Disusun Oleh :
Kelompok 8 Farmasi 3A 2018
PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Manajemen ......................................................................................... 3
2.2 Manajemen Pengendalian Persediaan Obat........................................................... 3
2.3 Teknik Pengendalian ............................................................................................ 4
2.3.1 Analisis ABC ............................................................................................... 4
2.3.2 Analisis VEN ............................................................................................... 6
2.3.3 Analisis EOQ ............................................................................................... 7
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan............................................................................................................ 9
3.2 Saran...................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Analisis ABC atau Pareto adalah suatu analisis yang dapat digunakan dalam
menganalisis pola konsumsi perbekalan farmasi, sementara analisis VEN (Vital,
Esensial, Non-Esensial) adalah suatu sistem untuk menentukan seleksi, pengadaan,
dan penggunaan perbekalan farmasi. Analisis VEN dapat membantu dalam
mengontrol stok obat-obatan yang perlu kontrol ketat untuk menghindari stock-out
dan memperbesar manfaat dari dana yang tersedia (Devnani et al, 2010). Dengan
demikian gabungan analisis ABC-VEN dapat digunakan untuk mengevaluasi pola
pengadaan dengan dasar prioritas (Quicket al, 2012). Analisis ABC indeks kritis
adalah kombinasi analisis ABC yang meliputi analisis ABC nilai pakai, analisis ABC
nilai investasi, dan analisis VEN yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan dana terutama pada obat-obatan berdasarkan dampaknya pada kesehatan
(Suciati dan Adisasmito, 2006).
Tujuan utama dari manajemen persediaan obat adalah suatu sistem untuk
merespon kebutuhan aktual pasien. Pemodelan matematika yang paling banyak
digunakan untuk manajemen persediaan obat adalah Economic Order Quantity
(EOQ). Model EOQ digunakan untuk menghitung pemesanan dengan biaya optimum
dan seimbang antara biaya persediaan dan biaya tambahan. Pendekatan matematika
lainnya adalah peramalan permintaan dan waktu pemesanan kembali atau Re-Order
Point (ROP) untuk memperkirakan Safety Stock (SS) atau jumlah persediaan yang
memadai (Quick et al, 2012).
Manajemen persediaan untuk pasokan farmasi meliputi pemesanan,
penerimaan, penyimpanan, distribusi, dan pemesanan kembali. Kelemahan dalam
manajemen persediaan pada sistem pasokan farmasi menjadi penyebab pemborosan
finansial. Akibat lain dari lemahnya manajemen persediaan adalah terjadi kekurangan
pada obat-obat yang esensial. Sebaliknya obat-obat yang kurang esensial berlebihan
yang menyebabkan kadaluarsa. Akibat yang lebih luas sebagai dampak dari
1
manajemen persediaan yang lemah adalah terjadinya penurunan kualitas perawatan
pasien (Quick et al, 2012).
Tujuan manajenen persediaan adalah mencapai keseimbangan antara biaya
penyimpanan dan pembelian, serta biaya jika terjadi kekurangan pasokan. Untuk
mencapai tujuan tersebut sistem manajemen persediaan perlu didesain atau
dikembangkan dengan suatu pertimbangan cermat berdasarkan konteks di mana
sistem manajemen persediaan berfungsi dan tipe pencatatan stok dan laporan
persediaan yang diperlukan. Pertimbangan juga meliputi seleksi obat yang akan
disimpan sebagai obat standar, waktu, dan jumlah pemesanan kembali. Identifikasi
dan kendali biaya manajemen persediaan dilakukan menggunakan sistem klasifikasi
produk seperti analisis ABC dan analisis VEN (Quick et al, 2012).
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Manajemen
Menurut WHO (2015), manajemen adlah tindakan atau sebuah seni yang
bertanggung jawab dan mengantarkan pada pengawasan sesuatu, misalnya
pelyanan kesehatan, farmasi, bisnis, dan kepentingan umum. Manajemen
persediaan obat merupakan kegiatan yang dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, dan penbgendalian persediaan sehingga persediaan dapat
memberikan kontribusi terhadap profit organisasi.
Menurut West (2009), tujuan dari manajemen persediaan dan pengadaan
adalah unutk meminimalkan jumlsh investasi dalam persediaan dan pengadaan
dan biaya penyimpanan dengan memperhatikan permintaan dan supply.
Manajemen persediaan merupakan kunci sukses bagi farmasi karena dengan
manajemen persediaan yang efisien maka pihak rumah sakit dapat
meminimalkan biaya, meningkatkan arus kas,dan meningkatkan pelayanan.
3
sisa stok yang masih ada dan membandingkannya dengan jumlah stik yang harus
ada. Jika jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan yang harus ada maka
dilakukan pemesanan kembali (West,2009)
Metode visual dijalankan dengan cara periodik, yang disebut dengan
metode periodik. Metode periodik dilakukan dengan cara petugas farmasi
menghitung sisa stok yang ada pada setiap interval waktu yang telah ditentukan
dengan membandingkannya dengan stok yang harus ada. Jika jumlahnya lebih
rendah dibandingkan dengan stok yang harus ada maka dilakukan pemesanan
kembali. Biasanya pemeriksaan stok dilakukan seminggu sekali dan
pemeriksaannya tanggal kadaluarsa obat setiap satu bulan sekali (West,2009).
Pengendalian persediaan dilakukan untuk membantu pengelolaan
perbekalan sediaan farmasi dan alat kesehatan agar memiliki persediaan dalam
jenis dan jumlah yang cukup untuk menghindari kekosongan barang atau
menumpuknya persediaan. Pengendalian persediaan adalah suatu upaya untuk
mempertahankan tingkat persediaan dengan mengendalikan arus barang yang
masuk melalui pengaturan sistem pesanan/pengadaan (scheduled inventory dan
perpetual inventory), penyimpanan, dan pengeluaran agar persediaan efektif dan
efisien, tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan,
kadaluarsa, dan kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi
(Mashuda, 2011).
4
2. Kelompok B adalah inventory dengan jumlah sekitar 30% dari item
tapimempunyai nilai investasi sekitar 15% dari total nilai inventory.
3. Kelompok C adalah inventory dengan jumlah sekitar 50% dari item
tapimempunyai nilai investasi sekitar 5% dari total nilai inventory (Suciati,
2006).
Besarnya persentase ini adalah kisaran yang bisa berubah-ubah dan
berbedaantara perusahaan satu dengan yang lainnya (Maimun, 2008).Kelompok A
adalah kelompok yang sangat kritis sehingga perlu pengontrolansecara ketat,
dibandingkan kelompok B yang kurang kritis, sedangkan kelompok Cmempunyai
dampak yang kecil terhadap aktivitas gudang dan keuangan (Maimun, 2008).
Dalam keterkaitannya dengan persediaan di IFRS maka yang dimaksud
kelompok A adalah kelompok obat yang harganya mahal, maka harus
dikendalikansecara ketat yaitu dengan membuat laporan penggunaan dan sisanya
secara rinci agar dapat dilakukan monitoring secara terus menerus. Oleh karena itu
disimpan secararapat agar tidak mudah dicuri bila perlu dalam persediaan
pengadaannya sedikit atau tidak ada sama sekali sehingga tidak ada dalam
penyimpanan. Sedangkan pengendalian obat untuk kelompok B tidak seketat
kelompok A. Meskipun demikian laporan penggunaan dan sisa obatnya dilaporkan
secara rinci untuk dilakukan monitoring secara berkala pada setiap 1-3 bulan
sekali. Cara penyimpanannya disesuaikan dengan jenis obat dan perlakuannya.
Pengendalian obat untuk kelompok C dapat lebih longgar pencatatan dan
pelaporannya tidak sesering kelompok B dengan sekali-kali dilakukan monitoring
dan persediaan dapat dilakukan untuk 2-6 bulan dengan penyimpanan biasa sesuai
dengan jenis perlakuan obat. Prinsip ABC ini dapat diterapkan dalam pengelolaan
pembelian, inventory, penjualan dan sebagainya. Dalam organisasi penjualan,
analisis ini dapat memberikan informasi terhadap produk-produk utama yang
memberikan revenue terbesar bagi perusahaan. Pihak manajemen dapat
meneruskan konsentrasi terhadap produk ini, sambil mencari strategi untuk
mendongkrak penjualan kelompok B (Maimun, 2008).
5
(1) Prosedur Analisis ABC
Prinsip utama analisis ABC adalah dengan menempatkan jenis-jenis
perbekalanfarmasi ke dalam suatu urutan, dimulai dengan jenis yang
memakan anggaranterbanyak. Urutan langkah sebagai berikut :
1. Kumpulkan kebutuhan perbekalan farmasi yang diperoleh dari salah
satumetode perencanaan, daftar harga perbekalan farmasi, dan biaya
yangdiperlukan untuk tiap nama dagang. Kelompokkan ke dalam jenis-
jenis/katagori, dan jumlahkan biaya per jenis/ katagori perbekalan
farmasi.
2. Jumlahkan anggaran total, hitung masing-masing prosentase jenis
perbekalanfarmasi terhadap anggaran total.
3. Urutkan kembali perbekalan farmasi di atas mulai dari yang memakan
prosentase biaya paling banyak.
4. Hitung prosentase kumulatif, dimuali dengan urutan 1 dan seterusnya.
5. Identifikasi perbekalan farmasi yang menyerap ± 70% anggaran
perbekalan total.
6. Perbekalan farmasi katagori A menyerap anggaran 70%
7. Perbekalan farmasi katagori B menyerap anggaran 20%
8. Perbekalan farmasi katagori C menyerap anggaran 10%
(DepKes RI, 2008).
6
2. Esensial (E) bila perbekalan farmasi tersebut terbukti efektif untuk
menyembuhkan penyakit, atau mengurangi penderitaan pasien. Contoh
obatyang termasuk jenis obat Essensial adalah antibiotic, obat gastrointestinal,
NSAID dan lain lain.
3. Non-esensial (N) meliputi aneka ragam perbekalan farmasi yang
digunakanuntuk penyakit yang sembuh sendiri (self limiting disease),
perbekalanfarmasi yang diragukan manfaatnya, perbekalan farmasi yang
mahal namuntidak mempunyai kelebihan manfaat disbanding perbekalan
farmasi lainnya.Contoh obat yang termasuk jenis obat Non-essensial adalah
vitamin, suplemen dan lain-lain.
7
secara periodik untuk item dengan penggunaan dan investasi tinggi
(kelompok A) sangat berguna untuk membandingkan teori jumlah pemesanan
ideal dengan prakteknya (Quick et al, 2012).
Menurut Heizer dan Render (2010), model EOQ adalah salah satu
tehnik kontrol persediaan tertua dan paling baanyak dikenal. Tehnik ini relatif
mudah digunakan, tetapi berdasarkan asumsi yaitu:
1. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen.
2. Penerimaan persediaan bersifat instan dan dan selesai seluruhnya, dengan
kata lain persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada
suatu waktu.
3. Tidak tersedia diskon kuantitas.
4. Biaya variabel hanya biaya untuk penyetelan atau pemesanan dan biaya
menyimpan persediaan dalam waktu tertentu.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen adlah tindakan atau sebuah seni yang bertanggung jawab
dan mengantarkan pada pengawasan sesuatu, misalnya pelyanan kesehatan,
farmasi, bisnis, dan kepentingan umum. Manajemen persediaan obat
merupakan kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, dan
penbgendalian persediaan sehingga persediaan dapat memberikan kontribusi
terhadap profit organisasi.Tehnik pengendlian terdiri dari Analisa ABC,
Analisa VEN, Economic Oorder Quantity (EOQ).
3.2 Saran
9
Daftar Pustaka
10