Preceptor:
dr. Murdoyo Rahmanoe, Sp.A
Oleh:
Belda Evina, S.ked
I Gede Eka W, S.ked
Kartika Yuana Fitri, S.ked
Vidianka Rembulan, S.Ked
dan
konsistensi
feses
pada
sebuah
kasus
diare,
dan
komersil
dapat
menurunkan
kejadian
gangguan
pada
sistem
mencapai angka sekitar 11% hingga 30% pada anak yang menginsumsi antibiotic
oral.3 4
Konsumsi probiotik seringkali direkomendasikan dengan asumsi bahwa dengan
menelan bakteri sehat dapat mengurangi gangguan pada usus yang disebabkan
oleh mikrobiota, dan sebagai hasilnya dapat menekan angka kejadian diare. 5
Seperti obat-obatan farmasi, probiotik yang berbeda akna menghasilkan efek yang
berbeda, dengan mekanisme kerja yang berbeda pula. Sejumlah uji klinis telah
menggunakan beberapa probiotik sebagai pencegahan kejadian AAD. Studi-studi
ini telah dilakukan dengan menggunakan berbagai variasi probiotik dengan hasil
yang berbeda-beda pula. Sebuah studi meta-analisis telah menunjukkan hasil yang
kurang bervariasi dikarenakan kurangnya homogenitas diantara studi yang
dilakukan.
2 15
13 14
4 11 12
Organisme yang
beda pada studinya, berkisar dari 107 hingga 1010 colony-forming units (CFU).7
Studi yang dilakukan pada orang dewasa di sebuah rumah sakit menunjukkan
bahwa LGG dapat digunakan untuk mengatasi infeksi Enterococcus16 yang
resiten terhadap vancomycin, mencegah terhadinya AAD dan diare yang
disebabkan organisme Clostridium difficile.17 Dengan populasi pasien anak-anak,
terdapat sebuah studi yang menguji probiotik sediaan tablet dan serbuk digunakan
untuk mencegah terhadinya AAD. Baru-baru ini, hanya didapatkan satu buah studi
yang menguji yogurt probiotik dengan mengikutsertakan pasien anak-anak,
namun belum ada studi yang dilakukan untuk menguji efikasi ypgurt dengan
kandungan LGG dengan setting pasien hanya pada anak-ana. 18 19 Yogurt probiotik/
minuman probiotik telah banyak menjadi pilihan untuk mengadministrasikan
probiotik ke dalam tubuh, karena kedua benda ini mudah didapatkan, ekonomis,
mudah ditelan, dan secara umum dapat ditoleransi dengan baik dan menyediakan
tambahan energi, vitamin, mineral dan protein. Di Australia, satu-satunya yogurt
komersil yang mengandung LGG dicampur berada dalam kemasan dan dicampur
dengan Bifidobacterium lactis (Bb-12) dan Lactobacillus acidophilus (La-5).
Studi yang dilakukan sebelumnya6,7 menguji efek probiotik terhadap pasien yang
menerima terapi antibiotic telah difokuskan kepada ada atau tidaknya kandungan
AAD. WHO telah mendefiniskan diare sebagai frekuensi buang air besar dengan
konsistensi cair sebanyak 3 kali sehari selama 2 hari berturut-turut atau lebih.20
Definisi ini tentu tidak dapat digunakan untuk menilai spectrum tipe dan seberapa
parah diare yang diderita seseorang. This approach fails to address the spectrum of
type and severity of GI symptoms, yang dapat bervariasi dari diare yang bersifat
minor hingga serius. Walaupun diare masuk dalam ke kategori minor, namun
dapat memiliki akibat yang besar pada anak, orang tua dan kepatuhan terhadap
terapi. Ditambah, peneliti menggunakan definisi yang berbeda dari seberapa
banyak frekuensi (dua atau 3 kali sehari untuk 2 hari berturut-turut) , dan
komposisi diare serta seberapa cair diare tersebut selalu saja tidak dihitung secara
kuantitatif.2
4 14 15 21
dalam pelaksanaannya, definisi yang berbeda terhadap diare itu akan mempersulit
dilakukannya perbandingan antara beberapa studi yang berbeda. Oleh karena itu,
pada studi ini, kami menyajikan hasil dari studi yang kami lakukan dengan gejala
klinis diare yang kami klasifikasikan kembali ke dalam beberapa derajat kriteria
keparahan yang nantinya tentu akan berguna untuk memahami lebih baik
mengenai tingkat keparahan penyakit diare dan mempermudah dilakukannya
perbandingan dengan studi yang telah dilakukan sebelumnya. Studi ini meneliti
efikasi dari yogurt yang mengandung LGG (strain deposit number (SDN)
ATCC53103), Bb-12 (SDN DSM15954) dan La-5 (SDN DSM13241),
dibandingkan dengan plasebo, dalam mengurangi angka kejadian AAD pada anak
yang tengah mengonsumsi antibiotik.
PASIEN DAN METODE
Uji ini merupakan uji multisite stratified (pasien yang memiliki riwayat AAD/
pasien yang tidak memiliki riwayat AAD), acak, double-blind, parallel, dengan
kontrol plasebo. Studi ini bertempat di 2 tempat praktek umum dan 4 farmasi di
19
10 pasien pada setiap tempat uji (5 dengan plasebo dan 5 dengan probiotik) di
masing-masing tempat dilakukannya uji. Untuk memastikan jalannya uji sesuai
dengan rancangan, seseorang secara independen berperan dalam melihat yogurt
yang akan ditawarkan, membungkus dan melabelkannya sesuai dengan rancangan
uji acak yang sudah disusun. Semua peneliti, peserta dan penilai hasil akhir tidak
mengetahui terapi apa yang mereka berikan selama studi berlangsung.
Pasien anak tersebut akan menerima yogurt (2100 g tube/hari) dari awal hingga
akhir dilakukannya terapi antibiotic. Yogurt probiotik (Vaalia, sebuah merek yang
secara umum banyak dijual di supermarket) mengandung LGG (dosis rerata
5.2109 CFU/ hari), Bb-12 (dosis rerata 5.9109 CFU/hari) dan La-5 (dosis rerata
8.3109 CFU/hari). Pada sisi lain, yogurt plasebo merupakan yogurt yang telah di
pasteurisasi mengandung S thermophilus (dosis rerata 4.4104 CFU/hari) dan L
bulgaricus (dosis rerata 1.2103 CFU/hari). Baik yogurt probiotik maupun
yougurt placebo yogurt diseidakan oleh Parmalat (Brisbane, Queensland,
Australia) yang tidak turut andil dalam formulasi, menjalankan studi, melakukan
analisis data atau hasil interpretasinya. Sebuah laboratorium independen dipakai
untuk meneliti komposisi dan jumlah kandungan CFU. Yogurt yang ditawarkan
barada dalam tempat dengan kapasitas 100 g dengan label yang identik satu sama
lain. Rasa kedua yogurt sama, namun salah satu yogurt memiliki tekstur yang
lebih lunak. Para partisipan hanya ditunjukkan salah satu jenis yogurt yang
nantinya akan mereka konsumsi dan tidak memiliki kesempatan untuk
menentukan pilihan atau melakukan perbandingan. Instruksi diberikan dengan
memberikan
yogurt
beserta
instruksi
untuk
menuliskan
sebuah
diary
(BSS) untuk anak23 dan ditunjukkan bagaimana caranya untuk menilai konsistensi
dan frekuensi dari feses anak mereka nantinya, dan diberikan sebuah diary yang
berfungsi sebagai catatan untuk merekan informasi mengenai frekuensi dan
konsistensi feses, beserta dengan konsumsi antobiotik dan yogurt (baik yogurt
yang diberikan dalam uji klinis ini, dan yogurt lainnya) dan juga efek samping
yang terjadi pada anak. Hasil utama dalam uji ini ialah efikasi dari konsumsi
yogurt probiotik
pertama munculnya gejala (tanggal dan waktu mulai munculnya gejala diare)
dibandingkan antara kelompok yang menerima terapi yogurt plasebo dan yogurt
probiotik dan digunakan perkiraan HRs mengguanakn Cox proportional hazards
regression disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, kerentanan terhadap diare yang
diinduksi konsumsi antibiotic dan jenis antibiotic yang digunakan. Fishers exact
test digunakan untuk membandingkan angka kejadian diare yang terjadi dalam
kedua kelompok uji. Untuk mengecek kepatuhan dari konsumsi yogurt dan
antibiotik, rata-rata konsumsi antibiotic dihitung perpasiennya, dan kemudian
dibandingkan antara 2 grup uji. Apabila didapatkan hasil yang cocok daam
kategori berjumlah lebih dari satu, sebuah yang dikoreksi dihitung untuk
menghasilkan interpretasi dari estimasi efek menggunakan metode Holm
Bonferroni: metode ini digunakan dengan menganggap hasil yang keluar bersifat
independen. Namun, turut mempertimbangkan hasil dari semua penilaian secara
keseluruhan. Semua analisis dilakukan dengan menggunakan Stata SE/V.13.0.
RESULTS
72 partisipan direkruit dari September 2009 hingga 2012, namun dua orang tidak
kembali untuk mengembalikan hasil dan detail dari pengamatan yang telah
mereka lakukan. 70 anak menyelesaikan uji ini hingga akhir (29 perempuan, 41
laki-laki; berusia 6.63.0 tahun; dengan berat badan 28.211.0 kg; 36 dengan
plasebo, 34 dengan probiotik). Karakteristik dasar (tabel 1) secara umum hampir
sama, namun secara umum lebih banyak terdapat partisipan perempuan pada
kelompok plasebo apabila dibandingkan dengan perempuan pada kelompok
probiotik. Dan terdapat lebih banyak anak pada grup plasebo yang menerima
dosis antibiotic dibawah dosis yang direkomendasikan the Australian Medicines
Handbook guidelines.24 tujuh anak dalam grup plasebo dan lima anak dari grup
probiotik mengonsumsi <90% dari antibiotik yang diresepkan. Terdapat jumlah
anak yang lebih sedikit di kelompok plasebo mnegonsumsi 80% yogurt yang
diresepkan (20 vs 25) dibandingkan dengan jumlah yang ada pada kelompok
probiotik. Secara statistic tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan
(semua p>0.09) pada anak yang patuh dalam menjalankan terapi dan
mengonsumsi yogurt pada kedua kelompok.
Tabel 1. Karakteristik dasar Partisipan
(Nilai yang tertera ada adalah persentase, kecuali ada penjelasan lain)
Terdapat lebih banyak efek samping yang terjadi pada kelompok plasebo (6
mengalami sakit perut, 4 kehilangan nafsu makan dan 1 mengalami mual) apabila
dibandingkan dengan efek samping yang muncul pada kelompok probiotik (1
orang mengalami sakit perut, 1 orang muntah, dan 1 orang mengalami sakit
kepala). Rata-rata SD durasi terapi antibiotic 5.62.2 hari.
Tabel 2 membandingkan jumlah kasus diare berdasarkan definisinya yang
berbeda. Gambar 1 menunjukkan perbandingan onset diare dan kejadian frekuensi
BAB 3kali/hari atau konsistensi feses 6. Analisis Cox proportional hazard
regression menunjukkan bahwa dibandingkan dengan kelompok plasebo,
kelompok probiotik memiliki kejadian frekuensi lebih dari atau sama dengan dua
kali sehari yang lebih sedikit \ (HR 0.14, 95% CI 0.03 to 0.62, p=0.01), frekuensi
BAB 3 kali (HR 0.04, 95% CI 0.004 to 0.29, p=0.002), konsistensi fese 5 (HR
0.18, 95% CI 0.08 to 0.38, p<0.001) dan konsistensi feses 6 (HR 0.11, 95% CI
0.03 to 0.41, p=0.001). Analisis juga dilakukan untuk menilai perbedaan dalam
hasil yang didapatkan dari anak yang memiliki kerentanan terhadap diare sebagai
respon terhadap antibiotic atau tidak., dan menunjukkan perbedaan yang tidak
signifikan (semua nilai p>0.7).
DISKUSI
Studi ini dilakukan pada anak dengan rentang usia 112yang merupakan pasien
rawat jalan. Pada semua klasifikasi diare terdapat insidensi diare yang lebih
sedikit pada anak yang menerima terapi yogurt yang kaya akan probiotik apabila
dibandingkan dengan hasil yang didapat dari kelompok terapi plasebo. Tidak ada
anak di kelompok probiotik mengalami diare berat dibandingkan dengan
ditemukannya 6 kasus dengan diare berat yang ada pada kelompok plasebo.
Hanya terdapat satu anak dnegan diare ringan (definisi A) pada kelompok
probiotik dan 21 anak pada kelompok plasebo. Terdapat pengurangan yang
signifikan dari durasi dan awal onset dari meningkatnya frekuensi dan berubahnya
konsistensi feses pada anak yang diberi yogurt probiotik. Hal ini menunjukkan
bahwa yogurt yang mudah diperoleh di lingkungan sehari-hari dapat mengurangi
angka kejadian AAD pada anak dan dalam waktu yang bersamaan menyediakan
energy dan nutrisi tambahan bagi si kecil.
Tabel 2. Perbandingan kasus diare dengan definisi yang berbeda tiap kriteria pada kelompok
plasebo dan probiotik
Meskipun efikasi LGG probiotic yogurt belum pernah diujikan pada anak-anak
sebelumnya, hasil dari studi ini konsisten dengan hasil yang didapat dari uji
sebelumnya yang digunakan pada orang dewasa yang tengah mengonsumsi
antibiotic.21 dan anak yang diberikan suplemen LGG.11
13 15 25
didapatkan estimasi manfaat probiotik yang lebih besar juga. Oleh karena itu,
heterogenisitas yang tampak mungkin dikarenakan masalah dalam pengukuran.
normalnya.
14
Secara
umum,
studi
ini
telah
gagal
dalam
studi ini menggunakan skala BSS, sebuah metode untuk menilai konsistensi feses
yang telah divalidasi. 23 kriteria konsistensi feses dibedakan dari nilai 1 (gumpalan
keras yang terpisah-pisah) hingga 7 (benar-benar cair, tanpa gumpalan
3 4
digunakan untuk merekrut pasien, hampir 3 tahun, yang dapat menghasilkan hasil
yang bias. Hal ini juga menunjukkan kesulitan dalam merekrut pasien dalam
kondisi klinik rawat jalan yang sibuk.
Semua nilai p lebih kecil dari nilai yang dikoreksi dengan banyak uji hipotesis
(HolmBonferroni). Tren yang konsisten dari semua definisi diare menjadikan
kemungkinana kesalahan type-1 error sulit terjadi.
Mekanisme kerja bagaimana probiotik mengurangi angka kejadian diare dapat
terjadi via modulasi dari sistem imun host atau komposisi mikrobiota saluran
cerna dan produk metaboliknya.30 studi ini tidak didesain untuk menilai
mekanisme ini dan dibutuhkan tambahan berupa studi meikrobiologi. Uji klinis
ini secara acak menguji potensi terapeutik dari probiotik. Di masa yang akan
dating nantinya, studi ini dapat dilakukan dengan lebih baik apabila mekanisme
aksi probiotik dalam menurunkan tingkat AAD dapat dimengerti dengan baik.
KESIMPULAN
Pada studi ini, yang dilakukan berdasarkan masalah yang terjadi pada komunitas
sehari-hari yang mempengaruhi ratusan dari ribuan anak tiap tahunnya,
menggunakan makanan yang ekonomis, mudah didapat dan bernutrisi,
menunjukkan bahwa kombinasi yogurt LGG, La-5 dan Bb-12merupakan metode
efektif dalam mengurangi insidensi AAD, sebuah masalah sistem saluran cerna
pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
trial.
Aliment
Pharmacol
Ther
2005;21:58390.
5. Hawrelak JA. Probiotics, prebiotics and symbiotics. J Complim Med
2007;6:2835.
6. Hawrelak JA, Whitten DL, Myers SP. Is Lactobacillus rhamnosus GG
effective in preventing the onset of antibiotic-associated diarrhoea: a
systematic review. Digestion 2005;72:516.
7. Johnston BC, Goldenberg JZ, Vandvik PO, et al. Probiotics for the
prevention of pediatric antibiotic-associated diarrhoea. Cochrane Database
Syst Rev 2011:(11);CD004827.
8. McFarland LV. Meta-analysis of probiotics for the prevention of antibiotic
associated diarrhoea and the treatment of Clostridium difficile disease. Am
J Gastroenterol 2006;101:81222.
9. Lemberg DA, Ooi CY, Day AS. Probiotics in paediatric gastrointestinal
diseases. J Paediatr Child Health 2007;43:3316.
19. Conway S, Hart A, Clark A, et al. Does eating yogurt prevent antibioticassociated diarrhoea? A placebo-controlled randomised controlled trial in
general practice. Br J Gen Pract 2007;57:9539.
20. World Health Organization. Health TopicsDiarrhoea, 2013. http://
www.who.int/topics/diarrhoea/en/
21. Wenus C, Goll R, Loken EB, et al. Prevention of antibioticassociated
diarrhoea by a fermented probiotic milk drink. Eur J Clin Nutr
2008;62:299301.
22. Koning CJ, Jonkers DM, Stobberingh EE, et al. The effect of a
multispecies probiotic on the intestinal microbiota and bowel movements
in healthy volunteers taking the antibiotic amoxycillin. Am J Gastroenterol
2008;103:17889.
23. Lane MM, Czyzewski DI, Chumpitazi BP, et al. Reliability and validity of
a modified Bristol stool form scale for children. J Pediatr 2011;159:437
41.e1.
24. Australian Medicines Handbook 2012, Australian Medicines Handbook
Pty Ltd; Adelaide.
25. Ruszczynski M, Radzikowski A, Szajewska H. Clinical trial: effectiveness
of Lactobacillus rhamnosus (strains E/N, Oxy and Pen) in the prevention
of antibiotic-associated diarrhoea in children. Aliment Pharmacol Ther
2008;28:15461.
26. Pham M, Lemberg DA, Day AS. Probiotics: sorting the evidence from the
myths. Med J Aust 2008;188:3048.
27. Butler CC, Duncan D, Hood K. Does taking probiotics routinely with
antibiotics prevent antibiotic associated diarrhoea? BMJ 2012;344: e682.
28. Surawicz CM. Antibiotic-associated diarrhoea in children: how many dirty
diapers? J Pediatr Gastroenterol Nutr 2003;37:23.
29. Beausoleil M, Fortier N, Guenette S, et al. Effect of a fermented milk
combining Lactobacillus acidophilus Cl1285 and Lactobacillus casei in the
Microbiol 2010;300:5762.