Anda di halaman 1dari 13

STUDI KASUS

Manajemen Sarana Kefarmasian

OLEH:

Rika Andani, S. Farm.

Ellien Sukmawati, S. Farm

Laras Permata Hati, S. Farm

Hendra Purnama Efendi, S. Farm

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PADANG

PADANG

2023
1. Ahmad seorang apoteker yang baru saja disumpah bermaksud mendirikan sebuah apotek,
dalam usulan studi kelayakannya ahmad membutuhkan dana RP 400.000.000,- untuk tanah
dan bangunan RP 100.000.000,- untuk model kerja (kas, bank dan barang) dengan proyeksi
laporan pada tahun 1 sebagai berikut:
Penjualan : RP 800.000.000,-
Harga Pokok Penjualan (HPP) : RP 640.000.000,-
Biaya Usaha : RP 60.000.000,-
Laba sebelum pajak (EBT) : RP 200.000.000’-
Pajak penghasilan (misal 5%) : RP 5.000.000,-
Laba sesudah pajak (EAT) : RP 195.000.000,-
Kemudian usulan studi kelayakan diajukan ke bank untuk memperoleh pinjaman. Setelah
dianalisis, pihak bank menetapkan pinjaman ahmad disetujui dengan catatan lama pinjaman 5
tahun, bunga 15% pertahun. Proyeksi laporan pada tahun berikutnya (selama 5 tahun) dianggap
sama, karna pertimbangan situasi ekonomi dan politik yang belum stabil.
Buatlah analisis aspek keuangan studi kelayakan apotek?
Jawab:
Metode Payback Periode (PP)
Jumlah investasi
PP= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘(𝑡ℎ𝑛) x 1 tahun
500.000.000
= x 1 tahun
195.000.000
= 2,5 tahun

Kesimpulan
• Lama pinjaman 5 tahun, PP yang diperoleh 2,5 Tahun
• PP < lama pinjaman yang ditetapkan oleh Bank
• Jadi menurut hasil analisis PP layak

Metode Return on Invesment (ROI)


𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROI =𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑥 100%
195.000.000
= 𝑥 100%
500.000.000
= 39%

Kesimpulan
• Bunga pinjaman bank 15% / tahun, sedangkan ROI yang diperoleh 39%
• ROI > bunga pinjaman yang ditetapkan oleh Bank
• Jadi menurut hasil analisis ROI layak
2. Sebutkan tata cara dan alur perizinan apotek beserta persyaratannya?

Persyaratan perizinan apotek :

• Peta lokasi
• Denah bangunan
• Daftar SDM
• Daftar sarana, prasarana, dan peralatan
• Apotek diselenggarakan pelaku usaha perseorangan (apoteker) atau nonperseorangan
(PT, yayasan, dan/atau koperasi)
• Data penanggung jawab teknis (APJ) berupa KTP, STRA, dan SIPA
• Bukti pembayaran pendapatan anggaran daerah (PAD)
3. Buatlah struktur dan organisasi apotek, jelaskan tugas dan tanggung jawabnya?

Jawab:

Stuktur Organisasi Apotek

1. Apoteker Penanggung Jawab Apotek


Secara umum bertanggung jawab atas obat dan resep yang diberikan kepada konsumen
secara langsung dan kegiatan apotek sehari-hari.
2. Pemilik Saraana Apotek
Merupakan pemilik modal yang terdiri dari bangunan, perlengkapan, dan perbekalan
kesehatan di bidang farmasi.
3. Apotek Pendamping
Memberikan masukan kepada apotek manager untuk perkembangan apotek, membantuk
apoteker menyusun laporan rutin mengenai laporan narkotika atau psikotropika kepada
BPOM, bertanggung jawab atas ketepatan pembacaan resep dokter yang di berikan oleh
pasien, bertanggung jawab atas penyampaian informasi mengenai obat kepada pasien
terutama yang berhubungan dengan resp dokter.
4. Asisten Apoteker
Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan profesinya, yaitu dalam pelayanan obat bebas dan
resep mulai dari menerima pasien sampai menyerahkan obat yang di perlukan, menyusun
buku defacta setiap pagi, memelihara buku harga, ehingga selalu up to date, mengerjakan
pembuatan persediaan obat. Mencatat dan membuat laporan keluar masuknya obat
narkotika, obat K-B, obat DPOB, obat OKT dan lain-lain. Menyusun resep menurut
nomor urut, tanggal dan di bundel kemudian di simpan. Memelihara kebersihan ruangan
peracikan lemari obat, menyusun obat-obat dan mencatat obat dengan adanya kartu
dengan rapi.
5. Tata Usaha
Membuat laporan harian, pencatatan penjualan kredit, pencatatan pembelian di cocokan
dengan BPB (Buku Penerimaan Barang) di gudang.
6. Kasir
Penerimaan uang setelah dihitungnya terlebih dulu begitu pula denganpengeluaran uang,
yang harus dilengkapi dengan pendukung berupa kwitansi, nota, tandasetoran dan lain-
lain, yang sudah diparaf oleh Pengelola Apotik atau pejabat yang ditunjuk, menyetorkan
dan mengambil uang, baik dari kasir besar atau bank, bertanggung jawab kebenaran
jumlah uang yang dipercayakan kepadanya, dan bertanggung jawab langsung kepada
pengelola Apotik, berwenang untuk melaksanakan kegiatan arus uang sesuai dengan
petunjuk- petunjuk instruksi dari pengelola Apotik.
7. Juru Pesep
Petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker, namun keberadaannya tidak
harus ada, tergantung keperluan apotek itu sendiri.
8. Petugas Gudang
Menerima barang dari distributor, menyimpan dan menyusun barang digudang dan
mengatur pengeluaran barang dari gudang berdasarkan sistem FIFO (First In First Out),
mengeluarkan barang berdasarkan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA), mencatat
barang yang masuk dan keluar dari gudang dalam kartu stok gudang, memberikan
informasi mengenai kondisi barang yang rusak atau mendekati kadaluarsa kepada
petugas pembelian untuk ditukar.
9. Karyawan Pembantu
Membantu administrator dan manajer dalam melaksanakan pekerjaan pekerjaan kantor
10. Bendahara
Menyusun rencana kegiatan pengelolaan urusan administrasi keuangan, Melaksanakan
pengelolaan urusan administrasi keuangan sesuai dengan prosedur dan
ketentuanperundang-undangan yang berlaku, Mengevaluasi hasil kegiatan urusan
administrasi keuangan

4. Seorang wajib pajak (WP) dalam tahun 2021 memperoleh omzet di Apotek sebesar Rp
300.000.000,- . WP tersebut berstatus kawin dan mempunyai 1 orang anak. Hitunglah besarnya
pajak PPh pasal 25 yang harus dibayar tiap bulan pada tahun 2022 apabila WP tersebut
menggunakan norma perhitungan (perhitungan netto atas usaha 20%)

Diketahui :
PTKP
Untuk diri sendiri Rp. 15.840.000
Status menikah Rp. 1.320.000
Untuk anak 1 Rp. 1.320.000 +
Rp. 18.480.000

Omzet Rp. 300.000.000

Penghasilan netto (20%) Rp . 60.000.000

PTKP kawin (anak 1) Rp. 18.480.000 -

PKP Rp. 41.520.000


Pph terhutang :

5% dari 41.520.000 = Rp. 2.076.000/ Tahun

Pph pasal 25 = 1/12 x Rp. 2.076.000 = Rp. 173.000/ bulan

Keterangan :

PTKP : Penghasilan tidak kena pajak

PKP : Penghasilan kena pajak

5. Jelaskan alur atau langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar?


Jawaban :
Bantuan hidup dasar (BHD) merupakan sebuah teknik dalam memberikan pertolongan
pertama pada kondisi gawat darurat medis. Bantuan hidup dasar atau disebut juga basic
life support (BLS) sangat penting untuk dipahami semua kalangan nonmedis sebagai
langkah penyelamatan korban emergency sebelum mendapatkan penanganan dari
tenaga medis.

Berikut langkah-langkah bantuan hidup dasar yang penting untuk dipahami:

1. Melihat kondisi korban

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam melakukan bantuan hidup dasar
adalah dengan mengenali kondisi korban dan kondisikan langkungan sekitar. Bila
penolong mendapati korban tidak ada pergerakan atau tidak ada respons terhadap
rangsangan (tidak responsif), atau bahkan penolong menyaksikan langsung korban
terjatuh dan terkapar, tindakan pertama dari bantuan hidup dasar harus dilakukan.

Untuk memastikan korban benar-benar tidak memberikan respon, penolong dapat


melakukan dengan cara berteriak, menepuk-nepuk, menggoyangkan bahu korban.
Bila masih tidak memberikan respons, penolong dapat memberikan rangsangan rasa
nyeri pasa korban. Penolong juga harus memastikan pernapasan korban. Jika pasien
bernapas secara terengah-engah (abnormal) atau bahkan tidak bernapas, penolong
harus mengasumsikan bahwa pasien mengalami henti jantung.

2. Meminta bantuan

· Berteriak minta tolong ke sekitar, namun tetap tenang


· Hubungi petugas medis terpercaya, seperti 119 atau petugas medis lainnya
· Jangan lupa menyebutkan nama, lokasi kejadian, jenis kejadian, jumlah korban,
kondisi korban serta kebutuhan apa yang diperlukan
· Bila kejadian berada dalam lingkungan rumah sakit, aktifkan sistem code blue
3. Cek respon korban

Ketika melakukan penilaian kondisi korban, penolong dapat melakukan teknik 3A,
yaitu:
3A: Aman diri, aman pasien dan aman lingkungan
• Aman diri: Maksud dari aman diri disini adalah ketika penolong hendak menolong
korban, pastikan penolong tetap aman.
• Aman pasien: Maksud dari aman pasien disini adalah sebelum memberikan
pertolongan pertama pada korban, bawa pasien ke tempat yang lebih aman daripada
tempat kejadian yang sangat bermanfaat untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan.
• Aman lingkungan: Selain diri penolong dan pasien, lingkungan juga harus aman.
Seperti membawa pasien ke tempat yang lebih ideal untuk melakukan pertolongan
pertama seperti tempat yang agak jauh dari tempat kejadian atau tempat tidak
terlalu banyak kerumunan orang agar penolong dan korban dapat sama-sama
menghirup oksigen lebih baik.

4. Memberikan kompresi dada

Kompresi dada dalam bantuan hidup dasar dilakukan untuk korban emergency yang
membutuhkan terutama korban yang mengalami henti jantung. Kompresi dada yang
efektif dapat diterapkan dengan prinsip push hard, push fast, minimal
interruption dan complete recoil. Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal,
korban harus berada di tempat yang memiliki permukaan rata ketika dilakukan
kompresi dada.
Ada beberapa waktu terbaik atau golden period dalam memberikan kompresi dada
bantuan hidup dasar:
• Untuk 1 menit keterlambatan pemberian bantuan hidup dasar, memiliki
kemungkinan keberhasilan 98 dari 100
• Untuk 4 menit keterlambatan pemberian bantuan hidup dasar, memiliki
kemungkinan keberhasilan 50 dari 100
• Untuk 10 menit keterlambatan pemberian bantuan hidup dasar, memiliki
kemungkinan keberhasilan 1 dari 100

Ketika otak tidak memperoleh oksigen selama 6 – 8 menit, maka dapat menyebabkan
kematian. Karena pasien dapat dikatakan mati klinis (henti napas dan henti jantung)
bila tidak mendapatkan oksigen dalam waktu 6 – 8 menit dan akan mengalami mati
biologis (mati batang otak) bila tidak mendapatkan oksigen dalam waktu 8 – 10
menit atau lebih.

5. Memberikan napas buatan

Napas buatan dapat diberikan dengan cara:


• Bantuan pernapasan dari mulut ke mulut
• Bantuan pernapasan dari mulut ke hidung
• Bantuan pernapasan dari mulut ke sungkup
• Bantuan pernapasan dengan kantung napas buatan (bag mask)

Ketika memberikan napas buatan, misalnya dari mulut ke mulut, jangan lupa untuk
menutup hidung korban dan membuka jalan napas korban. Berikan napas bantuan
dalam waktu 1 detik dan pastikan terdapat kenaikan dada ketika diberikan napas
bantuan serta sesuaikan volume menarik napas dan membuang napas seperti manusia
normal. Jangan memberikan napas buatan dengan volume yang berlebihan, karena
dapat memperburuk kondisi korban.

6. Sebutkan upaya atau tindakan pencegahan yang dapat dilakukan dalam rangka memutus
rantai penyebaran infeksi?

Adapun upaya mecegah penyakit infeksindapat dilakukan sebagai berikut:

1. KEBERSIHAN TANGAN
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol
(alcohol-based handrubs)bila tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas harus selalu
bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin. Cuci
tangan dengan sabun biasa/antimikroba dan bilas dengan air mengalir, dilakukan pada
saat :
- Sebelum kontak pasien;
- Sebelum tindakan aseptik;
- Setelah kontak darah dan cairan tubuh;
- Setelah kontak pasien;
- Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

2. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


APD terdiri dari sarung tangan, masker/Respirator Partikulat, pelindung mata
(goggle), perisai/pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun pelindung/apron,
sandal/sepatu tertutup (Sepatu Boot).

3. DEKONTAMINASI PERALATAN PERAWATAN PASIEN


Pada tahun 1968 Spaulding mengusulkan tiga kategori risiko berpotensi infeksi untuk
menjadi dasar pemilihan praktik atau proses pencegahan yang akan digunakan (seperti
sterilisasi peralatan medis, sarung tangan dan perkakas lainnya) sewaktu merawat
pasien.

4. PENGENDALIAN LINGKUNGAN
Pengendalian lingkungan di fasilitas pelayanan kesehatan, antara lain berupa upaya
perbaikan kualitas udara, kualitas air, dan permukaan lingkungan, serta desain dan
konstruksi bangunan, dilakukan untuk mencegah transmisi mikroorganisme kepada
pasien, petugas dan pengunjung.

5. PENGELOLAAN LIMBAH

6. PERLINDUNGAN KESEHATAN PETUGAS


Lakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap semua petugas baik tenaga
kesehatan maupun tenaga nonkesehatan. Fasyankes harus mempunyai kebijakan
untuk penatalaksanaan akibat tusukan jarum atau benda tajam bekas pakai pasien,
yang berisikan antara lain siapa yang harus dihubungi saat terjadi kecelakaan dan
pemeriksaan serta konsultasi yang dibutuhkan oleh petugas yang bersangkutan.

7. KEBERSIHAN PERNAPASAN/ETIKA BATUK DAN BERSIN


Petugas, pasien dan pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas, harus
melaksanakan dan mematuhi langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan atau lengan atas.
b) Tisu dibuang ke tempat sampah infeksius dan kemudian mencuci tangan

8. PRAKTIK LUMBAL PUNGSI YANG AMAN


Semua petugas harus memakai masker bedah, gaun bersih, sarung tangan steril saat
akan melakukan tindakan lumbal pungsi, anestesi spinal/epidural/pasang kateter vena
sentral. Penggunaan masker bedah pada petugas dibutuhkan agar tidak -69- terjadi
droplet flora orofaring yang dapat menimbulkan meningitis bakterial.
7. Sebutkan persyaratan sumber daya manusia di IFRS tempat anda praktek?

Jawaban :

Berdasarkan PMK No. 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di


Rumah Sakit, instalasi farmasi harus mempunyai apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai
sasaran dan tujuan instalasi farmasi rumah sakit. Sumber daya manusia yang
dibutuhkan di Instalasi farmasi rumah sakit (PMK No. 72 tahun 2016) sebagai
berikut:

a. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga:

- Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi
Apoteker), Sertifikat Kompetensi, SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker).

- TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian) : Sertifikat Kompetensi, STRTTK (Surat Tanda


Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasiaan), SIPTTK (Surat Izin Praktek Tenaga Teknis
Kefarmasian), SIK (Surat izin kerja)

b. Untuk pekerjaan penunjang dibutuhkan tenaga:

- Operator komputer/teknisi yang memahami kefarmasian

- Tenaga administrasi

- Pembantu pelaksana

8. Jelaskan uraian tugas tertulis dari masing-masing staf instalasi farmasi rumah sakit?
Menurut Modul Farmasi Klinik dan Rumah Sakit (Kementrian Kesehatan RI)
• Kepala IFRS adalah Apoteker yang bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap
semua aspek penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dan pengelolaan sediaan
farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan di rumah sakit.
• Panitia Farmasi dan Terapi adalah salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari
IFRS sehingga tidak mempunyai jalur fungsional terhadap IFRS melainkan jalur
koordinasi dan bertanggung jawab kepada pimpinan rumah sakit. Tugas PFT adalah
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan dan pengelolaan sediaan
farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan di rumah sakit. Panitia ini terdiri
unsur tenaga kesehatan profesional (Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Ners) sehingga
kredibilitas dan akuntabilitas terhadap monitoring dan evaluasi pelayanan dan
pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan dapat
dipertanggungjawabkan.
• Farmasi Klinik membidangi aspek yang menyangkut asuhan kefarmasian terutama
pemantauan terapi obat. Bidang ini membawahi konseling pasien, pelayanan
informasi obat dan evaluasi penggunaan obat baik pasien di ruangan maupun pasien
ambulatory.
• Logistik mempunyai tugas dalam hal menyiapkan dan memantau perlengkapan
perbekalan kesehatan, perencanaan dan pengadaan, sistem penyimpanan di gudang,
dan produksi obat dalam kapasitas rumah sakit nonsteril dan aseptik.
• Distribusi mempunyai tugas bertanggung jawab terhadap alur distribusi sediaan
farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan (obat, bahan baku obat, alat
kesehatan dan gas medis) kepada pasien rawat jalan, IRD, ICU/ICCU, kamar
operasi, bangsal atau ruangan.
• Diklat mempunyai tugas dalam memfasilitasi tenaga pendidikan kesehatan dan
nonkesehatan yang akan melaksanakan praktek kerja sebagai tuntutan kurikulum
dan melaksanakan pelatihan.
• Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses atau upaya peningkatan pengetahuan
dan pemahaman di bidang kefarmasian atau bidang yang berkaitan dengan
kefarmasian secara kesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan di bidang kefarmasian.
• Pendidikan dan Pelatihan merupakan kegiatan pengembangan sumber daya
manusia Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk meningkatkan potensi dan
produktivitasnya secara optimal, serta melakukan pendidikan dan pelatihan bagi
calon tenaga farmasi
untuk mendapatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan di bidang farmasi
rumah sakit.
• Litbang mempunyai tugas memfasilitasi penelitian dan pengabdian pada
masyarakat.
• Penelitian yang dilakukan di rumah sakit yaitu: Penelitian farmasetik, termasuk
pengembangan dan menguji bentuk sediaan baru. Formulasi, metode pemberian
(konsumsi) dan sistem pelepasan obat dalam tubuh Drug Released System.
• Berperan dalam penelitian klinis yang diadakan oleh praktisi klinis, terutama dalam
karakterisasi terapetik, evaluasi, pembandingan hasil Outcomes dari terapi obat dan
regimen pengobatan.
• Penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan, termasuk penelitian perilaku
dan sosioekonomi seperti penelitian tentang biaya keuntungan cost-benefit dalam
pelayanan farmasi.
• Penelitian operasional operation research seperti studi waktu, gerakan, dan evaluasi
program dan pelayanan farmasi yang baru dan yang ada sekarang.
• Pengembangan Instalasi Farmasi Rumah Sakit di rumah sakit pemerintah kelas A
dan B (terutama rumah sakit pendidikan) dan rumah sakit swasta sekelas, agar mulai
meningkatkan mutu perbekalan farmasi dan obat-obatan yang diproduksi serta
mengembangkan dan melaksanakan praktek farmasi klinik.
• Pimpinan dan Tenaga Farmasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus berjuang,
bekerja keras dan berkomunikasi efektif dengan semua pihak agar pengembangan
fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang baru itu dapat diterima oleh pimpinan
dan staf medik rumah sakit.
9. Berdasarkan Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 56 tahun 2014 tentang
klasifikasi dan perizinan rumah sakit.

A. Tenaga kefarmasian Rumah Sakit tipe A terdiri atas:


1. 1 apoteker sebagai kepala instalasi farmasi RumahSakit
2. 5 apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 10 tenaga
teknis kefarmasian
3. 5 apoteker di rawatinap yang dibantu oleh paling sedikit 10 tenaga teknis
kefarmasian
4. 1 apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2 tenaga teknis
kefarmasian
5. 1 apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 tenaga teknis
kefarmasian
6. 1 apoteker sebagai coordinator penerimaan dan distribusi yang dapat merangkap
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu
oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian RumahSakit
7. 1 apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga
teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan
kefarmasian Rumah Sakit.

B. Tenaga kefarmasian Rumah Sakit tipe B terdiri atas:


1. 1 orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit
2. 4 apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 8 orang
tenaga teknis kefarmasian
3. 4 orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8 orang tenaga
teknis kefarmasian
4. 1 orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2 orang
tenaga teknis kefarmasian
5. 1 orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 orang tenaga teknis
kefarmasian
6. 1 orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat merangkap
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh
tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit
7. 1 orang apoteker sebagai coordinator produksi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga
teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan
kefarmasian Rumah Sakit.

C. Tenaga kefarmasian Rumah Sakit tipe C terdiri atas:


1. 1 orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit
2. 2 apoteker yang bertugas di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 4 orang
tenaga teknis kefarmasian
3. 4 orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8 orang tenaga teknis
kefarmasian
4. 1 orang apoteker sebagai coordinator penerimaan, distribusi dan produksi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat
jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan
dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

10. Sebutkan standar akreditasi tumah sakit dikelompokkan menurut fungsi-fungsi penting
yang umum dalam organisasi perumahsakitan, dikelompokkan berdasarkan fungsi yang
terkait?

→ Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) pada tahun 2012:

1. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)


2. Akses Ke Rumah Sakit Dan Kontinuitas (ARK)
3. Hak Pasien Dan Keluarga (HPK)
4. Asisment Pasien (AP)
5. Pelayanan Asuhan Pasien (PAP)
6. Pelayanan Anastesi Dan Bedah (PAB)
7. Pelayanan Ke Farmasian Dan Penggunaan Obat (PKPO)
8. Menajemen Komunikasi Dan Edukasi (MKE)
9. Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien (PMKP)
10. Mencegah Dan Pengendalian Infeksi (PPI)
11. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
12. Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan (MFK)
13. Kompetensi Dan Kewenangan Staf (KKF)
14. Manajemn Informasi Dan Rekam Medik (MIRM)
15. Program Nasional (Menurunkan Kematian KIA, Menurunkan Keskitan HIV/Aids
Dan TB, Pengendalian Resistensi Mikroba, Dan Pelayanan Geriatric)
16. Integrasi Pendidikan Kesehatan Dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP)

Anda mungkin juga menyukai