Anda di halaman 1dari 6

DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

“Masalah diare dan lima upaya pencegahan”

Oleh:

Farid Gymnastiar

70200122035

Kesehatan masyarakat D
Daftar pustaka

Debby, D.P., Haqi, D.N. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Di Tambak Sari, Kota
Surabaya. Jurnal Promkes, 7(1), 34-45Depkes, R.I. 2013. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit
Diare. Jakarta, Ditjen PP & PL.

Akbar, H. (2018). Determinan Epidemiologis Kejadian Diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Juntinyuat. Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya, 13(2), 91-101

dr. Meva nareza (2021)world Health organization (2017).Fact sheets. DiarrhoeDisease.Clevelan


clinic (2020). Diseases and Conditions. Diarrhea. Mayo Clinic (2021). Diseases and
conditions,Diarrhea. Higuera, V. Healthline (2019). Causes of Diarrhea and Tips fir Prevention word
DIARE
1.pengertiar diare
Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air besar
dengan kondisi tinja yang encer atau berair. Diare umumnya terjadi akibat
mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi virus, bakteri, atau
parasit.

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum di Indonesia,


terutama Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan) pada bayi dan anak-anak.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2019, jumlah kasus diare di
seluruh Indonesia adalah sekitar 7,2 juta jiwa. Diare biasanya berlangsung tidak
lebih dari 14 hari (diare akut). Namun, pada sebagian kasus, diare dapat berlanjut
hingga lebih dari 14 hari (diare kronis).
Umumnya, diare tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Akan
tetapi, diare yang tidak kunjung membaik atau memburuk dapat menyebabkan
komplikasi yang fatal, jika tidak ditangani dengan tepat.

2.Gejala dan Penyebab Diare

Gejala diare bervariasi. Namun, gejala yang paling sering dialami oleh penderita
diare adalah:
 Perut mulas
 Buang air besar cair (tinja encer) atau bahkan berdarah
 Sulit menahan buang air besar
 Pusing, lemas, dan kulit terasa kering
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri di usus besar yang
berasal dari makanan atau minuman yang dikonsumsi. Namun, diare yang
berlangsung lama dapat terjadi akibat peradangan di saluran pencernaan.
3. Ada lima cara mencegah diarek ( five level prevention )

Diare bukan saja berdampak kepada diri pengidap, tapi juga bisa menyebar, terutama kepada
anggota keluarga. Oleh sebab itu, diare harus dicegah sedini mungkin.  Berikut adalah cara
mencegah diare akibat kontaminasi:

 Memisahkan makanan yang mentah dari yang matang.

 Mencuci tangan sebelum makan.

 Menjauhi makanan yang diragukan kebersihannya dan tidak minum air keran.
 Menyimpan makanan di lemari es dan hindari meninggalkan makanan di bawah paparan sinar
matahari atau suhu ruangan.

 Utamakan memakan makanan dari bahan makanan yang segar.

 Jagalah kebersihan kuku kamu terutama jika memiliki kuku yang panjang.
1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Pada hari Kamis, 3 Mei 2018 Pukul 09.00 WIB, Kegiatan Rutin PKRS (Promosi
Kesehatan Rumah Sakit), bertempat di Ruang Tunggu Poliklinik Rawat Jalan
RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas dilaksanakan Penyuluhan /
Promosi Kesehatan Rumah Sakit oleh dr. Ayu Lestari Maduwu (Dokter
Internsip), beserta Tim PKRS dengan Materi Penyuluhan tentang “Diare dan
Pencegahannya”.
dr. Ayu Maduwu menjelaskan Diare merupakan penyakit yang di tandai buang
air besar cair (mencret) dan bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya
sering atau lebih dari 3 kali dalam sehari.
Penyebab Diare adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit,
maupun obat-obatan.
Tanda – tanda diare :

 berak cair, dan muntah


 kadang demam

 malas makan dan minum


 badan bergerak / lemas

 kencing sedikit
 pada balita / anak kecil rewel

 dehidrasi / kekurangan cairan


Bahaya Diare apabila kekurangan cairan / lemas dapat mengakibatkan
kehabisan cairan dan meninggal.
2. Specific Protection (Perlindungan Khusus)

Diare merupakan salah satu penyakit yang lebih sering terjadi pada
balita Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran upaya
perlindungan khusus diare yang dilakukan oleh keluarga balita. Penelitian
ini disusun secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan kuisioner
yang telah diujikan di Desa Hegarmanah Jatinangor dengan nilai
reliabilitas 0,82. Kuisioner diberikan pada 91 responden yang ditentukan
secara simple random sampling di Desa Cipacing Jatinangor. Analisa data
di interpretasikan dalam bentuk persentase baik dan kurang baik dalam
melakukan perlindungan khusus diare. Hasil penelitian ini adalah 80,2%
baik dan 19,8% kurang baik dalam melakukan perlindungan khusus diare
pada balita di Desa Cipacing dengan rincian 33% kurang baik, 67% baik
dalam menjaga sanitasi tempat pembuangan kotoran (tinja) balita,
27,5% kurang baik dan 72,5% baik dalam menjaga sanitasi makanan dan
minuman balita. Sedangkan untuk upaya kebersihan diri dalam mencuci
tangan, 59,3% baik dan 40,7% kurang baik. Kesimpulan dari penelitian
ini adalah upaya perlindungan khusus diare sudah baik dilakukan namun
upaya tersebut tetap harus ditingkatkan agar diare dapat benar-benar
teratasi.

3.Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis Dini dan Pengobatan


yang Cepat dan Tepat)

Untuk mendiagnosis diare dan penyebabnya, dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan,
kebiasaan sehari-hari, riwayat penyakit, dan riwayat pengobatan yang pernah dijalani pasien.
Jika pasien kerap mengalami diare setelah mengonsumsi makanan tertentu, dokter dapat
mencurigai bahwa pasien menderita intoleransi atau alergi makanan. Untuk memastikannya,
dokter akan melakukan tes alergi atau tes toleransi makanan.
Bila diperlukan, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
 Pemeriksaan fases, untuk memeriksa bakteri atau parasit yang menyebabkan diare

 Tes darah, untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi akibat diare dan mendeteksi
penyakit lain yang dapat menyebabkan diare.

Jika penyebab diare masih belum diketahui, dokter dapat menjalankan kolonoskopi.


Kolonoskopi dilakukan untuk mengetahui kondisi usus dan mengidentifikasi adanya kelainan
pada usus besar. Prosedur ini menggunakan alat berupa selang kecil yang dilengkapi dengan
lampu dan kamera di ujungnya.
 4. Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan)

ABSTRAK Penanganan diare yang tidak tepat yang dilakukan oleh ibu berdampak pada
tingginya mortalitas dan morbiditas, sehingga menjadi penting untuk meneliti upaya ibu dalam
melakukan pencegahan, terutama pencegahan sekunder, diare pada balita. Tujuan penelitian ini
adalah untuk melihat gambaran upaya ibu dalam melakukan pencegahan sekunder diare pada
balita. Penelitian deskriptif kuantitatif ini melibatkan 37 responden dan ditentukan dengan teknik
accidental sampling. Data dikumpulkan menggunakan instrument yang dibuat sendiri oleh
peneliti yang terdiri dari 25 pertanyaan. Instrument diuji validitas menggunakan content validity
dan face validity. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif (frekuensi dan persentasi).
Hasil penelitian menujukkan bahwa upaya pencegahan sekunder diare pada balita yang
dilakukan oleh 37 responden adalah dalam kategori baik sebesar 78%. Sebagian besar
responden juga melakukan upaya yang baik dalam deteksi dini diare sebesar 70%, penanganan
segera sebesar 65%, dan pembatasan kecacatan sebesar 59,5%. Adapun upaya pencegahan
sekunder yang baik lebih banyak ditemukan pada ibu yang berusia > 29 tahun dan usia anak >
26 bulan. Meskipun demikian masih terdapat beberapa item pertanyaan pada subvariabel
dengan skor rendah, diantaranya mencari informasi mengenai diare, mengenal cara penularan
diare melalui alat makan, memberhentikan pemberian oralit pada saat anak muntah,
memberikan buah-buahan saat anak diare, dan memberikan obat anti diare pada anak yang
diare. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas ibu telah melakukan pencegahan
sekunder diare pada balita dengan baik, namun masih ditemukan skor yang rendah pada
beberapa item. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk mengefektifkan penyuluhan dan
pendidikan kesehatan terkait pencegahan sekunder diare pada balita terutama pada item
dengan skor yang rendah tersebut.

5.Rehabilitation (Rehabilitasi)

Untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya badan lemas akibat diare,


berikut langkah-langkah yang perlu Anda lakukan:

 Minum air putih setidaknya 1,5 liter per hari saat diare
 Konsumsi makanan yang “ramah untuk perut” selama diare, seperti
roti tawar, crackers, pisang, apel, dan kentang
 Hindari minuman berkafein hingga 2 hari setelah diare hilang
 Konsumsi obat yang mengandung kaolin atau pectin
 Makanan atau minuman yang mengandung probiotik dapat
dikonsumsi untuk mempercepat penyembuhan diare
Jika diare disertai dengan darah dan lendir atau kram perut yang hebat, segera
berobat ke dokter. Hal ini bisa menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang tidak
beres dengan kondisi saluran pencernaan Anda.

Jangan biarkan badan lemas akibat diare menganggu aktivitas Anda. Lakukan
tindakan di atas dengan saksama.

Jika tindakan tersebut masih belum mampu mengatasi badan lemas akibat
diare, jangan ragu untuk segera berobat ke dokter.

Anda mungkin juga menyukai