Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare merupakan masalah kesehatan pada anak yang menjadi salah satu
penyebab utama kematian dengan rentang usia dibawah 5 tahun, setelah infeksi
saluran pernafasan, dengan angka kematian tertinggi di dunia. Diperkirakan
sekitar 17% / 6 juta anak meninggal setiap tahun nya dan sebagian besar terjadi
di negara berkembang. Di Indonesia, diare menjadi urutan pertama penyebab
kematian pada bayi, yaitu sekitar 42%. Diperkirakan sekitar 7,4%, dan angka
kematian untuk diare persisten sekitar 45%.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) melaporkan bahwa pada tahun 2007,


prevalensi nasional diare sekitar 9% dengan rentang 4,2%-18,9%. Pada tahun
2007, Aceh memiliki proporsi kasus diare pada balita mencapai 44,3%,dan
mengalami peningkatan menjadi 44,5% yaitu dengan jumlah 58.116 kejadian,
pada tahun 2008,. (Sari Pediatri, Vol. 13, No. 4, Desember 2011).

Maka dari itu dibutuhkanlah peran perawat sebagai pemberi pelayanan. Peran
perawat dari aspek promotif yaitu, perawat memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga, agar menjaga kebersihan makanan, memilih makanan yang
baik, dan cara pengolahan makanan dengan benar. Aspek preventif yaitu
mengajarkan teknik cuci tangan dengan benar, mengajurkan untuk mencuci dot
dan botol yang di gunakan. Aspek Kuratif yaitu dengan melakukan kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian pengobatan dan memonitor cairan untuk
mencegah terjadinya dehidrasi. Aspek Rehabilitatif yaitu dengan pemberian
asupan makanan pedoman gizi seimbang dan minum sesuai dengan kebutuhan.

Mengingat kompleksnya peran perawat dalam pemberi pelayanan pada anak


dengan diare, maka kelompok tertarik untuk menulis Makalah dengan judul
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diare
P a g e 1 | 19
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien anak
dengan diare.

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Mampu mengetahui konsep dasar diare
1.2.2.2 Mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan pada klien
anak
dengan diare.
1.2.2.3 Mampu melakukan pengkajian pada klien anak dengan diare
1.2.2.4 Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada klien anak dengan
diare
1.2.2.5 Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien anak
dengan
diare
1.2.2.6 Mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien anak dengan
diare
1.2.2.7 Mampu mengevaluasi keperawatan pada klien anak dengan diare

1.3 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup penulisan makalah ini adalah asuhan keperawatan pada
klien anak dengan diare.

1.4 Metodologi Penulisan


Metode dalam penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif, yaitu
metode yang menggambarkan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan diare. Teknik pengumpulan data dikumpulkan melalui :

1.4.1 Studi kepustakaan : Studi kepustakaan yaitu dengan cara membaca,

P a g e 2 | 19
mempelajari dan memahami buku-buku keperawatan
sebagai sumber untuk mendapatkan dasar ilmiah
yang berhubungan dengan diare pada anak.

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam menulis makalah ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis,
penatalaksanaan keperawatan, komplikasi, pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB III : PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengertian Diare


Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak dengan konsistensi encer berwarna hijau dapat bercampur
lendir dan darah atau lendir saja. (Maryunani, 2010).

P a g e 3 | 19
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya
ditandai dengan adanya peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3
kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah
lama kelamaan berwarna hijau bersifat asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak dapat diserap oleh usus dan adanya tanda dehidrasi.(Aziz,A. Alimul, 2006).

Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau
lendir dalam tinja. (fakultas kedokteran universitas indonesia, 2003)

Kesimpulan : Diare adalah pengeluaran feses dengan konsistensi cair, terjadi lebih
dari 3 kali sehari pada anak, dan lebih dari 4x terjadi pada neonatus dengan atau tanpa
lendir dan darah dalam tinja, disertai dengan muntah, peningkatan suhu tubuh, dan
dehidrasi.

2.2 Etiologi

2.2.1 Infeksi bakteri


2.2.1.1 Infeksi enteral : penyebab utama diare pada anak. Yaitu :
1. Golongan bakteri bacillus cereus, shigella sp, salmonella sp,
eshcerichia coli
2. Golongan virus : astrovirus, adenovirus, rotavirus, calivirus,
coronavirus
3. Golongan parasit : candida sp , isospora belli, balantidium coli,
cryptosporidium
2.2.2 Infeksi parenteral merupakan infeksi diluar alat pencernaan seperti otitis
media akut, tongsilitis, encphalitis, terutama pada bayi dan anak usia dibawah
2 tahun
2.2.3 Faktor malabsorbsi ( gangguan absorbsi )
a. Terjadinya absorbsi kaborhidat pada bayi dan anak
1. Disakarida : intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa
2. Monosakarida : intoleransi glukosa dan galaktosa
b. Malabsorpsi ptotein
c. Malabsorbsi lemak
2.2.4 Faktor makanan : makanan yang basi, beracun, anak yang alergi
terhadap makanan serta konsumsi obat-obatan.
2.2.5 Faktor psikologis : rasa takut dan kecemasan.

P a g e 4 | 19
2.3 Patofisologi
Diare disebabkan oleh berbagai faktor pertama infeksi bakteri diawali dengan adanya
mikroorganisme yang masuk kedalam pencernaan dan kemudian perkembang dalam
lambung dan usus. Mikroorganisme yang masuk memproduksi toksin sehingga
menyebabkan sel mukosa lambung dan usus mengalami iritasi, kemudian sekresi
cairan dan elektrolit meningkat.toksin yang dikeluarkan dapat menyebkan kerusakan
dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi.

Kedua faktor malabsorbsi yaitu kegagalan dalam melakukan absorbsi terhadap


makanan atau zat yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat, pergesaran air
dan elektrolit ke rongga usus yang meningkat sehingga terjadi diare. Gangguan
mortalitas usus, hiperperistlatik mengakibatkan berkurangnya fungsi usus untuk
menyerap makanan, sebaiknya hipoperistaltik mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebih sehingga terjadi diare. Akibat dari diare dapat menyebakan dehidrasi
( kehilangan cairan elektrolit) yang mengakibatkan asam basa ( asidosi metabolik dan
hipovolemik), dan gangguan nutrisi ( intake atau output berlebih).

2.4 Manifestasi Klinis


2.4.1 Bab dengan konsistensi cair dan terdapat lendir dan darah dalam feses,
berwarna merah bahkan kehitaman

2.4.2 Mata cekung


2.4.3 Nadi cepat dan dalam
2.4.4 Demam lebih dari >38,5
2.4.5 Badan lesu dan lemah
2.4.6 Tidak nafsu makan
2.4.7 Turgor kulit tidak elastis
2.4.8 Muntah
2.4.9 Nyeri perut
2.4.10 Merasa haus
2.4.11 Berat badan berkurang
2.4.12 Membran mukosa kering
2.4.13 Pernafasan kussmaul
2.5 Pemeriksaan Penunjang

P a g e 5 | 19
2.5.1 Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses ditemukan adanya leukosit. Jika terdapat leukosit


didalam feses artinya terdapat inflamasi kolon baik infeksi maupun non infeksi.
Sampel harus diperiksa sesegera mungkin, karena netrofil cepat mengalami
perubahan. Sensitifitas leukosit feses terhadap inflamasi patogen (Salmonella,
Shigella dan Campylobacter) yang dideteksi dengan kultur feses, tergantung dari jenis
patogennya. Tanda inflamasi intestinal adalah laktoferin. Laktoferin adalah
glikoprotein bersalut besi yang dilepaskan oleh netrofil, keberadaannya dalam feses
menunjukkan adanya inflamasi kolon.

2.5.2 Pemeriksaan darah lengkap


Pemeriksaan kimia darah, natrium, kalium, klorida, ureum, kreatinin
analisa gas darah dan pemeriksaan darah lengkap.
2.5.3 Makroskopis dan mikroskopis
2.5.4 Pemeriksaan biakan kuman
2.5.5 Uji risistensi terhadap antibiotik
2.5.6 Ph dan kadar gula dalam tinja dengan lakmus
2.5.7 Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa melalui Ph,
cadangan alkali dan elektrolit
2.5.8 Intubasi Duodenum
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif,
terutama pada diare kronik
2.5.9 Pemeriksaan radiologis
2.5.9.1 Sigmoidoskopi
2.5.9.2 Kolonoskopi

2.6 Penatalaksaan
2.6.1 Medis
a. Pengganti cairan dan elektrolit
Rehidrasi oral dilakukan pada pasien yang mampu minum pada
diare akut. Diare hebat diberikan hidrasi intravena. Rehidrasi
oral 3,5 gram natrium klorida dan 2,5 gram natrium bikarbonat.
1,5 gram kalium klorida dan 20 gram glukosa/L air. Hidrasi
qaoral dapat dibuat sendiri dengan sendok teh garam,
sendok teh baking soda, dan 2-4 sendok gula, beri pisang 2
buah atau 1 gelas jus jeruk sebagai pengganti kalium dan beri
oralit

P a g e 6 | 19
b. Pada diare hebat diberikan hidrasi intravena Nacl/ringer laktat harus
dibantu dengan suplementasi kalium
c. Pantau TTV, tanda dehidrasi, dan intake output

Pengganti cairan menggunakan metode pierce berdsarkan keadaan

1. Dehidrasi ringan 5% x kg BB
2. Dehidrasi sedang 8% x kg BB
3. Dehidrasi berat 10% x kg BB

Beberapa cara menghitung kebutuhan cairan menurut goldbeger

Cara 1 bila tidak ada rasa ingin minum dan tidak ada tanda dehidrasi
kemungkinan kehilangan 2% cairan dari BB. Bila mukosa bibir kering
kemungkinan kehilangan cairan 6% dari BB. Bila tanda diatas ditandai
juga dengan kelemahan pada fisik maka kemungkinan kehilangan cairan
7-14% atau sekitar 3,5-7 literpada dewasa dengan BB 50kg
Cara 2 bila ditimbang setiap hari maka kehilangan berat badan 4kg pada
fase akut sama hal nya dengan defisit air 4 liter
Cara 3 menggunakan rumus Na2 x BW2=Na 1 x BW1 dimana:
Na1 kadar natrium plasma normal
BW1 volume air badan normal
Biasanya 60% dari BB pria 50% untuk wanita
Na2 kadar natrium plasma saat ini
BW2 volume air tubuh saat ini

Jenis cairan infus

No Cairan Kegunaan

1. Larutan isotonis Larutan isotonis


NaCl (normal
seperti NaCl dan RL
sakin) 0,9%
menetap dalam
Ringer laktat
kompartemen
(RL)dektrose 5%
vaskular,
dalam air (D5W)
mengembangkan
volume vaskular.

P a g e 7 | 19
D5W adalah isotonik
pada awal pemberian
tetapi menyediakan
air bebas ketika
dektrose
dimetabolisme,
meningkatkan volume
cairan intraseluler dan
ekstraseluler

Larutan Larutan hipotonik


hipotonik untuk restorasi air dan
NaCl 0,45% dan
menangani dehidrasi
NaCl 0,33%
seluler. Larutan ini
meningkatkan produk
sisa oleh ginjal

Larutan Larutan hipertonik


hipertonik menarik cairan keluar
Dektrose 5%
dari kompartemen
dalam NaCl
intraseluler dan
Dektrose 5%
interstitial kedalam
dalam 0,45%
kompartemem
NaCl
Dektrose 5% vaskuler,
dalam RL mengembangkan
volume vaskuler

2. Pemberian antibiotik
a. Pada umumnya pengobatan antibiotik tidak dianjurkan karena akan
mengubah floranormal usus dan menyebabkan diare menjadi
memburuk. 40% kasus diare akut infeksi sembuh dalam waktu 3 hari
tanpa antibiotik.pada pasien diare ineksi dengan demam, feses

P a g e 8 | 19
berdarah, leukosit pada feses di indikasikan dalam pemberian
antibiotik.metronidazole merupakan obat efektif dan aman untuk
giardia lamblia dan bakteri anaerob yang terd pada blin loop
syndrome. Pemberian terapi antibiotik berdasarkan kultur dan
resistensi kuman. Campylobacter,salmonella/shigella diberikan
ciprofloksasin 500mg oral.
b. Tidak perlu diberikan obat kaolin, pektin, difenoksilat (lomotil) dalam
pengobatan obat anti diare karena menyebabkan terlambatnya
motilitas usus sehingga enteritis akan memanjang

2.6.2 Keperawatan

1. Kebutuhan istirahat
Pasien diare memerlukan istirahat yang cukup. Semua kebutuhan pasien harus
ditolong ditempat tidur. Usahakan pemberian obat secara tepat, pengambilan bahan
pemeriksaan atau pemberian suntikan jangan dilakukan pada saat pasien sedang tidur.
Usahakan dalam keadaan tenang dan nyaman, agar kebutuhan istirahat pasien dapat
terpenuhi.

2. Kebutuhan nutrisi dan cairan


Cairan harus diberikan sedikit demi sedikit dengan frekuensi sesering mungkin, Dua
pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium.
Monitor status hidrasi, memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan
penyesuaian infus jika diperlukan.

3. Mengontrol suhu tubuh


Pasien diare sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia. Menurunkan suhu selain
dengan memberikan kompres dingin dan obat-obatan, maka setelah dikompres satu
jam harus dilakukan pengontrolan suhu kembali untuk mengetahui apakah suhu
mengalami penurunan atau belum.

P a g e 9 | 19
4. Gangguan rasa aman dan nyaman
Melakukan perubahan posisi setiap 2 jam sekali.

5. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit


Penyuluhan untuk mencegah diare diantaranya menjaga kebersihan dimulai dari
kebersihan diri, sanitasi dan lingkungan. Melakukan cuci tangan setelah keluar dari toilet dan
sebelum mengolah makanan, mencuci sayur dan buah dengan air bersih, memasak daging
dan makanan laut sampai matang.

2.7 Komplikasi
2.7.1 Dehidrasi (Kekurangan cairan)
Dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang berlebih melalui BAK,
BAB, keringat atau pun komsumsi cairan yang kurang selama diare.

2.7.1.1 Derajat dehidrasi


Katagori Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan Dehidrasi berat
sedang
1. Menyatakan:
-diare -< 4x sehari -4-10x sehari ->10x sehari
-muntah -tidak ada/sedikit - hanya beberapa -sering
-haus -tidak ada kali -banyak/tidak
-buang air kecil -normal -sedikit, warna dapat minum
kuning tua -anuria selama 6
jam
2. Melihat :
-keadaan umum -baik -lemah, gelisah -lunglai, tidak
-mata - normal - cekung sadar
-bibir dan lidah -basah,normal -kering - sangat cekung
-nafas -normal -cepat - sangat kering,
sianosis
-sangat cepat atau
kussmaul

P a g e 10 | 19
3. Meraba atau
palpasi:
-kulit -kekenyalan -kekenyalan -kekenyalan
normal kurang sangat kurang
-nadi -sangat cepat,
-kuat, -sedang,120- lemah atau tidak
<120x/menit 140x/menit teraba,
-ubun-ubun >140/menit
-normal -cekung - sangat cekung
4. Menimbang Tetap Turun : 25- Turun :
berat badan 100gr/kg BB >100gr/kg BB
5. Taksiran Tidak ada 40-90 ml/kg BB 100-110 ml/kg
-kehilangan cairan BB

Kategori A B C
Lihat atau inspeksi
-kondisi umum -baik, sadar -gelisah -letargi, tidak sadar
-mata -normal -sedikit cekung -layu, sangat
-derajat haus -minum biasa, -haus, sangat haus cekung
-ubun-ubun besar tidak haus -sedikit cekung -minum dengan
-Normal lemas, tidak
mampu minum
-sangat cekung
Raba atau palpasi
-cubitan pada kulit -Kembali dengan -Kembali lambat -Kembali secara
cepat lambat

P a g e 11 | 19
Tentukan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan- Dehidrasi berat
sedang -bila terdapat 2
-bila terdapat 2 atau lebih tanda
atau lebih tanda

Tata laksana Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C

2.7.1.2 Kehilangan berat badan


2.7.1.2.1 Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%
2.7.1.2.2 Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%
2.7.1.2.3 Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
2.7.1.2.4 Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan >10%

2.7.1.3 Menurut tonsitas darah


2.7.1.3.1 dehidrasi isotonik, bila kadar Na dalam plasma antara 131-150
mEq/L
2.7.1.3.2 dehidrasi hipotonik, bila kadar Na dalam plasma <131 mEq/L
2.7.1.3.3 dehidrasi hipertonik, bila kadar Na dalam plasma >150 mEq/L

Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik


Rasa haus - + +
Berat badan Menurun sekali Menurun menurun
Turgor kulit Menurun sekali Menurun Tidak jelas
Kulit atau selaput Basah Kering Kering sekali
lendir
Gejala SSP Apatis Koma Iritable,kejang
kejang,
hiperprefleksi
Sirkulasi Jelek sekali Jelek Relatif masih baik
Nadi Sangat lemah Cepat dan lemah Cepat dan keras

P a g e 12 | 19
Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah
Banyaknya kasus 20-30% 70% 10-20%

2. Infeksi berat
Terjadi akibat penyakit diare yang tidak di tangani dengan baik. Dapat terjadi
komplikasi diare berupa perluasan infeksi kedarah (sepsis) ke otak maupun
selaput otak (menginitis,ensefalitis, maupun meningoensefalitis).
3. Malnutrisi
Pada anak diare merupakan penyebab malnutrisi sehingga kekebalan tubuh
anak menurun dan lebih mudah terserang diare. Apabila terjadi diare yang
terus menerus,fungsi usus yang utama adalah menyerap nutrisi dari makanan
pun akan terganggu dan menyebabkan malnutrisi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE


2.7.1 Pengkajian
Identitas klien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal,umur, asal suku bangsa dan pekerjaan
orang tua.
1. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cairan
( diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi/ringan),
atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14

P a g e 13 | 19
hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila
berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten
2. Riwayat penyakit sekarang
a. Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, dan timbuldiare
b. Feses cair, mungkin disertai lender atau darah
c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karna sering defikasi
d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e. Apabilaklien sudah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka
gejala dehidrasi mulai tampak
f. Diuresis :terjadi oliguria ( kurang satu ml/kg bb/jam) bila terjadi
dehidrasi
3. Riwayat kesehatan meliputi :
a. Riwayat imunisasi
b. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotika)
c. Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya
4. Riwayat Nutrisi
a. Asupan makanan
b. Keluhan nyeri abdomen
c. Distensi abdomen, mual, muntah
d. Berat badan biasanya turun
5. Pola eliminasi :
a. Frekuensi defekasi seringlebih 3 kali / hari
b. Feses cair, mengandung lendirdan darah
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Bayi,sadar (tanpa dehidrasi)
Gelisah, (dehidrasi ringan, sedang)
Lesu, lunglai atau tidak sadar, tidak ada urin ( dehidrasi berat)
b. Berat badan klien diare dengan dehidrasi biasanya mengalami
penurunan berat :
Dehidrasi ringan : bila terjadi penurunan berat badan 5%
Dehidrasi sedang : bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
Dehidrasi berat :bila terjadi penurunan berat bada 10-15%
c. Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan
turgor( cubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari). Inspeksi
kulit perianal apakah terjadi iritasi.
d. Mulut/lidah
Mulut dan lidah basah( tanpa dehidrasi)
Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan sampai sedang)
Mulut dan lidah sangat kering(dehidrasi berat)
P a g e 14 | 19
e. Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri, dan bising
usus yang meningkat.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih


2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output yang berlebih
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekuensi
diare

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DX 1. Kurang volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam di harapkan
kurang volume cairan dapat teratasi:
KH:
Membran mukosa bibir lembab
capillary refill < 3 detik
konjungtiva tidak pucat
tanda tanda vital dalam batas normal TD: 120/80mmHg S:36,5-37,5
N:80-90x/menit RR: 20-30x/menit

Intervensi :

1. monitor dan catat masukan dan pengeluar cairan :urin, feses dan keringat
( jumlah, konsitensi dan warna)
R : memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, merupakan pedoman
untuk penggantian cairan.
2. Observasi tanda tanda vital
R: hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukan respon terhadap kehilangan
cairan.
3. Observasi adanya kulit kering dan membrane mukosa, kering, penurunan
turgor kulit, pengisian kapiler lambat
R: menunjukan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian : cairan palentral, transfusi
darah sesuai indikasi

P a g e 15 | 19
R: mempertahankan istirahat usus akan menurunkan penggantian cairan untuk
memperbaiki kehilangan atau anemia.
5. Berikan terapi anti diare sesuai program medik
6. R: menurunkan kehilangan cairan dari usus

DX 2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kehilangan cairan yang tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan
perubahan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh dapat teratasi :
KH :
1. Berat badan meningkat atau normal sesuai umur
2. Napsu makan meningkat
3. Tidak ada mual

Intervensi

1. Kaji kesukaan dan kebiasaan makan pasien

R : dengan mengkaji kesukaan dan kebiasaan makan pasien, diharapkan napsu


makan pasien meningkat

2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap dan saikan
makanan dalam keadaan hangat.

R : situasi yang nyaman dan rileks akan merangsang napsu makan

3. Monitor intake dan output dalam 24 jam

R : mengetahui jumlah output dapat merencanakan jumlah makanan

4. Kolaborasi dengan tim kesehatan ahli gizi : diet TKTP rendah serat, susu,obat
obatan, atau vitamin (A)

R : untuk menentukan asupan gizi yang tepat

DX 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekuensi diare


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharakan
kerusakan integruitas kulit tidak terganggu
KH :
1. Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
2. Keluarga mampu mendemostrasikan perawatan perineal dengan baik dan
bener

P a g e 16 | 19
Intervensi :
1. Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar
R : menentukan intervensi lebih lanjut
2. Jaga daerah anal dan bokong agar tetap bersih
R : dengan menjaga kebersihan mencegah perkembang biakan kuman atau
bakteri
3. Demostrasikan dan libatkan keluarga dalam perawatan perianal (bila basa dan
mengganti pakaian bawah serta alasnya )
R : agar keluarga mengerti cara mencegah terjadinya iritai kulit yang tak di
harapkan oleh karna kelembaban dan keasaman feses

P a g e 17 | 19
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Diare adalah pengeluaran feses dengan konsistensi cair, terjadi lebih dari 3
kali sehari pada anak, dan lebih dari 4x terjadi pada neonatus dengan atau tanpa lendir
dan darah dalam tinja, disertai dengan muntah, peningkatan suhu tubuh, dan
dehidrasi. Jika tidak ditanganin lebih lanjut diare dapat menyebabkan komplikasi
seperti : dehidrasi, malnutrisi dan infeksi berat.

3.2 Saran
Saran yang dapat kelompok tulis, adalah :

3.2.1 Bagi pasien dan keluarga


Penulis mengharapkan agar keluarga menjaga kesehatan dan
mempertahankan anggota keluarga supaya terhindar dari penyakit diare
dengan cara mampu menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri,
menjaga pola hidup bersih dan sehat, sehingga anggota keluarga lainnya
terhindar dari penyakit diare.

3.2.2 Bagi Mahasiswa Keperawatan


Mahasiswa harus mampu menguasai Konsep Diare dengan mencari tahu dan
mempelajari literatur dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak
dengan Diare.

P a g e 18 | 19
DAFTAR PUSTAKA

Azis, A, A, H. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta:Salemba Medika

Boediarso, A, Halimun, EM, Suharyono. 2003. Gastroenterologi anak praktis.

Jakarta:Balai Penerbit FKUI

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Vol. 5 No. 2, Juni 2009

L, Dona Wong. 2004. Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Jakarta: Buku

kedokteran EGC

Maryunani, A. 2010. Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta: CV Trans Info

Media

Suratun & Lusiana. 2010. Asuhan keperawatan klien gangguan sistem

gastrointestinal. Jakarta: CV Trans Info Media

P a g e 19 | 19

Anda mungkin juga menyukai