FARMASI KOMUNITAS
DISUSUN OLEH
MONICA ANDIKA PUTRI (190070600111008)
PERENCANAAN STRATEGIK
1.2.2 Bangunan
1.2.2.1 Kelengkapan Bangunan
Bangunan merupakan komponen sarana penunjang utama kegiatan
pelayanan dan operasional apotek. Bangunan yang menjadi target pendirian
Apotek Wijaya Farma adalah sebuah ruko dengan penggunaan sistem sewa.
Kualifikasi ruko target pendirian Apotek Wijaya Farma adalah sebagai berikut.
Harga Sewa : 65 juta/ tahun (sewa minimal 2 tahun)
Luas Bangunan : (6 x 12) meter2
Luas Tanah : 105 meter2
Sertifikat IMB : Ada
Listrik : 2500 watt
PDAM : Ada
Jumlah Lantai : 2 lantai
Toilet : 2 toilet
PARKIR
Tangga
1.3.2 Misi
Misi dari Apotek Wijaya Farma adalah sebagai berikut.
a) Melaksanakan pelayanan kefarmasian sepenuh hati yang tepat, cepat, serta
penuh keramahan dengan menerapkan konsep mengutamakan konsumen
secara profesional.
b) Menyediakan obat serta alat kesehatan asli dan legal yang dapat dijangkau
oleh masyarakat.
c) Mengevaluasi kinerja di apotek secara rutin dan menyeluruh serta
senantiasa melakukan perbaikan.
d) Meningkatkan kesejahteraan karyawan apotek dan pemilik modal.
SISTEM MANAJEMEN
2.1 Modal
Modal awal pendirian apotek berasal dari tabungan pribadi dan bantuan
keluarga sebesar kurang lebih Rp 547.000.000.
2.2.2 Fasilitas
Fasilitas pelayanan yang ada yaitu layanan konseling, pemantauan terapi
obat (PTO), monitoring efek samping obat (MESO), home pharmacy care,
pelayanan informasi obat (PIO), dan cek tekanan darah gratis.
2.2.3 Kompetitor
Beberapa kompetitor juga ada disekitar apotek yaitu apotek pesaing di sekitar
Wijaya Farma.
Tabel 2.1 Kompetitor Apotek Wijaya Farma
2.3 Ketenagaan
Ketenagaan di apotek adalah tenaga kefarmasian maupun non kefarmasian yang
profesional di bidangnya, dengan harapan visi dan misi apotek dapat tercapai.
Tenaga kerja yang ada di apotek adalah:
Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) : 1 orang
A. Dasar pertimbangan:
f. melakukan evaluasi tentang kinerja dan pencapaian apotek dan karyawan, serta
merencanakan langkah-langkah yang perlu diambil demi kemajuan apotek
4. Tenaga Umum
a. Melakukan pekerjaan kasir
b. Mortir dan stamper 2 (dua) set dengan ukuran yang berbeda (besar dan kecil)
h. Kompor
i. Panci penangas
j. Cawan porselen
e. Lemari pendingin untuk menyimpan obat – obat yang harus disimpan pada
suhu dingin
b. Etiket obat dibedakan menjadi dua macam yaitu etiket warna putih dan
etiket warna biru. Etiket warna putih untuk sediaan yang melewati saluran
cerna/oral sedangkan etiket warna biru untuk obat
yang tidak melewati saluran cerna. Untuk etiket putih dibedakan menjadi
etiket untuk sediaan tablet dan etiket untuk sediaan cair.
e. Buku defekta
f. Buku ED
g. Buku Farmakope
i. Buku pembelian
j. Buku penerimaan
t. Kuitansi
2.4.2 Finansial
2.4.2.1. Penetapan Harga
Harga ditetapkan berdasarkan harga perolehan ditambah margin wajar,
dengan mempertimbangkan survei harga terhadap apotek-apotek terdekat.
Harga tersebut merupakan harga jual tunai kepada konsumen dengan
rumusan harga perolehan ditambah 10-15 % dan apabila dirasakan kurang
atau lebih berdasarkan survei lapangan maka disesuaikannya.
d) Total Omzet
1.63
3.46 1.225.
304.37 258.71 1.014.5 862.39 253.64 215.59 2.561.80 78,8
5 9.45 102.09 3.206.0 32.060 2.529.74
3.190 7.212 77.301 0.706 4.325 7.676 7.690 5
4 1 64.270 .642 7.047
2.53
2.69 1.899.
471.93 401.14 1.573.1 1.337.1 393.27 334.28 3.972.08 78,8
6 4.38 520.79 4.971.0 49.710 3.922.37
0.631 1.036 02.105 36.789 5.526 4.197 2.810 5
8 1 02.650 .026 2.784
Tabel 2.8 Modal
Investasi Rp. 547.312.000
Suplai apotek Rp 400.000
Suplai kantor Rp 600.000
Sewa gedung Rp 360.000.000
Kas Rp 50.000.000
Persediaan awal Obat dan Alkes Rp 100.000.000
Inventaris kantor Rp 22.501.000
Inventaris apotek Rp. 1.811.000
Jumlah Rp. 547.312.000
2.4.1.5 Analisis Batas Laba Rugi / Break Event Point (BEP) Tahun Pertama
a) Biaya Usaha (Biaya Tetap)
BIAYA LANGSUNG
Keterangan 1 bulan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
3.000.00 36.000.00 36.000.00 36.250.00 36.250.00 36.250.00 36.500.00
APA ( 1 orang)
0 0 0 0 0 0 0
APING (1 3.000.00 36.000.00 36.000.00 36.250.00 36.250.00 36.250.00 36.500.00
Orang) 0 0 0 0 0 0 0
3.000.00 36.000.00 36.000.00 36.500.00 36.500.00 36.500.00 37.000.00
TTK (2 orang)
0 0 0 0 0 0 0
9.000.00 108.000.0 108.000.0 109.000.0 109.000.0 109.000.0 110.000.00
Jumlah Biaya
0 00 00 00 00 00 0
BIAYA TIDAK LANGSUNG
Biaya listrik
100.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
dan air
Biaya Telpon
125.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
dan internet
Biaya Reklame 200.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Biaya
Pemeliharaan 100.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Gedung
Biaya
Pemeliharaan
75.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000
ATK
(Komputer, dll)
Biaya BBM 60.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000
BEP =
PP =
ROI=
Nama Obat:
Hari :
Tanggal :
Nama PBF Nama Obat
Hari, Tanggal :
No Nama Jumlah Diskon yang Keuntungan Paraf
Barang Barang yang Diperoleh yang Petugas
Terjual Diperoleh
Nama :
Jenis kelamin :
Tanggal lahir :
Alamat :
No. Telp/HP :
Pekerjaan :
Golongan Darah :
Riwayat Alergi :
Riwayat Efek Samping :
1 ……….. Reaksi :
2. ……….. Reaksi :
3. ……….. Reaksi :
Penyakit yang Pernah Diderita : ………………
Gambar 2.1 Form Catatan Pengobatan Pasien / PMR
a) Penerimaan Resep
Pada tahap ini dilakukan Kajian kesep yang meliputi kesesuian
administrasi, farmasetik, dan klinis.
Persyaratan administratif meliputi:
a. Jika pasien datang membawa resep asli, maka dilakukan pemeriksaan
resep dalam hal:
Nama dokter, nomor Surat Izin Praktek (SIP), alamat, nomor telepon,
dan paraf dokter.
Nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
Tanggal penulisan resep
b. Jika pasien datang membawa copy resep, maka dilakukan pemeriksaan
dalam hal:
Nama dan alamat apotek harus jelas dan benar.
Nama apoteker, SIPA, SIA
Paraf apoteker pembuat copy resep dan stempel apotek.
Tanggal penulisan resep dan tanggal pembuatan resep.
Nama pasien, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
Kesesuaian farmasetik meliputi:
Bentuk dan kekuatan sediaan
Stabilitas
Kompatibilitas (ketercampuran obat)
Pertimbangan klinis meliputi:
Ketepatan indikasi dan dosis obat
Aturan, cara, dan lama penggunaan obat
Duplikasi dan/ atau polifarmasi
Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifestasi klinis lain)
Kontraindikasi
Interaksi obat
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka
apoteker harus menghubungi dokter penulis resep. Dan jika resep diduga
palsu maka tidak dilayani serta jika terdapat copy resep berisi narkotika
maupun psikotropika bukan dari apotek sendiri dipastikan terlebih dahulu
keasliannya, jika diduga palsu maka tidak dilayani.
c) Penetapan harga
Bila langkah (1) dan (2) terpenuhi, maka hitung harga obat kemudian
beritahu kepada pasien. Jika pasien setuju maka obat dapat disiapkan, tetapi jika
pasien keberatan karena tidak mampu membayar keseluruhan resep maka dapat
dilakukan alternatif:
Diganti dengan obat generik atau obat dari pabrik lain yang memiliki
bahan aktif dan kekuatan yang sama serta harganya yang lebih murah
dengan persetujuan pasien dan bila perlu berkonsultasi dengan dokter
penulis resep.
Dilayani sebagian dari resep tersebut sesuai dengan kemampuan pasien
yang tentunya dengan pertimbangan terapi prioritas yang harus
diterima pasien dan pasien disarankan untuk mengambil sisanya
sebelum obatnya habis, terutama untuk resep yang mengandung
antibiotika.
f) Penyerahan Obat
Setelah penyiapan obat maka dilakukan hal sebagai berikut:
1. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan
serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan
resep).
2. Memanggil nama dan nomor resep pasien.
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.
5. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait
dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus
dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-
lain
6. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik.
7. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya
8. Menyimpan resep pada tempatnya.
Pelayanan obat tanpa resep adalah pelayanan obat yang dapat dilayani dan
diserahkan oleh apoteker kepada pasien tanpa resep, antara lain pelayanan:
a. Obat bebas, yaitu obat yang boleh dibeli tanpa resep dan ditandai dengan
label lingkaran warna hijau dalam kemasannya.
b. Obat bebas terbatas yaitu obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dengan
disertai peringatan dan ditandai dengan label lingkaran warna biru pada
kemasannya
c. Obat wajib apotek (OWA) yaitu obat keras yang dapat diserahkan tanpa
resep oleh apoteker di apotek.
BerdasarkanPeraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor
919/MenKes/Per/X/1993 Pasal 2tentang kriteria obat yang dapat diserahkan
tanpa resep adalah sebagai berikut :
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan wanita hamil, anak di bawah
usia 2 tahun dan orang tua di atas usia 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak memberikan resiko
pada kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan.
4. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
5. Obat yang dimaksud memiliki resiko khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
b) Penyuluhan
Merupakan bentuk pelayanan publik apotek yang dilakukan setiap sebulan
sekali untuk meningkatkan kesehatan masyarakat sekitar dan pengetahuannya
terkait obat dan alat kesehatan. Sasaran dari penyuluhan ini adalah masyarakat
sekitar apotek, yang harapannya menjadi target pasar dari apotek.
f) PIO
Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dalam pemberian
informasi mengenai obat yang didasari dengan bukti, baik obat resep, bebas,
maupun herbal kepada profesi kesehatan lain, pasien, ataupun masyarakat umum.
4.1 Kesimpulan
Apotek Wijaya Farma merupakan apotek swasta yang mengedepankan
pelayanan kefarmasian. Dalam hal ini, pelayanan yang dimaksud adalah
berorientasi pada pasien dengan prinsip pharmaceutical care, sehingga tercapai
patient safety. Apotek dikelola oleh apoteker sebagai PSA dan didampingi oleh 1
orang apoteker pendamping dan 2 orang tenaga umum. Berdasarkan analisa Break
Event Point, Return on Investment (ROI), dan Payback Period (PP) apotek Wijaya
Farma layak untuk didirikan.
1.2 Saran
a. Diharapkan visi dan misi yang telah disusun Apotek Wijaya Farma ini
tidak hanya sekedar tertulis, namun juga benar-benar diimplementasikan
secara nyata dalam praktek pelayanan kefarmasian di apotek.
b. Apoteker harus senantiasa mengembangkan diri dan memperbarui
informasi tentang obat, maupun pengelolaannya agar mampu menjadi
pemimpin yang tauladan dan mampu mensejahterkan SDM secara optimal,
serta mampu mengembangkan apotek yang dampak luasnya bisa dirasakan
masyarakat sekitar khususnya, masyarakat luas umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
SURAT PESANAN
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pengadaansediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan sehingga mendapatkan jumlah dan jenis yang
sesuai kebutuhan dan menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan di sarana pelayanan melalui pengadaan antar Apotek
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek.
3. PROSEDUR
3.1 Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang diadakan harus telah memiliki
izin edar atau nomor registrasi
3.2 Mencatat sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang sisa persediaannya
kosong.
3.3 Membuat Surat Pesanan minimal rangkap 2 (dua) kepada Apotek laindengan jenis
dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang mengalami
kekosongan persediaan.
3.4 Surat Pesanan harus ditanda tangan oleh Apoteker Pengelola Apotek
3.5 Apotek yang melayani permintaan obat dari Apotek lain membuat faktur sebagai
bukti pembelian obat
Dilaksanakan oleh: Disetujui Oleh: