Disusun oleh:
AYU RAHMAWATI
20344020
PASAL 4
Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Pasal 4 Ayat 1
Seorang Apoteker harus Apoteker harus bisa mencari jurnal-jurnal Apoteker hanya mengandalkan buku lama terkait efek samping
mengembangkan yang up to date tentang ilmu obat yang belum tentu relevan dengan kondisi sekarang.
pengetahuan dan kefarmasiaan contohnya jurnal tentang Jika terjadi pelanggaran apoteker dapat terkena sanksi berupa
keterampilan keamanan dan efek samping obat-obatan teguran dan pembinaan dari Ikatan Apotker Indonesia (IAI). Jika
profesionalnya secara terus atau yang lainnya secara terus menerus. terjadi kerugian/kematian pada pihak pasien, apoteker dapat
menerus. dituntut yang berakibat pada pencabutan izin praktik.
Pasal 4 Ayat 2
Aktifitas seorang Apoteker Apoteker harus bisa mengikuti uji Apoteker datang ke acara seminar atau pelatihan hanya untuk
dalam mengikuti kompetensi dan mengikuti seminar mendapatkan poin SKP tapi tidak serius mendengarkan
perkembangan di bidang tentang kefarmasiaan atau pelatihan- pembicara dan tidak menerapkannya atau Apoteker mengikuti
kesehatan, diukur dari nilai pelatihan. uji kompetensi dengan mencontek.
SKP yang diperoleh dari Jika terjadi pelanggaran apoteker dapat terkena sanksi berupa
hasil uji kompetensi teguran dan pembinaan dari Ikatan Apotker Indonesia (IAI).
Pasal 4 Ayat 3
Jumlah SKP minimal yang Berusaha semaksimal mungkin Tidak mengikuti perkembangan di bidang kesehatan, sehingga
harus diperoleh Apoteker menjalankan kode etik pasal 4 dengan tidak memenuhi SKP minimal yang dipersyaratkan.
ditetapkan dalam peraturan mengupdate keilmuan melalui seminar Bila tidak memenuhi SKP minimal, maka tidak dapat
organisasi dan langganan jurnal ilmiah. memperpanjang STRA.
PASAL 5
Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan
dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 5 Ayat 1
Seorang Apoteker dalam • Apoteker harus dapat memberikan Kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi
tindakan profesionalnya obat sesuai dengan kemampuan 1. Mengganti obat generik dengan obat paten pada resep
harus menghindari diri dari ekonomi dan kebutuhan pasien. dengan alasan obat generiknya sudah habis.
perbuatan yang akan • Apoteker menentukan harga jual obat 2. Menjual obat keras (golongan G) yang tidak masuk
merusak atau seseorang sesuai dengan harga yang ditetapkan dalam OWA, obat psikotropik dan narkotik tanpa resep
ataupun merugikan orang (tidak melebihi HET). dokter untuk mencari keuntungan semata.
lain. 3. Menjual obat dengan harga jauh di atas HET.
Sanksi
1. Peringatan
2. Sanksi pada Permenkes No. 3 Tahun 2015 Pasal 22.
3. Sanksi Administratif sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
4. Sanksi organisasi dapat berupa pembinaan, peringatan,
pencabutan keanggotaan sementara, dan pencabutan
keanggotaan tetap.
Pasal 5 Ayat 2
Seorang Apoteker dalam • Apoteker harus dapat menjamin Kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi
menjalankan tugasnya dapat bahwa obat-obatan yang disediakan 1. Apoteker menyuplai stok obat dari distributor yang tidak
memperoleh imbalan dari berasal dari sumber resmi yang dapat resmi untuk mendapatkan harga yang lebih murah dan proses
pasien dan masyarakat atas dipercaya dan memiliki kualitas yang yang lebih cepat.
jasa yang diberikannya baik. 2. Apoteker tidak menyimpan obat ditempat seharusnya karena
dengan tetap memegang • Apoteker harus menyediakan tempat kekurangan prasarana.
teguh kepada prinsip penyimpanan yang tepat untuk obat- 3. Apoteker tidak memberikan pilihan obat generik dan
mendahulukan kepentingan obat yang ada informasi tentang obat generik kepada pasien karena ingin
pasien. • Apoteker harus menyediakan saran mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
kepada individu untuk membantu Sanksi
mereka membuat pilihan obat yang 1. Peringatan dari IAI
tepat (antara obat generik dan obat 2. Sanksi Administratif sesuai dengan Peraturan
bermerk). Perundang-undangan.
3. Sanksi organisasi dapat berupa pembinaan, peringatan,
pencabutan keanggotaan sementara, dan pencabutan
keanggotaan tetap.
Pasal 5 Ayat 3
Besarnya jasa pelayanan Besarnya jasa pelayanan apoteker Kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi
ditetapkan dalam peraturan ditetapkan oleh Ikatan Apoteker 1. Apoteker menaikkan harga jasa pelayanan konsultasi dari
organisasi. Indonesia (IAI) pasien.
Contoh: 2. Apoteker penanggung jawab dan apoteker pendamping
Surat keputusan pengurus daerah mendapat pembayaran jasa dibawah nominal yang telah
ikatan apoteker indonesia jawa timur ditetapkan.
nomor: KEP-049/PDIAI/JAWA 3. Jam kerja apoteker tidak sesuai dengan jasa profesi apoteker
TIMUR/VIII/2015 tentang Standar yang diberikan.
jasa profesi apoteker di apotek Sanksi
1. Jasa profesi Apoteker Penanggung 1. Peringatan dari IAI
Jawab Apotek meliputi: 2. Sanksi Administratif sesuai dengan Peraturan
a. Jasa Pengelolaan Apotek sebesar Perundang-undangan.
minimal Rp. 3.000.000,- Sanksi organisasi dapat berupa pembinaan, peringatan,
diterimakan sebanyak 14 pencabutan keanggotaan sementara, dan pencabutan
kali,termasuk THR dan Jasa Akhir keanggotaan tetap
Tahun;
b. Jasa Pelayanan Konsultasi
(diterima langsung dari pasien)
minimum sebesar Rp. 5.000,- per
pasien per konsultasi dan
mencantumkan jam konsultasi pada
papan praktik Apoteker.
2. Jasa profesi Apoteker Pendamping di
Apotek meliputi:
a. Jasa Pengelolaan Apotek sebesar
minimal Rp. 2.000.000,-
diterimakan sebanyak 13 kali,
termasuk THR;
b. Jasa Pelayanan Konsultasi
(diterima langsung dari pasien)
minimum sebesar Rp. 5.000,- per
pasien per konsultasi.
3. Apoteker Penanggung Jawab Apotek
berhak mendapatkan:
a. Tunjangan Kesehatan berupa
kepesertaan JKN Mandiri kelas I
dan Ketenagakerjaan;
b. Bagi hasil sebesar 1% omzet
(pendapatan kotor);
c. Jasa pelayanan resep.
4. Apoteker Pendamping di Apotek
berhak mendapatkan:
a. Tunjangan Kesehatan berupa
kepesertaan JKN Mandiri kelas I
dan Ketenagakerjaan;
b. Jasa pelayanan resep.
5. Jasa Pengelolaan Apotek meningkat
secara berkala disesuaikan dengan
Kenaikan Indeks Biaya Hidup Rata-
Rata (BPS).
6. Jika Apoteker Penanggung Jawab
Apotek mengakhiri kontrak kerja sama
maka Apoteker Pengganti minimal
menerima jasa profesi seperti
Apoteker yang digantikan.
7. Jasa profesi diberikan paling lambat
sejak penandatanganan perjanjian
kerja sama sebesar minimal sejumlah
50% dan penerimaan 100% diberikan
setelah SIPA terbit.
PASAL 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi cotoh yang baik bagi orang lain.
Pasal 6 ayat 1
Seorang Apoteker harus Apoteker menjaga kerahasiaan informasi Apabila informasi mengenai penyakit dan riwayat pengobatan
menjaga kepercayaan pasien terkait penyakit dan pasien diberikan kepada pihak yang tidak berkepentingan baik
masyarakat atas profesi pengobatannya. karena kelalaian (alpa) ataupun disengaja, apoteker dapat diberi
yang disandangkan dengan sanksi berupa teguran, pemberian tuntunan dan pembinaan dari
jujur dan penuh integritas. Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)
Pasal 6 ayat 2
Seorang Apoteker tidak Apoteker memberikan informasi secara Jika terjadi pelanggaran apoteker dapat terkena sanksi berupa
akan menyalahgunakan jujur dan tepat tanpa menyesatkan pasien teguran dan pembinaan dari Ikatan Apotker Indonesia (IAI). Jika
kemampuan profesionalnya terkait pengobatan ataupun harga obat. terjadi kerugian/kematian pada pihak pasien, apoteker dapat
kepada orang lain. dituntut yang berakibat pada pencabutan izin praktik.
PASAL 6
Pasal 6 Ayat 3
Seorang Apoteker harus APA tidak menunjuk Apoteker Sanksi administratif yang diberikan menurut Keputusan Menteri
menjaga perilakunya pendamping pada waktu APA tidak bisa Kesehatan RI No.1332/MENKES/SK/X/2002 dan Permenkes
dihadapan publik. hadir pada jam buka apotek (apotek yang No.922/MENKES/PER/X/1993 adalah:
buka 24 jam) sehingga ada pasien tidak 1. Peringatan secara tertulis kepada APA secara 3 kali berturut-
menerima informasi pengobatan yang turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan.
komprehensif dari Apoteker dan dapat 2. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya
memperburuk citra apoteker di 6 bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan izin
masyarakat apotek.
3. Keputusan pencabutan SIA disampaikan langsung oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan
kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi setempat.
4. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali
apabila apotek tersebut dapat membuktikan bahwa seluruh
persyaratan yang ditentukan dalam keputusan Menteri
Kesehatan RI dan Permenkes tersebut telah dipenuhi.
PASAL 7
Seorang apoteker harus • Apoteker memberikan informasi yang Sanksi disiplin yang dapat dikenakan adalah:
menjadi sumber informasi akurat dan sesuai dengan Mendapatkan pembinaan dan peringatan
sesuai dengan profesinya perkembangan ilmu terhadap
Implementasi- jabaran pemberian informasi obat (PIO) baik
kode etik pasal 9 adalah kepada pasien maupun tenaga
sebagai berikut. kesehatan lainnya yang membutuhkan.
• Seorang apoteker • Apoteker memberikan informasi obat
memberikan informasi menggunakan bahasa yang mudah
kepada pasien/masyarakat dimengerti oleh pasien.
harus dengan cara yang • Apoteker harus memberikan informasi
mudah dimengerti dan secara benar dan sesuai kebutuhan
yakin bahwa informasi pasien.
tersebut harus sesuai, • Apoteker harus berperan dalam
relevan, dan “up to date”. peningkatan pemahaman masyarakat
• Sebelum memberikan terhadap obat dengan melakukan
informasi, apoteker harus penyuluhan.
menggali informasi yang • Apoteker harus saling berbagi
dibutuhkan dari pasien informasi dengan tenaga kesehatan
ataupun orang yang lainnya atau dengan teman sejawat
datang menemui apoteker demi mewujudkan pelayanan
mengenai pasien serta kesehatan yang bersifat holistic.
penyakitnya • Apoteker dapat membuat dan
• Seorang apoteker harus memberikan leaflet, poster, brosur,
mampu berbagi informasi dan media lisan maupun untuk
mengenai pelayanan mempermudah pemahaman
kepada pasien dengan masyarakat terkait penyakit dan
tenaga profesi kesehatan pengobatannya.
yang terlibat.
• Seorang apoteker harus
senantiasa meningkatkan
pemahaman masyarakat
terhadap obat, dalam
bentuk penyuluhan,
memberikan informasi
secara jelas, melakukan
monitoring penggunaan
obat dan sebagainya.
• Kegiatan penyuluhan ini
mendapat nilai satuan
kredit profesi (SKP).
PASAL 8
Seorang apoteker harus • Apoteker tidak aktif dalam 1. Mendapat binaan dari IAI.
aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang- 2. Jika masih ringan masih dapat diberikan peringatan, jika
perkembangan peraturan undangan dibidang kesehatan dan apoteker sudah tidak melakukan pelayanan kefarmasian yang
perundang-undangan di dibidang farmasi; sesuai sehingga menyebabkan pasien celaka atau rugi maka
bidang kesehatan pada • Apoteker tidak berteman/bergaul akan diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang
umumnya dan di bidang dengan teman sejawat sehingga tidak dilanggar.
farmasi pada khususnya. mengetahui perkembangan perundang-
Implementasi- jabaran undangan kesehatan/farmasi;
kode etik pasal 8 adalah • Apoteker tidak mau tahu mengenai
sebagai berikut. perkembangan peraturan UU terbaru
• Tidak ada alasan bagi sehingga melakukan pelayanan dan
apoteker tidak tahu praktik kefarmasian yang tidak sesuai
peraturan perundangan perundang-undangan.
yang terkait dengan
kefarmasian. Untuk itu
setiap apoteker harus
selalu aktif mengikuti
perkembangan
peraturan, sehingga
setiap apoteker dapat
menjalankan profesinya
dengan tetap berada
dalam koridor peraturan
perundangan yang
berlaku.
• Apoteker harus
membuat standar
prosedur operasional
(SPO) sebagai pedoman
kerja bagi seluruh
personil di sarana
pekerjaan /pelayanan
kefarmasian sesuai
kewenangan atas dasar
peraturan perundangan
yang ada.
PASAL 9
Seorang apoteker dalam • Apoteker sebelum menyerahkan obat Kemungkinan terjadi pelangggaran:
melakukan praktik kepada pasien harus melakukan kajian 1. Seorang pasien diberikan obat yang sudah kadaluarsa oleh
kefarmasian harus ulang/pemeriksaan kembali agar tidak pihak apotek;
mengutamakan kepentingan terjadi kesalahan. 2. Apoteker memberikan obat bermerek pada pasien tidak
masyarakat, menghormati • Apoteker melakukan home care mampu tanpa memberikan info tentang obat generik
hak azasi pasien dan terhadap pasien dengan kondisi khusus sehingga pasien kesulitan dalam membeli obat;
melindungi makhluk hidup (lansia dan penyakit kronis) yang 3. Apoteker tidak memberikan obat yang seharusnya kepada
insani. membutuhkan monitoring kesehatan. pasien sehingga pasien mengalami kerugian/celaka;
Implementasi- jabaran • Apoteker mengganti obat paten yang 4. Apoteker tidak menjaga rahasia pasien, rahasia kefarmasian,
kode etik pasal 9 adalah diresepkan oleh dokter dengan obat dan rahasia kedokteran;
• Kepedulian kepada generik yang memiliki jenis, kekuatan, 5. Apoteker tidak berkomunikasi dengan dokter dalam hal
pasien adalah dan indikasi yang sama atas penggantian obat yang telah diresepkan dokter.
merupakan hal yang persetujuan pasien. Sanksi disiplin yang dapat dikenakan adalah:
paling utama dari • Memberikan konseling (informasi 1. Peringatan oleh IAI.
seorang apoteker. obat) kepada pasien dengan bahasa 2. Pembinaan dan peringatan oleh IAI.
• Setiap tindakan dan yang mudah dipahami. 3. Pembinaan dan peringatan oleh IAI. Jika secara sengaja
keputusan profesional • Harus menjamin obat yang diberikan keanggotaan Apoteker dapat dicabut sementara.
dari apoteker harus pasien bermutu, berkhasiat, aman, dan 4. Mendapatkan pembinaan dan peringatan.
berpihak kepada terjangkau.
kepentingan pasien dan • Menjamin kerahasiaan pasien.
masyarakat. • Mengikutsertakan pasien dalam
• Seorang apoteker harus pengambilan keputusan pengobatan.
mampu mendorong • Menghormati keputusan pasien atas
pasien untuk terlibat pengobatannya.
dalam keputusan
pengobatan mereka.
• Seorang apoteker harus
mengambil langkah-
langkah untuk menjaga
kesehatan pasien
khususnya janin, bayi,
anak-anak serta orang
dalam kondisi lemah.
• Seorang apoteker harus
yakin bahwa obat yang
diserahkan kepada
pasien adalah obat yang
terjamin mutu,
keamanan, dan khasiat
dan cara pakai yang
tepat.
• Seorang apoteker harus
menjaga kerahasiaan
pasien, rahasia
kefarmasian, dan rahasia
kedokteran dengan baik.
• Seorang apoteker harus
menghormati keputusan
profesi yang telah
ditetapkan oleh dokter
dalam bentuk penulisan
resep dan sebagainya
• Dalam hal seorang
apoteker akan
mengambil kebijakan
yang berbeda dengan
permintaan seorang
dokter, maka apoteker
harus melakukan
komunikasi dengan
dokter tersebut, kecuali
peraturan perundangan
membolehkan apoteker
mengambil keputusan
dari kepentingan pasien.
PASAL 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
• Setiap apoteker harus • Seorang apoteker yang terkadang Kemungkinan terjadinya Pelanggaran
menghargai teman tidak menggunakan jas apoteker saat 1. Berbicara buruk mengenai apoteker dan apotek tersebut
sejawatnya, termasuk melayani pasien di apoteknya. Tidak sehingga orang berlaih dari apotek tersebut ke apotek kita.
rekan kerjanya. berbicara suatu hal yang dapat 2. Apoteker membuka apotek bersebelahan dengan apotek
• Bilamana seorang menjatuhkan apoteker tersebut yang sudah ada.
apoteker dihadapkan walaupun merupakan kenyataan. 3. Apoteker memberitahukan kesalahan dokter pada pasien
kepada suatu situasi • Apoteker membuka apotek tidak setelah melakukan skrining resep.
yang problematik, baik bersebelahan dengan apotek yang 4. Berkomunikasi tanpa etika, sopan santun dan rasa tidak
secara moral atau sudah ada. menghormati kepada teman sejawat.
peraturan perundangan • Seorang apoteker tidak 5. Menyimpan untuk diri sendiri pengalaman dan ilmu
yang berlaku, tentang memberitahukan kesalahan dokter perkembangan kefarmasian tanpa berbagi dengan teman
hubungannya dengan kepada pasien mengenai kesalahan sejawat.
sejawatnya, maka pemberian obat pada resep. 6. Mengambil alih pekerjaan teman sejawat tanpa seizin
komunikasi antar • Berkomunikasi dengan baik kepada apoteker yang bersangkutan.
sejawat harus teman sejawat. Sanksi
dilakukan dengan baik • Saling berbagi 1. Mendapat teguran atau pembinaan dari Ikatan Apoteker
dan santun. pengetahuan/pengalaman yang baru Indonesia (IAI).
• Apoteker harus dalam bidang kesehatan dan 2. Dilakukan perundingan jika masih dilanggar dan
berkoordinasi dengan kefarmasian dalam rangka senantiasa dilaporkan ke MEDAI untuk dilakukan persidangan.
IAI ataupun majelis memperbarui ilmu.
Pembina etik apoteker • Tidak mengambil alih pekerjaan
dalam menyelesaikan teman sejawat tanpa seizin apoteker
permasalahan dengan yang bersangkutan.
teman sejawat.
PASAL 11
Sesama apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode etik.
Bilamana seorang apoteker • Seorang Apoteker di RS memberikan Kemungkinan terjadinya pelanggaran
mengetahui sejawatnya informasi yang tidak baik atau 1. Terdapat Apoteker yang tidak jujur kepada pasien.
melanggar kode etik, menjelek-jelekkan seorang Dokter di 2. Terdapat apoteker yang menjual obat diluar narkotika di
dengan cara yang santun depan pasien hingga terdengar oleh apotek tempat mereka bekerja tanpa pendataan resep yang
dia harus melakukan Kepala Apoteker, kemudian Kepala kurang lengkap.
komunikasi dengan Apoteker menegur atau Terdapat apoteker yang membeli dan menjual kembali obat-
sejawatnya untuk mengingatkannya. obat yang berasal dari PBF yang tidak memiliki surat izin
mengingatkan kekeliruan • Seorang apoteker seharusnya resmi.
tersebut. Bilamana ternyata mengingatkan dan menasehati Sanksi
yang bersangkutan sulit sejawat apoteker lain apabila menjual 1. Pembinaan, peringatan, pencabutan anggota sementara dan
menerima maka dia dapat obat narkotika di apoteknya tanpa pencabutan anggota tetap.
menyampaikan kepada pendataan resep yang kurang 2. Kajian tentang sanksi yang pantas diserahkan pada
pengurus cabang atau lengkap. MPEAD apakah pelanggaran ini butuh pembinaan,
MPEAD secara berjenjang. • Seorang Apoteker mengingatkan dan peringatan, pencabutan keanggotaan sementara dan
menasehati teman sejawatnya yang pencabutan anggota tetap.
memberikan obat generic tetapi
harga yang ditagihkan ke pasien
seharga obat paten.
• Seseorang apoteker harus
mengingatkan sejawat apoteker lain
yang membeli obat dari PBF yang
tidak memiliki surat izin, agar
membeli obat dari PBF yang resmi
dan memiliki izin
PASAL 12
Seorang apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerja sama yang baik sesama apoteker didalam
memelihara keluhuran martabat, jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai didalam menunaikan tugasnya.
• Seorang apoteker harus • Di RS X apoteker dari lulusan Kemungkinan terjadinya pelanggaran
menjalin dan universitas D dipasangkan dengan 1. Di antara apoteker alumni D dan apoteker alumni lain
memelihara kerjasama apoteker dari alumni lain untuk dapat terjadi jarak karena kurang percaya sehingga tidak terjalin
dengan sejawat bekerjasama melakukan pekerjaan komunikasi yang baik salam mengatasi pengobatan pasien.
apoteker lainnya pelayanan kefarmasian. 2. Adanya kesenjangan antara senior dan junior apoteker
• Seorang apoteker harus • Seorang senior apoteker yang 3. Persaingan apoteker dengan cara menjelek-jelekkan
membantu teman membohongi junior untuk bekerja di apoteker lain.
sejawatnya dalam tempat dia bekerja, yang Seorang apoteker yang mengambil keuntungan sendiri tanpa
menjalankan kenyataannya tidak sesuai dengan memperhatikan teman sejawat apoteker lainnya.
pengabdian profesinya. aslinya. Sanksi
• Seorang apoteker harus Apabila apoteker melakukan pelanggaran kode etik apoteker,
saling mempercayai yang bersangkutan dikenakan sanksi organisasi. Sanksi dapat
teman sejawatnya berupa pembinaan, peringatan, pencabutan keanggotaan
dalam menjalin, sementara dan pencabutan keanggotaan tetap
memelihara kerjasama.
PASAL 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,
menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan lain.
Apoteker harus mampu Apoteker harus mampu menjalin Kasus apoteker yang salah memberikan obat karena keliru
menjalin hubungan yang hubungan yang harmonis dengan tenaga mempersepsikan tulisan dokter pada resep. Hal ini disebabkan
harmonis dengan tenaga profesi kesehatan lainnya secara seimbang apoteker enggan untuk menanyakan langsung kepada dokter.
profesi kesehatan lainnya dan bermartabat. Terjalinnya interaksi dan Ketidakmauan apoteker dalam mengkonfirmasi resep dapat
secara seimbang dan komunikasi yang baik akan menciptakan dikarenakan hubungan yang tidak baik dari awal atau karena tidak
bermartabat. suatu hubungan yang baik pula untuk mau membangun hubungan antar profesi.
saling mempercayai, dan menghargai Apabila kekeliruan tersebut bersifat fatal terhadap pasien, maka
keputusan masing-masing sejawat petugas akan diberikan sanksi pidana. Tetapi apabila tidak bersifat
kesehatan. fatal/mengancam kesehatan pasien maka sanksi yang dikenakan
berupa sanksi organisasi. Sanksi dapat berupa pembinaan,
peringatan, pencabutan keanggotaan sementara, atau pencabutan
Contoh apabila apoteker mendapatkan keanggotaan tetap. Kriteria pelanggaran kode etik diatur dalam
resep dari dokter yang terdiri dari obat- peraturan organisasi, dan sanksi ditetapkan setelah melalui kajian
obatan yang saling berinteraksi satu sama yang mendalam dari MEDAI Daerah.
lain. Dalam hal ini, apoteker tidak boleh
langsung menyalahkan keputusan dokter
dan mengubah resep tersebut. Oleh karena
itu, apoteker harus mengkonfirmasi
mengenai obat-obatan tersebut kepada
dokter dan mengemukakan pendapat
apoteker mengenai interaksi obat yang
terjadi berdasarkan literature serta
memperhatikan alasan dan pertimbangan
dokter dalam memilih obat-obatan
tersebut. Apoteker hanya boleh mengubah
obat tersebut atas persetujuan dokter. Hal
ini akan meningkatkan hubungan antar
apoteker-dokter. Contoh lain apabila
apoteker kesulitan membaca tulisan
dokter, maka apoteker harus
menanyakannya kepada dokter mengenai
ketidakjelasan tulisan resep. Menghubungi
dokter dapat menimbulkan interaksi dan
komunikasi untuk membangun hubungan
yang harmonis kepada sejawat petugas
kesehatan lain.
PASAL 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurang atau hilangnya kepercayaan
masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lain.
Bilamana apoteker menemui Contoh pada saat pasien menebus resep Apabila Apoteker melakukan pelanggaran Kode Etik Apoteker
hal-hal yang kurang tepat dari dokter setelah dikaji ternyata terdapat Indonesia, yang bersangkutan dikanakan sanksi organisasi. Sanksi
dari pelayanan profesi obat yang saling berinteraksi satu sama dapat berupa pembinaan, peringatan, pencabutan keanggotaan
kesehatan lainnya, maka lain. Dalam hal ini, apoteker tidak boleh sementara, atau pencabutan keanggotaan tetap. Kriteria
apoteker tersebut harus langsung menyalahkan keputusan dokter pelanggaran kode etik diatur dalam peraturan organisasi, dan
mampu di depan pasien dan mengganti obat sanksi ditetapkan.
mengomunikasikannnya tersebut dengan obat lain karena hal
dengan baik kepada profesi tersebut akan mengakibatkan berkurang
tersebut, tanpa yang atau hilangnya kepercayaan masyarakat
bersangkutan merasa kepada profesi tersebut. Sebaiknya,
dipermalukan. dikonfirmasi kembali pada dokter terkait
terapi yang sesuai dengan bahasa yang
baik.
PASAL 15
Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia menjalankan kefarmasiannya sehari
hari.
Jika seorang Apoteker dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib
mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, organisasi profesi farmasi menanganinya (IAI) dan mempertanggungjawabkannya kepada
Tu-han Yang Maha Esa.
Apabila Apoteker Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja 1. Apabila apoteker melakukan pelanggaran kode etik apoteker,
melakukan pelanggaran maupun tak sengaja melanggar atau tidak yang bersang- kutan dikenakan sanksi organisasi.
Kode Etik Apoteker mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, 2. Sanksi dapat berupa pembinaan, peringatan, pencabutan
Indonesia, yang maka dia wajib mengakui dan menerima keanggotaan sementara, dan pencabutan keanggotaan tetap.
bersangkutan dikanakan sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi 3. Kriteria pelanggaran kode etik diatur dalam peraturan
sanksi organisasi. Sanksi profesi farmasi yang menanganinya (IAI) organisasi, dan ditetapkan setelah melalui kajian yang
dapat berupa pembinaan, dan mempertanggungjawabkannya kepada mendalam dari MPEAD.
peringatan, pencabutan Tuhan Yang Maha Esa. 4. Selanjutnya MPEAD menyampaikan hasil telaahnya kepada
keanggotaan sementara, atau pengurus cabang, pengurus daerah, dan MPEA.
pencabutan keanggotaan
tetap. Kriteria pelanggaran
kode etik diatur dalam
peraturan organisasi, dan
sanksi ditetapkan.