Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KLINIK SANITASI
TENTANG
“PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIARE”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I

VIRGONALDO
ABDUL RISKY ANTU
MEYGI LUKAS
NINDA NAURA MODEONG
ANADA M. KABUHUNG
LESTARI MAPALULO

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MANADO
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan praktikum Klinik Sanitasi tentang Penyelidikan epidemiologi


penyakit diare telah di periksa dan disetujui oleh :

Mengetahui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mokoginta Jusran, SKM, M.Kes Dismo Katiandagho, SST, M.Kes. Epid.


Nip.1967090771991011001 Nip.196806011998031002

Dosen Pembimbing III

Donny Makalalag, SST, M.Kes


Nip.197908312005010122002

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Mata Kuliah
Klinik sanitasi yang berjudul tentang Penyelidikan epidemiologi penyakit diare.
Terima kasih saya ucapkan kepada dosen yang telah membantu kami baik
secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-
teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.

Semoga laporan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Manado, 27 April 2021

Penyusun

Kelompok I

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................iii

DAFTAR ISI....................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan ..................................................................................................2
C. Waktu dan Tempat................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3

A. Penyakit Diare......................................................................................3
B. Sejarah Penyakit Diare.........................................................................3
C. Definisi Kasus Penyakit Diare..............................................................4
D. Gejala Klinis Penyakit Diare................................................................5
E. Masa Inkubasi Penyakit Diare..............................................................6
F. Cara Penularan Penyakit Diare.............................................................6
G. Cara Pengendalian Penyakit Diare.......................................................7
H. Rekomendasi.........................................................................................8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................11

A. Wilayah Kerja Puskesmas Kombos......................................................11


B. Data Kejadian Penyakit Diare..............................................................11

BAB IV PENUTUP..........................................................................................12

A. Kesimpulan...........................................................................................12
B. Saran.....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya keadaan lingkungan fisik dan biologis pemukiman
penduduk di Indonesia belum baik, hal ini berakibat masih tingginya angka
kesakitan dan kematia. karena berbagai penyakit. Salah satu penyakit
terbanyak yang disebabkan oleh buruknya sanitasi di lingkungan masyarakat
adalah diare, yaitu buang air besar yang tidak normal. berbentuk tinja encer
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Hiswani, 2003).
Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka
kesakitan diare dari tahun ketahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal
setiap tahun karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi di negara
berkembang (Parashar, 2003).
Menurut WHO, di negara berkembang pada tahun 2003 diperkirakan
1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 8 dari 10 kematian tersebut pada
umur < 2 tahun. Rata-rata anak usia < 3 tahun di negara berkembang
mengalami episode diare 3 kali dalam setahun (WHO, 2005).
Hasil survei Subdit diare, angka kesakitan diare semua umur tahun 2000
adalah 301/1000 penduduk, tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk, tahun 2006
adalah 423/1000 penduduk. Kematian diare pada balita 75,3 per 100.000 balita
dan semua umur 23,2 per 100.000 penduduk semua umur (SKRT 2001).
Prevalensi diare pada anak-anak dengan usia kurang dari 5 tahun di Indonesia
adalah laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur, prevalensi
tertinggi terjadi pada usia 6–11 bulan (19,4%), 12–23 bulan (14,8%), dan 24–
35 bulan (12%) (Depkes RI, 2003).
Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (13,2%) pada semua umur
dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian
nomor satu pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%)

1
(Riskesdas, 2007). Kasakitan balita karena diare makin meningkat sehingga
dikhawatirkan terjadi peningkatan kasus gizi buruk.

B. Tujuan
Untuk mengetahui epidemologi penyakit diare dan data kasus penyakit diare di
wilayah kerja Puskesmas Kombos.

C. Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : Selasa, 27 April 2021
Waktu : 10:00 - Selesai
Tempat : Puskesmas Kombos

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tigakali atau
lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare adalah buang air besar pada
balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu
(Juffrie dan Soenarto, 2012).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung
kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang, 2014). Berdasarkan ketiga definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar dengan
bertambahnya frekuensi yang lebih dari biasanya 3 kali sehari atau lebih
dengan konsistensi cair.
B. Sejarah Penyakit Diare
Diare merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Karenanya
tidak mengherankan jika bahan-bahan yang digunakan untuk menyembuhkan
penyakit tersebut menempati tempat yang khusus dalam sejarah kedokteran.
Dokter Sumeria pada tahun 3000 SM telah menggunakan sediaan antidiare dari
opium. Penyakit diare atau juga disebut gastroenteritis masih merupakan salah
satu masalah utama negara perkembang termasuk Indonesia (Goodman dan
Gilman, 2003).
Dua penyakit yang menonjol sebagai penyebab utama kematian pada anak
kelompok umur 1 sampai 4 tahun adalah diare dan penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, yaitu campak, batuk rejan dan tetanus (Anggarini, 2004).
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari,
dengan tau tanpa darah pada tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi
mendadak pada orang yang sebelunya sehat dan berlangsung kurang dari 2
minggu (Noerasid dkk., 1988)

3
Angka kesakitan penyakit diare adalah sekitar 200 – 400 kejadian di antara
1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat
ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, dengan
sebagian besar (70% - 80%) penderita ini adalah anak dibawah umur lima
tahun, yang disebabkan karena dehidrasi. Hal inilah yang menyebabkan
sejumlah 350.000 - 500.000 anak di bawah umur 5 tahun meninggal setiap
tahunnya (Noerasid dkk., 1988).
Pada banyak pasien, onset diare terjadi secara tiba-tiba tetapi tidak terlalu
parah dan dapat sembuh sendiri tanpa memerlukan pengobatan. Pada kasus
yang parah, resiko terbesar adalah dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit
terutama pada bayi, anak-anak dan manula yang lemah. Oleh karena itu, terapi
rehidrasi oral merupakan kunci utama penanganan untuk pasien sakit diare akut
(Zeina , 2004).
Kematian akibat diare biasanya bukan karena adanya infeksi dari bakteri
atau virus, tetapi terjadinya dehidrasi pada diare hebat yang serius disertai
dengan muntah–muntah, sehingga tubuh akan kehilangan banyak cairan tubuh.
Sehingga bisa berakibat dehidrasi, asidosis, hipokalemia yang tidak jarang
akan berakhir dengan kejang dan kematian. Pada bayi dan anak-anak kondisi
ini lebih berbahaya karena cadangan intrasel dalam tubuh mereka kecil dan
cairan ekstrasel lebih mudah dilepaskan jika dibandingkan orang dewasa. Pada
pasien diare akut yang parah harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap,
selanjutnya dilakukan upaya pengobatan (Setiawan, 2005).
C. Definisi Kasus Penyakit Diare
Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah yang berlangsung dari satu minggu (Subagyo, Bambang dan Nurtjahjo,
2012).
Sedangkan menurut Simadibrata dan Daldiyono (2006) diare adalah buang
air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau
200ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar

4
encer lebih dari tiga kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapaftanpa
disertai lendir dan darah (Simadibrata dan Daldiyono, 2006).
Tinja bayi normal atau sehat berbentuk lembut dan tidak padat. Bayi
buang air besar lebih sering pada 1 - 2 bulan pertama, karena itu sulit untuk
mengatakan apakah bayi menderita diare atau tidak. Kebanyakan bayi memiliki
pola feses yang khas. Pola ini dapat berubah perlahan-lahan dari waktu ke
waktu. Berikut ini beberapa tanda bayi mengalami diare diantaranya seperti
frekuensi secara tiba-tiba seperti lebih dari satu kali BAB per sekali makan,
kotoran menjadi lebih encer, nafsu makan bayi memburuk dan mengalami
hidung tersumbat atau demam juga menunjukkan kecenderungan diare
(Subagyo, Bambang dan Nurtjahjo, 2012).
D. Gejala Klinis Penyakit Diare
Gejala klinis penyakit diare umumnya, yaitu :
1. Feses lembek dan cair.
2. Nyeri dan kram perut.
3. Mual dan muntah.
4. Nyeri kepala.
5. Kehilangan nafsu makan.
6. Haus terus-menerus.
7. Darah pada feses.
Dehidrasi juga merupakan gejala paling umum yang menyertai diare. Pada
anak-anak, diare dapat ditandai dengan jarang buang air kecil, mulut kering,
serta menangis tanpa mengeluarkan air mata. Pada keadaan dehidrasi berat,
anak dapat terlihat cenderung mengantuk, tidak responsif, mata cekung, serta
kulit perut yang dicubit tidak kembali dengan cepat. Sedangkan tanda dehidrasi
pada orang dewasa, antara lain kelelahan dan tidak bertenaga, kehilangan nafsu
makan, pusing, mulut kering, serta nyeri kepala.

5
E. Masa Inkubasi Penyakit Diare

F. Cara Penularan Penyakit Diare


Cara penularannya adalah melalui feses penderita diare, akibat
kontaminasi kuman-kuman tersebut. Kuman pada feses dapat mengontaminasi
tangan, makanan, air, dan perlengkapan makan, hingga akhirnya masuk ke
dalam saluran cerna orang lain melalui mulut. Ujung-ujungnya, penularan diare
dari satu orang ke orang lain tak bisa lagi dihindari.
Salah satu bukti bahwa diare bisa menular adalah adanya wabah diare pada
suatu wilayah. Keadaan tersebut terjadi akibat kebersihan lingkungan yang
tidak terjaga dengan baik, atau sumber air yang terkontaminasi oleh kuman
penyebab diare.

6
G. Cara Pengendalian Penyakit Diare
Untuk mencegah atau mengendalikan penularan diare, berikut ini beberapa kiat
yang bisa diterapkan:
1. Menjaga kebersihan
a) Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, khususnya
sebelum  atau setelah makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah
dari toilet, setelah memegang hewan atau memegang benda kotor, dan
seusai melakukan aktivitas.
b) Pastikan halaman rumah dan toilet selalu terjaga kebersihannya.
c) Jaga kebersihan tubuh, dengan mandi setidaknya 2 kali sehari.
d) Jaga kebersihan pakaian, dengan menggantinya secara berkala.
2. Siapkan makanan dengan baik
a) Cuci tangan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan.
b) Gunakan alat memasak dan alat makan yang bersih.
c) Bersihkan bahan makanan dengan baik sebelum dimasak, dan
gunakan bahan makanan yang masih segar.
d) Masak makanan dengan tingkat kematangan yang benar.
e) Habiskan makanan yang telah dimasak dalam dua jam, atau simpan
dalam lemari pendingin.
3. Perhatikan kebersihan air minum
a) Gunakan sumber air bersih untuk minum, seperti air minum dalam
kemasan atau air bersih yang direbus hingga mendidih.
b) Hindari minum dari sumber air yang tercemar limbah, atau sumber air
yang dekat dengan septic tank.
4. Vaksinasi
a) Lakukan vaksinasi diare pada anak sebelum usia 6 bulan.
Beberapa kasus diare memang dapat menular dari satu orang ke orang
lainnya. Karena itu, selalu waspadalah dengan memperhatikan
kebersihan diri dan lingkungan sekitar. Jangan ragu untuk segera
berobat ke dokter jika saat ini Anda sedang mengalami diare.

7
H. Rekomendasi
` Diare merupakan kondisi yang dapat menyerang siapa saja dan bisa
bertahan selama beberapa hari, sehingga mengganggu aktivitas. Penyebab diare
bermacam-macam, namun yang paling sering terjadi adalah kebiasaan buruk
yang kita lakukan, seperti mengonsumsi makanan tidak bersih dan
malas mencuci tangan.
Untuk mengatasi dan meringankan gejala diare, seseorang perlu memilih
makanan dengan cermat.
Berikut ini adalah beragam pilihan makanan yang baik dikonsumsi saat diare:
1. Buah pisang
Melansir Very Well Health, buah pisang bertekstur lunak dan mudah
dicerna, sehingga menjadikannya pilihan yang baik untuk mengatasi
gangguan sistem pencernaan. Buah pisang juga merupakan sumber
potasium yang sangat baik, elektrolit penting yang dapat hilang saat
seseorang mengalami diare. Tak hanya itu, pisang merupakan sumber
pektin yang baik. Pektin adalah sejenis serat larut air yang dapat menyerap
kelebihan cairan dalam usus dan memperlambat pergerakan feses.
2. Saus apel
Buah apel juga merupakan sumber pektik yang baik. Saat diare,
makan sumber serat larut bagus dilakukan karena dapat membantu
menyerap cairan di usus sekaligus mencegah sembelit. Tapi sayangnya,
kulit apel mengandung serat tidak larut yang dapat memebani sistem
pencernaan yang tengah mengalami gangguan.
Dengan demikian, saus apel adalah pilihan yang lebih baik daripada
apel untuk dikonsumsi saat diare.
3. Kentang
Sayuran adalah pembangkit tenaga nutrisi tetapi bisa sulit dicerna saat
dimakan mentah. Maka dari itu, jadikan sayuran ini sebagai pilihan yang
lebih ramah diet untuk diare dengan cara mengupasnya, membuang
bijinya, atau memasaknya secara menyeluruh. Salah satu sayuran yang

8
baik dikonsumsi saat diare, yakni kentang. Pasalnya, kentang termasuk
makanan yang mengandung potasium tinggi.
Potasium adalah elektrolit penting yang dapat hilang saat seseorang
mengalami diare. Selain itu, kandungan tepung dalam kentang dapat
membantu meningkatkan volume feses. Ini kiranya baik untuk penderita
diare.
Namun, ketika ingin mengonsumsi kentang, sebaiknya buang
kulitnya. Pasalnya, kulit kentang mungkin mengandung lebih banyak serat
daripada yang bisa ditangani sistem pencernaan.
Di sisi lain, penderita diare sebaiknya tidak dulu megonsumsi brokoli,
kembang kol, paprika, kacang polong, sayuran berdaun hijau, dan jagung,
karena cenderung menyebabkan perut kembung atau ketidaknyamanan.
4. Oatmeal
Oatmeal adalah makanan sumber serat larut lainnya yang baik
dikonsumsi saat diare. Oatmeal dianggap dapat membantu mengurangi
diare karena dapat memperlambat proses pencernaan dan dapat membantu
memadatkan feses. Sementara itu, jika Anda biasanya mengonsumsi
oatmeal dengan tambahan gula, madu, sirup, atau produk susu, sebaiknya
hal tersebut tidak dilakukan saat mengalami diare.
5. Nasi putih
Nasi putih adalah makanan lainnya yang baik dikonsumsi saat diare.
Merangkum Medical News Today, nasi putih biasa mudah dicerna dan
mengikat, yang berarti membantu memadatkan kotoran.
6. Roti putih
Roti gandum utuh pada umumnya merupakan pilihan lebih sehat
daripada roti putih yang terbuat dari tepung terigu. Tetapi, dalam kondisi
diare, roti putih mungkin lebih baik dipilih karena lebih mudah dicerna.
Berbagai jenis kue yang dibuat dari tepung juga aman dikonsumsi saat
seseorang mengalami diare. Misalnya saja, kue pretzel. Kue ini bahkan
dapat membantu memulihkan keseimbangan natrium tubuh ketika diare
karena biasanya mengandung garam.

9
7. Yogurt
Pada umumnya, seseorang yang mengalami diare dianjurkan untuk
menghindari konsumsi produk susu sampai kondisinya membaik. Bahkan
jika Anda biasanya mentolerir laktosa, itu bisa lebih sulit dicerna saat
Anda mengalami diare. Tapi, satu pengecualian adalah satu porsi kecil
yogurt rendah lemak dengan kultur bakteri hidup atau aktif.
Yogurt yang mengandung bakteri baik dapat membantu melawan
mikroorganisme penyebab diare. Jadi, pilih merek produk yogurt yang
rendah gula atau tanpa pemanis buatan yang malah dapat memperburuk
gas dan melonggarkan tinja.
8. Makanan yang mengandung protein
Protein merupakan salah satu sumber energi yang penting bagi tubuh
selain lemak dan karbohidrat.  Daging ayam kukus adalah salah satu
sumber protein hewani yang paling mudah dicerna. Potongan daging
kalkun, daging sapi, babi, dan ikan tanpa lemak juga dapat diterima.
9. Air putih hingga sup ayam
Diare rentan membuat tubuh kehilangan banyak cairan mengingat
penderitanya akan terus buang-buang air. Apabila cairan tubuh yang
hilang tidak segera diganti, kondisi tersebut berisiko menyebabkan
dehidrasi. Dehidrasi akibat diare pun dapat mengancam nyawa jika
dibiarkan terus berlarut.
Maka dari itu, penderita diare harus memperbanyak minum air.
Mengganti cairan tubuh yang hilang paling baik dengan air putih minimal
8 gelas per hari. Tapi jika bosan, penderita diare bisa menyelingi minum
air putih dengan mengonsumsi sumber cairan lain, seperti oralit, minuman
isotonik, air kelapa, termasuk makan kuah sup ayam.   Perlu dipahami,
minum minuman yang sangat panas atau sangat dingin dapat merangsang
pergerakan usus. Jadi, pertahankan minuman bersuhu ruangan sampai
gejala diare membaik. Konsumsi kopi dan teh juga harus dihindari karena
dapat merangsang kontraksi usus.

10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Wilayah Kerja Puskesmas Kombos
Sejak tahun 1980 wilayah kerja Puskesmas Kombos terdiri dari 5
kelurahan Puskesmas kombos memiliki luas tanah ± 2.000 m2
Kelurahan-kelurahan yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas
Kombos yaitu :
1. Kelurahan Singkil II : Luasnya adalah 9,5 km2
2. Kelurahan Kombos Barat : Luasnya adalah 8,5 km2
3. Kelurahan Kombos Timur : Luasnya adalah 8,1 km2
4. Kelurahan Ternate Baru : Luasnya adalah 10 km2
5. Kelurahan Ternate Tanjung : Luasnya adalah 8 km2

Batas wilayah kerja Puskesmas Kombos sebagai berikut :

1. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Mapanget.


2. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Wenang.
3. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Tuminting.
4. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Tikala
B. Data Kejadian Penyakit Diare
Data Kasus Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Kombos
Tahun 2020
Jumlah Target
Jumlah Penemuan
No. Kecamatan Puskesmas
Penduduk Semua
Balita
Umur
1 Singkil 2 Kombos 7868 2 12
2 Kombos Barat Kombos 5665 3 8
3 Kombos Timur Kombos 8079 18 22
4 Ternate Baru Kombos 3528 2 3
5 Ternate Tanjung Kombos 3344 0 9
JUMLAH 28.484 25 54

11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tigakali atau
lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare adalah buang airbesar pada
balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu
(Juffrie dan Soenarto, 2012).
B. Saran
Untuk menanggulangi penyakit diare terhadap masyarakat diwilayah
kerja Puskesmas Kombos dan kepada kepala puskesmas di harapkan dapat
membina dan mempererat kerja sama dengan dinas kesehatan setempat dan
masyarakat khusus nya serta seluruh masyarakat diwilayah kerja Puskesmas
Kombos
Diharapkan kepada seluruh masyarakat diwilayah kerja Puskesmas
Kombos lebih memperhatikan kesehatan nya serta didukung oleh pelayanan
dan penyuluhan kesehatan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Kombos
sehingga mampu merubah kebiasaan prilaku yang tidak baik, dan lebih
memperhatikan sanitasi lingkungan mereka.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/1769/4/BAB%20II.pdf

http://eprints.ums.ac.id/12660/3/BAB_1.pdf

http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/547/2/702012069_BAB
%20II_sampai_BAB%20TERAKHIR.pdf

https://www.halodoc.com/kesehatan/diare

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/67047a7ed51d49cb2a7ceac0b0a
b08e5.pdf

https://www.alodokter.com/makanan-untuk-diare-ini-anjuran-dan-
pantangannya

https://health.kompas.com/read/2020/11/01/133300768/9-makanan-yang-baik-
dikonsumsi-saat-diare?page=all

13

Anda mungkin juga menyukai