Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Riset
Keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Diagnosa Diare Pada
Anak”. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan dan hambatan, tetapi
dengan kerjasama antar kelompok akhirnya kami bisa menyeleaikan makalah ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, memberi pengarahan, bimbingan, semangat serta doa untuk
kami.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca.

Mataram, 15 Maret 2023

Kelompok 6
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................................................
2.1 Pembahasan................................................................................................................
2.1.1 Definisi...................................................................................................................
2.1.2 Etiologi...................................................................................................................
2.1.3 Manifestasi Klinis...................................................................................................
2.1.4 Patofisiologi...........................................................................................................
2.1.5 Komplikasi ............................................................................................................
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................
2.1.7 Penatalaksanaan.....................................................................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...................................................................................
2.2.1 Pengkajian.............................................................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................................................


3.1 Pengkajian.................................................................................................................
3.1.1 Identitas ................................................................................................................
3.1.2 Riwayat Kesehatan................................................................................................

3.1.3 Riwayat Imunisasi ................................................................................................


3.1.4 Riwayat Tumbuh kembang....................................................................................
3.1.5 Riwayat Nutrisi......................................................................................................
3.1.6 Riwayat Psikososial ..............................................................................................
3.1.7 Pemeriksaan Fisik..................................................................................................
3.1.8 Analisa Data ..........................................................................................................
3.1.9 Diagnosa Keperawatan .........................................................................................
3.1.10 Intervensi Keperawatan.......................................................................................
3.1.11 Implementasi Evaluasi Keperatan ......................................................................
BAB IV PENUTUPAN.............................................................................................................
4.1 Kesimpulan...............................................................................................................
4.2 Saran ........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting
karena merupakan penyumbang ketiga angka kesakitan (morbiditas) dan kematian
(mortalitasnya) anak di berbagai Negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar
serangan dan 3,2 jta kematian pertahun pada balita pertahun pada balita disebabkan oleh diare.
Setiap anak mengalami episode serangan rata – rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80%
kematian terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun.
Penyebab utama kematian diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit
melalui tinja. Penyebab lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan infeksi. Golongan umur yang
paling  menderita akibat diare adalah anak – anak karena daya tahan tubuhnya masih lemah
(Widoyono, 2012).
Penyakit diare merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di seluruh
daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik laki – laki maupun
perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling
tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele,
padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya.
Berdasakan catatan World Health Organization (WHO), secara global, tingkat kematian
anak mengalami penurunan sebesar 41% dari estimasi 87 kematian per 1000 kelahiran pada
tahun 1990, menjadi 51 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2011. Penurunan ini
menjadi penurunan rata-rata angka kematian anak sebesar 2.5% setiap tahunnya. Jumlah
kematian anak telah menurun dari 12 juta pada tahun 1990 dan pada tahun 2011 sebanyak
6.900.000 anak.
Tahun 2010 dilaporkan 2,5 juta kasus diare pada anak diseluruh dunia. Kasus diare
terbanyak di Asia dan Afrika kurang memadainya status gizi pada anak. Dan kurangnya sanitasi
air bersih.
Jumlah kematian anak di seluruh dunia sebanyak 6.9 juta anak pada tahun 2011. Dari
jumlah kematian tersebut didapat 18% kematian akibat dari penyakit diare. Kelompok umur
yang tertinggi terkena diare di seluruh dunia yaitu umur dibawah 5 tahun. Menurut data anak
yang meninggal di seluruh dunia pada tahun 2011 sebanyak 6,9 juta anak ada sebanyak 3,9 juta
anak dibawah 5 tahun yang terkena diare.
Berdasarkan profil Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011. Pada tahun 2009
dilaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Indonesia dengan jumlah penderita sebanyak
5,756 atau sebesar 1,74 %, tahun 2010 sebanyak 4,204 atau sebanyak 1,74%. data terakhir pada
tahun 2011 kejadian diare sebanyak 3,003 atau sebanyak 0,40% Dari hasil data kejadian diare
tahun 2009 – 2011 terjadi penurunan angka kejadiannya (Zulkarnaen, 2014).
Sedangkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat mengatakan bahwa
berbagai penyakit, khususnya diare masih mendominasi di Kabupaten Lombok Barat.
Berdasarkan data yang diperoleh di Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, kasus
kejadian diare sepanjang tahun 2022 sebanyak 7.156 kasus (Dinas Kesehatan Lombok Barat).
Diare merupakan penyebab kurang gizi yang penting terutama anak – anak. Diare
menyababkan anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga megurangi asupan gizi dan diare dapat
megurangi  daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari
makanan pada anak – anak yang mengalami diare akan meningkat, sehingga setiap serangan
diare akan meyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini berlangsung – terus menerus akan
mengakibatkan gangguan pertumbuhan anak. Penyakit diare dapat ditanggulangi dengan
penangan yang tepat sehingga tidak sampai menimbulkan kematian terutama pada balita
(Widoyono, 2012).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi penyakit Diare?
2. Apa saja jenis-jenis penyakit Diare?
3. Bagaimana menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Diare pada anak?
4. Bagaimana menjelaskan cara mengatasi Diare pada anak ?
5. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena penyakit
Diare?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui tentang penyakit Diare
b. Untuk mengetahui tentang jenis-jenis penyakit Diare
c.Untuk menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Diare pada anak
d. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi Diare pada anak
e. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena penyakit Diare
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat, dapat
disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer
lebih dari 3 x sehari. Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat
berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari)
(Depkes RI Ditjen PPM dan PLP, 2002). Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu
diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).
Berdasarkan dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan Diare adalah buang air
besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau lendir saja,
frekuensi lebih tiga kali sehari. Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi sedang, diare
dengan dehidrasi ringan
2. Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas diare persiten dengan
dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
3. Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.

2.1.2 Etiologi
a. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit
(cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak – anak)
c. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kurang
matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Obat-obatan : antibiotic.
g. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis, obstruksi usus
2.1.3 Manifestasi Klinis

1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah


2. Suhu tubuh meninggi/demam
3. Feces encer, berlendir atau berdarah
4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
5. Anus lecet
6. Muntah sebelum dan sesudah diare
7. Anoreksia
8. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
9. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor kulit berkurang, mata
dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering.
10. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
11. Keram abdominal
12. Mual dan muntah
13. Lemah
14. Pucat
15. Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.
16. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

2.1.4 Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

a) Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic
dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen
usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.

b) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena
peningkatan isi lumen usus.
c) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
d) Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa
hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme
yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler
kedalam cairan intraseluler.

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak

4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
i. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.
ii. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama. Makanan yang diberikan sering
tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
iii. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera diatasi klien akan meninggal.

2.1.5 Komplikasi
Akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam
komplikasi, seperti:
1.Dehidrasi
a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg bb selanjutnya 125 ml/kg
bb/hari.

b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,
suara serak, presyok nadi cepat dan dalam. Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam
pertama 50-100 ml/kg bb selanjutnya 125 ml/kg bb/hari.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot
kaku sampai sianosis.

Penatalaksanaan :
1. Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam dengan pemberian cairan 4:1 ( 4
glukosa5%+1 NaHCOз 1½%) dengan cara pemberian: 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam,
20 jam berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam. Bayi berat badan lahir rendah (berat badan < 2
kg) Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam, pemberian cairan adalah 4 glukosa 10% + 1
NaHCOз 1½%, dengan pemberian 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya
150 ml/kg bb/20 jam.

2. Umur 2-5 tahun (berat badan 3-10kg)


Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 40 ml/kg bb/jam kemudian dilanjutkan
7 jam berikutnya 12 ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.

3. Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)


Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg bb/jam kemudian dilanjutkan
7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.

4. Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25kg)


Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 20 ml/kg bb/jam kemudian dilanjutkan
7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian 105 ml/kg bb ( FKUI,1985 ).
i. Renjatan hipovolemik
ii. Hipokalemia
iii. Hipoglikemia
iv. Intoleransi laktosa sekunder
v. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
vi. Malnutrisi energi protein.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
2. Kultur tinja
3. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine, dan glukosa.
4. Pemeriksaan tinja : pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah.
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pemberian cairan.
A. Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung
larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah
untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih
lanjut.
B. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badan.
Jadwal pemberian cairan
1. Belum ada dehidrasi
- Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
- Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
2. Dehidrasi ringan
- 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

3. Dehidrasi sedang
- 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
4. Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak

b. Diatetik
Pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan dan
menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
1. Memberikan asi.
2. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan
yang bersih.
3. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum
susu.
4. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu rendah laktosa
atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.

c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan
atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll)
- Obat anti sekresi.
- Obat anti spasmolitik.
- Obat pengeras tinja.
- Obat antibiotik.

Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat :
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempst
tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa
membawa makanan sendiri saat kesekolah.
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih dan
jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara jamban
(juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak
terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-
hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.

2.1.8 Pathway
Ketidakseimbangan Nutrisi dan cairan

Ketidakseimbangan cairan Kurangnya asupan makanan


↓ ↓
Diare Ketidakmampuan mencerna makanan
↓ ↓
Muntah Ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
↓ ↓
Resiko ketidakseimbangan cairan elektrolit Berat badan menurun minimal 10% dibawah

Rentang ideal

Diare
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu
menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada
umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus
karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien
tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama
dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 kali sehari

3. Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

5. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi
yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan
gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang
baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,

1. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

2. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,


lingkungan tempat tinggal.
3. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

a. Pertumbuhan

- Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5


kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
- Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm
ditahun kedua dan seterusnya.
- Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama
dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
- Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

b. Perkembangan

Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud:


Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido,
mulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic,
mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan
kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan
mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson:

- Autonomy vs Shame and doundt

- Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak


toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario
kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui
dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri,
jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag
terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat
berkembang pada diri anak.
- Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan,
bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1) berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun
2) hitungan (GK)

3) Meniru membuat garis lurus (GH)

4) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata

(BBK)

5) Melepas pakaian sendiri (BM)

6. Pemeriksaan Fisik

a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan


mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.

Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada


anak umur 1 tahun lebih

c. Mata : cekung, kering, sangat cekung

d. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,


peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
e. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
f. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang.
g. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2

dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 detik, kemerahan pada
daerah perianal.
h. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-
400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
i. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
7. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium :

- feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

• Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi,


hipokalemi
• AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, PO2 meningkat,

PCO2 meningkat, HCO3 menurun )

• Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan


cairan skunder terhadap diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau
output berlebihan dan intake yang kurang.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder
terhadap diare.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1:

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan


cairan skunder terhadap diare

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan


elektrolit dipertahankan secara maksimal.
Kriteria hasil :

- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40
x/mnt )
- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak
cekung.
- Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit R/ Penurunan sisrkulasi
volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi
dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit

2. Beri LRO (larutan rehidrasi oral) R/ Untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan
cairan melalui feses
3. Berikan LRO sedikit tapi sering/anjurkan keluarga untuk memberi minum
banyak pada kien, 2-3 lt/hr R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara
oral

4. Setelah rehidrasi berikan diet regular pada anak sesuai toleransi R/ Karena
penelitian menunjukkan pemberian ulang diet normal secara dini bersifat
menguntungkan untuk menurunkan jumlah defekasi dan penurunan berat badan
serta pemendekan durasi penyakit
5. Pantau intake dan output (urin, feses, dan emesis) R/ Untuk mengevaluasi
keefektifan intervensi
6. Timbang berat badan setiap hari R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1
kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt

7. Kaji TTV, turgor kulit, membrane mukosa, dan status mental setiap 4 jam atau
sesuai indikasi R/ Untuk mengkaji hidrasi

8. Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman berkarbonat, dan
gelatin R/ Karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah elektrolit, dan
mempunyai osmolaritas yang tinggi Kolaborasi :

1. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)R/ koreksi


keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal
(kompensasi).
2. Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur R/ Mengganti cairan dan
elektrolit secara adekuat dan cepat.

Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik) R/ anti sekresi


untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,
antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti
bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.
3. Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat, pemantauan
masukkan dan keluaran, dan mengkaji tanda-tanda dehidrasi R/ Untuk
menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan terhadap aturan
terapeutik.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan tidak adekuatnya intake dan out put

Tujuan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan


nutrisi terpenuhi Kriteria :
- Nafsu makan meningkat

- BB meningkat atau normal sesuai umur

Intervensi:

1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,


berlemak dan air terlalu panas atau dingin) R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu
panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan saluran usus.

2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah,
sajikan makanan dalam keadaan hangat R/ situasi yang nyaman, rileks akan
merangsang nafsu makan.

3. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan R/


Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

4. Observasi dan catat respos terhadap pemberian makan R/Untuk mengkaji


toleransi pemberian makan
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

- terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu


- obat-obatan atau vitamin ( A) R/ Mengandung zat yang diperlukan ,
untuk proses pertumbuhan

6. Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat R/ untuk


meningkatkan kepatuhan terhadap program terpautik

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi


dampak sekunder dari diare

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi


peningkatan suhu tubuh.
Kriteria :

- suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

- Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio


leasa) Intervensi :

1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal
fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2. Berikan kompres hangat R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan
produksi panas tubuh
3. Kolaborasi pemberian antipirektik R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas

1. Nama/Nama panggilan :

2. Tempat tgl lahir/usia :

3. Usia :

4. Jenis kelamin :

5. Agama :

6. Pendidikan :

7. Alamat :

8. Diagnosa medic : Diare, GE +

B. Identitas Orang tua

3.1.2 Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Keluhan Utama :

Ibu pasien mengatakan pasien diare dengan konsistensi cair ada ampass 3 kali
dan tidak nafsu makan .
b. Keluhan Pada Saat Pengkajian :

Dilakukan pengkajian Ibu pasien mengeluh pasien demam sejak kemarin,


Bapil, Mual muntah, makan dan minum berkurang
c. Riwayat Kesehatan Lalu (Khusus untuk anak usia 0-5 tahun)

d. Riwayat penyakit keluarga


e. Genogram

Ket.

Laki-laki :

Perempuan :

Ikatan darah :

Menikah :

Pasien : ℙ
1.1.3 Riwayat Imunisasi (lengkap)

Jenis Imunisasi Waktu pemberian Frekuensi Reaksi frekuensi


setelah
Pemberian
1. Hb0 Saat lahir

2. DPT Usia 2,3,4 bulan

3. BCG Usia 2 bulan

4. Rotavirus Usia 2,4 bulan

5. Campak Usia 9 bln

6. PCV Usia 2,3 dan 12 bln

3.1.4 Riwayat Tumbuh Kembang


a. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan :
2. Tinggi badan :

b. Perkembangan Tiap Tahap Usia anak saat


1. Berguling :

2. Duduk :

3. Merangkak :

4. Berdiri :

5. Berjalan :

6. Senyum kepada orang lain pertama kali :

3.1.5 Riwayat Nutrisi


a.Pemberian Susu Formula

1. Alasan pemberian karna asi sudah tidak keluar


2. Jumlah yang diberikan : diberikan saat pasien menangis dann ketika akan
tidur

3. Cara pemberian: diberikann dengan menggunakan botol susu


Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1. 0-4 bulan
2. 4-8 bulan

3. Saat ini

3.1.6 Riwayat Psikososial

1. Anak tinggal bersama :


2. Rumah dekat dengan kebun dan penduduk lainya
3. Rumah ada tangga:
4. Hubungan antar anggota keluarga :
5. Pengasuh anak :
3.1.7 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum :
Keadaaan pasien lemah, bibir pucat, konjungtiva pucat, mukosa dan kulit kering, tidak
nafsu makan, suhu tubuh meningkat 37,2 c setelah sakit dan hanya minum susu
formula saja, makan bubur sedikit.

2. Kesadaran : compos metis E4V5M6, lesu, gelisah, cengeng, mudah mengantuk


3. Tanda Tanda Vital
a. Suhu tubuh: 37 C
b. Nadi : 145 x/m
c. RR : 40 x/m
d. BB : 6,7 kg
4. Pemeriksaan head to toe
1. Kepala
a. Bentuk : bentuk kepala pasien simetris dan tidak ada ditemukan benjolan.
Lingkar kpala 9 cm.
b. Kulit kepala bersih, rambut tidak gampang rontok, penyebara rambut rata
berwarna hitam kering, kulit kepala berbau minyak telon bayi
2. Wajah
a. Warna kulit kuning langsat
b. Struktur wajah simetris tidak ditemukan kelaiann seperti adanya benjolan,
memar/kemerahan
3. Mata

a. Passien memiliki mata yang lengkap dan simetris kaki

b. Konjungtiva pasien pucat kering, dan sklera putih

4. Telinga

Telinga kaki simetris, tidak ada benjolan dan nyeri tekan, telinga bersih tidak ada
serumen yang menumpuk.
4. Mulut faring
Keadaan bibir bibir simetris, mukosa bibir kering pucat.
5. Pemeriksaaan integumen
Kebersihan ; kulit pasien terlihat bersih dan tidak ada vulnus atau kemerahan. Kulit
pasien berwarna kuning langsat, kulit teraba hangat dan turgor kulit kembali < 2
detik.
6. Pemeriksaaan thoraks
Inspeksi: Bentuk thoraks normal/ simetris, pernafasan teratur dengan frekuensi
40x/m dengan irama teratur,
Palpasi: tidak ada getaran atau bunyi tambahan
Perkusi: resonan dseluruh lapang paru
Auskultasi ; bunyi nafas bronkovesikuler pada daerahh bronkus.
7. Abdomen
Inspeksi : tidak ada benjolan, tidak ada jejas kemerah-merahan
Auskultasi: bising usus 20x/m
Palpasi : tidak ada benjolan atau nyeri tekan
Perkusi : perut kembung

3.1.8 Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan fisik menyeluruh


 Pemeriksaaan laboratorium ditemukan
 Hb rendah 7,3
 Sel darah putih (WBC) tinggi 15,5

3.1.9 Penatalaksanaan Keperawatan

 Inf DS ¼ NS 10 tpm
 Aduis Dr Inf ganti RL jalan 4-8 tpm mikro
 Inj lapixime 3x200 mg
 Inj ODR 3x1/3
 Inj Acrann 2x1/4
 Inj Santagenik 3x200 mg
 Oral L bio 1x1 sch
 Sanmol drop 4x0,7 cc k/p demam
 Tiri 2 drop 2x 0,3 cc
 Cek antigen

3.1.10 Analisi Data

N DATA ETIOLOGI MASALAH


o KEPERAWATAN

1 Ds; Ibu passien mengatkan An.E Asupan makanan Ketidakseimbanga


sedikit n nutrisi kurang
- Tidak nafsu
dari kebutuhan
makan, kesulitan ↓
tubuh
makan dalam sehari
Tidak nafsu / sulit
hanya 1 kali makan
makan
bubur tim dalam
porsi kecil (tidaak ↓
habis) selama sakit
± 3 sendok teh . Intake tidak

- Suhu tubuh adekuat

37,2℃

- Mengkonsum
si obat dari RSU Berat badan
Darmayu dari tgl 27 menurun
november yaitu : Bio

1x1 sch, Sanmol
drop 4x0,7 cc k/p Ketidakseimbanga
demam, trit 2 drop n nutrisi
2x 0,3 cc
DO:

- Keadaan
umum passien
lemah, kesadaran
compos mentis,
konjungtiva pucat
kering dan keinginan
untuk minum susu
yang berasa saja.
- Badan terlihat
kurus
- Pengukuran
lingkar kepala 9 cm.
- TTV: Suhu
37℃, RR 40 x/m,
Nadi 145 x/m, BB
6,7 kg
- Tb ; 40 cm
( tinggi badan baru
lahir), 65 cm (saat
sakit)
- BB: 1,6 kg
( BB baru lahir), 7,7
kg ( Sebelum sakit)
6,7 kg (saat sakit).
- BBI : (umur
/tahun ) x2 + 8
= 2(9 bulan) +8
= 1,8 kg +8
= 9,8 kg
- BBN = BBI –
( 10%. Bb)
=9,8 kg – (10%. 7
kg)
= 9,8 kg – 0,7
= 9,1 kg

3.1.11 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan mengabsorbsi


nutrisi d.d klien tidak nafsu makan dan berat badan menurun.

2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d kehilangan cairan melalui fases

3.1.12 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1 . Ketidakseimbangan Setelah dilakukan -Mengkaji intake nutrisi


nutrisi kurang dari asuhann pasien
kebutuhan tubuh b.d keperawwatanselama
-Memonitor ttv pasien
ketidakmampuan 1x24 jam diharapkan
mengabsorbsi nutrisi pemenuhan nutrisi S: 37℃, N: 145x/m, RR ;
d.d klien tidak nafsu An.E terpenuhi dg KH; 40x/m, BB; 6,7 kg.
makan dan berat badan
1. BB meningkat -Memonitor asupan
menurun
2. Nafsu makan makanan
meningkat
3. Pasien tidak -Memonitor berat badan
mual muntah pasien
4. Bising usus
-Kolaborasi pemberian
membaik.
nutrisi dengan ahli gizi

- kolaborasi dengan tim


medis

2 . Resiko Setelah dilakukan 1. kaji vital sign.


ketidakseimbangan perawatan selama 1 x 24
elektrolit b.d kehilangan jam kekuragan cairan 2. pertahankan intake dan
cairan melalui fases akan teratasi dengan output yang akurat.
indicator : 3. Kaji status dehidrasi
memiliki keseimbangan (kelemahan membrane
asupan cairan dan mukosa, nadi adekuat).
haluaran yang
5. Timbang berat badan
seimbang.
anak.
menampilkan hidrasi
6. monitor cairan/maka
yang baik
nan dan hitung intake
(mukosa bibir
kalori harian.
lembab,turgor kulit
kolaborasikan pemberian
tidak kering, mata
cairan iv atau oral sesuai
tidak cekung) tidak
program.
mengalami haus yang
tidak normal.
3.1.13 Implementasi

N Waktu Implementasi Waktu Evaluasi


o

1-12-2021 1. memberikan 1-12-2021 S. Ibu pasien mengatakan


makanan yang disukai An.E BAB 3 kali
08.00 11.00
pasien konsistensi cair suda ada
ampas, minum susu
2. mengkontrol berat
formula +, tida mual
badan pasien
muntah, makan sedikit

3. memonitor intake
O. Diagnosa medis
asupan nutrisi pasien
DADRS k/u SEDANG, gcs

4. memberikan 4,5,6, Resiko jatuh tinggi

penjelasan atau
TTV. S 36,7℃, RR. 40
penyuluhan terkait
x/m, N. 98 x/m
asupan gizi nutrisi
A. –Diare konsistensi
5. berkolaborassi
cair berampass
dengan ahli gizi untuk
-
assupan makanan
ketidaakseimbangan
pasien
nutrisis kurang dari
kebutuhan tubuh

P. Lanjutkan intervensi

- obs ttv dan ku pasien

-monitor intake output


cairan
2-12-2021 1.Monitor intake 2-12-2021 S. Ibu pasien mengatakan
asupan nutrisi pasien an.E BAB 2kali konsistensi
08.00 11.00
lunak, minum susu formula
2.mengkontrol berat
+, makan habis.
badan pasien
0. Diagnosa medis Diare,
3. berkolaborasi
k/u sedang GCS 4,5,6,
dengan ahli dan tim
Resiko jatuh tinggi, TTV
medis untuk
S.36,5℃, RR. 40x/m, N.
pemberian obat
99 x/m

A. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

P. Intervensi dihentikan
pasien pulang
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Diare adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal (normal 100-200 cc/jam
tinja), berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau lendir saja, frekuensi lebih
tiga kali. Perlu penanganan yang tepat untuk mencegah diare. Pencegahan diare
bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat :

1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.

2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.

3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di


lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak
berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.

5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat.
Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah.
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti
air bersih dan jamban/WC yang memadai.
Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak
antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air
sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga
bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak,
mandi, dan sebagainya
4.2 Saran

Dalam pembuatan makalah asuhan keperawatan pada anak dengan diare kami masih
memiliki banyak kekurangan, kami harap kritik dan saran yang membangun agar
pembuatan makalah selanjutnya lebih baik dari sebelunya
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/11323701/ASKEP_diare_anak
http://digillib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/5/jtstikesmuhgo-gdl-nurlalia- 213-1askepgas-
pdf.
https://www.slideshare.net/mobile/FransiskaOktafiani/asuhan-keperawatan-pada-anak usia-17-
bulan-toddler-dengan-diare

https://monangharahap.blogspot.com/2014/05/proposal-kti-tentang-penyakit-diare.html

Anda mungkin juga menyukai