Pengertian Politik
Secara etimologis, politik berasal dari kata polis (bahasa Yunani), yang artinya negara
kota. Namun kemudian dikembangkan dan diturunkan menjadi kata lain seperti
polities (warga negara), politikos (kewarganegaraan atau civic), dan politike tehne
(kemahiran politik), dan politike epistem (ilmu politik), (Cholisin, 2003:1).
Sedangkan menurut Meriam Budiardjo dalam bukunya mengatakan bahwa
politik adalah berbagai macam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara)
yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan
tujuan itu. (Meriam Budiardjo, 2001:8). Jadi politik ialah suatu proses dalam
melaksanakan maupun dalam mencapai tujuan dari politik itu sendiri.
Lain lagi pandangan dari Ramlan Surbakti (1992:11), yang menyatakan bahwa
politik ialah interaksi antara pemerintah dan masyarakat, dalam rangka proses
pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama
masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
Sedangkan Menurut Hasan Al Banna (Usman Abdul Mu’iz, 2000:72). Politik
adalah upaya memikirkan persoalan internal (mengurus persoalan pemerintah,
menjelaskan fungsi-fungsinya, merinci kewajiban dan hakhaknya, melakukan
pengawasan kepada terhadap penguasa untuk kemudian dipatuhi jika mereka
melakukan kebaikan dan dikritik jika mereka melakukan kekeliruan), dan persoalan
eksternal umat/rakyat (memelihara kemerdekaan dan kebebasan bangsa,
mengantarkan mencapai tujuan yang akan menempatkan kedudukan ditengah-tengah
bangsa lain, serta membebaskan dari penindasan dan intervensi pihak lain dalam
urusan-urusanya) memberikan perhatian kepadanya, dan bekerja demi kebaikan
seluruhnya (kemaslahatan umat).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa segala sesuatu yang berkaitan
dengan negara, warganegara, kekuasaan dan segala proses yang menyertainya adalah
tak lepas daripada yang namanya politik. Jadi politik memiliki arti yang luas.
Politik Islam di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah.Oleh sebab
itu, di dalam buku-buku para ulama dikenal istilah siyasah syar’iyyah. Dalam Al
Muhith, siyasah berakar kata sâsa - yasûsu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusuha
siyasatan berertiQama ‘alaiha wa radlaha wa adabbaha(mengurusinya, melatihnya,
dan mendidiknya). al-Siyasah juga berarti mengatur, mengendalikan,mengurus,atau
membuat keputusan,mengatur kaum, memerintah, dan memimpinya. Secara tersirat
dalam pengertian siyasah terkandung dua dimensi yang berkaitan satu sama lain,
yaitu: 1. “Tujuan” yang hendak di capai melalui proses pengendalian, 2. “Cara”
pengendalian menuju tujuan tersebut
Secera istilah politik islam adalah pengurusan kemaslahatan umat manusia
sesuai dengan syara’. Pengertian siyasah lainya oleh Ibn A’qil, sebagaimana yang
dikutip oleh Ibnu Qayyim, politik Islam adalah segala perbuatan yang membawa
manusia lebih dekat kepada kemaslahatan dan lebih jauh dari kemafsadatan,
sekalipunRasullah tidak menetapkannya dan (bahkan) Allah SWT tidak
menentukanya. Pandangan politik menurut syara’, realitanya pasti berhubungan
dengan masalah mengatur urusan rakyat baik oleh negara maupun rakyat. Sehingga
definisi dasar menurut realita dasar ini adalah netral. Hanya saja tiap ideologi
(kapitalisme, sosialisme, dan Islam) punya pandangan tersendiri tentang aturan dan
hukum mengatur sistem politik mereka.Dari sinilah muncul pengertian politik yang
mengandung pandangan hidup tertentu dan tidak lagi “netral”.
1. Musyawarah
Dalam prinsip perundang-undangan Islam, musyawarah dinilai sebagai lembaga yang
amat penting artinya. Penentuan kebijaksanaan pemerintah dalam sistem pemerintahan
Islam haruslah didasarkan atas kesepakatan musyawarah. Karena itu musyawarah
merupakan prinsip penting dalam politik Islam.
Prinsip musyawarah ini sesuai dengan ayat al-Quran Surah Ali Imran ayat 159:
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkalah pada Allah, sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaqwa kepada Allah.”
2. Keadilan
Agama Islam menempatkan aspek keadilan pada posisi yang amat tinggi dalam sistem
perundang-undangannya. Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan berbuat
adil dalam segala aspek kehidupan manusia, seperti yang terkandung dalam surat An-Nahl
ayat 90:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat. Dan Allah melarang dari perbuatan keji, munkar dan bermusuhan.
Dia member pelajaran agar kamu men gambil pelajaran.”
Ayat tersebut diatas memerintahkan kepada umat Islam untuk berlaku adil, sebaliknya
melarang dan mengancam dengan sanksi hukum bagi orang yang berbuat sewenang-wenang.
Kewajiban berlaku adil dan menjauhi perbuatan zalim mempunyai tingkatan yang amat tinggi
dalam struktur kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
Keadilan merupakan tujuan umum atau tujuan akhir dalam pemerintahan Islam. Dari segi
realitas sejarah, sejarah para Khulafaur Rashidin yang nota bene mencontohkan teladan nabi
adalah prototipe yang lengkap dan sangat hidup dalam memahami makna keadilan dan
memegang prinsipnya dalam kehidupan.
3. Kebebasan
Yang dimaksud dengan kebebasan di sini bukanlah kebebasan bagi warganya untuk
dapat melaksanakan kewajibanya sebagai warga negara, tetapi kebebasan di sini
mengandung makna yang lebih positif, yaitu kebebasan bagi warga negara untuk memilih
suatu yang lebih baik, atau kebebasan berfikir yang lebih baik dan mana yang lebih buruk,
sehingga proses berfikir ini dapat melakukan perbuatan yang baik sesuai dengan
pemikiranya.
Kebebasan berfikir dan berbuat ini pernah diberikan oleh Allah kepada nabi Adam dan
Hawa untuk mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Allah. Sebagai mana Firman Allah
Surat Taha ayat 123:
“Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama sebagaimana kamu menjadi musuh
bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dariKu, lalu barang siapa
yang men gikuti petunjuk dari-Ku ia tak akan tersesat dan tidak akan celaka.”
Islam mengakui adanya kebebasan berfikir. Bahkan menjamin sepenuhnya dan dinilai
sebagai ahlak dasar setiap manusia. Dalam sistem perundang-undanganya Islam juga
sangat menghargai nilai-nilai kebebasan itu. Penghargaan sistem perundang-undangan
Islam terhadap kebebasan itu tidak dapat dibandingkan dengan sistem lainya yang
diciptakan manusia.
4. Persamaan
Prinsip persamaan berarti bahwa setiap individu dalam masyarakat mempunyai hak
yang sama, juga mempunyai persamaan mendapatkan kebebasan dalam berpendapat,
kebebasan, tanggung jawab, dan tugas-tugas kemasyarakatan tanpa diskriminasi rasial, asal
usul, bahasa dan keyakinan.
Berdasarkan prinsip persamaan ini sebenarnya tidak ada rakyat yang diperintah secara
sewenang-wenang dan tidak ada penguasa yang memperbudak rakyatnya. Allah menciptakan
laki-laki dan perempuan dengan berbagai bangsa dan suku bukanlah untuk membuat jarak
antara mereka. Bahkan diantara mereka agar dapat saling tukar pengalaman. Al-Quran
menegaskan yang membedakan diantara manusia adalah hanya karena taqwanya.
Sebagaimana firman Allah Surat al-Hujurat ayat 13:
“Hai manusia sesungguhnya kami menetapkan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling men genal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang
bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha men getahui lagi maha mengenal.”
Dari uraian tersebut diatas tidak disangsikan lagi kekuatan prinsip persamaan itu dalam
sistem hukum Islam. Pelaksanaanya berlaku menyeluruh dalam sistem hukum dan
pemerintahan Islam. Sebab sistem itu memang menjadi bagian yang integral dari ajaran
Islam.