Anda di halaman 1dari 21

SURVEILANS PENYAKIT DIARE DI UPTD PUSKESMAS

GUNUNG JATI KEC. GUNUNGJATI


KAB. CIREBON
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Surveilans Kesehatan Masyarakat
Dosen Pengampu : Dr. Cucu Herawati, M.Kes.

Disusun Oleh :

Edenia Zahra Aulia Rohmad (4102.0220.A.009)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala

rahmat, anugerah serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini dengan judul “Surveilans Penyakit Diare di UPTD Puskesmas

Gunungjati Kec. Gunung Jati Kab. Cirebon” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Surveilans Kesehatan Masyarakat

Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Cirebon. Penyusun mengucapkan

terima kasih kepada dosen pengampu yaitu Dr. Cucu Herawati, M.Kes.

Makalah ini mungkin jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan

maupun kesalahan, baik dari segi penulisan, penyampaian materi,penyusunan

kalimat, atau sebagainya. Untuk itu, Penyusun mengucapkan maaf yang sebesar-

besarnya dan Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat memberikan

masukkan yang dapat membangun perubahan yang lebih baik. Karena, Penyusun

mengetahui bahwa manusia tidaklah luput dari suatu kesalahan. Terima Kasih.

Cirebon, 28 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................5
1.3. Tujuan ................................................................................................................5
1.4. Manfaat ..............................................................................................................6
BAB II ...........................................................................................................................7
PEMBAHASAN ............................................................................................................7
2.1. Definisi Diare .....................................................................................................7
2.2. Tanda dan Gejala Kasus Diare .........................................................................7
2.3. Dampak Kasus Diare .........................................................................................8
2.4. Tujuan Surveilans Diare ................................................................................. 10
2.5. Deteksi Kasus Diare ......................................................................................... 10
2.6. Indikator Kasus Diare ..................................................................................... 10
2.7. Registrasi Kasus Diare .................................................................................... 11
2.8. Konfirmasi Kasus Diare .................................................................................. 12
2.9. Pelaporan Kasus Diare .................................................................................... 12
2.10. Analisis dan Interprestasi Data Kasus Diare ................................................. 13
2.11. Faktor Risiko ................................................................................................... 14
2.12. Respon Segera dan Terencana Kasus Diare ................................................... 15
2.13. Umpan Balik Kasus Diare .............................................................................. 15
BAB III ........................................................................................................................ 16
PENUTUP ................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 16
3.2 Saran ................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Diare menjadi permasalahan utama di negara-negara berkembang

termasuk di Indonesia. Selain sebagai penyebab kematian, diare juga menjadi

penyebab utama gizi kurang yang bisa menimbulkan kematian serta dapat

menimbulkan kejadian luar biasa. Beberapa faktor yang menjadi penyebab

timbulnya penyakit diare disebabkan oleh bakteri melalui kontaminasi makanan

dan minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan penderita.

Selain itu, faktor yang paling dominan berkontribusi dalam penyakit diare adalah

air, higiene sanitasi makanan, jamban keluarga, dan air (Melvani et al., 2019).

Penyakit diare merupakan penyebab utama kematian kedua pada anak di bawah

lima tahun dan mengakibatkan kematian sekitar 525.000 anak setiap tahunnya.

Diare dapat berlangsung beberapa hari dan dapat mengakibatkan dehidrasi air dan

garam yang diperlukan untuk bertahan hidup. Di masa lalu, bagi kebanyakan orang,

dehidrasi berat dan kehilangan cairan adalah penyebab utama kematian. Sekarang,

penyebab lain seperti infeksi bakteri septik kemungkinan akan menyebabkan

peningkatan proporsi kematian terkait diare. Anak-anak yang kekurangan gizi atau

memiliki kekebalan yang terganggu serta orang yang hidup dengan Human

Immunodeficiency Virus (HIV) paling berisiko mengalami diare yang mengancam

jiwa (WHO, 2017).


Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019, prevalensi diare

berdasarkan diagnosis tenaga Kesehatan sebesar 6,8% dan berdasarkan diagnosis

tenaga kesehatan atau gejala yang pernah dialami sebesar 8%.Kelompok umur

dengan prevalensi diare (berdasarkan diagnosis tenaga Kesehatan) tertinggi yaitu

pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 11,5% dan pada bayi sebesar 9%.

Prevalensi diare terendah di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 5,1% dan dan

tertinggi di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 14,2% (Kementerian Kesehatan RI,

2020).

Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak

seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume,

keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3

kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Selviana et al., 2017). Tingginya

angka kejadian diare disebabkan oleh banyak faktor diantaranya makanan dan

minuman yang terkontaminasi akibat kebersihan yang buruk, infeksi virus dan

bakteri (Rahmah et al., 2016).

Banyak faktor resiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare.

Salah satu faktor antara lain adalah sanitasi lingkungan yang kurang baik,

persediaan air yang tidak hiegienis, dan kurangnya pengetahuan. Selain itu, faktor

hygiene perorangan yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya diare seperti

kebiasaan cuci tangan yang buruk, kepemilikan jamban yang tidak sehat (Rahman

et al., 2016).

4
1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud dengan Diare ?

1.2.2. Apa tanda dan gejala kasus Diare ?

1.2.3. Bagaimana dampak kasus Diare ?

1.2.4. Apa tujuan surveilans kasus Diare ?

1.2.5. Bagaimana deteksi dini kasus Diare ?

1.2.6. Apa indikator penyakit Diare ?

1.2.7. Bagaimana registrasi kasus Diare ?

1.2.8. Bagaimana konfirmasi kasus Diare ?

1.2.9. Bagaimana pelaporan kasus Diare ?

1.2.10. Bagaimana analisis dan interpretasi data kasus Diare ?

1.2.11. Apa faktor risiko penyakit Diare ?

1.2.12. Bagaimana respon segera dan terencana kasus Diare ?

1.2.13. Bagaimana umpan balik kasus Diare ?

1.3. Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui definisi Diare.

1.3.2 Untuk mengetahui tanda dan gejala kasus Diare.

1.3.3 Untuk mengetahui dampak dari Diare.

1.3.4 Untuk mengetahui tujuan surveilans kasus Diare.

1.3.5 Untuk mengetahui deteksi dini kasus Diare.

1.3.6 Untuk mengetahui indikator penyakit Diare.

1.3.7 Untuk mengetahui registrasi kasus Diare.

5
1.3.8 Untuk mengetahui konfirmasi kasus Diare.

1.3.9 Untuk mengetahui pelaporan kasus Diare.

1.3.10 Untuk mengetahui analisis dan interpretasi data kasus Diare.

1.3.11 Untuk mengetahui faktor risiko penyakitDiare.

1.3.12 Untuk mengetahui respon segera dan terencana kasus Diare.

1.3.13 Untuk mengetahui umpan balik surveilans Diare.

1.4. Manfaat

Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang Epidemiologi Diare,

semua bertujuan agar nantinya baik pembaca maupun penulis dapat lebih

memahami tentang materi tersebut dan dapat mengimplementasikannya dalam

realita. Adanya makalah ini juga untuk melatih kemampuan penulis agar lebih

memahami dan mengerti lebih dalam tentang materi Epidemiologi Diare tersebut.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Diare

Menurut World Helath Organization (WHO,2021) diare adalah kejadian

buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga

kali atau lebih dalam periode 24 jam. Diare merupakan penyakit endemis

khususnya di negara berkembang seperti Indonesia dan penyakit yang berpotensi

megalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian

(Kemenkes RI, 2020). Diare adalah buang air besar sebanyak tiga kali atau lebih

dalam satu hari dengan konsistensi cair (Brandt, et al, 2015).

Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat

kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan

frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14

hari (Tanto dan Liwang, 2014).

Berdasarkan keempat definisi di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah

buang air besar dengan bertambahnya frekuensi yang lebih dari biasanya 3 kali

sehari atau lebih dengan konsistensi cair.

2.2. Tanda dan Gejala Kasus Diare

Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng, gelisah,

suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak menutup

kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi (bila terjadi dehidrasi

berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat,

7
tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok), berat badan menurun,

turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering

(Octa dkk, 2014).

2.3. Dampak Kasus Diare

Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi beberapa hal

sebagai berikut:

a. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari

pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme

lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh,

terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk

metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan

oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na

dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

c. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering

pada anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein

(KKP). Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau

penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan etabol glukosa.

8
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga

40 % pada bayi dan 50 % pada anak– anak.

d. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan

oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau

muntah yang bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering diberikan

dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama,

makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan

baik karena adanya hiperperistaltik.

e. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya

fungsi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,

dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak

segera diatasi klien akan meninggal. Menurut Ngastiyah (2014) sebagai

akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi kehilangan air dan

elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan

asam basa (asidosis metabolis, hipokalemia), gangguan gizi akibat

kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia,

gangguan sirkulasi darah.

9
2.4. Tujuan Surveilans Diare

Menggambarkan atau memprediksikan tingkat kemungkinan terjadinya

Kejadian Luar Biasa (KLB), menganalisis faktor penyebab penyakit diare,

melakukan pemantauan dengan cara seperti kunjungan rumah atau sebagainya.

Surveilans Diare juga sangat berguna untuk mendapatkan informasi terkait penyakit

diare dan dapat merencanakan langkah-langkah strategis baik untuk pencegahan

maupun penanggulangan penyakit diare.

2.5. Deteksi Kasus Diare

Deteksi kasus Diare di masyarakat, penemuan kasus dengan pencatatan dan

pelaporan melalui Kader PTM Desa untuk deteksi dini kasus Diare dapat dilakukan

di masyarakat melalui kegiatan seperti POSYANDU,PUSLING atau PUSTU.

Tahapan dalam mendeteksi kasus Diare di UPTD Puskesmas Gunungjati:

1. Wawancara menggunakan kuesioner yang meliputi identitas diri, riwayat

penyakit, tanda dan gejala pada pasien.

2. Dari hasil wawancara petugas akan menganalisis dan mendeteksi sesuai

dengan derajatnya ( dehidrasi berat,dehidrasi ringan dan tanpa dehidrasi).

Deteksi dini dapat dilakukan oleh Kader maupun petugas (programmer)

penyakit Diare itu sendiri.

2.6. Indikator Kasus Diare

Perlu diketahui jika menderita diare kurang dari 14 hari, penderita mengalami

diare akut, dan jika lebih dari 14 hari, sudah dipastikan penderita mengalami diare

10
kronis/persisten Dan jika ditemukan darah dalam tinja sudah dipastikan penderita

mengalami disentri. Selain itu ada 3 derajat dehidrasi diare yang tak kalah

pentingnya untuk diketahui:

1. Diare Tanpa Dehidrasi

Ciri-cirinya jika pada Balita, ia tetap aktif, memiliki keinginan untuk minum

seperti biasa, mata tidak cekung, dan turgor kembali segera. Namun, Balita akan

kehilangan cairan <5% dari berat badan.

2. Diare Dehidrasi Ringan/Sedang

Biasanya Balita mengalami gelisah atau rewel, mata cekung, rasa haus

meningkat, turgor kembali lambat, dan kehilangan cairan 5-10% dari berat

badan.

3. Diare Dehidrasi Berat

Ditandai dengan lesu/lunglai, mata cekung, malas minum, turgor kembali sangat

lambat > 2 detik, dan kehilangan cairan >10% dari berat badan.

2.7. Registrasi Kasus Diare

Melalui aplikasi RR (Reporting Recording) yang telah disediakan oleh Dinas

Kesehatan dan telah disosialisasikan oleh pihak Dinas Kesehatan khususnya pada

program diare serta menggunakan alat bantu yaitu berupa buku pelaporan dan

pencatatan dari kader

11
2.8. Konfirmasi Kasus Diare

Konfirmasi terkait penyakit diare bisa dilihat dari aplikasi SIHEPI (Sistem

informasi hepatitis dan infeksi saluran pencernaan) Pencatatan sudah lengkap di

dalam aplikasi tersebut Mulai dari identitas sampai dengan penanganan yang harus

dilakukan, konfirmasi tersebut dilakukan oleh pihak Puskesmas.

2.9. Pelaporan Kasus Diare

KEMENKES

DINKES PROVINSI

DINKES KAB/KOTA

PUSKESMAS

Di dalam gedung Di luar gedung

Pelayanan Pustu Posyandu


umum

Pelaporan kasus diare dilakukan setiap bulan dengan melihat data dari

register kunjungan pasien baik di dalam gedung seperti pelayanan umum maupun

di luar gedung seperti dari pelayanan desa yang terdiri dari pustu atau posyandu.

12
Untuk pelaporan lanjutannya dari puskesmas hanya melaporkan sampai tingkat

Dinkes, setelah itu pihak Dinkes yang akan melaporkan sampai pada tingkat

Kemenkes.

2.10. Analisis dan Interprestasi Data Kasus Diare

Target Jumlah Cakupan


Jumlah Penemuan Semua umur Penderita Penemuan
No Desa/ Kelurahan
Penduduk Kasus Diare Semua Kasus Diare
L P Umur Semua Umur
1 2 3 4 5 6 7 8
1 ADIDHARMA 5809 157 0 0 0 0.00%
2 PASINDANGAN 5130 139 5 7 12 8.66%
3 JADIMULYA 7838 212 9 14 23 10.87%
4 KLAYAN 9638 260 11 14 25 9.61%
5 JATIMERTA 4911 133 1 3 4 3.02%
6 ASTANA 5308 143 9 9 18 12.56%
7 KALISAPU 3923 106 12 17 29 27.38%
8 WANAKAYA 5509 149 6 8 14 9.41%
9 GROGOL 4069 110 4 2 6 5.46%
10 MERTASINGA 5808 157 5 13 18 11.48%
11 Luar wilayah 6 14 20
TOTAL 57943 1564 68 101 169 23,5%
Tabel 1. Data Rekapitulasi Penyakit Diare di UPTD Puskesmas Gunungjati 2021

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa didapatkan kasus diare terbanyak

ada Desa Kalisapu sebanyak 29 (27.38%) jumlah penderita terdiri dari 12 laki-laki

dan 17 perempuan. Dari hasil pengamatan jumlah keseluruhan kasus diare di

wiliyah kerja UPTD Puskesmas Gunungjati pada tahun 2021 terdapat 169 (23,5%)

kasus diare.

Sebagian besar penderita diare tidak menganggap serius terhadap penyakit

yang diderita sehingga mayoritas masyarakat pengidap diare akut.

13
2.11. Faktor Risiko Penyakit Diare

Menurut jufrri dan Soenarto (2012) dan Menurut Suharyono (2008), ada

beberapa faktor resiko diare yaitu

a) Faktor umur: yaitu diare mayoritas terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada

saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi

efek penurunan kadar antibody ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan

makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja.

b) Faktor musim : variasi pola musim diare dapat terjadi menurut letak geografis.

Di Indonesia diare yang disebabkan oleh rotavirus dan diare bakteri cenderung

meningkat pada musim hujan.

c) Faktor Gizi: Makin buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak kejadian

diare.

d) Faktor lingkungan: meliputi kepadatan perumahan, Sanitasi lingkungan yang

buruk juga akan berpengaruh terhadap kejadian diare.

e) Faktor sosial ekonomi: Kebanyakan anak – anak yang mudah menderita diare

berasal dari keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang

buruk, tidak punya penyediaan air bersih yang tidak memenuhi persyaratan

kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang

tidak menguntungkan.

f) Faktor pendidikan: Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata

laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan.

14
2.12. Respon Segera dan Terencana Kasus Diare

1) Respon Segera

 Memberikan tindakan pertama dengan memberikan oralit dan zinc

 Kunjungan rumah untuk memastikan penderita rutin meminum obat

yang telah diberi menggunakan formulir kepatuhan tablet zinc,

memastikan PHBS penderita,memastikan penderita untuk kontrol

kembali setelah obat habis.

2) Respon Terencana

 Melakukan pemantauan lebih lanjut

 Melakukan penyuluhan

2.13. Umpan Balik Kasus Diare

1. Dinas Kesehatan

Kunjungan setahun sekali guna untuk memeriksa pelaporan dan pencatatan

kasus diare dan membantu mempersiapkan materi untuk pelaksanaan

penyuluhan berupa leaflet.

2. Masyarakat

Kepatuhan dan pemahaman terkait pencegahan serta penanggulangan

penyakit diare tersendiri.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Definisi Diare

Diare adalah buang air besar dengan bertambahnya frekuensi yang lebih dari

biasanya 3 kali sehari atau lebih dengan konsistensi cair.

2. Tanda dan gejala Diare

Tanda dan gejala Diare adalah buang air besar cair atau lembek, muntah

sebagai penyerta pada gastroenteritis akut, demam serta gejala dehidrasi.

3. Dampak kasus Diare

-Kehilangan air (dehidrasi)

-Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)

-hipoglikemia

-Gangguan gizi

-Gangguan sirkulasi

4. Tujuan surveilans kasus Diare

Menggambarkan atau memprediksikan tingkat kemungkinan terjadinya

Kejadian Luar Biasa (KLB), menganalisis faktor penyebab penyakit diare

agar dapat merencanakan langkah-langkah strategis baik untuk pencegahan

maupun penanggulangan penyakit diare.


5. Deteksi dini kasus Diare

Penemuan kasus dengan pencatatan dan pelaporan melalui Kader PTM Desa

untuk deteksi dini kasus Diare dapat dilakukan di masyarakat melalui

kegiatan seperti POSYANDU,PUSLING atau PUSTU.

6. Indikator penyakit Diare

-Diare tanpa dehidrasi

-Diare dehidrasi ringan atau sedang

-Diare dehidrasi berat

7. Registrasi kasus Diare

Melalui aplikasi RR (Reporting Recording) yang telah disediakan oleh Dinas

Kesehatan serta menggunakan alat bantu berupa buku pelaporan dan

pencatatan.

8. Konfirmasi kasus Diare

Konfirmasi terkait penyakit diare bisa dilihat dari aplikasi SIHEPI (Sistem

informasi hepatitis dan infeksi saluran pencernaan).

9. Pelaporan kasus Diare

Pelayanan Umum,Pustu,Posyandu Puskesmas Dinkes Kab/Kota

Dinkes Provinsi KEMENKES.

10. Analisis dan Interpretasi data kasus Diare

 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa didapatkan kasus diare terbanyak

ada Desa Kalisapu sebanyak 29 (27.38%) jumlah penderita terdiri dari 12

laki-laki dan 17 perempuan. Dari hasil pengamatan jumlah keseluruhan.


kasus diare di wiliyah kerja UPTD Puskesmas Gunungjati pada tahun 2021

terdapat 169 (23,5%) kasus diare.

 Sebagian besar penderita diare tidak menganggap serius terhadap penyakit

yang diderita sehingga mayoritas masyarakat pengidap diare akut.

11. Faktor risiko kasus diare

 Faktor umur: Mayoritas terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada

saat diberikan makanan pendamping ASI.

 Faktor musim: Diare bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.

 Faktor gizi: Semakin buruk gizi seorang anak semakin banyak kejadian

diare pada anak

 Faktor lingkungan: Kepadatan rumah dan sanitasi lingkungan yang

buruk

 Faktor sosial ekonomi: Dari keluarga besar dengan daya beli yang

rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak punya penyediaan air bersih

yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan

 Faktor pendidikan: Pendidikan orang tua yang rendah sehingga tidak

mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan diare.

12. Respon Segera dan Terencana

Respon Segera

 Memberikan tindakan pertama dengan memberikan oralit dan zinc.

 Kunjungan rumah.
Respon Terencana

 Melakukan pemantauan lebih lanjut.

 Melakukan penyuluhan.

13. Umpan balik kasus diare

 Dinas Kesehatan: Kunjungan setahun sekali guna untuk memeriksa

pelaporan dan pencatatan membantu mempersiapkan media untuk

penyuluhan berupa leaflet.

 Masyarakat: Kepatuhan dan pemahaman terkait pencegahan dan

penanggulangan penyakit diare.

3.2 Saran

 Puskesmas

Diharapkan agar lebih peka terhadap kondisi masyarakat dan harap

ditingkatkan kembali terkait kunjungan rumah penderita penyakit diare agar

terjalin kedekatan antara petugas dengan pasien.

 Dinas Kesehatan (DINKES)

Diharapkan dapat membantu dalam bentuk materi yang akan membantu

sarana prasarana puskesmas agar dapat merubah sanitasi lingkungan

menjadi lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

1. Kholili, Moch Ircham. Faktor Risiko Penyakit Diare pada Anak USia di Bawah
5 Tahun. Rembang;2017

2. Aprianita,Lolita,khaidar. Hubungan Hygiene Ibu dan Sanitasi Lingkungan


dengan Kejadian Diare pada Balita,Kedondong, JUrnal Dunia Kesmas
Vol.5 No.1; 2016

3. Hanif, Mulyani, Kuscithawati. Faktor Risiko Diare Akut pada BAlita dalam
berita Kedokteran Masyarakat Vol.27, no.1; 2011.

5. Kemenkes RI. (2015). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Diakses
dari http://dosen.stikesdhb.ac.id/ali/wp-content/uploads/sites/
49/2016/11/BAGAN-MTBS_8-Juni-2015.pdf

6. Brandt, K. G., de Castro Antunes, M. M., & da Silva, G. A. P. (2015). Diarreia


aguda: manejo baseado em evidências. Jornal de Pediatria, 91(6), S36–S43.
https://doi.org/10.1016/j.jped.2015.06.002

7. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta WA (2014). Kapita Selekta Kedokteran.


Edisi ke 4. Jakarta : Media Aesculapius.

8. Juffrie M.,Soenarto Y. Diare Kronis dan Diare Persisten. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2012
9. Suharyono. Diare Akut Klinik Dan Laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta;. 2008

10. Aru W.Sudoyo, B. S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2 ed., Vol. III).
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam; 2006.

Anda mungkin juga menyukai