KASUS:
DIARE PADA ANAK AKIBAT KURANGNYA HYGIENE DAN
SANITASI DI PUSKESMAS PAMPANG, KOTA MAKASSAR
MATA KULIAH:
HYGIENE LINGKUNGAN KERJA
DOSEN PENGAMPU:
RIRI SEGITA, MKM. S.Ft
OLEH:
WINDY RAHMADHANI (2213201072)
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menderita diare di wilayah kerja puskesmas dari bulan Januari sampai Maret
2021 sebanyak 80 kasus, dimana 24 kasus pada bulan Januari, 24 kasus pada
Februari dan 32 kasus pada bulan Maret.
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, makalah ini
bertujuan untuk:
1. Untuk menjelaskan konsep diare
2. Untuk menjelaskan konsep hygiene dan sanitasi
3. Untuk menjelaskan pembahasan tentang Kasus/Permasalahan
4. Untuk menjelaskan cara penanganan kasus/permasalahan
1.4 Manfaat
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan di atas, makalah
ini bermanfaat untuk:
1. Untuk mengetahui konsep diare
2. Untuk mengetahui konsep hygiene dan sanitasi
3. Untuk mengetahui pembahasan tentang Kasus/Permasalahan
4. Untuk mengetahui cara penanganan kasus/permasalahan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Penelitian tersebut mengemukakan perilaku higiene buruk akan
berpeluang lebih besar terjangkit diare, yaitu 74,09% daripapa perilaku
higiene yang baik. Personal hygiene penting untuk menjaga agar makanan
dan minuman yang akan dikonsumsi tidak terkontaminasi bakteri
penyebab diare, seperti Escherichia coli. Oleh karena itu, perilaku ini
sangat penting karena dapat mengurangi resiko terjadinya diare (Haenisa
& Surury, 2022).
4
Kondisi air bersih yang kurang baik dapat mendukung terjadinya
kejadian diare pada balita (Yennie et al., 2014). Air yang keruh biasanya
mengandung partikel-partikel padat seperti tanah, lumpur, pasir, maupun
partikel lainnya yang bisa mengandung mikroorganisme berbahaya
(Widyastuty et al., 2018). Jika air keruh tersebut mengandung patogen
seperti bakteri atau parasit yang menyebabkan penyakit diare, maka
mengonsumsi air yang tidak dimurnikan atau tidak aman dapat
menyebabkan infeksi saluran pencernaan dan akhirnya menyebabkan
diare.
Kondisi jamban yang kurang baik nantinya dapat memungkinkan
adanya cemaran dari tinja. Tinja berbahaya karena memiliki virus maupun
kuman yang banyak di dalamnya (Rau, 2021). Tinja yang dibuang pada
tempat yang tidak tertutup dapat dijadikan tempat berkembangbiak lalat
yang nantinya dapat hinggap ke makanan manusia dan menyebabkan diare
(Langit, 2016). Adapun beberapa penyebab utama dari adanya sarana
sanitasi termasuk jamban yang tidak memenuhi syarat selain dari
rendahnya kesadaran masyarakat tetapi juga adanya keterbatasan dana
untuk membangun jamban yang memadai.
Sampah merupakan salah satu tempat dari berbagai sumber
penyakit, tempat perkembangbiakan vektor maupun binatang pengganggu
seperti kecoa, tikus dan lalat. Sampah dapat menimbulkan bau yang
mengganggu dan mencemari tanah, air maupun udara. Upaya mencegah
penularan penyakit lingkungan seperti diare, sangat penting untuk
mengelola sampah rumah tangga.
5
Berdasarkan data dari Puskesmas Pampang Kota Makassar,
didapatkan bahwa jumlah anak yang mengalami diare meningkat pada
tahun 2018 sebanyak 890 anak, meningkat pada tahun 2019 sebanyak 928
anak, dan menurun pada tahun 2020 sebanyak 447 anak. Sedangkan
jumlah anak yang menderita diare di wilayah kerja puskesmas dari bulan
Januari sampai Maret 2021 sebanyak 80 kasus, dimana 24 kasus pada
bulan Januari, 24 kasus pada Februari dan 32 kasus pada bulan Maret.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Tuang, 2021
yang menyatakan bahwa adanya hubungan ketersediaan air bersih dengan
kejadian diare pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Pampang Kota
Makassar, karena responden yang ketersediaan air bersihnya memenuhi
syarat lebih cenderung anaknya tidak mengalami diare. Jadi dapat
disimpukan bahwa semakin buruk ketersediaan air bersih di rumah, maka
semakin tinggi risiko terjadi diare pada anak.
Ketersediaan air bersih untuk masyarakat memengaruhi kesehatan
masyarakat, produktifitas ekonomi dan kualitas kehidupan. Kondisi
kesehatan bergantung pada kualitas air, dimana air berfungsi sebagai
media penyebaran penyakit (water borne disease) akibat air bersih
terkontaminasi mikroorganisme (Salmonella sp, Campylobacter jejuni,
Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Cryptosporidium dan
Enterohemorrhagic Escherichia coli).
Selanjutnya, kebiasaan cuci tangan berhubungan dengan kejadian
diare pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Pampang Kota Makassar.
Kebiasaan cuci tangan merupakan faktor mempengaruhi kejadian diare
pada anak. Karena anak atau ibu yang kebiasaan cuci tangannya baik lebih
cenderung tidak mengalami diare, begitu juga anak atau ibu yang
kebiasaan cuci tangannya kurang lebih cenderung mengalami diare. Jadi
dapat disimpukan bahwa semakin buruk kebiasaan cuci tangan, maka
semakin tinggi risiko terjadi diare pada anak.
Sanitasi makanan berhubungan dengan kejadian diare pada anak di
Wilayah Kerja Puskesmas Pampang Kota Makassar. Dimana cara
pengolahan makanan, cara penyajian makanan, dan cara penggunaan
6
peralatan makan merupakan faktor sanitasi yang berkaitan dengan
kejadian diare. Sanitasi makanan rumah tangga yang efektif mengikuti 6
prinsip hygiene sanitasi makanan yaitu, pemilihan bahan makanan,
penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan
makanan matang, pengangkutan makanan, dan penyajian makanan.
Apabila 6 prinsip pengelolaan makanan minuman diterapkan dirumah
tangga, dapat mencegah terjadinya penyakit diare.
Ketersediaan jamban berhubungan dengan kejadian diare pada
anak di Wilayah Kerja Puskesmas Pampang Kota Makassar. Fungsi
jamban dari aspek kesehatan lingkungan antara lain dapat mencegah
berkembangnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran manusia.
Sementara dampak serius membuang kotoran di sembarang tempat
menyebabkan pencemaran tanah, air dan udara karena menimbulkan bau.
Pengelolaan sampah berhubungan dengan kejadian diare pada anak
di Wilayah Kerja Puskesmas Pampang Kota Makassar. Pengelolaan
sampah sangat penting untuk mencegah penularan penyakit, dan dapat
menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya
dengan sampah. Pengelolaan sampah perlu untuk mencegah terjadinya
sarang vektor penyakit dan terjadinya penyakit. Pengelolaan sampah yang
benar terdiri dari tahap pengumpulan dan penyimpanan, pengangkutan dan
pemusnahan.
7
Kurangnya kebiasaaan cuci tangan:
1. Memberikan pendidikan tentang pentingnya mencuci tangan dengan
sabun dan air bersih sebelum makan, setelah menggunakan toilet, dan
setelah bermain di luar.
2. Memasang fasilitas mencuci tangan yang mudah diakses, seperti keran
air, sabun, dan kain lap di area strategis seperti dekat toilet atau tempat
makan.
Sanitasi makanan yang buruk:
1. Pendidikan tentang pentingnya memasak makanan hingga matang
sempurna, menyimpan makanan dalam wadah yang bersih, serta
menghindari kontaminasi silang antar makanan mentah dan matang.
2. Penguatan pengawasan sanitasi makanan di pasar tradisional dan
restoran melalui regulasi yang ketat serta inspeksi rutin.
Tidak tersedianya jamban sehat
1. Membangun atau memperbaiki fasilitas sanitasi, termasuk
pembangunan toilet dan sistem pengelolaan limbah yang sesuai standar
kesehatan.
2. Mengedukasi masyarakat tentang manfaat memiliki akses ke toilet
yang aman dan higienis serta risiko kesehatan yang terkait dengan
buang air besar di tempat terbuka.
Pengelolaan sampah yang tidak benar:
1. Mendorong perilaku pembuangan sampah yang tepat, seperti
memisahkan sampah organik dan anorganik, serta melakukan
pengumpulan dan pembuangan sampah secara teratur.
2. Menggalakkan program daur ulang dan pengelolaan sampah berbasis
komunitas untuk mengurangi limbah dan menghindari penumpukan
sampah yang menjadi tempat berkembangnya patogen penyebab
penyakit.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare tergolong dalam penyakit menular berbasis lingkungan yang
disebabkan oleh virus, bakteri atau protozoa. Sebagian besar penyakit ini
terjadi karena infeksi bakteri Escherichia coli yang berasal dari makanan
maupun air yang telah terkontaminasi dari feses.
Personal Hygiene ibu yang paling kurang yaitu masih kurangnya
kesadaran ibu untuk membersihan maupun mencuci tangan setelah batuk/
bersin dan sebelum menyuapi makan anak. Kondisi air bersih yang kurang
baik dapat mendukung terjadinya kejadian diare pada balita. Kondisi
jamban yang kurang baik nantinya dapat memungkinkan adanya cemaran
dari tinja. Tinja berbahaya karena memiliki virus maupun kuman yang
banyak di dalamnya Sampah merupakan salah satu tempat dari berbagai
sumber penyakit, tempat perkembangbiakan vektor maupun binatang
pengganggu seperti kecoa, tikus dan lalat.
3.2 Saran
Disarankan kepada orang tua untuk lebih memperhatikan hygiene
dan sanitasi rumah tangga demikesehatan anak. Mulai dari kebersihan diri
seperti mencuci tangan pakai sabun, ketersedian air bersih, jamban sehat
dan pengelolaan sampah yang benar. Diharapkan kepada pemerintah untuk
memperhatikan sarana dan prasarana massyarakat yang belum memadai
untuk kesehatan bersama.
9
DAFTAR PUSTAKA
Dwitasari, R., Kustono, D., Al-irsyad, M., & Marji. (2024). Hubungan Sanitasi ,
Personal Hygiene Dan Kandungan Escherichia Coli Dengan Diare Di
Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Jurnal Anestesi: Jurnal Ilmu Kesehatan
Dan Kedokteran, 2(1).
Haenisa, N. N., & Surury, I. (2022). HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA SANTRI DI KOTA TANGERANG
SELATAN. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 19(2), 231–238.
Nisa, A. K., & Iriani, D. U. (2023). Hubungan Personal Hygiene Ibu dan Sanitasi
Lingkungan dengan Kejadian Diare di Puskesmas Pisangan Tangeraang
Selatan. Journal of Religion and Public Health, 5(1), 38–49.
Tuang, A. (2021). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada
Anak Agus. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 534–542.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.643
10