OBAT DIARE
PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Diare ................................................................................................... 3
2.2 Etiologi ................................................................................................................. 3
2.3 Klasifikasi Diare ................................................................................................... 4
2.4 Penyebab Diare ..................................................................................................... 5
2.5 Patofisiologi Diare ................................................................................................ 7
2.6 Manifestasi Diare .................................................................................................. 8
2.7 Pengobatan Diare .................................................................................................. 9
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan............................................................................................................ 14
3.2 Saran...................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare atau disebut juga gastroenteritis merupakan salah satu alasan utama
pasien untuk mencari perawatan medis. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) ada 2 milyar kasus diare pada orang dewasa di seluruh dunia
setiap tahun. Di Amerika Serikat, insidens kasus diare mencapai 200 juta hingga
300 juta kasus per tahun. Sekitar 900.000 kasus diare perlu perawatan di rumah
sakit. Di seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare per tahun. Di
Amerika Serikat, diare terkait mortalitas tinggi pada lanjut usia. Satu studi data
mortalitas nasional melaporkan 7 lebih dari 28.000 kematian akibat diare dalam
waktu 9 tahun, 51% kematian terjadi pada lanjut usia. Selain itu, diare masih
merupakan penyebab kematian anak di seluruh dunia, meskipun tatalaksana sudah
maju (WHO, 2015). Dari semua kasus kematian anak balita karena penyakit diare,
78% terjadi di wilayah Afrika dan Asia Tenggara. Penyakit diare masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di
Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun
2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit
Diare 301/ 1.000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun
2006 naik menjadi 423/1.000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1.000
penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan
CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan
jumlah kasus 8.133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi
KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100
orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan
dengan jumlah penderita 4.204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.)
(KEMENKES RI, 2011). Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian
nomor dua pada balita. dan nomor lima bagi semua umur. Insidensi Diare dan
Period Prevalence diare pada balita di Sumatera Selatan yaitu: 4,8% dan 4,5%. Di
1
Sumatera Selatan, Palembang merupakan kota dengan jumlah penderita diare
terbanyak yaitu 51.623 kasus. Diare selalu menjadi 10 besar penyakit yang selalu
ada setiap tahun dan terdapat peningkatan jumlah kasus diare pada balita di
Palembang tahun 2012- 2013 dari 8.236 menjadi 16.033 balita (Destri et al, 2011).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), insidensi diare di Indonesia pada tahun
2000 adalah 301 per 1.000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5 episode
setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Cause Specific Death Rate (CSDR)
diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1.000 balita. Kejadian diare pada
anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan secara
fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Di negara yang sedang
berkembang, insiden yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari 8
sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan
turunnya daya tahan tubuh (Suharyono, 2008).
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
Menurut world Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi
diare akut dibagi atas empat penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,
Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campyloacter aeromonas
3
2. Virus : Rotaviruus, Adenovirus, Norwlak virus, Coronavirus, Astrovirus
3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica¸ Giardia lamblia, Balantidium coli,
Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongloides stercoralis
4. Non Infeksi : malabsorbsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan, dll (Nelson, 2000).
4
Diare malnutrisi berat disebabkan karena infeksi. Infeksi dapat
menyebabkan anak mengalami malnutrisi karena selama sakit, mengalami
infeksi, anak mengalami penurunan asupan makanan, gangguan pertahanan
dan fungsi imun (Kuntari, 2013).
5
basi, makanan beracun, dan alergi makanan sehingga usus tidak mampu
menyerap dengan baik yang kemudian akan menyebabkan diare (Ngastiyah,
2014).
b. Faktor infeksi
Faktor infeksi diawali dengan adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam
saluran pencernaan yang kemudian patogen akan berkembang dalam usus dan
merusak sel mukosa usus yang dapat mengakibatkan menurunkan permukaan
usus (Hidayat, 2006).
c. Faktor malabsorbsi
Faktor malabsorbsi karbohidrat yaitu terganggunya sistem pencernaan yang
berpengaruh pada penyerapan karbohidrat dalam tubuh. Gejalanya berupa
diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut, terganggunya
penyerapan lemak dalam tubuh, dan terganggunya penyerapan protein lemak
dalam tubuh (Ngastiyah, 2014).
d. Faktor psikologis
Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi terjadinya peristaltik usus
sehingga memperngaruhi proses penyerapan makanan. Penyebab diare yang
paling sering ditemukan di lapangan atau secara klinis karena infeksi dan
keracunan (Depkes RI, 2011).
Beberapa yang menyebabkan resiko tejadinya diare yaitu:
a. Tidak diberikan ASI secara penuh waktu 4-6 bulan
b. Penggunaan botol susu yang tidak bersih dapat memudahkan
kuman masuk ke dalam botol pada saat susu dimasukkan ke dalam
botol susu.
c. Menyimpan makanan masak yang terpapar kuman
d. Penggunaan air minum yang tercemar bakteri dari feses, hal ini
disebabkan karena tangan yang tercemar atau terkontaminasi oleh
bakteri mengenai air sewaktu mengambil air dari tempat
penyimpanan.
6
e. Tidak memcuci tangan sesudah buang air besar, membuang fase,
atau sebelum memasak makanan (Sodikin, 2011).
2.5 Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme
dibawah ini:
1. Diare Sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari
usus, menurunnya absorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis
ditemukan diare dengan colume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan
tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum (IDAI, 2011).
2. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus
halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik
malabsorbsi umum dan defek dalam absorbsi mukosa usus misal pada
defisiensi disakaridase, malabsorbsi glukosa/galaktosa (IDAI, 2011).
3. Malabsorbsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle
empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati (IDAI, 2011).
4. Defek sisteem pertukaran ainon/transport elektrolit aktif di enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na + K+
ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal (IDAI, 2011)
5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan itegularitas motilitas usus
sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya
antara lain : diabetes melitus, pasca vagotomi, hipertiroid (IDAI, 2011).
6. Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan
adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus (IDAI,
2011).
7
7. Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa
keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit,
mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk
dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe
diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik (Juffrie, 2010).
8. Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut
kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak
mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang
disekresikan oleh bakteri tersebut (IDAI, 2011).
8
2.7 Pengobatan
2.7.1 Pengobatan Farmakologi
Beberapa jenis antidiare yang umum digunakan (Anonim, 2019) :
1. Anti motilitas
a. Loperamide
merupakan golongan opioid berfungsi memperlambat motilitas usus,
memperpanjang waktu kontak antara isi usus dan mukosa sehingga
meningkatkan absorpsi cairan usus.
Indikasi : pengobatan simtomatik diare akut sebagai tambahan
terapi rehidrasi pada dewasa dengan diare akut.
Kontra indikasi : hipersensitif, diare bercampur darah, diare disertai
demam tinggi, diare disertai infeksi,
pseudomembranous colitis, pada pasien dimana
konstipasi harus dihindari, nyeri perut tanpa diare, usia
< 2th.
Peringatan : hentikan penggunaan bila diare tidak membaik dalam
48 jam. Hentikan bila terjadi konstipasi, nyeri perut,
distensi abdomen, ileus.
Efek samping : kembung, nyeri perut, konstipasi, nausea, pusing,
lemas, mulut kering, erupsi bullosa, ruam, flatus.
Interaksi obat : cotromoxazol dapat meningkatkan kadar loperamide.
Dosis dewasa : dosis awal 4mg, dilanjutkan 2mg setiap BAB. Dosis
maksimal 16mg/hari. Hentikan penggunaan obat bila
tidak ada perbaikan dalam waktu 48 jam.
Merk dagang : sediaan oral (tablet/ kaplet) 2 mg; lodia, imodium,
motilex, rhomuz.
b. Absorben ( attapulgite, kaolin, pektin )
Digunakan untuk meringankan gejala. Fungsinya mengabsorbsi toksin
& obat. Pemberian bersama obat lain akan mengurangi
bioavailabilitasnya.
9
a) Attapulgite
Indikasi : terapi simtomatik pada diare non spesifik.
Kontraindikasi : hipersensitifitas, obstruksi usus, demam tinggi
(diare disertai infeksi), disentri, darah pada
feses.
Peringatan : jangan digunakan > 2 hari. Minum 2-3 jam
sebelum/ setelah mengonsumsi obat lain.
Efek samping : konstipasi
Interaksi obat : dapat menghambat absorbsi obat lain yang
diberikan bersamaan.
Dosis : dewasa & anak > 12 tahun ; 2 tablet setelah
setiap buang air besar, maksimal 12 tablet/ hari.
Anak 6-12 tahun ; 1 tablet setelah setiap buang
air besar, maksimal 6 tablet/ hari.
Merk dagang : sediaan oral (tablet attapulgite 600 mg) ;
biodiar, new diatabs, teradi.
Kombinasi attapulgite & pectin
enterostop (tablet kombinasi attapulgite 650 mg
+ pectin 50 mg),
molagit (tablet kombinasi attapulgite 700 mg +
pectin 50 mg)
b) Kaolin
Indikasi : terapi simptomatik pada diare non spesifik.
Kontraindikasi : obstruksi usus.
Peringatan : diare yang tidak membaik setlah 48 jam, diare
disertai rasa panas dan mengandung darah.
Efek samping : konstipasi
Interaksi obat : dapat menghambat absorbsi obat lain yang
diberikan bersamaan.
10
Dosis : dewasa & anak > 12 tahun ; 30 ml, maksimum
180 ml/ hari.
Anak-anak 6-12 tahun ; 15 ml, maksimum 90
ml/ hari. Pemberian setiap kali sesudah buang
air besar.
MD : obat yang beredar merupakan kombinasi dari
kaolin dan pectin, neo koalana, neo kaominal ;
suspensi, setiap 15 ml mengandung kaolin 700
mg dan pectin 66 mg.
c. Terapi diare lainnya
a) Cairan rehidrasi oral (oralit 200)
Pemberian cairan rehidrasi oral merupakan lini pertama dalam
pengobatan diare untuk mencegah dan mengatasi kehilangan cairan
dan elektrolit yang berlebihan.
Cara pemberian : 1 bungkus serbuk (5,6 g) dilarutkan dalam 200
ml air matang hangat.
Sediaan : sediaan serbuk ; oralit 200 generik (kimia
farma), corsalit 200 (corsa).
Sediaan cair ; pedialyte (abbott), renalyte
(fahrenheit).
b) Probiotik
WHO mendefinisikan probiotik sebagai mikroorganisme hidup
yang bila dikonsumsi dalam jumlah yang adekuat sebagai bagian dari
makanan akan memberikan dampak menguntungkan pada kesehatan
pejamu. Probiotik membantu memelihara kesehatan fungsi pencernaan
pada anak-anak dan dewasa. Probiotik juga bermanfaat dalam
pencegahan dan pengobatan beberapa penyakit saluran cerna seperti
diare. Beberapa probiotik dengan galur spesifik dapat mengurangi
frekuensi dan durasi diare.
11
c) Zinc
Merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk
kesehatan dan pertumbuhan anak.selama diare tubuh akan kehilangan
zinc. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat
diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga
agar anak tetap sehat.
Indikasi : terapi penunjang/ suplemen untuk diare akut
non spesifik pada anak.
Efek samping : penggunaan dosis tinggi (dosisi > 150 mg/hari)
pada jangka waktu lama dapat menyebabkan
penurunan absorbsi tembaga. Mual, muntah,
rasa pahit pada lidah.
Interaksi obat : zat besi dapat menurunkan penyerapan zinc.
Jika diberikan bersamaan dengan zat besi
direkomendasikan untuk memberikan zinc
terlebih dahulu yaitu beberapa jam sebelum
memberikan zat besi.
Dosis : anak & bayi ≥ 6 bulan ; 20 mg sekali sehari.
Bayi < 6 bulan ; 10 mg sekali sehari. Zinc
diberikan selama 10 hari (meskipun diare sudah
berhenti).
Merk dagang : sediaan bubuk 10 mg ; orezinc, sediaan tablet
20 mg ; zinc (generik), zincare, zidiar, interzinc.
Sediaan syrup 20 mg/ 5 ml ; zircum kid, syrup
20 mg/ 5 ml ; L-zinc, zinkid.
12
ORT memiliki keefektifan sebanding dengan terapi larutan elektrolit
intravena pada pengatasan dehidrasi ringan sampai sedang. ORT
mengandung konsentrasi rendah glukosa atau dextrosa (2 sampai
2,5%). Pada terapi rehidrasi oral ini jika diare dapat teratasi sebelum
48 jam maka terapi sudah bisa dihentikan, namun jika setelah 48 jam
diare belum juga teratasi maka perlu rujukan medis (Cohn dkk, 2004).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3
kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Diare diklasifikasikan berdasarkan
lama diare dan berdasarkan patofisiologik . diare disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu faktor makanan, infeksi, malabsorbsi, dan psikologis.
Pengobatan diare bisa dilakukan dengan terapi farmakologi dan terapi non
farmakologi, terapi farmakologi meliputi penggunaan obat bahan kimia,
sedangkan terapi non farmakologi dilakukan dengan pencegahan atau terapi
non obat kimia.
3.2 Saran
Setelah mempelajari penyakit diare, agar sebaiknya mengetahui dampak
buruk yang ditimbulkan dari penyakit diare, maka diharapkan untuk selalu
menjaga kesehatan diri agar terhindar dari penyakit diare.
14
Daftar Pustaka
Agtini Destri, Magdarina. 2011. Morbiditas dan Mortalitas Diare pada Balita di
Indonesia, tahun 2000-2007. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
Alimul, Hidayat A.A. 2008. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Anonim. 2019. Basic Pharmacology & Drug Notes Edisi 2019. Makassar : MMN
Publishing.
Ariani, P. 2016. Diare Pencegahan dan Pengobatan. Yogyakarta : Nurha Medika.
AW Sudoyo, B Setiyohadi, I Alwi, M simadibrata, S Setiati. 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta : Interna Publishing.
Cecily Lynn Betz & Linda A.Gowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik, ed.
5. Jakarta : EGC.
Cohn, D., Dauenheimer, MA., Hilmers, W., Guenther, J.M., dan Chun, A.L.,
2004.Handbook ofNonprescription Drugs An Interactive Approach to
Self-Care, Edisi ke-14, 414-4421, American Pharmacists Association
(AphA), Washington DC.
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
Dwienda, Octa, dkkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Keidanan Neonatus, Bayi/Balita dan
Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepublish publisher.
Dyah,Ragil WL. Yunita,Dyah PS. 2017. Hubungan antara pengetahuan dan kebiasaan
mencuci tangan pengasuh dengan kejadian diare pada balita. Journal of
Health Education 2 (1) (2017). Universitas Negeri Semarang.
Hidayat, A.2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
Hidayat,A.2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2011. Kumpulan Tips Pediatrik. Jakarta :
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Juffrie, M., et al. 2010. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. Jakarta : Nalai
Penerbit IDAI.
15
Kuntari, dkk. 2013. Faktor Risiko Malnutrisi Pada Balita. Kesmes, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 12.
Nelson, Behram, Kliegman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 vol 1.
Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit (2 ed). Jakarta. Buku Kedokteran.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika
Suharyono. 2008. Diare Akut. Jakarta : Gramedia (ganti tahun 2003)
WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2011. Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit, Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama.
Jakarta : WHO dan IDAI.
16