Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Cendikia Muda

Volume 1, Nomor 1, Maret 2021


ISSN : 2807-3469

PENERAPAN PEMBERIAN MADU UNTUK MENGATASI DIARE


PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3 – 5 TAHUN)

APPLICATION OF HONEY TO TREAT DIARRHEA


IN PRE SCHOOL AGE (3 - 5 YEARS)

Ega Lusiana1, Immawati2, Sri Nurhayati3


1,2,3
Akademi Keperawatan Dharma Wacan Metro
E-mail:Egalusiana52@gmail.com

ABSTRAK
Diare merupakan suatu kondisi buang air besar tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari
terjadinya proses infalamsi pada lambung atau usus. Madu dapat digunakan sebagai anti bakteri dan
prebiotik yang dapat mengatasi diare. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan
frekuensi pemberian madu untuk menurunkan diare pada anak usia prasekolah (3 – 5 tahun). Desain
pada penelitian ini menggunakan desain studi kasus. Subyek adalah anak usia prasekolah (3 – 5
tahun)yang menderita diare dengan frekuensi diare lebih dari 3 kali dalam 1 hari. Karakteristik
responden pada penelitian ini adalah anak berusia1,7 tahun dirawat dengan diare akut. Anak
dikategorikan dalam diare ringan/ sedang. Tanda dan gejala yang muncul yaitu frekuensi BAB 5
kali sehari, feces cair disertai ampas, bising usus meningkat, turgor kulit elastis dan suhu tubuh 39
o
C. Hasil: Penerapan pemberian madu mampu menurunkan frekuensi diare menjadi 3 kali sehari,
konsistensi feces lunak, bising usus normal, turgor kulit elastis dan penurunan suhu tubuh sebesar
1,2 oC. Bagi ibu yang memiliki anak yang menderita diare dapat menjadikan madu sebagai salah
satu alternatif dalam mengatasi masalah diare pada anak. Kesimpulan: penerapan pemberian madu
mampu menurunkan frekuensi diare dan suhu tubuh.
Kata Kunci : Diare, Madu, Usia Prasekolah (3-5 tahun)

ABSTRACT
Diarrhea is a condition of abnormal bowel movements, which is more than 3 times a day with a
watery stool consistency that can be accompanied or without blood or mucus as a result of the
process of inflammation in the stomach or intestines. Honey can be used as an anti-bacterial and
prebiotic that can treat diarrhea. This research aims to describe the application of the frequency of
giving honey to reduce diarrhea in preschool children (3 - 5 years). This research using a case study
design. Subjects were preschool children (3 - 5 years) who suffered from diarrhea with diarrhea
frequency of more than 3 times a day. Respondent in this research is a child with A 1.7 year old was
treated with acute diarrhea. Children are categorized as mild / moderate diarrhea. Signs and
symptoms that appear are frequency of defecating 5 times a day, liquid stool accompanied by dregs,
increased bowel sounds, elastic skin turgor and body temperature of 39 °C. The application of
honey can reduce the frequency of diarrhea to 3 times a day, soft stool consistency, normal bowel
sounds, elastic skin turgor and a decrease in body temperature by 1.2 oC. For mothers who have
children suffering from diarrhea, honey can be used as an alternative in overcoming diarrhea
problem in children.
.
Keywords: Diarrhea, Honey, Preschool Age (3-5 years)

Lusiana, Penerapan Pemberian Madu 81


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 1, Maret 2021

PENDAHULUAN prevalensi diare di Propinsi Lampung

Sistem pencernaan pada anak dapat pada balita tahun 2018 sebesar 5% (Riset

mengalami gangguan yang Kesehatan Dasar, 2018). Di Ruang Anak

dapatdisebabkan oleh berbagai faktor. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Faktor penyebab gangguan pada sistem Jendral A.Yani Metro pada tahun 2018

pencernaan manusia misalnya kasus diare ada sebanyak 240 kasus atau

mengkonsumsi makanan yang tidak sebesar 14,26 % dan menduduki

sehat dan pola makan yang tidak teratur. peringkat ketiga dari 10 besar penyakit

Salah satu gangguan sistem pencernaan yang ada di Ruang Anak3.

adalah diare. Penyakit diare menjadi


penyebab kedua kematian pada anak- Tingginya angka kematian akibat diare

anak di bawah lima tahun dan menjadi masih disebabkan oleh beberapa faktor

penyebab utama kekurangan gizi pada antara lain: karena kesehatan lingkungan

balita. Secara global, angka kejadian diare yang belum memadai, keadaan gizi yang

setiap tahunnya mencapai 1,7 milyar dan belum memuaskan, kepadatan penduduk,

menyebabkan kematian balita 760.000 sosial ekonomi maupun pendidikan atau

jiwa. Di negara-negara berkembang, pengetahuan dan perilaku masyarakat

anak-anak yang berada pada usia di yang secara langsung maupun tidak

bawah lima tahun rata-rata mengalami 3 langsung mempengaruhi penyakit diare

kali diare setiap tahun1. ini4.

Diare merupakan suatu kondisi buang air Diare akut pada anak paling banyak

besar tidak normal yaitu lebih dari 3 kali disebabkan oleh virus tetapi juga dapat

sehari dengan konsistensi tinja yang berkaitan dengan enteropatogen bakteri

encer dapat disertai atau tanpa disertai atau parasit. Virus mencederai

darah atau lendir sebagai akibat dari permukaan absortif sel vilosa matur,

terjadinya proses infalamsi pada menyebabkan penurunan absorpsi cairan

lambung atau usus2. dan defisiensi disakaridase. Bakteri


menyebabkan cedera usus dengan secara

Prevalensi diare di Indonesia pada tahun langsung menginvasi mukosa, merusak

2018 sebesar 8,0 %, meningkat dari permukaan vilosa atau melepaskan

tahun 2017 sebesar 7,0%, sedangkan

Lusiana, Penerapan Pemberian Madu 82


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 1, Maret 2021

toksin. Diare akut dapat berdarah atau telah diteliti. Para peneliti mengganti
tidak berdarah5. glukosa (111 mmol/l) di dalam cairan
rehidrasi oral yang mengandung
Karena sebagian besar kasus diare elektrolit standar seperti yang
bersifat akut dan disebabkan oleh virus, direkomendasikan WHO/UNICEF. Rata-
manajemen terapeutik diare biasanya rata waktu pemulihan dari pasien (usia 8
bersifat suportif (memelihara hari sampai 11 tahun) mengalami
keseimbangan cairan dan nutrisi). penurunan yang sigifikan6.
Manajemen keperawatan anak yang
mengalami diare berfokus pada upaya Berdasarkan urain tersebut di atas,
mengembalikan keseimbangan cairan penulis tertarik untuk melakukan
dan elektrolit dan mengedukasi keluarga. penerapan dengan judul penerapan
Pengembalian keseimbangan cairan pemberian madu terhadap penurunan
dapat dilakukan dengan pemberian frekuensi diare pada anak balita di Klinik
cairan dan elektrolit oral seperti: Akademi Keperawatan (Akper) Dharma
pedialyte, oralit atau madu dan Wacana Metro.
pemberian ASI jika penyebab diare
bukan ASI. Salah satu penatalaksanaan Tujuan umum penerapan ini adalah
keperawatan yang dapat dilakukan pada untuk menggambarkan penerapan
anak yang menderita diare adalah pemberian madu untuk menurunkan
pemberian madu5. diare pada anakusia prasekolah (3 – 5
tahun).
Masyarakat dunia dari berbagai budaya
METODE
dan agama telah mengenal madu sebagai
jenis suplemen yang bernilai tinggi. Dari Rancangan penulisan ini menggunakan

studi laboratorium dan uji klinis, madu desain studi kasus (case study) yaitu

murni memiliki aktivitas bakterisidal dengan cara meneliti suatu permasalahan

yang dapat melawan beberapa organisme melalui suatu kasus yang terdiri unit

enteropathogenic, termasuk diantaranya tunggal. Subyek penerapan adalah

spesies dari salmonela, shigela dan pihak-pihak yang dijadikan sebagai

E.coli. Uji klinis pemberian madu pada sampel dalam sebuah penerapan7.

anak yang menderita gastroenteristis

Lusiana, Penerapan Pemberian Madu 83


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 1, Maret 2021

Subyek dalam penerapan pemberian Dari tabel 1 diketahui bahwa klien


madu ini adalah anak usia prasekolah (3 menderita diare. Klien dikategorikan
– 5 tahun) yang menderita diare dengan dalam diare ringan/ sedang
frekuensi diare lebih dari 3 kali dalam 1
hari. Penerapan pemberian madu telah B. Gambaran Frekuensi Diare Setelah
Penerapan Pemberian Madu
dilakukan di Laboratorium Keperawatan
Akper Dharma Wacana Metro. Waktu
Klien menderita diare dengan frekuensi
penerapan dilakukan pada tanggal 29
diare 5 kali sehari. Klien mengalami
Juni 2020.
infeksi pada saluran pencernaan yang
disebabkan oleh bakteri. Pemberian
HASIL
madu mampu melemahkan dan
An. A berusia 1,7 tahun dirawat di ruang menghentikan penyebaran bakteri karena
anak dengan diagnosa medis diare. Dari madu memiliki aktivitas anti bakteri.
hasil wawancara didapatkan ibu Menurut penelitian Yuliarti madu
mengatakan anaknya mencret disertai memiliki tingkat keasaman dengan pH
ampas sebanyak 5 kali sehari sejak 2 hari 3,65 sehingga dalam pH tersebut bakteri
yang lalu disertai demam, mual, muntah. akan mati. Di dalam madu juga terdapat
Anak masih mau makan dan minum tetapi senyawa organik yang bersifat anti
anaknya rewel. Klien telah mendapatkan bakteri. Di dalam pencernaan, madu
terapi antibiotik dan terapi yang lain yang akan melindungi kolon dari luka
sesuai. sehingga tidak sampai menjadi infeksi8.

A. Gambaran Frekuensi Diare Sebelum Pemberian madu pada klien dilakukan


Penerapan Pemberian Madu
dengan cara melarutkan 7 cc (± 1 sendok
Tabel 1. Gambaran Sebelum Penerapan makan) madu yang diencerkan dengan
Pemberian Madu
No Observasi Hasil menggunakan aquadest steril menjadi 10
1. Frekuensi BAB 5
2. Konsistensi feces Cair + ampas cc pada masing-masing pemberian.
3. Bising usus +/↑
Pemberian madu dilakukan 3 kali sehari
4. Turgor kulit 2 detik
5. Suhu (oC) 39 oC yaitu pada pukul 07.00 WIB, pukul
15.00 WIB dan pukul 21.00 WIB.

Tabel 2. Gambaran setelah Penerapan


PemberianMadu

Lusiana, Penerapan Pemberian Madu 84


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 1, Maret 2021

berkaitan dengan enteropatogen bakteri


H Frekuensi Konsis Bising Turgor Suhu
a BAB tensi usus kulit (oC) atau parasit. Virus mencederai
r Pre Post permukaan absortif sel vilosa matur,
i
1 5 5 Cair + +/↑ 2 detik 39 menyebabkan penurunan absorpsi cairan
ampas dan defisiensi disakaridase. Bakteri
2 5 4 Lunak +/↑ 2 detik 38,2
3 4 3 Lunak +/N 2 detik 37,8
menyebabkan cedera usus dengan secara
langsung menginvasi mukosa, merusak
Dari hasil penerapan yang dilakukan, permukaan vilosa atau melepaskan
terjadi perubahan pada diare klien. Hasil toksin. Diare akut dapat berdarah atau
penerapan pemberian madu, klien tidak berdarah.
mengalami penurunan frekuensi BAB
menjadi 3 kali sehari, konsistensi feces Hasil pengkajian didapatkan pasien
lunak, bising usus normal, turgor kulit menderita diare akut. Klien
elastis dan penurunan suhu tubuh sebesar dikategorikan dalam diare ringan/
1,2 oC. sedang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Wijaya dan Putri yaitu diare dehidrasi
PEMBAHASAN
ringan/ sedang ditandai oleh beberapa
Diare adalah pengeluaran feses yang
hal berikut: gelisah, rewel/ mudah
sering, lunak dan tidak berbentuk yang
marah, mata cekung, buang air besar cair
disebabkan karena inflamasi
4-9 kali sehari, kadang muntah 1-2 kali
gastrointestinal, iritasi gastrointestinal,
sehari, haus, minum dengan lahap, suhu
proses infeksi dan malabsopsi. Penyebab
tubuh anak terkadang meningkat, tidak
diare juga dapat disebabkan karena
ada nafsu makan sehingga badan
terpapar kontaminan, toksin,
menjadi lesu dan lemas, cubitan kulit
penyalahgunaan laksatif, perubahan air
perut kembali lambat.
dan makanan serta adanya bakteri pada
air. Gejala diare adanya defekasi lebih
Manajemen keperawatan anak yang
dari tiga kali dalam 24 jam, feses lembek
mengalami diare berfokus pada upaya
atau cair, frekuensi peristaltik meningkat
mengembalikan keseimbangan cairan
9
dan bising usus hiperaktif .
dan elektrolit dan mengedukasi keluarga.
Pengembalian keseimbangan cairan
Diare akut pada anak paling banyak
dapat dilakukan dengan pemberian
disebabkan oleh virus tetapi juga dapat
Lusiana, Penerapan Pemberian Madu 85
Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 1, Maret 2021

cairan dan elektrolit oral seperti: pembersih, tidak membiarkan


pedialyte, oralit atau madu dan pertumbuhan dan perkembangbiakan
pemberian ASI jika penyebab diare kuman-kuman di dalam organ
bukan ASI. Salah satu penatalaksanaan pencernaan, madu menurunkan kadar
keperawatan yang dapat dilakukan pada asam lambung, mengurangi hasil-hasil
anak yang menderita diare adalah sebagian hormon lambung dan usus yang
pemberian madu. secara langsung berpengaruh terhadap
sekresi alat-alat pencernaan organ-organ
Madu dapat digunakan sebagai anti yang memicu pergerakan lambung serta
bakteri dan prebiotik yang dapat usus. Madu mengandung zat antibodi,
mengatasi diare. Selain itu, madu juga yaitu zat yang menjalankan fungsinya di
mampu mengobati masalah konstipasi dalam saluran pencernaan dan sel-sel
dan diare anak, meminimalkan patogen selaput lendir yang ada didalamnya.
dan menurunkan durasi diare. Madu mengandung unsur-unsur mineral,
Kandungan antibiotik madu juga mampu garam, sodium, potassium, kalsium dan
mengatasi bakteri diare dan mempunyai magnesium serta berbagai macam
aktivitas bakterisida yang mempu vitamin. Semua unsur ini menormalkan
melawan beberapa organisme kerja saluran pencernaan, menciptakan
enterophagetic, termasuk spesies dari keseimbangan dalam gerakan dorong
Salmonella, Shigella dan E.Colli. Sifat menuju usus dan mengatur arah
antibakteri yang terdapat pada madu pergerakan11.
dipengaruhi oleh osmolaritas madu yang
tinggi, kandungan rendah air, pH yang Ada beberapa hal yang menyebabkan
rendah sehingga keasaman madu madu memiliki aktivitas anti bakteri,
menjadi lebih tinggi. Madu memiliki diantaranya kadar gula di dalam madu
kandungan tinggi gula yang mampu cukup tinggi sehingga menghambat
meningkatkan tekanan osmosis sehingga pertumbuhan bakteri dan tidak mampu
dapat menghambat pertumbuhan dan berkembang biak. Tingkat keasaman
perkembangan bakteri10. madu dengan pH 3,65 sehingga dalam
pH tersebut bakteri akan mati. Di dalam
Pengaruh madu terhadap organ madu juga terdapat senyawa organik
pencernaan yaitu madu merupakan unsur yang bersifat anti bakteri, yaitu

Lusiana, Penerapan Pemberian Madu 86


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 1, Maret 2021

flavonoid, polyphenol, dan glikosida. Berdasarkan hasil penelitan yang


Madu juga dapat mencegah radang pada dilakukan pada 40 orang dibagi menjadi
usus, maag dan tukak lambung. Di dalam 20 responden diberikan perlakuan dan 20
pencernaan, madu akan melindungi responden sebagai kelompok
kolon dari luka sehingga tidak sampai kontrol.Didapatkan pada kelompok
menjadi infeksi. eksperimen yang diberi madu penurunan
frekuensi diare sebagian besar cepat
Diare menyebabkan mukosa usus rusak (65%) sedangkan pada kelompok kontrol
sehingga timbul gangguan proses (tidak diberi madu) penurunan frekuensi
penyebarapn makanan, pemberian madu diare sebagian besar lambat (40%).Ada
bisa membantu terbentuknya jaringan pengaruh pemberian madu terhadap
granulasi dan memperbaiki permukaan penurunan frekuensi diare pada balita12.
kripte usus, memperbaiki saluran
mukosa usus, serta menghambat bakteri Hasil penelitian yang dilakukan pada 70
dan virus. Mukosa usus yang membaik subyek diare akut dengan diare ringan
dapat meningkatkan penyerapan sedang yang dibagi menjadi 2 kelompok:
makanan, mengurangi bising usus, kelompok suplementasi madu sebanyak
mengurangi frekuensi diare. 35 anak dan kontrol sebanyak 35 anak.
Hasil penelitain menunjukkan bahwa
Hasil penelitian yang dilakukan pada 20 pemberian madu terbukti menurunkan
balita yang dirawat di RSI Siti Rahmah frekuensi diare pada hari ke 2, 4, dan 5,
Padang dengan kriteria inklusi anak usia memperpendek lama perawatan serta
1-5 tahun dengan diare akut diperoleh kesembuhan 50% yang terjadi di hari ke-
hasil bahwa frekuensi diare menurun 3. Tidak terdapat perbedaan kenaikan
setelah diberikan madu. Rata-rata berat badan pada kedua kelompok6.
frekuensi diare sebelum diberikan madu
8,15 kali menurun menjadi rata-rata 3,55 Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh
kali per hari setelah diberikan madu. Herawati dengan Rancangan
Madu diberikan 3 kali sehari sebanyak 5 Praeksperimen dengan pendekatan
ml dan ORS diberikan setiap anak pretest posttest dengan kelompok
diare10. kontrol. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 14 responden anak balita yang

Lusiana, Penerapan Pemberian Madu 87


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 1, Maret 2021

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 7 Setelah dilakukan penerapan pemberian


kelompok kasus dan 7 kelompok madu pada klien terjadi penurunan
kontrol. Hasil penelitian dari analisa frekuensi diare 1 hari 1 kali dengan
data rata-rata terjadi penurunan frekuensi konsistensi feces lunak, bising usus
diare setelah diberikan madu (2,1 kali) normal, dan suhu tubuh mendekati batas
dibandingkan dengan frekuensi disre normal. Hal ini menunjukkan bahwa
sebelum diberikan madu (7,5 kali) pemberian madu mampu menurunkan
dengan standar deviasi (1,7 kali) dan frekuensi diare pada anak usia
standar error (0,6 kali). Ada penurunan prasekolah (3-5 tahun).
frekuensi diare sebelum dan sesudah
KESIMPULAN
pemberian madu pada balita di RSUD
ROHUL dengan (p=value=0,0001)13. Penerapan pemberian madu mampu
menurunkan frekuensi diare menjadi 3
Hasil penelitian Nurmaningsih dan kali sehari, konsistensi feces lunak,
Rokhaidah yang dilakukan pada 26 anak bising usus normal, turgor kulit elastis
balita dengan diare akut yang dibagi dan suhu tubuh 1,2 oC.
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
DAFTAR PUSTAKA
kontrol dan elompok eksperiman. Terapi
madu selama 5 hari dengan dosis 5 cc 1. Kementerian Kesehatan Republik

madu dan diberikan 3 kali sehari Indonesia. (2015). Subdit Diare.

diperoleh hasil pemberianmadu Pusat Data dan Informasi Kemenkes

berpengaruh posistif terhadap penurunan RI. www.depkes.go.id>buletin-diare.

frekuensi BAB dan perbaikan Diunduh tanggal 08 April 2020.

konsistensi feses pada anak balita 2. Lestari, T. (2016). Asuhan

dengan diare akut. Rata-rata frekuensi keperawatan anak. Yogyakarta:

diare pada kelompok kontrol Nuha Medika.

sebelumnya 6,77 kali dan setelah 3. Rekam Medik Rumah Sakit Umum

menjadi 4,15kali. Pada kelompok Daerah Jenderal Ahmad Yani Metro.

eksperiman, rata-rata frekuensi diare (2019). 10 Besar Penyakit di Ruang

sebelum penerapan 6,46 kali dan setelah Anak 2019. Metro.


4. Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2017).
diberikan madu menjadi 3,08 kali14.
Keperawatan medikal bedah

Lusiana, Penerapan Pemberian Madu 88


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 1, Maret 2021

(keperawatan dewasa). Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Nuha Medika. MERCUBAKTIJAYA Padang,
5. Kyle, T & Carman,S. (2018). Buku Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan
Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2 Perintis (Perintis’s Health Jornal)7.
Volume 3. Jakarta: EGC (1) 2020 : 64-68.
6. Cholid, S., Santoso, B & Suhartono. 11. Herawati, R. (2016). Pengaruh
(2011). Pengaruh pemberian madu pemberian madu terhadap
pada diare akut. FK UNDIP penurunan frekuensi diare pada anak
Semarang. Sari Pediatri, Vol. 12, No. balita di Rumah sakit Umum (RSUD)
5. 289-295 Rokan Hulu. D3 Kebidanan UPP.
7. Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi 12. Puspitayani, D & Fatimah, L. (2014).
penelitian kesehatan. Jakarta: Pengaruh pemberian madu terhadap
Rineka Cipta. penurunan frekuensi diare anak
8. Yuliarti, N. (2015). Khasiat madu balita di Desa Ngumpul Jogoroto,
untuk kesehatan dan kecantikan. Jombang. Universitas Pesantren
Yogjakarta: Rapha Publishing. Tinggi Darul ‘Ulum Jombang. Jurnal
9. Persatuan Perawat Nasional Edu Healt, Vol. 4, No 2. 68-71
Indonesia (PPNI). (2017). Standar 13. Nurmaningsih, D & Rokhaidah.
Diagnosis Keperawatan Indonesia (2019). Madu sebagai Terapi
Definisi dan Indikator Diagnostik. Komplementer untuk Anak dengan
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Diare Akut. Fakultas Ilmu
Persatuan Perawat Nasional Kesehatan Universitas
Indonesia. Pembangunan Nasional Veteran
10. Andayani, R. P. (2020). Madu Jakarta. Jakarta: JKH/ Volume 3/
sebagai Terapi Komplementer Nomor 1/ Januari 2019 : 1-10
Mengatasi Diare pada Anak Balita.

Lusiana, Penerapan Pemberian Madu 89

Anda mungkin juga menyukai