Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran nafas yang memberikan gejala-gejala
batuk, mengi, dan sesak nafas (Somantri,2009). Asma atau sesak nafas merupakan suatu
penyakit penyumbatan saluran pernafasan yang disebabkan oleh alergi bulu, debu, atau
tekanan psikologis dan asma bersifat menurun. Pada penderita asma yang serius, terlihat
dengan jelas bahwa anak mengalami kesulitan bernafas. Nafasnya tersengal-sengal dan
berbunyi mengi, pada kondisi terburuk, badan bagian atas anak akan menegang karena
berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas (Pratyahara,2011).
Latihan nafas dalam adalah bernafas dengan berlahan dan menggunakan diafragma, sehingga
memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Tujuan nafas
dalam adalah untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk
mengurangi kerja bernafas, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi
otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktifitas otot-otot pernafasan yang tidak
berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan, mengurangi udara yang
terperangkap serta mengurangi kerja bernafas. Asma disebabkan oleh beberapa faktor,
penyebab asma terbanyak yaitu karena faktor ekstrinsik yang disebabkan karena adanya
alergen seperti serbuk sari, debu, polusi, bulu binatang, makanan dan alergi lain. Asma juga
dapat disebabkan karena faktor instrinsik seperti emosi, perubahan suhu dingin, infeksi
traktus respiratorius, latihan berat, stres, dan faktor genetik. Obstruksi saluran pernafasan
merupakan gangguan fisiologis terpenting pada asma akut. Keluahan utama pada pasien
asma adalah nafas pendek, ekspirasi yang memanjang, retraksi dada, whezing, batuk-batuk,
sianosis, sulit tidur dan tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan pneumotoraks,
kegagalan jantung, infeksi pernafasan, gangguan emosional dan bahkan kematian
(Pratyahara, 2011).
Berdasarkan organisasi kesehatan sedunia (WHO) (2009), memperkirakan antara juta
penduduk di dunia penyandang asma dan diperkirakan jumlahnya terus bertambah sekitar
setiap tahunnya. Penyakit asma banyak diderita oleh anak-anak khususnya anak di bawah
usia tima tahun. Asma menyebabkan kehilangan 16% hari sekolah pada anak-anak di Asia,
34% anak-anak di Eropa dan 40% anak-anak di Amerika Serikat (Rusmono,2010).
Gangguan oksigenasi yang dialami anak dengan asma yang dirawat di rumah sakit adalah
distress pernafasan yang ditandai dengan nafas cepat, dalam, retraksi dada, nafas cuping
hidung dan disertai stridor (WHO, 2009).
Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret merupakan kendala yang juga sering dijumpai
pada anak usia bayi sampai dengan usia prasekolah karena pada usia tersebut reflek batuk
masih lemah. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
adalah fisioterapi dada yang meliputi postural drainage, vibrasi dan perkusi (Potter & Perry,
2009). Oleh sebab itu munculah permasalahan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada
pasien asma karena peningkatan produksi mukus pada saluran pernafasan. Masalah tersebut
harus segera ditangani dan mendapatkan perawatan, tujuan perawatan asma adalah untuk
menjaga agar asma tetap terkontrol yang ditandai dengan penurunan gejala asma yang
dirasakan atau bahkan tidak sama sekali, sehingga penderita dapat melakukan aktivitas tanpa
terganggu oleh asmanya. Gejala asma dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang
dilakukan secara lengkap, tidak hanya dengan pemberian terapi farmakologis tetapi juga
menggunakan terapi nonfarmakologis yaitu dengan cara mengontrol gejala yang timbul serta
mengurangi keparahan gejala asma yang dialami ketika terjadi serangan (Wong, 2008).
Terapi non farmakologis yang umumnya digunakan untuk pengelolaan asma adalah dengan
melakukan terapi bernafas. Terapi bernafas betujuan untuk melatih cara bernafas yang benar,
melatih ekspektorasi yang efektif, meningkatkan sirkulasi, mempercepat dan
mempertahankan pengontrolan asma yang ditandai dengan penurunan gejala dan peningkatan
kualitas hidup bagi penderitanya (Nugroho, 2012).
Terapi bermain yang dapat digunakan dirumah sakit untuk memperlancar pernafasan dan
mempertahankan pola nafas anak tetap normal yaitu dengan bermain meniup seperti meniup
gelombung busa, balon, bola kapas dan lain-lain. Balon lebih mudah digunakan karena
bentuknya elastis sehingga lebih efektif jika dilakukan untuk terapi nafas dalam. Balon
memiliki warna yang menarik sehingga membuat anak-anak tertarik dalam melakukan terapi
nafas dalam dan anak dapat memilih warna kesukaan mereka. Sebelum terapi meniup balon
dilakukan, pasien terlebih dahulu diukur fungsi paru-parunya dengan menggunakan alat peak
flow meter lalu diberi perlakuan yaitu dengan memberikan terapi meniup balon. Setelah
diberikan perlakuan, pasien kembali diukur fungsi paru-parunya dengan menggunakan alat
yang sama yaitu peak flow meter.
Peak flow meter sering digunakan oleh pasien asma untuk mengukur jumlah udara yang
dapat dihembuskan dari paru-paru. Jika saluran nafas menyempit atau tersumbat karena
asma, nilai peak flow akan menurun karena pasien tidak dapat menghembuskan udara
dengan sempurna. Peak flow meter berguna untuk memonitor pasien asma sepanjang waktu
dan dapat untuk menentukan apakah pengobatan asma berhasil atau tidak.

1.2 Tujuan
1. Melatih ekspansi paru dan kedalaman pernafasan.
2. Melatih motorik halus dan kasar
3. Menyalurkan emosi dan perasaan anak
4. Mengembangkan kecerdasan
5. Melatih kerjasama antara diri sendiri dan lingkungan
6. Melatih daya imajinasi
7. Kemampuan membedakan benda disekitarnya
8. Melatih kepercayaan diri dan kemandirian anak
1.3 Sasaran
1. Anak usia 3 tahun
2. Anak dengan penyakit asma di Rumah Sakit
3. Anak yang kooperatif
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran
Anak usia 3 tahun, dikhususkan jenis permainan ini untuk anak-anak dengan asma,
sehingga dapat melatih pengembangan paru mereka dan kedalaman pernafasan, metode
ini cocok untuk usia diatas karena anak-anak masih dalam fase dimana mereka masih
dalam dunia bermain, sehingga selain bermain.
B. Analisa kasus

C. PRINSIP BERMAIN
Menurut Dian Adriana (2017), prinsip bermain dirumah sakit adalah :
1. Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang dijalankan
2. Tidak membutuhkan energi yang banyak
3. Harus mempertimbangkan keamanan anak
4. Dilakukan pada kelompok umur yang sama
5. Melibatkan orang tua atau keluarga

D. KARAKTERISTIK PERMAINAN
Adapun karakteristik dalam setiap tahap usia tumbuh kembang anak (Ridha,2014):
a. Usia 0-1 tahun
Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflex,
melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam berkoordinasi,
melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan, melatih mengenal asal suara,
kepekaan perabaan, ketrampilan dengan gerakan yang berulang, sehingga fungsi
bermain pada usia ini sudah dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.
Jenis permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain : benda atau permainan
yang aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk muka, boneka
orang dan binatang, alat permainan yang dapat digoyang dan menimbulkan suara,
alat permainan berupa selimut, boneka dan lain-lain.
b. Usia 1-2 tahun
Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini bertujuan untuk melatih anak
melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi,
melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan beberapa
bunyi dan mampu membedakannya. Jenis permainan ini seperti semua alat
permainan yang dapat didorong dan ditarik, berupa alat rumah tangga, balok-
balok, buku bergambar, kertas, pensil berwarna, dan lain-lain.
c. Uaia 3-6 tahun
Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya dan
sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan
kemampuan menyamakan dan membedakan , kemampuan berbahasa,
mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan
koordinasi motorik, mengembangkan dan mengontrol emosi, motorik kasar dan
halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan
memperkenalkan suasana kompetensi serta gotong royong. Sehingga jenis
permainan yang dapat digunakan pada anak usia ini seperti benda-benda sekitar
rumah, buku ganmbar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar
melipat, gunting dan air.

BAB III

METODOLOGI BERMAIN

Judul permainan : Straw Blow Painting

Diskripsi permainan : Anak difasilitasi buku bergambar, cat air , kuas, air dan sedotan.

Pertama, anak dipandu untuk mencampur cat air dan air setelah itu anak
memberi warna dasar dan gambar, anak meniup dengan sedotan pada
gambar tersebut agar cepat kering dan bisa segera ditambah variasi warna
lain pada gambar tersebut. Hal tersebut dapat melatih beberapa hal pada
anak, antara lain melatih kreativitas anak, menyalurkan emosi anak, dan
yang paling penting dapat melatih ekspansi paru dan kedalaman
pernafasan.

Ketrampilan :

1. Kreativitas

Melalui permainan ini ank menjadi kreatif, karena anak berfikir bagaimana
cara mencampur cat air dan warna apa yang cocok untuk menggambar.

2. Intelektual

Anak berfikir tentang bagaimana cat air bisa cepat kering agar bisa
ditambah variasi warna lain.

3. Kemampuan dalam melatih pernafasan

Kemampuan dalam melatih pernafasan ketika meniup gambar dengan


sedotan.

Jenis permainan : jenis permainan anak usia 3 tahun dengan asma yaitu Straw Blow
Painting

Alat dan Bahan : 1. Kertas bergambar

2. Cat air

3. Kuas , tempat cat air

4. Sedotan

Waktu : Pada saat pagi,siang atau sore hari saat anak bermain dan mereka tidak
sedang istirahat

Proses bermain :

1. Memilih pasien sesuai dengan kriteria ( yang mempunyai penyakit asma)


2. Kita memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud serta tujuan permainan
3. Menjelaskan langkah prosedur, manfaat serta resiko nya bahwa yang dilakukan tidak
membahayakan anak
4. Meminta persetujuan pada orang tua anak
5. Mempersiapkan alat
6. Memberikan contoh cara meniup mainan tersebut
7. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mencoba mainan
8. Mengatur posisi setengah duduk dikursi atau ditempat tidur
9. Mendampingi pasien saat memainkan permainan tersebut
10. Memberikan pujian pada pasien
11. Merapikan anak dan alat-alat
12. Memberikan salam penutup dan berpamitan

Hal-hal yang perlu di waspadai :

1. Anak merasa bingung bagaimana harus mewarnai dan warna apa yang cocok untuk gambar.

2. Anak merasa bosan dengan permainan sehingga tidak.mau melanjutkan permainan sampai
selesai

3. Anak merasa takut dengan leader yang bersamanya atau merasa malu sehingga tidak mau
melakukan permainan

Antisipasi meminimalkan hambatan :

1. Lakukan pendekatan terlebih dahulu kepada anak agar anak tidak merasa takut ataupun malu
sehingga mau melakukan permainan.

2. Tuntun anak agar tidak melakukan permainan secara baik dan benar.

3. Jika anak merasa bosan, selingi dengan pembicaraan ringan yang bertujuan agar anak tetap
tertarik pada permainan.

Pengorganisasian
1. Leader

2. Observer

Skema

Sistem evaluasi

Dengan melakukan permainan Straw Blow Painting diharapkan adanya peningkatan dalam
kemampuan bernafas, terutama ekspansi paru dan kedalaman bernafas, selain itu juga
meningkatkan perkembangan motorik, intelektual, dan kreativitas anak. Sebagai indikator
keberhasilan dimana anak mampu mewarnai gambar dengan baik dan benar juga anak dapat
meniup gambar dengan baik sehingga benar-benar kering dan dapat ditindih oleh warna lain
sehingga warna dasar dan warna tambahan tidak tercampur.

Bab IV

Pelaksanaan Terapi Bermain

Terapi bermain dilaksanakan di dalam ruang bermain anak, waktu pelaksanaan terapi bermain
pada pukul 09:00-09:30 WIB selama proses bermain didapatkan hasil bahwa anak- anak mampu
mewarnai gambar dengan baik dan benar, selain itu anak mampu mengeringkan gambar dengan
menggunakan sedotan sehingga dapat kering sempurna sebelum ditambah warna lain untuk
variasinya sehingga warna dasar dan warna tambahan tidak tercampur.

Bab V

Penutup

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain bagi anak dengan asma tidak bisa dipisahkan dengan
bermain pada anak yang sehat. Disini digunakan permainan yang dapat menghibur dan
memfasilitasi anak juga dapat bermanfaat sehubungan dengan sakitnya yaitu prningkatan
ekspansi paru dan kedalam pernafasan. Tetapi anak masih perlu dalam pengawasan karena bisa
saja anak tersedak dalam meniup dengan sedotan, jadi diperlukan interuksi dan pengawasan agar
permainan dapat berjalan sesuai harapan dan tujuan dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai