Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Riset
Keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Diagnosa Diare Pada
Anak”. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan dan hambatan, tetapi
dengan kerjasama antar kelompok akhirnya kami bisa menyeleaikan makalah ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, memberi pengarahan, bimbingan, semangat serta doa untuk
kami.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................................................
2.1 Pembahasan................................................................................................................
2.1.1 Definisi...................................................................................................................
2.1.2 Etiologi...................................................................................................................
2.1.3 Manifestasi Klinis...................................................................................................
2.1.4 Patofisiologi...........................................................................................................
2.1.5 Komplikasi ............................................................................................................
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................
2.1.7 Penatalaksanaan.....................................................................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...................................................................................
2.2.1 Pengkajian.............................................................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................................
PENDAHULUAN
2.1 PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat, dapat
disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer
lebih dari 3 x sehari. Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat
berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari)
(Depkes RI Ditjen PPM dan PLP, 2002). Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu
diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).
Berdasarkan dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan Diare adalah buang air
besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau lendir saja,
frekuensi lebih tiga kali sehari. Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi sedang, diare
dengan dehidrasi ringan
2. Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas diare persiten dengan
dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
3. Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.
2.1.2 Etiologi
a. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit
(cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak – anak)
c. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kurang
matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Obat-obatan : antibiotic.
g. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis, obstruksi usus
2.1.3 Manifestasi Klinis
2.1.4 Patofisiologi
a) Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic
dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen
usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
b) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena
peningkatan isi lumen usus.
c) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
d) Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa
hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme
yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler
kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
i. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.
ii. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama. Makanan yang diberikan sering
tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
iii. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera diatasi klien akan meninggal.
2.1.5 Komplikasi
Akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam
komplikasi, seperti:
1.Dehidrasi
a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg bb selanjutnya 125 ml/kg
bb/hari.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,
suara serak, presyok nadi cepat dan dalam. Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam
pertama 50-100 ml/kg bb selanjutnya 125 ml/kg bb/hari.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot
kaku sampai sianosis.
Penatalaksanaan :
1. Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam dengan pemberian cairan 4:1 ( 4
glukosa5%+1 NaHCOз 1½%) dengan cara pemberian: 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam,
20 jam berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam. Bayi berat badan lahir rendah (berat badan < 2
kg) Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam, pemberian cairan adalah 4 glukosa 10% + 1
NaHCOз 1½%, dengan pemberian 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya
150 ml/kg bb/20 jam.
3. Dehidrasi sedang
- 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
4. Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak
b. Diatetik
Pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan dan
menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
1. Memberikan asi.
2. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan
yang bersih.
3. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum
susu.
4. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu rendah laktosa
atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan
atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll)
- Obat anti sekresi.
- Obat anti spasmolitik.
- Obat pengeras tinja.
- Obat antibiotik.
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat :
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempst
tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa
membawa makanan sendiri saat kesekolah.
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih dan
jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara jamban
(juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak
terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-
hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
2.1.8 Pathway
Ketidakseimbangan Nutrisi dan cairan
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu
menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada
umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus
karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien
tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama
dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi
yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan
gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang
baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
a. Pertumbuhan
b. Perkembangan
(BBK)
6. Pemeriksaan Fisik
dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 detik, kemerahan pada
daerah perianal.
h. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-
400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
i. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
Diagnosa 1:
- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40
x/mnt )
- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak
cekung.
- Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit R/ Penurunan sisrkulasi
volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi
dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit
2. Beri LRO (larutan rehidrasi oral) R/ Untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan
cairan melalui feses
3. Berikan LRO sedikit tapi sering/anjurkan keluarga untuk memberi minum
banyak pada kien, 2-3 lt/hr R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara
oral
4. Setelah rehidrasi berikan diet regular pada anak sesuai toleransi R/ Karena
penelitian menunjukkan pemberian ulang diet normal secara dini bersifat
menguntungkan untuk menurunkan jumlah defekasi dan penurunan berat badan
serta pemendekan durasi penyakit
5. Pantau intake dan output (urin, feses, dan emesis) R/ Untuk mengevaluasi
keefektifan intervensi
6. Timbang berat badan setiap hari R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1
kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
7. Kaji TTV, turgor kulit, membrane mukosa, dan status mental setiap 4 jam atau
sesuai indikasi R/ Untuk mengkaji hidrasi
8. Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman berkarbonat, dan
gelatin R/ Karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah elektrolit, dan
mempunyai osmolaritas yang tinggi Kolaborasi :
Intervensi:
2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah,
sajikan makanan dalam keadaan hangat R/ situasi yang nyaman, rileks akan
merangsang nafsu makan.
1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal
fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2. Berikan kompres hangat R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan
produksi panas tubuh
3. Kolaborasi pemberian antipirektik R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
1. Nama/Nama panggilan :
3. Usia :
4. Jenis kelamin :
5. Agama :
6. Pendidikan :
7. Alamat :
Ibu pasien mengatakan pasien diare dengan konsistensi cair ada ampass 3 kali
dan tidak nafsu makan .
b. Keluhan Pada Saat Pengkajian :
Ket.
Laki-laki :
Perempuan :
Ikatan darah :
Menikah :
Pasien : ℙ
1.1.3 Riwayat Imunisasi (lengkap)
2. Duduk :
3. Merangkak :
4. Berdiri :
5. Berjalan :
3. Saat ini
1. Keadaan Umum :
Keadaaan pasien lemah, bibir pucat, konjungtiva pucat, mukosa dan kulit kering, tidak
nafsu makan, suhu tubuh meningkat 37,2 c setelah sakit dan hanya minum susu
formula saja, makan bubur sedikit.
4. Telinga
Telinga kaki simetris, tidak ada benjolan dan nyeri tekan, telinga bersih tidak ada
serumen yang menumpuk.
4. Mulut faring
Keadaan bibir bibir simetris, mukosa bibir kering pucat.
5. Pemeriksaaan integumen
Kebersihan ; kulit pasien terlihat bersih dan tidak ada vulnus atau kemerahan. Kulit
pasien berwarna kuning langsat, kulit teraba hangat dan turgor kulit kembali < 2
detik.
6. Pemeriksaaan thoraks
Inspeksi: Bentuk thoraks normal/ simetris, pernafasan teratur dengan frekuensi
40x/m dengan irama teratur,
Palpasi: tidak ada getaran atau bunyi tambahan
Perkusi: resonan dseluruh lapang paru
Auskultasi ; bunyi nafas bronkovesikuler pada daerahh bronkus.
7. Abdomen
Inspeksi : tidak ada benjolan, tidak ada jejas kemerah-merahan
Auskultasi: bising usus 20x/m
Palpasi : tidak ada benjolan atau nyeri tekan
Perkusi : perut kembung
Inf DS ¼ NS 10 tpm
Aduis Dr Inf ganti RL jalan 4-8 tpm mikro
Inj lapixime 3x200 mg
Inj ODR 3x1/3
Inj Acrann 2x1/4
Inj Santagenik 3x200 mg
Oral L bio 1x1 sch
Sanmol drop 4x0,7 cc k/p demam
Tiri 2 drop 2x 0,3 cc
Cek antigen
37,2℃
↓
- Mengkonsum
si obat dari RSU Berat badan
Darmayu dari tgl 27 menurun
november yaitu : Bio
↓
1x1 sch, Sanmol
drop 4x0,7 cc k/p Ketidakseimbanga
demam, trit 2 drop n nutrisi
2x 0,3 cc
DO:
- Keadaan
umum passien
lemah, kesadaran
compos mentis,
konjungtiva pucat
kering dan keinginan
untuk minum susu
yang berasa saja.
- Badan terlihat
kurus
- Pengukuran
lingkar kepala 9 cm.
- TTV: Suhu
37℃, RR 40 x/m,
Nadi 145 x/m, BB
6,7 kg
- Tb ; 40 cm
( tinggi badan baru
lahir), 65 cm (saat
sakit)
- BB: 1,6 kg
( BB baru lahir), 7,7
kg ( Sebelum sakit)
6,7 kg (saat sakit).
- BBI : (umur
/tahun ) x2 + 8
= 2(9 bulan) +8
= 1,8 kg +8
= 9,8 kg
- BBN = BBI –
( 10%. Bb)
=9,8 kg – (10%. 7
kg)
= 9,8 kg – 0,7
= 9,1 kg
3. memonitor intake
O. Diagnosa medis
asupan nutrisi pasien
DADRS k/u SEDANG, gcs
penjelasan atau
TTV. S 36,7℃, RR. 40
penyuluhan terkait
x/m, N. 98 x/m
asupan gizi nutrisi
A. –Diare konsistensi
5. berkolaborassi
cair berampass
dengan ahli gizi untuk
-
assupan makanan
ketidaakseimbangan
pasien
nutrisis kurang dari
kebutuhan tubuh
P. Lanjutkan intervensi
A. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P. Intervensi dihentikan
pasien pulang
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal (normal 100-200 cc/jam
tinja), berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau lendir saja, frekuensi lebih
tiga kali. Perlu penanganan yang tepat untuk mencegah diare. Pencegahan diare
bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat :
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat.
Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah.
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti
air bersih dan jamban/WC yang memadai.
Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak
antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air
sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga
bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak,
mandi, dan sebagainya
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah asuhan keperawatan pada anak dengan diare kami masih
memiliki banyak kekurangan, kami harap kritik dan saran yang membangun agar
pembuatan makalah selanjutnya lebih baik dari sebelunya
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/11323701/ASKEP_diare_anak
http://digillib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/5/jtstikesmuhgo-gdl-nurlalia- 213-1askepgas-
pdf.
https://www.slideshare.net/mobile/FransiskaOktafiani/asuhan-keperawatan-pada-anak usia-17-
bulan-toddler-dengan-diare
https://monangharahap.blogspot.com/2014/05/proposal-kti-tentang-penyakit-diare.html