Anda di halaman 1dari 4

JURNAL 1 (DIAN)

Dari studi laboratorium dan uji klinis, madu murni memiliki aktivitas bakterisidal yang dapat
melawan beberapa organisme enteropathogenic, termasuk diantaranya spesies dari
Salmonella, Shigella dan E.Coli. (Kristianasari, 2011).

Penelitian Dian: dengan menggunakan metode Quasy Eksperimental dengan Post Test Only
Control Group dengan sampel balita berusia 1-5 tahun sebanyak 40 anak balita. Penelitian ini
menggunakan uji statistik mutivariat dua variabel dengan uji Mann-Whitney U-Test sebagai
penguji hipotesis.

Hasil:

- Kelompok eksperimen yang diberikan madu menunjukkan penurunan frekuensi dan


tingkat konsistensi diare dalam waktu 24 jam sebagian besar dengan cepat (65%)
- Kelompok kontrol yang tidak diberi madu penurunan frekuensi dan tingkat
konsistensi diare dalam waktu 24 jam sebagian besar dengan lambat (40%)
- Berdasarkan hasil uji U-Test didapat hasil hitung ≤ nilai signifikan (0.032 ≤ 0.05),
artinya terdapat perbedaan lama Penurunan Frekuensi Diare antara kelompok yang
menggunakan madu dan kelompok yang tidak menggunakan madu.
- Selama penelitian anak balita degan diare baik kelompok eksperimen ataupun
kelompok kontrol tetap diberikan oralit, karena dikhawatirkan terjadi dehidrasi.

Menurut penelitian dari PC Molan bahwa madu dapat menghambat pertumbuhan E.coli,
Staphylococcus koagulase positif, Salmonella typhosa, bahkan Pseudomonas aeruginosa yang
kerap kali resisten terhadap antibiotik.

Terapi antibiotik (madu mengandung antibiotik yang bisa menghambat pertumbuhan bakteri)
menawarkan keuntungan dapat mengurangi durasi penyakit dan meningkatkan kemungkinan
awal kesembuhan klinis (Riddle MS, 2008)

Menurut penelitian dari German Institute for Quality and Efficiency in Health Care , untuk
diare ringan, beberapa ahli menyarankan orang untuk makan makanan yang memiliki
mikroorganisme khusus seperti bakteri atau ragi di dalamnya. Ini diyakini mencapai usus dan
membantu tubuh melawan kuman yang menyebabkan diare. Mikroorganisme seperti ini
sering disebut "probiotik" (IQWiG, 2010)

Madu juga mempunyai pH yang rendah hal tersebut terbukti ketika keasaman tersebut dapat
menghambat bakteri patogen yang berada dalam usus dan lambung. Dibuktikan dengan kurun
waktu 24 jam, terjadi penurunan frekuensi diare dan konsistensi diare menjadi semakin padat.
Saat dievaluasi kondisi anak balita juga semakin lama keadaaan umumnya juga semakin
membaik.

JURNAL 2 (RIKA), sebagai pendukung dari jurnal 1 (hasilnya sama)

Uji klinis pemberian madu pada anak yang menderita gastroenteritis telah diteliti, Para
peneliti mengganti glukosa didalam cairan rehidrasi oral yang mengandung elektrolit standar
seperti yang direkomendasikan WHO/UNICEF, dan hasilnya diare mengalami penurunan
yang signifikan (Pediatri, 2011).

Penelitian Rika: menggunakan metode Praeksperimen melalui pendekatan pre-test post-test


dengan kelompok kontrol. Sampel 14 anak balita yang dibagi 2 kelompok (kasus dan kontrol)
dengan analisis univariat dan bivariat.

Hasil:

- analisis uji statistik t-test berpasangan sebelum dan sesudah pemberian madu pada 7
responden kelompok kasus didapatkan nilai mean perbedaan antara frekuensi diare
sebelum diberikan madu (pre - test) dan frekuensi diare setelah diberikan madu (post -
test), maka terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi diare sebelum
diberikan madu (pre – test) dan frekuensi diare setelah diberikan madu (post – test)
dengan mengkonsumsi madu.

Madu murni merupakan sekumpulan dari sari bunga. Madu mampu mengurangi masa diare
pada penderita yang diakibatkan bakteri salmonella, shigella, dan E. coli, ini dikarenakan
khasiat madu sebagai anti bakteri. Pemberian madu bersama cairan yang digunakan dalam
pengobatan diare bisa mengurangi masa pengobatan diare bakteris dan diare nonbakteris
(Hammad, 2012).

Madu merupakan unsur pembersih, tidak membiarkan pertumbuhan dan perkembangbiakan


kuman – kuman didalam organ pencernaan, madu menurunkan kadar asam lambung,
mengurangi hasil - hasil sebagian hormon lambung dan usus yang secara langsung
berpengaruh terhadap sekresi alat – alat pencernaan organ - organ yang memicu pergerakan
lambung serta usus. Madu mengandung zat - zat antibodi, zat ini menjalankan fungsinya di
dalam saluran pencernaan dan sel – sel selaput lendir yang ada di dalamnya. Madu
mengandung unsur - unsur mineral, garam, sodium, potassium, kalsium dan magnesium serta
berbagai macam vitamin. Semua unsur ini menormalkan kerja saluran pencernaan,
menciptakan keseimbangan dalam gerakan dorong menuju usus dan mengatur arah
pergerakannya. Obat diare dengan menggunakan madu dan air gandum caranya madu 1
sendok makan dan air gandum secukupnya dicampur kemudian diminum beberapa teguk
secara berulang (Tim Darul Hadharah, 2014).

JURNAL 3 (TRI)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011) menetapkan lima pilar penatalaksanaan


diare bagi semua kasus diare pada anak balita baik yang dirawat di rumah sakit maupun
dirawat di rumah. Lima pilar tersebut adalah dengan pemberian cairan atau rehidrasi,
pemberian zink, pengobatan dietik danpemberian ASI, pengobatan kausal, dan pengobatan
simptomatik. Selain lima pilar di atas, terdapat alternatif pengobatan yang dapat digunakan
pada anak diare yaitu dengan pemberian madu.

Penelitian Tri: menggunakan desain Quasy Eksperimental secara non equivalent control
group before after design. Sampel anak balita usia 1- <5 tahun sebanyak 43 orang yang dibagi
menjadi 2 kelompok (intervensi dan kontrol). Menggunakan analisis data univariat dan
bivariat dengan uji Mann Ehitney dan t-test.

Hasil:

- analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi diare dan frekuensi
bising usus yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Kelompok intervensi memperoleh : zink, lacto B, cairan parenteral dan madu (sebanyak 2,5
ml/hari)

Kelompok kontrol memperoleh : zink, lacto B dan cairan parenteral

Madu mengandung Karboidrat, protein, mineral, vitamin B Kompleks dan vitamin C.


Vitamin C memiliki sifat sebagai anti inflamasi, anti bakteri, anti viral dan anti oksidan yang
bermanfaat untuk memerangi bakteri resisten dan virus penyebab diare (Vallianou, 2014).

Bogdanov (2011) menyatakan madu memiliki efek antivirus, efek antijamur, dan
antiparasit.Aktivitas antivirus terbukti dapat menghambat in vitro virus rubella dan
herpes.Madu memiliki aktivitas antijamur terhadap dermatofit yang menyebabkan mikosis,
epidermophyton, microsporum dan thrichophyton, spesies ini mempengaruhi manusia.
Sedangkan aktivitas antiparasit madu dapat menghambat aktivitas leishmania. Efek madu
sebagai antibakteri tidak langsung adalah dengan mengaktifkan system immun, efek anti
inflamasi dan sebagai prebiotic activit.

Intervensi pemberian madu merupakan wujud aplikasi teori Levine, ini dapat terlihat pada
balita yang mengalami diare akut dengan dehidrasi ringan sedang mengalami penurunan
terhadap frekuensi diare dan bising usus, sehingga dapat meningkatkan proses adaptasi anak
terhadap perubahan fungsi sistem pencernaan akibat diare, sehingga konservasi energi dan
konservasi struktual tercapai.

Anda mungkin juga menyukai