Disusun Oleh
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Manfaat dan Tujuan...................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1. Pengertian Penyakit Diare.............................................................................3
2.2. Faktor-faktor Penyebaran Penyakit Diare.....................................................3
2.3. Kasus Penyakit Diare Yang Ada di Wilayah Pesisir.....................................5
2.4. Pencegahan Penyebaran Penyakit Diare di Wilayah Pesisir.........................6
BAB III....................................................................................................................8
PENUTUP................................................................................................................8
3.1. Kesimpulan....................................................................................................8
3.2. Saran..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diare adalah gangguan buang air besar yang ditandai buang air besar dari 3
kali sehari dengan konsentrasi tinja cair, dapat disertai dengan darah. Diare
merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan dilaporkan
terdapat hampir 1,7 milyar kasus setiap tahunnya. Penyakit ini sering
menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita). Dalam satu
tahun sekitar 760.000 anak usia balita meninggal karena penyakit ini (World
Health Organization (WHO), 2013b). Didapatkan 99% dari seluruh kematian pada
anak balita terjadi di negara berkembang. Sekitar ¾ dari kematian anak terjadi di
dua wilayah WHO, yaitu Afrika dan Asia Tenggara. Sebanyak ¾ kematian anak
umumnya disebabkan penyakit yang dapat dicegah, seperti kondisi neonatal,
pneumonia, diare, malaria, dan measles (WHO, 2013b). Diare masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia karena
memiliki insidensi dan mortalitas yang tinggi. Diperkirakan 20-50 kejadian diare
per 100 penduduk setiap tahunnya. Kematian terutama disebabkan karena
penderita mengalami dehidrasi berat. Menurut data Departemen Kesehatan, diare
merupakan penyakit kedua di Indonesia yang dapat menyebabkan kematian anak
usia balita setelah radang paru atau pneumonia. Penyakit ini dapat ditularkan
melalui air. Penularan tersebut dapat terjadi ketika mengonsumsi air minum yang
telah terkontaminasi atau tercemar bakteri. Beberapa penelitian menunjukan
bahwa ada hubungan antara penyakit diare dengan sumber air bersih dan minum
(Harsa, 2019; Marini dkk., 2021; Yantu dkk.,2021).
Selain itu, diare juga dapat terjadi saat seseorang menggunakan tangan atau
alat-alat makan lain yang terkontaminasi oleh bakteri penyebab diare saat proses
pencucian dengan menggunakan air yang kualitasnya tidak memenuhi baku mutu
(Wantiyah dkk., 2015). Oleh karena itu, dibutuhkan sistem penyediaan air yang
dapat memenuhi aspek kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Namun, kenyataannya
bahwa masihada 780 juta orang di dunia yang belum mempunyai akses terhadap
air bersih dan 80 juta diantaranya ialah orang Indonesia (SMI, 2017). Sementara
1
itu, untuk wilayah pesisir Indonesia yang terdapat 12.827 desa, hanya 33,46%
yang belum mendapatkan akses air bersih untuk memenuhi kegiatan harian
(Lubis, 2018).
Daerah pesisir merupakan salah satu daerah yang banyak memiliki masalah
khususnya di bidang kesehatan masyarakat. Masalah-masalah kesehatan
masyarakat yang sering muncul didaerah pesisir umumnya terkait perilaku hidup
bersih dan sehat, sanitasi lingkungan dan resiko kejadian penyakit menular yang
tinggi. Salah satu penyakit menular yang sering terjadi di daerah pesisir adalah
penyakit diare.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Penyakit Diare
Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume,
keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3
kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Selviana et al., 2017). Tingginya
angka kejadian diare disebabkan oleh banyak faktor diantaranya makanan dan
minuman yang terkontaminasi akibat kebersihan yang buruk, infeksi virus dan
bakteri (Rahmah et al., 2016).Penyakit diare merupakan penyebab utama
kematian kedua pada anak di bawah lima tahun dan mengakibatkan kematian
sekitar 525.000 anak setiap tahunnya.
Diare dapat berlangsung beberapa hari dan dapat mengakibatkan dehidrasi air
dan garam yang diperlukan untuk bertahan hidup. Di masa lalu, bagi kebanyakan
orang, dehidrasi berat dan kehilangan cairan adalah penyebab utama kematian.
Sekarang, penyebab lain seperti infeksi bakteri septik kemungkinan akan
menyebabkan peningkatan proporsi kematian terkait diare. Anak-anak yang
kekurangan gizi atau memiliki kekebalan yang terganggu serta orang yang hidup
dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) paling berisiko mengalami diare
yang mengancam jiwa (WHO, 2017).
3
Penyedian air bersih dan keberadaan jamban keluarga merupakan hal yang
mampu menurunkan angka diare, namun untuk wilayah pesisir penyediaan air
bersih serta keberadaan jamban di wilayah pesisir masih sulit, dan hal ini yang
menimbulkan risiko diare pada balita bahkan untuk semua umur ditambah tingkat
pengetahuan yang masih kurang tentang penularan proses seseorang terkena
penyakit diare. Penyediaan Air Bersih (PAB) memiliki risiko terhadap kejadian
diare. Kemudian tidak adanya jamban keluarga dapat membuat seseorang
menderita penyakit diare, karena seseorang yang membuang kotorannya (tinja) di
sembarang tempat dapat membuat penularan penyakit diare melalui air maupun
vektor.
Banyak faktor yang merupakan pemicu terjadinya diare yaitu penyediaan air
bersih, jamban keluarga, pengolahan sampah, pengelolaan air limbah, dan
personal hygiene. Penyakit yang ditularkan dan menyebar secara langsung
maupun tidak langsung melalui air. disebut sebagai waterborne disease atau water
related disease, penyakit yang dapat ditularkan seperti penyakit hepatitis, kolera,
diare, tifoid, amebiasis, askariasis yang dapat ditularkan berdasarkan tipe agen
penyebabnya.
Pembuangan tinja yang tidak memiliki syarat- syarat kesehatan pun dapat
memberikan peluang untuk berkembang biaknya serangga, lalat, tikus,
mencemarkan sumber air minum, mencemarkan lingkungan hidup, dan akan
mudah terjadinya penyebaran penyakit seperti diare. Oleh karena itu, pembuangan
tinja harus memenuhi persyaratan kesehatan
Salah satu risiko diare juga yakni berasal dari keberadaan sampah. Sampah
merupakan suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam
suatu kegiatan manusia dan dibuang. Keberadaan sampah dapat juga mengganggu
kesehatan masyarakat karena sampah merupakan salah satu sumber penularan
penyakit. Sampah juga menjadi tempat yang ideal untuk sarang dan tempat
berkembangbiaknya vektor penyakit
Pengelolaan air limbah dikelola dengan baikpun juga dapat menjadi sarang
vektor penyakit misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain. Vektor tersebut.
dapat membawa mikroorganisme patogen penyebab penyakit, seperti diare,
kolera, filariasis, penyakit cacing, tifoid, dan lain-lain. Penyakit tersebut bukan
4
saja menjadi beban pada komunitas yang dilihat dari angka kesakitan, kematian,
dan harapan hidup, tetapi juga menjadi penghalang air limbah yang baik
merupkan mendasar dari keserasian lingkungan
Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare juga
meliputi faktor perilaku yang mana penyakit diare merupakan penyakit berbasis
lingkungan juga dipengaruhi oleh keadaan. kebersihan baik perorangan (personal
hygiene) maupun kebersihan lingkungan perumahan, sanitasi yang baik dan
memenuhi syarat kesehatan serta didukung oleh personal hygiene yang baik akan
bisa mengurangi resiko munculnya suatu penyakit. termasuk diantaranya penyakit
diare lingkungan.
5
pada Puskesmas Lepo-lepo denganmenggunakan simple random sampling.
Responden pada penelitian ini adalah penderita diare. Hasil penelitianmenunjukan
bahwa ada perbedaan secara statistik (ρ < 0,05) penyediaan air bersih (ρ = 0,022),
jamban keluarga(ρ = 0,000), pengolahan sampah (ρ = 0,022). Sebaliknya, tidak
terdapat perbedaan bermakna secara statistik (ρ >0,05) sarana pembuangan air
limbah (ρ = 0,668), personal hygiene (ρ = 0,300) di wilayah Puskesmas Abeli
danPuskesmas Lepo-lepo.
Pengambilan data awal angka kejadian diare yang tinggi periode Januari
sampai dengan Desember tahun 2015 di seluruh Puskesmas Kota Kendari,
wilayah yang berbasis pesisir yaitu Puskesmas Abeli pada urutan pertama,
kemudian Puskesmas Labibia urutan kedua, selanjutnya Puskesmas Nambo dan
Puskesmas Mata pada urutan terakhir. Di Puskesmas Abeli kasus diare pun selalu
menempati kategori urutan pertama dalam 10 besar penyakit di Puskesmas
Tersebut. Sedangkan, angka kejadian diare yang tinggi periode Januari sampai
dengan Desember tahun 2015 di seluruh Puskesmas Kota Kendari, wilayah yang
berbasis perkotaan yaitu Puskesmas Lepo-lepo pada urutan pertama, kemudian
Puskesmas Puuwatu urutan kedua, selanjutnya Puskesmas Benu-benua,
Puskesmas Poasia, Puskesmas Mekar, Puskesmas Wua-wua, Puskesmas Kandai,
Puskesmas Perumnas, Puskesmas Jatiraya, Puskesmas Mokoau, dan Puskesmas
Kemaraya pada urutan terakhir. Jumlah penderita diare pun di Puskesmas Lepo-
lepo menempati 3 besar penyakit yang terjadi di puskesmas tersebut setelah
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Sehingga peneliti pun tertarik
mengambil judul "Studi Komparatif Determinan Kejadian Diare di Wilayah
Pesisir (Puskesmas Abeli dan Perkotaan (Puskesmas Lepo-lepo) Tahun 2016".
6
2. Menyediakan akses yang memadai ke air bersih dan mempromosikan
perilaku hidup sehat, seperti mencuci tangan dengan sabun secara teratur.
Contohnya, masyarakat dapat membangun sumur bor atau menyalurkan
air bersih ke wilayah pesisir dan mempromosikan perilaku hidup sehat
dengan mencuci tangan dengan sabun secara teratur.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya diare dan cara
mencegahnya melalui kampanye kesehatan dan penyuluhan. Contohnya,
pemerintah dapat mengadakan kampanye kesehatan dan penyuluhan
tentang bahaya diare dan cara mencegahnya di wilayah pesisir.
4. Memperkuat sistem kesehatan, seperti meningkatkan akses ke obat-obatan
dan memperkuat sistem pemantauan dan pelaporan kasus diare.
Contohnya, pemerintah dapat meningkatkan akses ke obat-obatan di
wilayah pesisir dan memperkuat sistem pemantauan dan pelaporan kasus
diare.
5. Menggunakan teknologi modern untuk meningkatkan sanitasi lingkungan,
seperti toilet dan sistem pengolahan limbah yang ramah lingkungan.
Contohnya, masyarakat dapat membangun toilet dan sistem pengolahan
limbah yang ramah lingkungan di wilayah pesisir.
6. Melakukan survei kesehatan secara teratur untuk mendeteksi kasus diare
dan mencegah penyebarannya. Contohnya, pemerintah dapat melakukan
survei kesehatan secara teratur di wilayah pesisir untuk mendeteksi kasus
diare dan mencegah penyebarannya.
Dalam wilayah pesisir, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran
penyakit diare antara lain kondisi lingkungan yang buruk, akses yang terbatas ke
air bersih, dan perilaku hidup yang tidak sehat. Oleh karena itu, upaya pencegahan
yang dilakukan harus memperhatikan faktor-faktor tersebut.
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Daerah pesisir merupakan salah satu daerah yang banyak memiliki masalah
khususnya di bidang kesehatan masyarakat. Masalah-masalah kesehatan
masyarakat yang sering muncul didaerah pesisir umumnya terkait perilaku hidup
bersih dan sehat, sanitasi lingkungan dan resiko kejadian penyakit menular yang
tinggi. Salah satu penyakit menular yang sering terjadi di daerah pesisir adalah
penyakit diare.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan sedang antara pengetahuan, penyediaan air bersih, dan
kepemilikan jamban keluarga dengan kejadian penyakit diare pada masyarakat
kawasan pesisir Puskesmas Abeli dan Puskesmas Lepo-lepo di Kota Kendari.
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka saran yang dapat
diberikan: Pertama, untuk masyarakat di Wilayah Pesisir Kota Kendari, agar lebih
memperhatikan asupan makanan dan minuman untuk anak balita. Kedua, untuk
pihak puskesmas agar memberikan sosialisasi mengenai penyebab dan cara
pencegahan penyakit diare pada balita, sehingga dapat terhindar dari penyakit
diare. Ketiga, untuk pemerintah agar lebih memperhatikan ketersediaan air bersih
yang terdapat pada masyarakat sehingga penyakit diare yang ditimbulkan akibat
kurangnya kualitas penyediaan air bersih yang terdapat pada masyarakat dapat
dihindari. Keempat, untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan
penelitian yang serupa dengan data yang lebih spesifik dengan variabel yang
berbeda seperti status gizi penderita diare dan makanan yang dikonsumsi
penderita sebelum dan sesudah diare.
8
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, W. A., & Susilawati, S. (2023). FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH
PESISIR. ZAHRA: JOURNAL OF HEALTH AND MEDICAL
RESEARCH, 3(3), 290-297.
Fauziah, A., & Tina, L. (2016). Studi Komparatif Determinan Kejadian Diare Di
Wilayah Pesisir (Puskesmas Abeli) Dan Perkotaan (Puskesmas Lepo-
lepo) Tahun 2016 (Doctoral dissertation, Haluoleo University).
Khairunnisa, M., Joko, T., & Raharjo, M. (2023). Kualitas Air Bersih Serta
Hubungannya dengan Insidensi Diare pada Balita di Wilayah
Pesisir. ENVIRONMENTAL OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY
JOURNAL, 4(1), 15-23.
9
Nama Moderator :
- Ismiyati Ibrahim
Nama Pemateri :
- Riv’ad Y. Manune
- Dwi Akila Moko
- Putri Patricia Patangare
- Sriwilin Badu
10