ANALISIS JURNAL
MADU SEBAGAI TERAPI KOPMPLAMENTER MENGATASI DIARE
PADA ANAK BALITA
Disusun oleh :
ANALISIS JURNAL
MADU SEBAGAI TERAPI KOPMPLAMENTER MENGATASI DIARE
PADA ANAK BALITA
A. Latar Belakang
Sistem pencernaan pada anak dapat mengalami gangguan yang
dapatdisebabkan oleh berbagai faktor. Faktor penyebab gangguan pada sistem
pencernaan manusia misalnya mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dan
pola makan yang tidak teratur. Salah satu gangguan sistem pencernaan adalah
diare. Penyakit diare menjadi penyebab kedua kematian pada anak-anak di
bawah lima tahun dan menjadi penyebab utama kekurangan gizi pada balita.
Secara global, angka kejadian diare setiap tahunnya mencapai 1,7 milyar dan
menyebabkan kematian balita 760.000 jiwa. Di negara-negara berkembang,
anak-anak yang berada pada usia di bawah lima tahun rata-rata mengalami 3
kali diare setiap tahun (Kemenkes, 2015).
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk
tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali
sehari (Prawati & Haqi, 2019). Diare adalah kondisi dimana seseorang buang
air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja
dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari
(Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Ligkungan,
2011).
Diare biasanya merupakan gejala infeksi di saluran pencernaan, yang
dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan parasit. Infeksi dapat
menyebar melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi, dari
kebersihan lingkungan yang buruk (WHO, 2017).
Karena sebagian besar kasus diare bersifat akut dan disebabkan oleh
virus, manajemen terapeutik diare biasanya bersifat suportif (memelihara
keseimbangan cairan dan nutrisi). Pengembalian keseimbangan cairan dapat
dilakukan dengan pemberian cairan dan elektrolit oral seperti: pedialyte, oralit
atau madu dan pemberian ASI jika penyebab diare bukan ASI. Salah satu
penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada anak yang menderita
diare adalah pemberian madu (Kyele & Carman, 2018).
Masyarakat dunia dari berbagai budaya dan agama telah mengenal
madu sebagai jenis suplemen yang bernilai tinggi. Dari studi laboratorium dan
uji klinis, madu murni memiliki aktivitas bakterisidal yang dapat melawan
beberapa organisme enteropathogenic, termasuk diantaranya spesies dari
salmonela, shigela dan E.coli. Uji klinis pemberian madu pada anak yang
menderita gastroenteristis Masyarakat dunia dari berbagai budaya dan agama
telah mengenal madu sebagai jenis suplemen yang bernilai tinggi. Dari studi
laboratorium dan uji klinis, madu murni memiliki aktivitas bakterisidal yang
dapat melawan beberapa organisme enteropathogenic, termasuk diantaranya
spesies dari salmonela, shigela dan E.coli. Uji klinis pemberian madu pada
anak yang menderita gastroenteristis (Cholid et al, 2011).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran penerapan pemberian madu untuk
menurunkan diare pada anak.
BAB II
RESUME JURNAL
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil intervensi yang teah dilakukan maka dapat
disimpulkan penerapan pemberian madu mampu menurunkan frekuensi diare
menjadi 3 kali sehari, konsistensi feces lunak, bising usus normal.
B. SARAN
Diharapkan perawat dapat memberikan terapi tambahan pemberian
cairan oral lainya sebagai terapi komplamenter.
DAFTAR PUSTAKA
Cholid, S., Santoso, B & Suhartono. (2011). Pengaruh pemberian madu pada diare akut.
FK UNDIP Semarang. Sari Pediatri, Vol. 12, No. 5. 289-295
Depkes RI. (2011b). Panduan Sosialisai Tataksana Diare Pada Balita Untuk Petugas
Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Subdit Diare. Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI. www.depkes.go.id>buletin-diare. Diunduh tanggal 29
Oktober 2023.
Kyle, T & Carman,S. (2018). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2 Volume 3. Jakarta:
EGC
Nurmaningsih, Rohaidah. (2019). Madu sebagai Terapi Komplamenter Untuk Anak
Dengan Diare Akut. UPN Veteran Jakarta: Jakarta.
Oskouei, T.E., & Najafi, M. (2017). Traditional and modern uses of natural honey in
human diseas: a review. Iran J Basic Med Sci.16 (6), 731-742.
Sakri, F.M. (2020). Madu dan khasiatnya: suplemen sehat tanpa efek samping. Diandra
Pustaka Indonesia: Yogyakarta.
WHO. (2017). Diarrhoeal disease, World Health Organisation