BAB I
PENDAHULUAN
100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33
kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74
%) (Kemenkes RI, 2011). 3 Hasil survey Departemen Kesehatan RI pada tahun
2009 menunjukkan jumlah kasus diare di Indonesia sebanyak 143.696 kasus rawat
inap dan 172.013 kasus rawat jalan. Kematian akibat diare di Indonesia pada
tahun 2009 mempunyai presentase 1,74%. Sementara kasus diare di Provinsi
Lampung pada balita tahun 2011 yaitu 2.534 dan pada tahun 2012 yaitu 6.027
balita yang mengalami diare. (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2012) pada
Puskesmas Natar kejadian diare pada 3 bulan terahir yaitu sebanyak 84 orang,
sementara pada Desa Natar dalam 3 bulan terahir terdapat 19 balita yang
mengalami diare yaitu sebanyak 22% kasus diare di Puskesmas Natar diperoleh
dari balita yang bertempat tinggal di Desa Natar.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare maupun meningkatkan
risiko rawat inap anak dengan diare. Faktor risiko yang berhubungan dengan diare
pada anak antara lain tingkat pendidikan, pengetahuan dan tindakan pencegahan
terhadap diare (Kamalia, 2005; Sinthamurniwati, 2006; Bintoro, 2010). Penelitian
yang dilakukan oleh Khalili di Iran tahun 2006, menemukan peningkatan risiko
rawat inap pasien diare akut disebabkan oleh adanya darah dalam tinja, dehidrasi,
ASI yang diberikan kurang dari 6 bulan, riwayat rawat inap sebelumnya,
kurangnya akses terhadap air bersih, mempunyai hewan peliharaan.
1.3.2.5 Mahasiswa Mampu membuat evaluasi keperawatan pada pada klien An.A
dengan Gea di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan evaluasi terhadap teori yang telah
diberikan, sebagai sumber bahan bacaan bagi perpustakaan di institusi pendidikan
dan sebagai bahan tambahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan Gea
4
1.4.3 Bagi Lahan Penelitian Dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan
tentang karakteristik balita dengan Gea, sehingga dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
1. Faktor infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:
1. Infeksi bakteri
2. Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia,
aeromonas dan sebagainya.
3. Infeksi virus
a. entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus,
rotavirus, astovirus dan lain-lain.
5
6
2. Infeksi parasit
b. Cacing, protozoa, dan jamur.
3. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak,
malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
4. Faktor makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan.
5. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum
mengkonsumsi makanan.
6. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus.
2.1.3 Manisfestasi Klinis
1) Sering buangan air besar dengan konsisten tinja cair atau encer
2) Kram perut
3) Demam
4) Mual
5) Muntah
6) Kembung
7) Lemah
8) Pucat
9) Turgor kulit menurun
10) Ubun-ubun atau fontanela cekung
11) Kelopak mata cekung
12) Membrane mukosa kering
7
2.1.4 Patofisiologi
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam
basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta
kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan
malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada
akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi
pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel,
atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan
Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman
yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas
usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu
sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi
(intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.
8
2.1.5 Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua
golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri
basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus,
misalnya: diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat
mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya
25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5
sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih
(Sunoto, 1990).
9
Pathway
10
2.1.7 Pencegahan
1) Mencuci tangan. Anak harus diajarkan untuk mencuci tangannya,
sedangkan pada bayi sering dilap tangannya. Bunda pun juga harus sering
mencuci tangan, terutama saat memberi makan pada anak dan setelah
memegang sesuatu yang kotor seperti setelah membersihkan kotoran bayi
atau anak.
2) Tutup makanan dengan tudung saji.
3) Masak air minum dan makanan hingga matang.
4) Jaga kebersihan makanan dan minuman, berikan ASI eksklusif minimal 6
bulan karena ASI mengandung immunoglobulin. Untuk bayi yang
"terpaksa" menggunakan susu formula, maka dotnya harus dicuci bersih
dan disterilkan dengan baik.
11
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Terapi Cairan
2. Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada
penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
3. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah
PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan
yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal
Water Losses).
4. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994
dalam Wicaksono, 2011)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung
meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80
mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa
cairan rehidrasi oral:
a). Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3
dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
b). Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-
komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan
yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai
cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan
parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
3) a). Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b). Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994
dalam Wicaksana, 2011).
4) Antibiotik
12
2.1.8 Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
13
2.1.10 intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan Reflek spasme otot pada dinding perut
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, lokasi, dan skala nyeri
b. Monitor tanda tanda vital
c. Berikan posisi senyaman mungkin
d. Ajarkan teknik relaksasi distraksi
e. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik
2. Hipertemi berhubungan dengan sirkulasi darah yang menurun
Intervensi :
a. Kaji tanda gejala hipertemi
b. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya mempertahankan masukan
yang adekuat sedikitnya 2000 ml/ hari
c. Monitor intake dan output dehidrasi
d. Monitor suhu dan tanda vital
e. Kolaborasi dengan TIM Medis (dokter) pemberian obat antipiretik
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake tidak adekuat
Intervensi :
a. Kaji intake dan output makanan
b. Berikan makanan sedikit tapi sering setiap 2-3 jam,
c. Timbang berat badan tiap hari,
d. Instruksikan teknik-teknik pemberian makanan yang sehat,
14
meningkat, dapat menghabiskan sesuai porsi diet yang telah diberikan, dan
kebiasaan makan pagi, siang, dan sore.
Menigkatkan rearbsorbsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan
terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan
pada keseimbangan cairan (volume darah).
6. Cara Pengeluaran Cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
1. Ginjal
a. Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter
darah untuk disaring setiap hari.
b. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
c. Pada orang dewaasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari.
d. Jumlah urine yang dipprosuksi oleh ADH dan Aldosteron.
2. Kulit
a. Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang menerima
rangsang aktivitas kelenjar keringat
b. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperature lingkungan yang meningkat dan demam.
c. Disebut Insensible Water Loss (IWL) sekitar 15 – 20 ml/24 jam.
3. Paru – paru
a. Menhasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b. Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan
kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.
4. Gastrointestinal
a. Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari
sekitar 100 – 200 ml.
b. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10 – 15 cc/kg BB/24 jam,
dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1O C.
7. Masalah Keseimbangan Cairan
1) Hipovolemik
Adalah kondisi akibat kekurangan volume Cairan Ekstraseluler (CES),
dan dapat terjadi kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan
sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada
19
CAIRAN (ML/24
NO UMUR BB (KG)
JAM)
1 3 hari 3,0 250 – 300
2 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4 6 tahun 20 1800 – 2000
5 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6 14 tahun 45 2200 – 2700
7 18 tahun (Adult) 54 2200 – 2700
2.3 Elektrolit
Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-).
Ada tiga cairan elektrolit yang paling esensial yaitu:
1. Natrium (sodium)
a. Merupaka kation paling banyak yang terdapa pada Cairan Ekstrasel (CES)
b. Na+ mempenagruhi keseimbangan air, hantaran implus araf dan kontraksi
otot.
c. Sodium diatur oleh intake garam aldosteron, dan pengeluaran urine.
Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (potassium)
21
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energi, proses ini menimblkan pergerakan carian dari interstitial ke intraseluler.
4. Stres
Stres dapat menimbulkan paningkatan metabolism sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung,
gangguan hormone akan mengganggu keseimbangan cairan.
2.6 Etiologi
1. Patofisiologis
a. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan
dengan jalan evaferotif karena luka bakar
b. Berhubungan dengan keluaran urin yang berlebihan
c. Diabetes insipidus (ketidak adekuatan hormon diuretik)
d. Diabetes tak terkontrol
e. Berhubungan dengan kehilangan-kehilangan sekunder akibat :
f. Drainase abnormal
g. Luka
h. Demam atau peningkatan laju metabolic
i. Diare
j. Perikonitis
2. Situasional
a. mual muntah
b. makanan melalui selang dengan pelarut tinggi
c. masalah diet
d. kesulitan menelan atau makan sendiri sekunder, akibat nyeri mulut,
keletihan
e. penggunaan zat yang berlebihan
24
2.9 Intervensi
1. Diagnosa : kekurangan volume cairan
a. Ukur dan catat setiap 4 jam :
1) Intake dan output cairan
2) Warna muntahan , urine, feses
3) Monitor turgor kulit
4) Tanda vital
5) Monitor IV infuse
6) CVP
7) Elektrolit, BUN, hematokrit dan hemoglobin
8) Status mental
9) Berat badan
Rasional : menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan.
a. Berikan makanan dan cairan. Rasional : memenuhi kebutuhan makan dan
minum.
b. Berikan pengobatan seperti antidiare dan anti muntah. Rasional :
menurunkan spasme usus dan muntah.
c. Berikan dukungan verbal dalam pemberian cairan. Rasional :
meningkatkan konsumsi yang lebih.
d. Lakukan kebersihan mulut sebelum makan. Rasional : meningkatkan
nafsu makan.
e. Ubah posisi pasien setiap 4 jam. Rasional : meningkatkan sirkulasi.
f. Berikan pendidikan kesehatan tentang :
1. Tanda dan gejala dehidrasi
26
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : An. A
TTL : Palangka Raya, 14 Desember 2017
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen
Suku : Dayak
Pendidikan : Belum Sekolah
Alamat : Petuk bukit
Diagnosa Medis : GEA ( Gestroentiritis Akut / Diare )
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama Klien : Ny. E
TTL : Habangoi , 12 Maret 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Suku : Dayak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Petuk bukit
Hubungan Keluarga : Ibu Kandung
3. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya mencret lebih dari 3x sehari dan muntah
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluarga pasien mengantar pasien pada tgl 16 juli 2018 ke Rumah sakit
dr,Doris Slyvanus dan masuk di IGD dengan keluhan mencret lebih dai 3x sehari
dan muntah
b. Riwayat Kesehatan Lalu
28
29
1) Riwayat Prenatal : Ibu klien mengatakan tidak ada masalah saat hamil
2) Riwayat Natal : Klien lahir Normal,kehamilan 9 bulan, BB = 2,7
Kg
3) Riwayat Postnatal : Keadaan tubuh normal tidak ada kelainan
4) Penyakit sebelumnya : Tidak ada
5) Imunisasi
Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT
Usia 1 bulan - - 4 bulan 1 bulan -
Keterangan :
1. Keadaan Umum
Pasien tampak lemas dan terpasang Infus Kaen 4B\ 8 tetes /menit di tangan
kanan sebelah kanan
2. Tanda Vital
Tekanan darah : -
Nadi : 130 x/mnt
Suhu : 37,9 °C
Respirasi : 30 x/mnt
3. kepala dan wajah
a. Ubun-ubun
Menutup : Ya
Keadaan : Cembung
Kelainan : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
b. Rambut
Warna : Hitam
Keadaan : Rontok = Tidak
Mudah dicabut = Tidak
Kusam = Tidak
Lain-lain : Tidak ada
c. Kepala
keadaan kulit kepala : Bersih normal
peradangan/benjolan : tidak ada
lain-lain : tidak ada
d. Mata
Bentuk : Simetris
Conjungtiva : normal,merah muda
Skelera : normal,berwarana putih
Reflek pupil : Normal
Odem Palpebra : Tida ada
Ketajaman penglihatan : Baik
31
Bentuk : simetris
Retraksi dada : tidak ada
Bunyi Nafas : Normal
Tipe pernafasan : S1,S2 lup-dup normal
Iktus kordi : Normal
Bunyi tambahan : tidak terdengar suara tambahan
Nyeri dada : tidak ada
Keadaan payudara : Normal
Lain-lain : tidak ada
6. Punggung
Bentuk : simetris
Peradangan : tidak terdapat peradangan
Benjolan : tidak terdapat benjolan
Lain-lain : tidak ada
7. Abdomen
Bentuk : Simetris
Bising usus : 18x/mnt
Asites : Tidak ada
Massa : tidak terdapat myeri abdomen
Hepatomegali : tidak ada
Spenommegali : tidak ada
Nyeri : tidak terdapat nyeri abdomen
Lain-lain : tidak ada
8. Ektremitas
Pergerakan/tonus otot : Normal, mampu bergerak tanpa hambatan
Oedema : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Cllubing finger : tidak ada
Keadaan kulit/turgor : tidak normal,kembali lebih dari >2detik
Lain-lain : tidak ada
9. Genetalia
33
a. Laki-Laki
Kebersihan : cukup
Keadaan testis : Lngkap
Peradangan/benjolan : tidak ada
Hipospadia = tidak ada
Epispadia = tidak ada
Lain-lan : Iritasi bagian anus
III. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
1. Gizi : - BBI :BBl (gr) + (usia x 500 gr )
= 2.700 gr + ( 7x 500 gr )
= 2.700 gr + 3.500 gr
= 6.200 gr / 6,2 kg
2. Kemandirian dalam bergaul : Tidak dapat di kaji
3. Motorik halus : Sudah bisa menggemgam benda seperti mainan
4. Motorik kasar : sudah bisa menendang dan tengkurap
5. Kognitif dan bahasa : baik, belum bisa bicara
6. Psikososial : Dekat dengan orang tua dan keluarga
Selmi Aprinati
36
ANALISA DATA
Hipertemia
37
PRIORITAS MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
Tanda tangan
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Dan
Nama Perawat
Selasa 17 juli 1. Mengobservasi S: ibu pasien mengatakan anak nya
keadaan umum pasien Masih mencret
2018 jam
2. Mengkaji TTV pasien
13.00 3. Menganjurkan keluarga O: - Pasien masih terlihat BAB
pasien untuk minum 1. BAB pasien masih terlihat
oralit kepada pasien cair
setelah BAB 2. BAB berwarna kuning Selmi Apinati
4. Memberikanpendidikan 3. Mata terlihat cekung
kesehatan tentang diare 4. Bibir terlihat kering
5. Mengkolaborasi 5. Turgo kulit nya lebih dari 2
dengan dokter untuk detik
pemberian cairan 6. Iritasi di bagian anus
parentral -TTV: N =120 x/ Menit
RR = 30 x / Menit
S = 37,5 °C
BAB 4
PEMBAHASAN
40
41
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Diare adalah buang air besar (Defekasi) dengan jumlah yang lebih banyak
dari biasanya (normal 100-200 mL/jam tinja), dengan tinja berbentuk cair
(setengah padat), dapat pula di sertai frekuensi Defikasi.
Penyakit diare ditimbulkan oleh makanan,minuman,virus dan bakteri,dan juga
alcohol. Kuman penyakit diare di tularkan melalui air dan makan,tangan yang
kotor,berak sembarang tempat dan botol susu yang kurang bersih.
Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya yaitu : diare akut dan kronis.
Penyakit diare dintadai dengan adanya berak encer, biasanya 3 kali atau lebih
dalam sehari,disertai muntah,badan lesu dan lemah tidak mau makan,dan panas.
Bahaya dari diare itu adalah banyaknya cairan dalam tubuh,dan menyebabkan
kematian. Usaha untuk mengatasi diare yaitu dengan cara memberi
minuman,larutan oralit,biasanya juga larutan gula,dan garam (LGG).
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Cairan
tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak
dapat diukur secara langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan
yang hanya terdapat dalam cairan intrasel.
5.2 Saran
Saya merasa pada Studi kasus ini meski banyak kekurangan,karna kurangnya
Referensi dan pengetahuan pada saat pembuatan Studi kasus ini,saya sebagai
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada pembaca agar saya
dapat Studi kasus yang lebih baik.
42