Anda di halaman 1dari 25

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE

DI
S
U
S
U
N
OLEH:
Randu Almumtaza
Shepty Khalista
Razul Azmi

DOSEN PENGAMPU:
Lina SKM, M.Kes

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN LANGSA


POLITEKNIK KESEHATAN ACEH
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam,
berkat hidayah dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya,
dan para yang setia hingga hari pembalasan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing pada mata
kuliah. Dalam melaksanakan tugas tersebut, tidak sedikit kendala yang penulis hadapi,
namun berkat dorongan berbagai pihak, maka kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi
dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu.
Penulis yakin bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk
itu, kritik yang membangun dari pembaca selalu penulis harapkan. Segala kekeliruan
dan kesalahan dalam makalah ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Langsa, Januari 2024


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PEMDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
BAB II TINJAUAN ASKEP TEORITIS DIARE.............................................................2
A. Konsep Asuhan Keperawatan Diare........................................................................2
1. Pengertian.........................................................................................................2
2. Patofisiologi......................................................................................................2
3. Etiologi..............................................................................................................4
4. Gejala Klinis.....................................................................................................4
5. Komplikasi........................................................................................................6
6. Penatalaksanaan................................................................................................6
B. Pengkajian................................................................................................................9
1. Anamneses........................................................................................................9
2. Pemeriksaan Fisik.............................................................................................9
3. Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium....................................................11
C. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................12
D. Perencanaan Keperawatan.....................................................................................13
E. Impelementasi........................................................................................................18
F. Evaluasi..................................................................................................................18
G. Dokumentasi..........................................................................................................18
BAB III PENUTP............................................................................................................19
A. Kesimpulan............................................................................................................19
B. Saran.......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20

ii
BAB I
PEMDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare merupakan gejala umum dari infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh
berbagai macam patogen, termasuk bakteri, virus dan protozoa. Diare lebih umum
terjadi di negara berkembang karena kurangnya air minum yang aman, sanitasi dan
kebersihan, serta status gizi yang lebih buruk. Menurut angka terbaru yang tersedia,
diperkirakan 2,5 miliar orang kekurangan fasilitas sanitasi yang layak, dan hampir satu
miliar orang tidak memiliki akses ke air minum yang aman. Lingkungan yang tidak
sehat ini memungkinkan patogen penyebab diare menyebar lebih mudah (Cairo et al.,
2020). Diare merupakan pembunuh utama anak-anak, terhitung sekitar 8 persen dari
semua kematian di antara anak-anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia. Sebagian
besar kematian akibat diare terjadi di antara anakanak di bawah usia 5 tahun yang
tinggal di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara (UNICEF, 2018).
Diare bisa berdampak buruk jika tidak ditangani dengan benar, tingkat pengetahuan
ibu yang kurang tentu akan menjadi kesulitan dalam mencegah dampak lebih lanjut
terhadap diare yang tidak mendapatkan penanganan secara lengkap yaitu dehidrasi dan
dampak lanjut lagi adalah kematian pada anak balita (Ambarawati, Ratnasari and
Purwandari, 2018). Penanganan diare pada anak atau balita salah satunya adalah dengan
memberikan oralit dan Neokaolana sirup atau Zink sirup. Oralit berfungsi mencegah
terjadinya dehidrasi, sedangkan Neokalana atau Zink berfungsi untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dan penyerapan bakteri (Ribek and Labir, Ketut, Maria Dossantos,
Nengah Setiawati, 2020).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar diare?
2. Bagaimana pengkajian dan diagnosa diare?
3. Bagaimana perencanaan dan implementasi keperawatan diare?
4. Bagaimana evaluasi dan dokumentasi keperawatan diare?

1
BAB II
TINJAUAN ASKEP TEORITIS DIARE

A. Konsep Asuhan Keperawatan Diare


1. Pengertian
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja
dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun
waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019).
Diare adalah kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2011).
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah suatu
keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3 kali/hari)
disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan atau tanpa darah
dan tanpa lendir.

2. Patofisiologi
Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya diare di antaranya karena faktor
infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya mikroorganisme ke dalam
saluran pencernaan kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa
usus yang dapat menurunkan usus. Berikutnya terjadi perubahan dalam kapasitas
usus sehingga menyebabkan gangguan fungsi usus dalam mengabsorpsi
(penyerapan) cairan dan elektrolit. Dengan adanya toksis bakteri maka akan
menyebabkan gangguan sistem transpor aktif dalam usus akibatnya sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit meningkat.
Faktor malaborpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang
mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran cairan dan
elektrolit ke dalam usus yang dapat meningkatkan rongga usus sehingga terjadi
diare. Pada factor makanan dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak diserap
dengan baik sehingga terjadi peningkatan dan penurunan peristaltic yang

2
mengakibatkan penurunan penyerapan makanan yang kemudian terjadi diare
(Nurarif & Kusuma, 2016).
Pathway

3
3. Etiologi
Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah:
a. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan
dimana merupakan penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi
bakteri, virus, parasite, protozoa, serta jamur dan bakteri.
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti pada otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia serta encephalitis
dan biasanya banyak terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun.
c. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap
karbohidrat seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi
protein dan lemak.
d. Faktor Risiko
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan (2011) faktor risiko terjadinya diare adalah:
1) Faktor perilaku yang meliputi :
a) Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan
makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini akan mempercepat bayi
kontak terhadap kuman.
b) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.
c) Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak.
d) Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
2) Faktor lingkungan antara lain: Ketersediaan air bersih yang tidak
memadai, kurangnya ketersediaan mandi cuci kakus (MCK).

4. Gejala Klinis
Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai
berikut:
a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.

4
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran
menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis,samnolen,spoor,komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam.
Sedangkan manifestasi klinis menurut Elin (2009) dalam Nuraarif & Kusuma
(2015) yaitu:
a. Diare Akut
1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas- gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
4) Demam
b. Diare Kronik
1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
2) Penurunan BB dan nafsu makan
3) Demam indikasi terjadi infeksi
4) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah.
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut (Nuraarif & Kusuma, 2015):

5
Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda :  Beri cairan untuk diare dengan
 Letargis/tidak sadar dehidrasi berat
 Mata kecung
 Tidak bisa minum atau
malas minum
 Cubitan kulit perut
kembali sangat ( ≥ 2 detik)
Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih tanda:  Beri anak cairan dengan
ringan atau  Rewel, gelisah makanan untuk dehidrasi ringan
sedang  Mata cekung  Setelah rehidrasi, nasehati ibu
 Minum dengan lahap, untuk penanganan di rumah dan
haus kapan kembali segera
 Cubitan kulit kembali
dengan lambat
Tanpa  Tidak terdapat cukup  Beri cairan dan makanan untuk
dehidrasi tanda untuk menangani diare di rumah
diklasifikasikan sebagai  Nasehati ibu kapan kembali
dehidrasi ringan atau berat
segera
 Kunjungan ulang dalam waktu 5
hari jika tidak membaik

5. Komplikasi
Menurut Dwienda (2014), komplikasi yang dapat diakibatkan oleh diare adalah
sebagai berikut :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik).
b. Hipokalemia (dengan gejala ineteorismus, lemah, bradikardi).
c. Hipoglikemi
d. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik

6. Penatalaksanaan
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan (2011) program lima langkah tuntaskan diare yaitu:
a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah.
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCI), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa
anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh

6
yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah
dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih
diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit
dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.
Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit dengan
osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian dengan Oralit osmolaritas rendah
diberikan kepada penderita diare akan:
1) Mengurangi volume tinja hingga 25%
2) Mengurangi mual muntah hingga 30%
3) Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
sampai 33%.
Aturan pemberian oralit menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat
dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%
 Umur < 1 tahun :- 1⁄2 gelas setiap kali anak mencret
 Umur 1 - 4 tahun :1⁄2-1 gelas setiap kali anak mencret
 Umur diatas 5 Tahun :1-11⁄2 gelas setiap kali anak mencret
2) Dehidrasi ringan bia terjadi penurunan berat badan 2,5%-5%
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kgbb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas. Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan
dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian
dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum
langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit
kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit.
Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

7
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan
dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam
jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang
hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu
penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat. Zinc merupakan salah
satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc
yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak
mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak
dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga
agar anak tetap sehat.
Obat Zine merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30
detik. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai
berikut:
1) Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari
2) Balita umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/hari
c. Pemberian Makan
Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke atas)
penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Sering sekali balita yang terkena diare jika tidak
diberikan asupan makanan yang sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan
anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi akan meningkatkan risiko anak terkena
diare kembali. Oleh karena perlu diperhatikan:
1) Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui
bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama masa
penyembuhan (bayi 0-24 bulan atau lebih).
2) Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia 0- 6
bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu formula
berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui eksklusif.
Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan meningkat dan
diberikan kepada bayi untuk mempercepat kesembuhan karena ASI
memiliki antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh
bayi.

8
3) Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan. Makanan
Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 - 24 bulan dan
sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan makanan keluarga
4) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2
minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
d. Antibiotik Selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau
diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Efek samping dari
penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah timbulnya gangguan fungsi
ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh antibiotik.
e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian
Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke
petugas kesehatan jika anak:
1) Buang air besar cair lebih sering
2) Muntah berulang-ulang
3) Mengalami rasa haus yang nyata
4) Makan atau minum sedikit
5) Demam
6) Tinjanya berdarah
7) Tidak membaik dalam 3 hari

B. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap, dan sistematis
sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan
suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
respon individu ( Olfah & Ghofur, 2016 ).
1. Anamneses
Pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
2. Pemeriksaan Fisik

9
a. Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya
biasanya cekung
b. Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya
normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak matanya
cekung (cowong). Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak
matanya sangat cekung.
c. Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak sianosis,
tidak ada pernapasan cuping hidung.
d. Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e. Mulut dan Lidah
1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
3) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f. Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada kelainan
pada kelenjar tyroid.
g. Thorak
1) Jantung
(a) Inspeksi. Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
(b) Auskultasi. Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare
dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung pasien normal hingga
meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien mengalami
takikardi dan bradikardi.
2) Paru-paru
(a) Inspeksi. Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare
dehidrasi ringan pernapasan normal hingga melemah, diare dengan
dehidrasi berat pernapasannya dalam.
h. Abdomen

10
1) Inspeksi. Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
2) Palpasi. Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada
pasien diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi
berat kembali > 2 detik.
3) Auskultasi. Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya
meningkat
i. Ektremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal, akral
teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali < 2 detik,
akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba
dingin, sianosis.
j. Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan
pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.

3. Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium


a. Pemeriksaan laboratrium
1) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum. Biasanya
penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L, kalium > 5 mEq/L
2) Pemeriksaan urin Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin
yang diperiksa adalah Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya
ketosis (Suharyono, 2008).
3) Pemeriksaan tinja Biasanya tinja pasien diare ini mengandung
sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat.
4) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa Biasanya pada pemeriksaan ini
terjadi peningkatan kadar protein leukosit dalam feses atau darah
makroskopik (Longo, 2013). pH menurun disebabkan akumulasi
asama atau kehilangan basa (Suharyono, 2008).
5) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemik ( Betz, 2009).
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Endoskopi

11
a) Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2, jika dicurigai
mengalami penyakit seliak atau Giardia. Dilakukan jika pasien
mengalami mual dan muntah.
b) Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan dengan perdarahan
segar melalui rektum.
c) Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semua pasien jika
pada pemeriksaan feses dan darah hasilnya normal, yang bertujuan
untuk menyingkirkan kanker.
2) Radiologi
a) CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok menjalani
kolonoskopi
b) Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai mengalami
penyakit bilier atau prankeas
c. Pemeriksaan lanjutan
1) Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam berpuasa akan
mengidentifikasi penyebab sekretorik dan osmotik dari diare.
2) Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang dicurigai membutuhkan
sampel feses dan serologi (Emmanuel, 2014).

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus diare menurut
Nuraarif & Kusuma (2015) dan PPNI (2017) sebagai berikut :
1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler.
2. Diare b.d fisiologis ( proses infeksi )
3. Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif
4. Gangguan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
5. Defisit nutrisi b.d penurunan intake makanan
6. Risiko Syok

12
7. Ansietas b.d perubahan status kesehatan

13
D. Perencanaan Keperawatan
Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan PPNI (2019). Adapun intervensi yang sesuai
dengan penyakit diare adalah sebagai berikut :
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Gangguan pertukaran Tujuan : Setelah dilakukan intervensi Obsevasi
gas b.d perubahan keperawatan diharapkan pertukaran gas  Monitor frekuensi,irama,dan kedalaman upaya
membran alveolar- pasien meningkat dengan kriteria hasil : nafas
kapiler.  Pola nafas membaik  Monitor pola nafas
 Warna kulit membaik  Monitor saturasi oksigen d) Monitor nilai analisa
 Sianosis membaik gas darah
 Takikardia membaik Terapeutik
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
2 Diare b.d fisiologis Tujuan : Setelah dilakukan intervensi Observasi
( proses infeksi ) keperawatan diharapkan eliminasi fekal  Identifiksi penyebab diare
pasien membaik dengan kriteria hasil :  Identifikasi riwayat pemberian makan
 Konsistensi feses meningkat  Identifikasi gejala invaginasi
 Frekuensi defekasi/bab meningkat  Monitor warna, volume, frekuensi, dan
 Peristaltik usus meningkat konsistensi tinja

14
 Kontrol pengeluaran feses meningkat  Monitor jumlah pengeluaran diare
 Nyeri abdomen menurun Terapeutik
 Berikan asupan cairan oral (oralit)
 Pasang jalur intravena
 Berikan cairan intravena
 Ambil sample darah untuk pemeriksaan darah
lengkap
 Ambil sample feses untuk kultur, jik perlu.
Edukasi
 Anjurkan manghindari makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung laktosa
 Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
 Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
3 Hipovolemi b.d Tujuan : Setelah dilakukan intervensi Obsevasi
kehilangan cairan keperawatan diharapkan status cairan pasien  Periksa tanda dan gejala hypovolemia (missal
aktif membaik dengan kriteria hasil : frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
 Turgor kulit membaik tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
 Frekuensi nadi membaik turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
 Tekanan darah membaik volume urin menurun, haus, lemah).
 Membrane mukosa membaik  Monitor intake dan output cairan
 Intake cairan membaik Terapeutik
 Output urine meningkat  Hitung kebutuhan cairan

15
 Berikan asupan cairan oral
Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Anjurkan menghidari posisi mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan isotonis (Nacl.RL)
 Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20
ml/kg bb untuk anak.
4 Gangguan integritas Tujuan : Setelah dilakukan intervensi Observasi
kulit b.d keperawatan diharapkan integritas kulit dan  Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
ekskresi/BAB sering jaringan meningkat dengan kriteria hasil : Terapeutik
 Kerusakan lapisan kulit menurun  Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
 Nyeri menurun  Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama
 Kemerahan menurun selama periode diare 40
 Tekstur membaik  Gunakan petroleum berbahan petroleum atau
minyak pada kulit kering
Edukasi
 Anjurkan menggunakan pelembab
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
 Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat topical
5 Defisit nutrisi b.d  Tujuan : Setelah dilakukan intervensi Observasi

16
penurunan intake keperawatan diharapkan status nutrisi  Identifikasi status nutrisi
makanan pasien membaik dengan kriteria hasil :  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Porsi makanan yang dihabiskan  Identifikasi makanan yang disukai
meningkat  Identifikasi keburuhan kalori dan nutrisi
 Diare menurun  Monitor asupan makanan
 Frekuensi makan membaik  Monitor berat badan
 Nafsu makan membaik  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 Bising usus membaik Terapeutik
 Berikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
 Berikan makanan tinggi kalori dan protein
Edukasi
 Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengn ahli gizi untuk menetukan
jumlh kalori dan jenis nutsisi yang dibutuhkan
jika perlu.
 Kolaborasi pemberian obat antimetik jika perlu
6 Risiko Syok Tujuan : Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan diharapkan tingkat syok pasien  Monitor status kardiopulmonal
menurun dengan kriteria hasil :  Monitor frekuensi nafas
 Kekuatan nadi meningkat  Monitor status oksigenasi d) Monitor status cairan
 Output urine meningkat  Monitor tingkat kesdaran dan respon pupil
 Frekuensi nafas membaik  Monitor jumlah,warna,dan berat jenis urine
 Tingkat kesadaran meningkat Terapeutik

17
 Tekanan darah sistolik, diastolic  Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
membaik oksigen >94% b) Pasang jalur IV, jika perlu
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Jelaskan penyebab/factor risiko syok
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
7 Ansietas b.d Tujuan : Setelah dilakukan intervensi Obsevasi
perubahan status keperawatan diharapkan tingkat ansietas  Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
kesehatan pasien menurun dengan kriteria hasil :  Monitor tanda-tanda ansietas
 Perilaku gelisah menurun Terapeutik
 Perilaku tegang menurun  Ciptakan suasana terapeutik untuk mengurangi
 Frekuensi pernapasan menurun kecemasan
 Pucat menurun  Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
 Kontak mata membaik  Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
 Gunakan nada suara lemah lembut dengan irama
lambat
Edukasi
 Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu

18
E. Impelementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan
tindakan, serta menilai data yang baru. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan keperawatan antara lain:
1. Kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal.
2. Kemampuan menilai data baru.
3. Kreativitas dan inovasi dalam membuat modifikasi rencana tindakan.
4. Penyesuaian selama berinteraksi dengan klien.
5. Kemampuan mengambil keputusan dalam memodifikasi pelaksanaan.
6. Kemampuan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan serta efektivitas
tindakan.

F. Evaluasi
Efektivitas intervensi keperawatan ditentukan dengan pengkajian ulang
yang kontinu dan evaluasi perawatan berdasarkan panduan observasi dan hasil
yang diharapkan berikut ini:
1. Tanyakan keluarga mengenai upaya membasmi atau menghindari alergen
2. Amati anak untuk adanya tanda-tanda gejala pernapasan
3. Kaji kesehatan umum anak
4. Amati anak dan tanyakan keluarga mengenai infeksi atau komplikasi lainnya
5. Tanyakan anak tentang aktivitas sehari-hari
6. Tantukan tingkat pemahaman keluarga dan anak terhadap kondisi anak dan
tentang terapu yang harus dilakukan (Wong, 2014)

G. Dokumentasi
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan catatan tentang
tanggapan/respon klien terhadap kegiatan-kegiatan pelaksanaan keperawatan
secara menyeluruh, sistematis dan terstruktur sebagai pertanggunggugatan
terhadap tindakan yang dilakukan perawat terhadap klien dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
(Prabowo, 2017).

19
BAB III
PENUTP

A. Kesimpulan
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja
dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun
waktu satu hari. Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya diare di
antaranya karena faktor infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan kemudian berkembang dalam
usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan usus.
Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Pelaksanaan adalah realisasi
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Efektivitas intervensi keperawatan ditentukan dengan pengkajian ulang
yang kontinu dan evaluasi perawatan berdasarkan panduan observasi dan hasil
yang diharapkan Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan catatan tentang
tanggapan/respon klien terhadap kegiatan-kegiatan pelaksanaan keperawatan
secara menyeluruh, sistematis dan terstruktur sebagai pertanggunggugatan
terhadap tindakan yang dilakukan perawat terhadap klien dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

B. Saran
Mahasiswa keperawatan sebagai calon tenaga kesehatan sebaiknya mampu
mempelajari dengan baik mengenai asuhan keperawatan anak salah satunya
dengan gangguan pencernaan berupa diare, agar dapat memberikan pelayanan
secara optimal kepada pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ambarawati, R., Ratnasari, N. Y. and Purwandari, K. P. (2018) ‘Gambaran Tingkat


Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Kejadian Pendahuluan Data Puskesmas
Tirtomoyo I angka kejadian diare pada 3 tahun terakhir adalah 2016 sebanyak 366
jiwa anak , 2017 sebanyak 413 jiwa anak , 2018 sebanyak 423 jiwa anak , yang ada
di kec’, Keperawatan, Jurnal Vol, G S H Juli, , 7(2).
Cairo, S. B. et al. (2020) Geospatial Mapping of Pediatric Surgical Capacity in North
Kivu, Democratic Republic of Congo, World Journal of Surgery.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. (2011).
Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta. Nurarif & Kusuma, 2016).
Dwienda, O. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi / Balita dan. Anak
Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta : Deepublish.
Emmanuel, anton. & Inns, stephen. (2014). Gastroenterologi dan Hepatologi. Jakarta:
Erlangga
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan.
Diagnosa dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
Olfah, Y., & Ghofur, A. (2016). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Kementerian.
Kesehatan Republik Indonesia.
Prabowo, T. (2017). Dokumentasi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Prawati DD, Haqi DN. (2019), Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare di Tambak.
Sari, Kota Surabaya. Jurnal promkes. 7(1).
Ribek, N. and Labir, Ketut, Maria Dossantos, Nengah Setiawati, dan N. N. S. (2020)
‘Gambaran Perawatan Anak Diare Di Puskesmas Provinsi Bali’,
Ejournal.Poltekkes-Denpasar.Ac.Id, 13(1),
Tim Pokja Sdki PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.
Tim Pokja Siki PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.
UNICEF (2018) ‘United Nations Inter-agency Group for Child Mortality Estimation
(UN IGME), ‘Levels & Trends in Child Mortality: Report 2018’, Estimates

21
developed by the United Nations Inter-agency Group for Child Mortality
Estimation
Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info.
Media.
Wong, Donna L, (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Yuliastati, Amelia Arnis. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta: Pusdiknakes.

22

Anda mungkin juga menyukai