Disusun Oleh :
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
terima kasih kepada dosen pengampu yaitu Dr. Cucu Herawati, M.Kes.
Makalah ini mungkin jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan
kalimat, atau sebagainya. Untuk itu, Penyusun mengucapkan maaf yang sebesar-
besarnya dan Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat memberikan
masukkan yang dapat membangun perubahan yang lebih baik. Karena, Penyusun
mengetahui bahwa manusia tidaklah luput dari suatu kesalahan. Terima Kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
penyebab utama gizi kurang yang bisa menimbulkan kematian serta dapat
dan minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan penderita.
Selain itu, faktor yang paling dominan berkontribusi dalam penyakit diare adalah
air, higiene sanitasi makanan, jamban keluarga, dan air (Melvani et al., 2019).
Penyakit diare merupakan penyebab utama kematian kedua pada anak di bawah
lima tahun dan mengakibatkan kematian sekitar 525.000 anak setiap tahunnya.
Diare dapat berlangsung beberapa hari dan dapat mengakibatkan dehidrasi air dan
garam yang diperlukan untuk bertahan hidup. Di masa lalu, bagi kebanyakan orang,
dehidrasi berat dan kehilangan cairan adalah penyebab utama kematian. Sekarang,
peningkatan proporsi kematian terkait diare. Anak-anak yang kekurangan gizi atau
memiliki kekebalan yang terganggu serta orang yang hidup dengan Human
tenaga kesehatan atau gejala yang pernah dialami sebesar 8%.Kelompok umur
pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 11,5% dan pada bayi sebesar 9%.
Prevalensi diare terendah di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 5,1% dan dan
2020).
Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3
kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Selviana et al., 2017). Tingginya
angka kejadian diare disebabkan oleh banyak faktor diantaranya makanan dan
minuman yang terkontaminasi akibat kebersihan yang buruk, infeksi virus dan
Salah satu faktor antara lain adalah sanitasi lingkungan yang kurang baik,
persediaan air yang tidak hiegienis, dan kurangnya pengetahuan. Selain itu, faktor
hygiene perorangan yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya diare seperti
kebiasaan cuci tangan yang buruk, kepemilikan jamban yang tidak sehat (Rahman
et al., 2016).
4
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
5
1.3.8 Untuk mengetahui konfirmasi kasus Diare.
1.4. Manfaat
semua bertujuan agar nantinya baik pembaca maupun penulis dapat lebih
realita. Adanya makalah ini juga untuk melatih kemampuan penulis agar lebih
memahami dan mengerti lebih dalam tentang materi Epidemiologi Diare tersebut.
6
BAB II
PEMBAHASAN
buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga
kali atau lebih dalam periode 24 jam. Diare merupakan penyakit endemis
megalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian
(Kemenkes RI, 2020). Diare adalah buang air besar sebanyak tiga kali atau lebih
frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14
buang air besar dengan bertambahnya frekuensi yang lebih dari biasanya 3 kali
Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng, gelisah,
suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak menutup
kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi (bila terjadi dehidrasi
berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat,
7
tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok), berat badan menurun,
turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering
Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi beberapa hal
sebagai berikut:
oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering
8
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga
d. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama,
makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
e. Gangguan sirkulasi
akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi kehilangan air dan
9
2.4. Tujuan Surveilans Diare
Surveilans Diare juga sangat berguna untuk mendapatkan informasi terkait penyakit
pelaporan melalui Kader PTM Desa untuk deteksi dini kasus Diare dapat dilakukan
Perlu diketahui jika menderita diare kurang dari 14 hari, penderita mengalami
diare akut, dan jika lebih dari 14 hari, sudah dipastikan penderita mengalami diare
10
kronis/persisten Dan jika ditemukan darah dalam tinja sudah dipastikan penderita
mengalami disentri. Selain itu ada 3 derajat dehidrasi diare yang tak kalah
Ciri-cirinya jika pada Balita, ia tetap aktif, memiliki keinginan untuk minum
seperti biasa, mata tidak cekung, dan turgor kembali segera. Namun, Balita akan
Biasanya Balita mengalami gelisah atau rewel, mata cekung, rasa haus
meningkat, turgor kembali lambat, dan kehilangan cairan 5-10% dari berat
badan.
Ditandai dengan lesu/lunglai, mata cekung, malas minum, turgor kembali sangat
lambat > 2 detik, dan kehilangan cairan >10% dari berat badan.
Kesehatan dan telah disosialisasikan oleh pihak Dinas Kesehatan khususnya pada
program diare serta menggunakan alat bantu yaitu berupa buku pelaporan dan
11
2.8. Konfirmasi Kasus Diare
Konfirmasi terkait penyakit diare bisa dilihat dari aplikasi SIHEPI (Sistem
dalam aplikasi tersebut Mulai dari identitas sampai dengan penanganan yang harus
KEMENKES
DINKES PROVINSI
DINKES KAB/KOTA
PUSKESMAS
Pelaporan kasus diare dilakukan setiap bulan dengan melihat data dari
register kunjungan pasien baik di dalam gedung seperti pelayanan umum maupun
di luar gedung seperti dari pelayanan desa yang terdiri dari pustu atau posyandu.
12
Untuk pelaporan lanjutannya dari puskesmas hanya melaporkan sampai tingkat
Dinkes, setelah itu pihak Dinkes yang akan melaporkan sampai pada tingkat
Kemenkes.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa didapatkan kasus diare terbanyak
ada Desa Kalisapu sebanyak 29 (27.38%) jumlah penderita terdiri dari 12 laki-laki
wiliyah kerja UPTD Puskesmas Gunungjati pada tahun 2021 terdapat 169 (23,5%)
kasus diare.
13
2.11. Faktor Risiko Penyakit Diare
Menurut jufrri dan Soenarto (2012) dan Menurut Suharyono (2008), ada
a) Faktor umur: yaitu diare mayoritas terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada
efek penurunan kadar antibody ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan
b) Faktor musim : variasi pola musim diare dapat terjadi menurut letak geografis.
Di Indonesia diare yang disebabkan oleh rotavirus dan diare bakteri cenderung
c) Faktor Gizi: Makin buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak kejadian
diare.
e) Faktor sosial ekonomi: Kebanyakan anak – anak yang mudah menderita diare
berasal dari keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang
buruk, tidak punya penyediaan air bersih yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang
tidak menguntungkan.
f) Faktor pendidikan: Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui
14
2.12. Respon Segera dan Terencana Kasus Diare
1) Respon Segera
2) Respon Terencana
Melakukan penyuluhan
1. Dinas Kesehatan
2. Masyarakat
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar dengan bertambahnya frekuensi yang lebih dari
Tanda dan gejala Diare adalah buang air besar cair atau lembek, muntah
-hipoglikemia
-Gangguan gizi
-Gangguan sirkulasi
Penemuan kasus dengan pencatatan dan pelaporan melalui Kader PTM Desa
pencatatan.
Konfirmasi terkait penyakit diare bisa dilihat dari aplikasi SIHEPI (Sistem
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa didapatkan kasus diare terbanyak
Faktor umur: Mayoritas terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada
Faktor gizi: Semakin buruk gizi seorang anak semakin banyak kejadian
buruk
Faktor sosial ekonomi: Dari keluarga besar dengan daya beli yang
rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak punya penyediaan air bersih
Respon Segera
Kunjungan rumah.
Respon Terencana
Melakukan penyuluhan.
3.2 Saran
Puskesmas
1. Kholili, Moch Ircham. Faktor Risiko Penyakit Diare pada Anak USia di Bawah
5 Tahun. Rembang;2017
3. Hanif, Mulyani, Kuscithawati. Faktor Risiko Diare Akut pada BAlita dalam
berita Kedokteran Masyarakat Vol.27, no.1; 2011.
5. Kemenkes RI. (2015). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Diakses
dari http://dosen.stikesdhb.ac.id/ali/wp-content/uploads/sites/
49/2016/11/BAGAN-MTBS_8-Juni-2015.pdf
8. Juffrie M.,Soenarto Y. Diare Kronis dan Diare Persisten. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2012
9. Suharyono. Diare Akut Klinik Dan Laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta;. 2008
10. Aru W.Sudoyo, B. S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2 ed., Vol. III).
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam; 2006.