OLEH :
KELOMPOK 1
1. Ais Hasan
2. Dinda Restu Prameswari
3. Ismianti Matoy
4. Lisnawaty Labansir
5. Marini Ibrahim
6. Meta Puspita Dewi Antu Zees
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, sehingga penyusun
berhasil menyelesaikan Makalah ini yang berjudul KEPERAWATAN DASAR
TENTANG GANGGUAN ELIMINASI FEKAL DENGAN KONSTIPASI”.
Penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah ikut serta
dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari makalah yang telah dibuat ini belum sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penyusun terima guna
perbaikan di masa yang akan datang. Penyusun berharap makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan pembaca dan dapat dikembangkan.
Penyusun memohon maaf bila terdapat kesalahan yang tidak berkenan pada
makalah ini. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih atas perhatian
pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Tujuan............................................................................................... 3
1.3. Manfaat............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 4
1.1 Definisi.................................................................................. 4
1.2 Etiologi.................................................................................. 4
1.3 Klasifikasi.............................................................................. 6
1.4 Patofisiologi.......................................................................... 7
1.5 Manifestasi............................................................................ 9
1.6. Penatalaksanaan................................................................... 10
BAB III KONSEP KEPERAWATAN................................................. 12
BAB IV PENUTUP............................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Konstipasi kronik merupakan salah satu kondisi yang sering dijumpai pada
bagian anak umum, dan hal ini berkaitan dengan banyak morbiditas yang
kurang dipedulikan. Konstipasi melibatkan 40% pada bayi dan 30% pada anak
usia sekolah. Prevalensi konstipasi pada anak di dunia saat ini berkisar antara
0,7% sampai 29,6% yang mana menggambarkan adanya potensi meluasnya
efek dari kondisi ini. Hingga 80% anak-anak dengan konstipasi juga
mengalami inkontinensia fekal. Inkontinensia fekal terjadi pada 1,5 sampai
7,5% anak sekolah usia 6-12 tahun. Penelitian terbaru melaporkan angka
prevalensi sebesar 4,4% untuk inkontinensia fekal pada anak di klinik
perawatan primer Amerika Serikat.
1
pemeriksaan fisik saja. Pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan
radiologi seperti barium enema, kolonoskopi, manometri anoraktal dan
lainnya jarang digunakan kecuali pada kasus konstipasi yang tidak respon
dengan pengobatan standar.
2
1.2. TUJUAN
Tujuan umum:
Mengetahui dan memahami konsep teori konstipasi dan asuhan keperawatan
dalam mengenai kasus konstipasi
Tujuan khusus:
1. Memahami identifikasi konstipasi
2. Memahami patofisiologi konstipasi
3. Memahami faktor-faktor resiko konstipasi
4. Memahami manifestasi klinis konstipasi
5. Memahami komplikasi konstipasi
6. Memahami penatalaksanaan konstipasi
7. Memahami asuhan keperawatan pada konstipasi
1.3 MANFAAT
Memberikan konsep dasar teori tentang gangguan sistem gastrointestinal,
yaitu diare dan konstipasi berdasarkan pertimbangan gerontik, beserta asuhan
keperawatannya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
I. KONSEP MEDIS
2.1. DEFINISI
Konstipasi adalah frekuensi buang air besar yang lebih sedikit dari
biasanya. Jarak waktu buang air besar pada setiap orang berbeda-beda. Namun
umumnya dalam satu minggu, manusia buang air besar setidaknya lebih dari 3
kali. Jika frekuensi buang air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu, maka
seseorang disebut mengalami konstipasi. Akibatnya, tinja menjadi kering dan
keras sehingga lebih sulit dikeluarkan dari anus.
4
kronis. Penyakit kolon yang biasanya dihubungkan dengan konstipasi adalah
sindrom usus peka dan penyakit divertikuler.
2.3. KLASIFIKASI
5
berpergian lama, kurang asupan makanan yang
mengandung selulose.
b. Pada semua keadaan yang dapat menimbulkan dehidrasi.
c. Pada penderita yang makan makanan sedikit menimbulkan
low residu diet juga salah satu penyebab konstipasi.
2. Konstipasi Simtomatik: merupakan konstipasi yang menandakan adanya
gejala pada suatu penyakit akut ataupun kronik. Diantaranya :
1) Konstipasi sebagai gejala penyakit akut misalnya:
a. Dehidrasi: sering dehidrasi memberikan akibat timbulnya
konstipasi. Penyakit yang biasa disertai panas sehingga
terkadang dehidrasi tidak selalu diperhatikan adalah
penderita dengan penyakit pneumonia, meningitis, tifus
abdominalis stadium permulaan biasanya memberikan
gejala konstipasi.
b. Obstruksi intestinal yang akut.
c. Apendikitis akut.
d. Setelah hematemesis.
2) Konstipasi sebagai gejala penyakit kronik misalnya:
a. Penyakit atau kelainan dari traktus gastrointestinalis:
stenosis pilorikum, kelainan kolon (karsinoma kolon,
diverticulosis, pada megankolon yaitu hirchsprung/ pseudo-
hirchsprung) blind loop dari kolon. Kelainan dari rektum
anus yaitu (fisura, proktitis, karsinoma dari rectum,
ischiorektal abses).
b. Kelainan pada pelvis yang biasanya karena kompresi
mekanis pada rektum atau kolon misalnya: pada wanita
yang gravid maka uterusnya menekan sigmoid dan rektum,
fibroid uterus, tumor pada pelvis, kista ovarii, prolapse dari
intestine yang masuk kedalam fossa rekto genital.
c. Penyakit umum di organ lain: penyakit endokrin
(miksudema, diabetes mellitus, hiperparatiroid), kelainan
psikis (depresi, manis depressive psikhose, anoreksia
6
nervosa, keracunan atau karena obat-obat (karena zat
logam, opiaten: codein, morfin, tictura opii,dll.
a. Tipe tinja 1
Tinja ini mempunyai ciri berbentuk bulat-bulat kecil seperti kacang,
sangat keras, dan sangat sulit untuk dikeluarkan. Biasanya ini adalah
bentuk tinja penderita konstipasi kronis.
b. Tipe tinja 2
Tinja ini mempunyai ciri berbentuk sosis, permukaan menonjol-nonjol
dan tidak rata, dan terlihat seperti akan terbelah menjadi berkeping-
keping. Biasanya tinja jenis ini dapat menyumbat WC, dapat
menyebabkan ambeien, dan merupakan tinja penderita konstipasi yang
mendekati kronis.
c. Tipe tinja 3
Tinja ini mempunyai ciri berbentuk sosis, dengan permukaan yang kurang
rata, da nada sedikit tekanan. Tinja seperti ini adalah tinja penderita
konstipasi ringan.
d. Tipe tinja 4
Tinja ini mempunyai ciri berbentuk seperti sosis atau ular. Tinja ini adalah
bentuk tinja penderita gejala awal konstipasi
2.4. PATOFISIOLOGI
7
Apabila dorongan untuk defekasi diabaikan, membrane mukosa rektal dan
muskulatur menjadi tidak peka terhadap adanya massa fekal, dan akibatnya
rangsangan yang lebih kuat diperlukan untuk menghasilkan dorongan peristaltik
tertentu agar terjadi defekasi. Efek awal retensi fekal ini adalah untuk
menimbulkan kepekaan kolon, dimana pada tahap ini sering mengalami spasme,
khususnya setelah makan, sehingga menimbulkan nyeri kolik midabdominal atau
abdomen bawah. Setelah proses ini berlangsung sampai beberapa tahun, kolon
kehilangan tonus dan menjadi sangat tidak responsive terhadap rangsang normal,
akhirnya terjadi konstipasi. Atoni usus juga terjadi pada proses penuaan, dan hal
ini dapat diakibatkan oleh penggunaan laksatif yang berlebihan.
2.5. KOMPLIKASI
Impaksi fekal terjadi apabila suatu akumulasi massa feses kering tidak
dapat dikeluarkan. Massa ini dapat diraba pada pemeriksaan manual, dapat
menimbulkan tekanan pada mukosa kolon yang mengakibatkan pembentukan
ulkus, dan dapat menimbulkan rembesan feses cair yang sering.
8
Hemoroid dan fisura anal dapat terjadi sebagai akibat konstipasi. Fisura
anal dapat diakibatkan oleh pasase feses yang keras melalui anus, merobek lapisan
kanal anal. Hemoroid terjadi sebagai akibat kongesti vaskuler perianal yang
disebabkan oleh peregangan.
Megakolon adalah dilatasi dan atoni kolon yang disebabkan oleh massa
fekal yang menyumbat pasase isi kolon. Gejala meliputi konstipasi, inkontinensia
fekal cair, dan distensi abdomen. Megakolon dan dapat menimbulkan perforasi
usus.
Pemeriksaan dimulai pada rongga mulut meliput gigi geligi, adanya luka
pada selaput lendir mulut dan tumor yang dapat mengganggu rasa pengecap dan
proses menelan. Daerah perut diperiksa apakah ada pembesaran perut, peregangan
atau tonjolan. Perabaan permukaan perut untuk menilai kekuatan otot perut.
Perabaan lebih dalam dapat mengetahui massa tinja di usus besar, adanya tumor
atau pelebaran batang nadi. Pada pemeriksaan bentuk dicari pengumppulan gas
berlebihan, pembesaran organ, cairan dalam rongga perut atau adanya massa tinja.
9
informasi tentang tegangan otot, dubur, adanya timbunan tinja, atau adanya darah.
Pemeriksaan laboratorium dikaitkan dengan upaya mendeteksi faktor risiko
konstipasi seperti gula darah, kadar hormon tiroid, elektrolit, anemia akibat
keluarnya darah dari dubur.
2.9. PENATALAKSANAAN
Apabila penggunaan laksatif diperlukan, salah satu dari berikut ini dapat
dilakukan: preparat pembentuk bulk, preparat salin dan osmotic, lubrikan,
stimulant, atau pelunan feses. Kerja fisiologis dan penyuluhan pasien yang
dihubungkan dengan laksatif. Enema dan supositoria rektal secara umum tidak
dianjurkan untuk konstipasi dan harus diberikan untuk pengobatan pada impaksi
atau persiapan usus, untuk pembedahan atau prosedur diagnostik. Apabila
10
penggunaan laksatif jangka panjang benar-benar diperlukan, preparat pembentuk-
bulk diberikan dalam kombinasi dengan laksatif osmotik.
Rangsangan reflex
penyebab rekto anal
Penurunan motilitas usus
Ganguan Defekasi
Di perlukan rangsangan yang
lebih kuat untuk mendorong
Feses Mengeras atau impaksi feses feses
A. Pengkajian
1. Identitas
Pasien
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Diagnosa masuk :
2. Riwayat keluarga
Riwayat penyakit yang dialami keluarga
3. Status kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama (saat MRS dan saat ini)
Keluhan utama yang dirasakan klien biasanya mengeluh tidak bisa
atau sulit BAB
Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan Penyakit saat ini
Riwayat keluhan pasien dari masuk rumah sakit sampai saat
pengkajian. Biasanya pasien mengeluh tidak bias atau sulit untuk
BAB, pengeluaran feses yang tidak tuntas, feses yang keras, kering
dan banyak. Perasaan penuh dan BAB yang tidak tuntas
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Upaya klien untuk mengatasi keluhannya
b. Status Kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah dialami
Riwayat penyakit klien
Pernah dirawat
Riwayat pernah rawat inap sebelumnya
Riwayat alergi :
Kebiasaan :
12
Merokok
Minum kopi
Penggunaan Alkohol
Lain-lain:
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga yang diderita
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
13
Ambulasi ROM
f. Pola kognitif-perseptual
Kaji nyeri yang dialami klien dengan PQRST
i. Pola peran-hubungan
Kaji hubungan klien dengan keluarga, lingkungan, pekerjaan.
k. Pola keyakinan-nilai
Kaji bagaimana pola keyakinan dan nilai yang dianut klien terkait
dengan kondisi sakit, apakah pasien mencari bantuan spiritual selama
sakit.
14
a Keadaan umum: Keadaan umum baik, sedang, lemah atau penurunan
kesadaran
b Pemeriksaan integument:
1) Kulit: Umumnya tidak ada kelainan, atau turgor kulit kurang
2) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis.
3) Rambut : umumnya tidak ada kelainan.
4) Pemeriksaan kepala dan leher:
Kepala: bentuk normocephalik
Wajah: Umumnya tidak ada kelainan
Leher Umumnya tidak ada kelainan
a Pemeriksaan dada: Umumnya tidak ada kelainan
b Pemeriksaan abdomen: Didapatkan penurunan peristaltik usus yang
kurang, terdapat penumpuka dan pemadatan feses.
c Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus: Umumnya tidak ada kelainan
d Pemeriksaan ekstremitas: umumnya tidak ada kelainan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Konstipasi
2. Defisit Nutrisi
3. Nyeri Akut
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
15
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o keperawatan
1 KONSTIPAS Setelah dilakukan asuhan Manajemen Konstipasi
I
keperawatan ….. x ….. jam, Observasi :
diharapkan pasien memenuhi - Periksa tanda dan gejala
kriteria sebagai berikut: konstipasi
- Periksa pergerakan
Eliminasi Fekal
usus, karakteristik feses
Kontrol pengeluaran (konsistensi,
feses meningkat bentuk,volume, dan
Tidak mengeluh warna)
defekasi lama dan - Identifikasi faktor
sulit risiko konstipasi (mis.
Tidak mengejan saat Obat-obatan, tirah
defekasi baring, dan diet rendah
Tidak distensi serat)
abdomen - Monitor tanda dan
Tidak teraba massa gejala rupture usus
pada rektal dan/atau peritonitis
Tidak nyeri abdomen Terapeutik :
Tidak kram abdomen - Anjurkan diet tinggi
serat
- Lakukan masase
abdomen
- Lakukan evakuasi feses
secara manual
- Berikan enema atau
irigasi
Edukasi :
- Jelaskan etiologi
masalah dan alas an
tindakan
- Anjurkan peningkatan
16
asupan cairan
- Latih buang air besar
secara teratur
- Ajarkan cara mengatasi
konstipasi/impaksi
Kolaborasi :
- Konsultasi dengan tim
medis tentang
peningkatan/penurunan
frekuensi suara usus
- Kolaborasi penggunaan
obat pencahar bila perlu
Manajemen Eliminasi
Fekal
Observasi :
- Identifikasi masalah
usus dan penggunaan
obat pencahar
- Identifikasi pengobatan
yang berefek pada
kondisi gastrointestinal
- Monitor BAK (mis.
Warna, frekuensi,
konsistensi, volume)
- Monitor tanda dan
gejala diare, konstipasi,
impaksi
Terapeutik :
- Berikan air hangat
setelah makan
- Jadwalkan waktu
17
defekasi Bersama
pasien
- Sediakan makanan
tinggi serat
Edukasi :
- Jelaskan jenis makanan
yang membantu
meningkatkan
keteraturan peristaltik
usus
- Anjurkan pengurangan
asupan makanan yang
meningkatkan
pembentukan gas
- Anjurkan mengonsumsi
makanan yang tinggi
serat
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
obat supositoria
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi :
keperawatan selama….nutrisi Observasi :
kurang teratasi dengan - Identifikasi status
indikator: nutrisi
Albumin serum - Identifikasi alergi dan
Pre albumin serum intoleran makanan
18
Jumlah limfosit penggunaan selang
nasogatrik
- Monitor asupan
makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Mandiri :
- Lakukan oral hygiene
sebelum kanan, jika
perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis
poramida makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk
19
jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antlemetik) jika
perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu.
20
nyeri
- Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
- Identifikasi
pengaruh nyeri
terhadap kualitas
hidup
- Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
- Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Mandiri :
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat
tidur
- Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,
periode, dan
21
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari
kebiasaan normal. Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses
kurang, atau fesesnya keras dan kering. Konstipasi bisa terjadi di mana saja, dapat
terjadi saat bepergian, misalnya karena jijik dengan WC-nya, bingung caranya
buang air besar seperti sewaktu naik pesawat dan kendaraan umum lainnya.
Penyebab konstipasi bisa karena faktor sistemik, efek samping obat, faktor
neurogenik saraf sentral atau saraf perifer. Bisa juga karena faktor kelainan organ
di kolon seperti obstruksi organik atau fungsi otot kolon yang tidak normal atau
kelainan pada rektum, anak dan dasar pelvis dan dapat disebabkan faktor idiopatik
kronik. Mencegah konstipasi secara umum ternyata tidaklah sulit. Kuncinya
adalah mengonsumsi serat yang cukup. Serat yang paling mudah diperoleh adalah
pada buah dan sayur.
B. Saran
Saran dari kami tim penulis adalah sebaiknya bagi penderita kuncinya adalah
dengan mengonsumsi makanan yang berserat.
23
DAFTAR PUSTAKA
Joyce M. Black & Jane Hokanson Hawks. 2016 keperawatan Medikal Bedah
Mansjoer, A dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
24