehatan yang terdapat di satelit
farmasi rawat jalan, terdapat 50 item obat yang kosong dengan nilai presentase 8,3 %.
Stok obat kosong atau habis adalah jumlah akhir obat sama dengan nol. Stok obat
digudang mengalami kekosongan dalam persediaannya sehingga bila ada permintaan
tidak bisa terpenuhi. Faktor penyebab terjadinya obat habis adalah tidak terdeteksinya
obat yang hampir habis, hanya ada persediaan yang kecil untuk obat-obat tertentu,

20
barang yang dipesan belum datang, PBF (Pedagang Besar Farmasi) mengalami
kekosongan atau pemesanannya ditunda oleh PBF. Selain itu, apabila terdapat kondisi
yang luar biasa, yang menyebabkan pasien bertambah banyak luar biasa, juga bisa
menyebabkan kekosongan stok obat.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Kesesuaian penyimpanan obat di satelit rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo yang sesuai dengan SPO yaitu 77,8 % sedangkan penyimpanan obat
yang tidak sesuai dengan SPO yaitu 22,2 %.
2. Kesesuaian stok sediaan farmasi dan alat kesehatan di satelit farmasi rawat
jalan pada bulan agustus dan september 2019 sebesar 16% dan

21
ketidaksesuaian stok terdiri dari stok lebih sebesar 76% dan stok kurang 8%
dari total sediaan farmasi dan alat kesehatan di satelit farmasi rawat jalan
sebanyak 600 item.
3. Kesesuaian obat Near ED dari 600 item obat dirawat jalan RSUD Prof. Dr.
Margono Sukarjo didapatkan 8 obat yang near ED dengan presentase 1,3 %
4. Berdasarkan dari data obat dan alat kesehatan yang ada di satelit farmasi
apotek rawat jalan, terdapat 11 stok obat macet dan 2 alat kesehatan yang
macet.
5. Kesesuaian obat habis dari 600 item obat dan alat kesehatan yang terdapat di
satelit farmasi rawat jalan, terdapat 50 item obat yang kosong dengan nilai
presentase 8,3 %.

B. SARAN

22
DAFTAR PUSTAKA

23

Anda mungkin juga menyukai