Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL TERAPI BERMAIN

Membuat Pompom Tiup dan Belajar Mengenal Warna

Disusun untuk memenuhi tugas Modul Keperawatan Anak II

Dosen Pengampu Ns KustatiBudi Lestari, M.Kep

Oleh :

Kelompok 1B

Ovi Wijayanti 11151040000054

Hilda Hidayani 11151040000055

Nurfitri Annisa 11151040000056

Nida Fauziyah 11151040000057

Ani Selfi Yulianti 11151040000059

Rahmah Zaidah 11151040000114

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut the National Association for the Education of Young


Children (NAEYC), pendidikan prasekolah dimasukkan dalam early
childhood settings (tatanan masa kanakkanak awal), yaitu layanan untuk
anakanak sejak lahir sampai dengan usia 5 tahun disuatu pusat
penyelenggaraan, rumah, atau institusi, seperti Taman Kanak-kanak (TK),
baik yang sifatnya full day school (sekolah sehari penuh) maupun paruh
waktu. Di dalamnya termasuk early childhood education (pendidikan masa
kanak-kanak awal) yang terdiri dari pelayanan yang diberikan dalam tatanan
masa kanakkanak awal.
Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena
adanya perubahan atau gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap
lingkungan. Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang
tampak pada anak. Anak yang dirawat di rumah sakit akan mudah
mengalami krisis dan masalah seperti anak mengalami stress, dan anak
mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping. Reaksi anak
dalam mengatasi krisis tersebut dipengaruhi oleh tingkat perkembangan
usia, pengalaman sebelumnya terhadap proses sakit dan dirawat, system
dukungan (support system) yang tersedia, serta ketrampilan koping dalam
menangani stress (Wong, 2009). Hospitalisasi juga menimbulkan beberapa
dampak pada anak di antaranya seperti dapak perpisahan, kehilangan
control, sakit/nyeri, dan beberapa akibat dari dampak hospitalisasi tersebut
ialah anak merasa putus asa, menimbulkan reaksi protes, tidak kooperatif,
depresi (Wong, 2004). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi cemas
pada anak yang dirawat dirumah sakit, antara lain: akibat perubahan status
kesehatan maupun lingkungan dalam kebiasaan sehari-hari, keterbatasan
dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-
kejadian yang bersifat menekan (Whaley & Wong, 1998 dalam Nursalam,
2005). Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak sekolah
dasar. Dengan bermain anak dapat mengenal lingkungan, berinteraksi, serta
mengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik.
Pada dasarnya anak-anak gemar bermain, bergerak, bernyanyi dan
menari, baik dilakukan sendiri maupun berkelompok. Bermain adalah
kegiatan untuk bersenang-senang yang terjadi secara alamiah. Anak tidak
merasa terpaksa untuk bermain, tetapi mereka akan memperoleh
kesenangan, kanikmatan, informasi, pengetahuan, imajinasi, dan motivasi
bersosialisasi
Bermain memiliki fungsi yang sangat luas, seperti untuk anak,
untuk guru, orang tua dan fungsi lainnya.bagi anak. Dengan bermain dapat
mengembangkan fisik, motorik, sosial, emosi, kognitif, daya cipta
(kreativitas), bahasa, perilaku, ketajaman pengindraan, melepaskan
ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental ataupun gangguan perkembangan
lainnya (Riyadi & Sukarmin, 2013)
Bermain meniup dapat dianalogikan dengan latihan nafas dalam
(pursed lip breathing), merupakan suatu permainan atau aktifitas yang
memerlukan inhalasi lambat dan dalam waktu untuk mendapatkan efek
terbaik. Dengan teknik tersebut maka ekspansi alveolus pada semua lobus
dapat meningkat, dan tekanan didalamnya pun meningkat. Tekanan yang
tinggi dalam alveolus dan lobus dapat mengaktifkan silia pada saluran napas
untuk mengevaluasi sekret keluar dari jalan nafas, sehingga jalan nafas
menjadi lebih efektif. Membersihkan sekret dari jalan nafas berarti akan
menurunkan tahanan jalan nafas dan meningkatkan ventilasi, yang pada
akhirnya memberikan dampak terhadap proses perfusi dan difusi oksigen ke
jaringan (Sutini, 2011).
Alat yang digunakan berupa mainan yang disebut tiupan lidah.
Cara meniupnya menggunakan teknik pursed lip breathing, yaitu anak
bernafas dalam ekshalasi melalui mulut, dengan mulut dimonyongkan dan
mencucu dan dikerutkan sehingga mainan yang tadinya tergulung setelah
ditiup menjadi mengembang dan panjang karena terisi udara. Meniup
dilakukan terus menerus sebanyak 30x dalam rentang waktu 10-15 menit an
setiap tiupan diselingi dengan istirahat (nafas biasa). Posisi anak saat
bermain adalah duduk atau bersandar dengan posisi setengah duduk diatas
tempat tidur atau kursi (Sutini, 2011).
Status oksigen yang dipengaruhi oleh aktifitas bermain meniup
pompom tiup diantaranya :
1. Heart rate (HR), rata-rata denyut jantung atau nadi yang dihitung dalam
satu menit.
2. Respiratory rate (RR), rata-rata jumlah pernafasan yang dihitung dalam
satu menit.
3. Saturasi oksigen, hasil pengukuran oksigen yang tersaturasi oleh HB
atau hasil pengukuran terhadap oksigen jaringan perifer.

2.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Mengaplikasikan tindakan terapi bermain meniup pompom tiup pada
anak preschool dengan masalah pola nafas tidak efektif.
b. Tujuan khusus
1. Mengajak anak bermain agar anak tidak merasa jenuh dan stres
selama menjalani perawatan di rumah sakit.
2. Meningkatkan aliran udara saat ekspansi dengan tujuan
mengaktifkan silia pada saluran nafas untuk mengevakuasi sekret
yang ada pada jalan nafas menuju bronkhial dan trakhea.
3. Menurunkan frekuensi RR dan meningkatkan frekuensi HR serta
meningkatkan SaO2.
4. Mengasah motorik halus dengan membuat mainan pompom tiup
5. Melatih kognitif anak dengan bermain memasukan bola kedalam
wadah sesuai dengan warna
6. Belajar mengenal warna dan berhitung
7. Dapat memahami dan mengerjakan instruksi yang diberikan
2.3 Sasaran
Anak preschool dengan rentang usia 3-5 tahun yang mengalami
masalah pola nafas tidak efektif.
BAB II

DESKRIPSI KASUS

2.1 Karakteristik Sasaran

Anak usia 3-5 tahun (pra sekolah) dirawat dengan masalah


keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi di
Ruang Melati No 30 RSUD Kota Tangerang. Keluhan utama yang dirasakan
klien adalah sesak napas dan batuk-batuk, dahak susah keluar. Riwayat
penyakit sekarang ibu mengatakan anaknya dibawa ke poli anak RSUD
Kota Tangerang pada tanggal 04 September 2017 pada pukul 09.00 WIB
karena sesak napas, napas berbunyi ngik-ngik, batuk-batuk dan dahak susah
keluar.

Ibu klien mengatakan bahwa anaknya pernah mengalami sesak


napas sebelumnya tetapi hanya berobat ke dokter dan belum pernah dirawat
dirumah sakit, tidak memiliki riwayat alergi, anaknya sudah mendapatkan
imunisasi dasar lengkap, yaitu : BCG, DPT, polio, campak, hepatitis.

Dari hasil pemeriksaan hari ke 4 didapatkan nadi 112 x/ menit,


respirasi rate 32 x/menit, tekanan darah 100/80 mmHg dan suhu 36,5 C,
SO 97%. Tidak terpasang infus. Terapi yang diberikan saat ini adalah terapi
nebulizer untuk mengurangi sesak napas, salbutamol 3 x 1 mg,
methylprednisolone 3 x 2 mg.

2.2 Prinsip Bermain

Menurut Ridha (2014), prinsip bermain di rumah sakit adalah :

a. Tidak membutuhkan banyak energi


b. Waktunya singkat
c. Mudah dilakukan
d. Aman
e. Kelompok umur yang sama atau sebaya
f. Tidak bertentangan dengan terapi dan melibatkan keluarga
BAB III

METODOLOGI BERMAIN

3.1 Deskripsi Bermain

Bermain meniup dapat dianalogikan dengan latihan nafas


dalam (pursed lip breathing), merupakan suatu permainan atau aktivitas
yang memerlukan inhalasi lambat dan dalam waktu untuk mendapatkan
efek terbaik. Dengan tehnik tersebut maka ekspansi alveolus pada
semua lobus dapat meningkat, dan tekanan didalamnya pun meningkat.
Tekanan yang tinggi dalam alveolus dan lobus dapat mengaktifkan silia
pada saluran nafas untuk mengevakuasi secret keluardari jalan nafas,
sehungga jalan nafas menjadi lebih efektif. Membersihkan secret dari
jalan nafas berarti akan menurunkan tahanan jalan nafas dan
meningkatkan ventilasi. Yang pada akhirnya memberikan dampak
terhadap proses perfusi dan difusi oksigen ke jaringan. Posisi anak saat
bermain adalah duduk atau bersandar dengan posisi setengah duduk
diatas tempat tidur atau kursi. (sutini, 2011).

3.2 Tujuan Permainan

1. Melatih motorik halus. Anak mendapat kesempatan untuk


memegang/menjepit alat tiup, sehingga koordinasi jari-jarinya terlatih
dan kemampuan motorik halusnya pun terstimulasi
2. Kemampuan pergerakan mata mengikuti arah benda juga terstimulasi
ketika mainan (roket/gelembung/pompom) tertiup ke atas dan jatuh ke
bawah atau melayang-layang di udara
3. Koordinasi mata dan tangan. Anak membutuhkan latihan untuk dapat
menghubungkan antara apa yang dia lihat dengan apa yang dilakukan
tangannya agar pergerakan tangannya akurat, misal ketika memasukkan
sedotan ke roket, pompom ke dalam corong.
4. Kemampuan pergerakan oral. Kemampuan meniup jelas akan melatih
pergerakan area mulut anak
5. Kemampuan bicara. Terutama dalam melatih penyebutan huruf 'b' dan
'p'
6. Menambah kosakata, seperti kata 'tiup', 'terbang', 'sedotan', 'roket',
'gelembung', 'pompom'.

3.3 Ketrampilan yang Diperlukan

Dalam permainan ini anak berperan dalam memegang alat,


memperhatikan, mengikuti atau mendemonstrasikan yang dilakukan oleh
perawat sedangkan perawat berperan dalam memberikan contoh untuk
bermain. Saat bermain perawat harus memperhatikan keadaan umum anak
serta dapat member pujian apabila anak dapat melakukan permainan dengan
benar. Keterampilan yang didapat dari permainan ini diantaranya meniup,
memegang, mengkoordinasikan anatar mata dengan tangan.

3.4 Jenis Permainan

Jenis permainan pada usia preschool (3-5 tahun) anak sudah mulai
mampu mengembangkan kreativitasnya dan sosialisasi sehingga sangat
diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan
menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan
kecerdasan menumbuhkan sportifitas, mengembangkan mengembangkan
koordinasi motorik, mengembangkan dan mengontrol emosi, motorik kasar
dan halus memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan
mengenalkan suasana kompetensi gotong royong. Sehingga jenis permainan
yang dapat digunakan pada anak usia ini berbeda-beda (Ridha, 2014).Pada
kasus ini jenis permainan yang akan digunakan adalah membuat pompom
tiup dan belajar mengenal yang termasuk pada permainan sosial dan skill
play.

Permainan Sosial
Dasar dari semua aktivitas permainan sosial adalah adanya interaksi
antara dua orang atau lebih. Pentingnya bermain sosial
1. Mendorong anak belajar berbagai bentuk karakter orang lain
2. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi
3. Mendorong anak menjadi ramah dan mudah bergaul
4. Membantu anak mengembangkan persahabatan
Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh
keterampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-
ulang misalnya mengendarai sepeda.
3.5 Alat Permainan

- Gunting
- Bola plastik
- Sedotan plastik
- Kertas Origami
- Tutup Gelas
- Benang Wol
- Sarung Tangan Latex
- Double tip
- Solasi
- Lem
- Penggaris
- Pensil berwarna
- Kardus

3.6 Proses Permainan

1. Bermain Bola Tiup


Klien diajarkan untuk membuat mainan terlebih dahulu, dengan
pengarahan. Mainan terbuat dari kertas origami yang dibentuk seperti
kerucut, kemudian ujung kerucut dibuat lubang seukuran dengan sedotan
plastik. Setelah itu, sambungkan origami dengan sedotan plastik. Letakan
bola plastik didalam kerucut kemudian klien diminta untuk meniup
sedotan plastik, terapis mengarahkan klien untuk menjaga bola yang
tertiup dan melayang di atas kerucut agar tidak jatuh atau keluar dari
dalam kerucut.
2. Bermain Memasukan Bola Kedalam Kotak
Klien di arahkan untuk memasukan bola plastik kedalam kotak yang
warnanya sama dengan bola plastik. Siapa diantara klien yang paling
banyak memasukan bola kedalam kotak akan menerima reward dari
terapis.

3.7 Waktu Pelaksanaan

No. Waktu Terapis Anak Ket


1. 5 menit Pembukaan :
- Co-Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri Mendengarkan
terapis Mendengarkan
- Memperkenalkan Mendengarkan dan
pembimbing saling berkenalan
- Memperkenalkan anak
satu persatu dan anak
saling berkenalan
- Kontrak waktu dengan Mendengarkan
anak

2. 15 menit Kegiatan Bermain ;


- Leader mejelaskan cara Mendengarkan
permainan
- Menanyakan kepada Menjawab pertanyaan
anak, anak mau bermain
atau tidak
- Membagikan permainan Menerima permainan
- Leader, co-leader, dan Bermain
fasilitator memotivasi
anak
- Fasilitator mengobservasi Bermain
anak
- Menanyakan perasaan Mengungkapkan
anak perasaan
3. 10 menit Penutup :
- Leader menghentikan Selesai bermain
permainan
- Menanyakan perasaan Mengungkapkan
anak perasaan
- Menyampaikan hasil Mendengarkan
permainan
- Memberikan hadiah pada Senang
anak yang memasukan
bola lebih banyak dan
tepat
- Memberikan Senang
souvenir/kenang-
kenangan pada semua
anak yang bermain
- Menanyakan perasaan Mengungkapkan
anak perasaan
- Co-leader menutup acara Mendengarkan
- Mengucapkan salam Menjawab salam

3.8 Hal-hal yang Perlu Diwaspadai

- Waktu penyajian dengan pertimbangan gaya pikir, rentang konsentrasi


dan daya tangkap anak.
- Waspadai adanya kelelahan dan sesak nafas.
- Rasa takut pada anak yang menyebabkan tidak berani mengekspresikan
hal yang mereka rasakan.
-
3.9 Antisipasi Minimal Hambatan

a. Anak berselisihan

Antara anak yang berselisih dilerai.

Tanyakan penyebab perselisihan yang terjadi.

Jika tidak berhasil libatkan pendamping atau orangtua.

b. Anak menangis

Mendekati anak dan menghibur anak.

Berusaha menenangkan anak dan memberi mainan.

Libatkan pendamping atau orangtua.

c. Anak marah

Meredam emosi dengan mengajak anak bercanda.

Menanyakan penyebab marah.

d. Anak pasif

Perawat memotivasi anak untuk ikut bermain dengan memberikan


pujian

e. Anak bermain sendiri

Anak dibimbing untuk mengikuti permainan.

Membujuk anak untuk mau bergabung dengan teman yang lain.

f. Anak kelelahan dan sesak nafas

Perawat memberikan terapi bermain yang kegiatan nya tidak terlalu


berat

Waktu penyajian yang efektif


3.10 Perorganisasian

a. Leader: Farah Nur Azizah

b. Co-leader: Ani Selfi Yulianti

c. Observer: Nurfitri Annisa

d. Anak usia 5 tahun: Nida Fauziah

e. Anak usia 4 tahun: Rahmah zaidah dani

f. Ibu anak usia 5 tahun: Ovi Wijayanti

g. Ibu anak usia 4 tahun: Hilda Hidayani

3.11 Sistem Evaluasi

1. Evalusi Struktur

Anak hadir di ruangan 2 orang.

Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di RSUD Kota


Tangerang bangsal melati no 30

Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan


sebelumnya

Alat-alat yang digunakan lengkap

Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi Proses

Anak antusias dalam terapi bermain meniup bola (pompom


tiup) dan permainan memasukan bola ke wadah sesuai dengan
warna

Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir

Terapi dapat berjalan dengan lancar


Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik

Tidak adanya hambatan selama terapi berlangsung

Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja


sesuai tugasnya

3. Evaluasi Hasil

Anak merasa senang dan gembira

Kecemasan/kejenuhan anak berkurang

Terapi bermain berjalan dengan lancar

Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik

Anak tidak takut lagi dengan perawat

Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai

Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan


aktifitas bermain

Anak dapat mengasah motorik halus dengan bermain meniup


(pompom tiup) dan melatih kognitif anak dengan bermain
memasukkan bola ke dalam wadah sesuai dengan warna
BAB IV
SUSUNAN PELAKSANAAN

4.1 Pembagian Tugas


a. Leader : Farah Nur Azizah
Tugas :
Membuka acara dan memperkenalkan nama nama terapis (orang
yang bertugas memberikan terapi)
Menjelaskan tujuan terapi bermain
Menjelaskan aturan terapi bermain
b. Co leader : Ani Selfi Yulianti
Tugas :
Membantu leader dalam mengorganisir kegiatan
Menyampaikan jalannya kegiatan
Menyampaikan informasi dari observer ke leader dan sebaiknya
c. Observer: Nurfutri Annisa

Tugas :

Mengevaluasi jalanya kegiatan


Membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi
yang direkam dalam bentuk nilai tertentu sebagai refleksi dari
penilaian skala observasi terapi bermain
Anak 1: Nida Fauziyah, dengan karakter kooperatif, tidak rewel,
mudah beradaptasi, mandiri, kemauan untuk tahu dan bisa tinggi,
bisa diajak bekerjasama
Anak 2: Rahmah Zaidah, dengan karakter pasif, rewel, mudah
menangis ketika tidak bisa meniru hal yang dicontohkan, belum
bisa mandiri (masih didorong oleh orang tuanya), pendiam,
memerlukan waktu yang sedikit lama untuk beradaptasi
Tugas:
Mengikuti jalannya bermain
Dapat mengikuti kegiatan bermain hingga selesai
Menunjukkan perkembangan yang signifikan daripada hasil
bermain
d. Ibu 1: Ovi Wijayanti, dengan karakter ibu yang perhatian, sabar,
mengajari anaknya dengan lembut tanpa emosi atau kekerasan
Ibu 2: Hilda Hidayani, dengan karakter ibu yang emosional, tidak sabar
dalam mengajari anaknya
Tugas:
Membantu anak dalam melakukan kegiatan terapi bermain
Membantu mengkoordinasikan agar terapi bermain dapat
dilakukan seefektif mungkin dan memberikan dampak positif
bagi anak
Membantu penyesuaian anak dengan lingkungan baru
4.2 Setting Tempat

Keterangan :
Keterangan :

: R. Melati No. 30

: Tempat tidur anak

: Observer

: Ibu anak 1

: Anak 1

: Ibu anak 2

: Anak 2

: Leader

: Co-Leader

: Penguji

: tempat bermain (kasur lantai)


DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba. Medika.

Ridha, H Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Riyadi S & Sukarmin . 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak Edisi 2. Yogyakarta :
Graha Ilmu

Sutini, Titin. 2011. Tesis Pengaruh Aktivitas Bermain Meniup Tiupan Lidah
Terhadap Status Oksigenasi Pada Anak Usia Prasekolah Dengan
Pneumonia di Rumah Sakit Islam Jakarta. Depok : Universitas
Indonesia.

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan PediatrikWong Edisi 5. Jakarta :


EGC

Anda mungkin juga menyukai