Anda di halaman 1dari 9

Implementasi Surveilans Kesehatan Ibu

dan Anak di Kabupaten Purworejo


Written by admin on August 21, 2013. Posted in Activity
Pendahuluan
1.1.

Latar Belakang

Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) diantaranya adalah menurunkan
angka kematian ibu melahirkan dan angka kematian anak. Dua tujuan ini juga merupakan
tujuan utama pembangunan di bidang kesehatan di Indonesia. Pencapaian tujuan MDGs ini
secara nasional merupakan agregat dari data masing-masing wilayah Kabupaten/Kota.
Penurunan angka kematian ibu diperkirakan tidak memenuhi target yang ditetapkan, namun
pencapain tujuan MDGs lainnya menunjukan adanya perbaikan yang berarti. Untuk
membantu tercapainya tujuan MDGs tentunya dibutuhkan dukungan serta kerjasama dari
berbagai pihak dan stake holder yang terkait, baik dari perencanaan strategi, pelaksanaan,
hingga evaluasi dan monitor.
Surveilens merupakan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara terus-menerus untuk
mendapatkan informasi yang cepat dan akurat (valid). Dalam kaitan dengan program
Kesehatan Ibu Anak-Kesehatan Reproduksi, surveilens sangat besar manfaatnya untuk
menyediakan data mengenai kesehatan ibu dan anak serta kesehatan reproduksi yang lain
secara cepat dan akurat guna menyusun program yang sesuai dengan permasalahan di
lapangan. Ketepatan dan keberhasilan suatu program sangat bergantung pada ketersediaan
data dan informasi yang valid serta reliabel. Dengan adanya informasi yang cepat dan akurat,
maka Dinas Kesehatan atau para pengambil kebijakan (stake holder) dapat segera merespon
kejadian dengan membuat program-program yang tepat dan sesuai dengan permasalahan di
lapangan. Kurangnya data dan informasi yang cepat dan akurat, menyebabkan programprogram yang dibuat oleh Dinas Kesehatan menjadi serba terlambat. Hal tersebut
mengakibatkan permasalahan kesehatan dimasyarakat tidak teratasi, bahkan telah muncul
permasalahan yang baru.
Surveilans kesehatan masyarakat adalah aktifitas secara sistematis tentang pengumpulan,
analisis, interpretasi, dan diseminasi data berkaitan dengan kejadian masalah kesehatan dalam
rangka tindakan kesehatan masyarakat untuk menurunkan kejadian morbiditas dan mortalitas
serta meningkatkan derajat kesehatan. Data yang diseminasikan dengan sistem surveilans
kesehatan masyarakat dapat dipakai sebagai acuan dalam melakukan tindakan secara cepat,
merencanakan program dan evaluasi, serta merumuskan hipotesis penelitian. Sistem
surveilans kesehatan masyarakat telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
kesehatan masyarakat. Sementara, sistem informasi kesehatan masyarakat memasukkan
berbagai sumber data yang esensial untuk pelaksanaan kesehatan masyarakat dan seringkali
dipakai untuk surveilans. Sistem tersebut bervariasi dari sistem pengumpulan data yang
sederhana (simple) sampai pemanfaatan sistem elektronik dalam berbagai format.
Kesehatan ibu dan anak (KIA) di tanah air selalu menjadi masalah pelik yang keadaannya tak
kunjung membaik. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini

memerlukan kondisi sosial politik, hukum dan budaya yang kondusif. Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kematian ibu di Indonesia
masih berada pada angka 228 per 100.000 kelahiran hidup. Kendati berbagai upaya perbaikan
serta penanganan telah dilakukan, namun disadari masih diperlukan berbagai dukungan tadi.
Program KIA bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan khususnya kesehatan ibu dan
anak secara optimal. Salah satu unsur penting untuk mendukung tujuan tersebut adalah
ketersediaan data dan informasi yang sangat berguna dalam perencanaan, implementasi,
monitoring, serta evaluasi hasil pelayanan kesehatan. Sebagian besar Program kesehatan ibu
dan anak di institusi kesehatan belum didukung oleh sistem informasi yang memadai baik
dari sisi pencatatan, pengolahan, dan analisis serta interpretasi dan pelaporan.
Kegiatan surveilans atau pemantauan kejadian sakit maupun kematian ibu dan anak sudah
dilakukan di semua propinsi serta kabupaten di seluruh Indonesia. Namun pelaksanaannya
masih jauh dari harapan untuk mampu menyediakan data yang akurat, cepat dan lengkap.
Seringkali stake holder terlambat dalam mendapatkan informasi tentang kejadian sakit dan
kematian, bahkan seringkali datanya tidak lengkap, sehingga laporan yang diberikan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten atau Propinsi kebanyakan merupakan hasil estimasi dari kondisi
masa lalu. Kondisi seperti ini terjadi sebagai akibat minimnya tenaga yang memahami arti
pentingnya surveilans dan kurangnya kemampuan (skill) dalam menjalankan sistem
surveilans yang benar. Kegiatan surveilans yang dilaksanakan tidak memperhatikan prinsipprinsip surveilans.
Permasalahan sedikitnya jumlah tenaga yang benar-benar memahami masalah surveilans dan
dapat menjalankan surveilans lapangan cukup memprihatinkan, karena menghambat sistem
pemantauan kesehatan dan sistem pelaporan. Akibatnya program-program yang dibuat dan
dilaksanakan tidak dapat mengenai sasaran.
Kabupaten Purworejo merupakan salah satu kabupaten di wilayah Jawa Tengah yang
berbatasan dengan DI Yogyakarta, memiliki luas wilayah 1028Km. Kabupaten Purworejo
meliputi 16 kecamatan yang terdiri dari 469 desa dan 25 kelurahan. Dari enam belas
kecamatan di Kabupaten Purworejo, kecamatan terjauh adalah Kecamatan Bruno dengan
jarak 35 km dari pusat kota, dan kecamatan terdekat dari Purworejo adalah Kecamatan
Banyuurip dengan jarak dari pusat kota 4 km. Seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten
Purworejo telah terjangkau angkutan umum. Keadaan rupa bumi (topografi) daerah
Kabupaten Purworejo secara umum adalah bagian selatan merupakan daerah dataran rendah
dengan ketinggian antara 0 25 meter di atas permukaan air laut, sedangkan bagian utara
merupakan daerah berbukit-bukit dengan ketinggian antara 25 1050 meter di atas
permukaan air laut. Secara umum Kabupaten Purworejo mempunyai iklim tropis dengan dua
musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau yang datang setiap enam bulan silih
berganti. Suhu rata-rata 200C 320C. Sedangkan kelembaban rata-rata antara 70 90%
dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember sebesar 9.291 mm, diikuti bulan Januari
sebesar 7.849 mm.

Menurut sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Purworejo sebanyak
898.631 jiwa, terdiri dari 446.456 laki-laki dan 452.175 perempuan dengan kepadatan
penduduk 874,2 jiwa/km2. Angka kematian ibu (AKI) dan Angka kematian bayi (AKB)
masih cukup tinggi, meskipun dari tahun ke tahun sudah dapat diturunkan. Untuk Kabupaten
Purworejo, AKI pada tahun 2007 mencapai 217 per 100 ribu kelahiran hidup, 2008 tercatat

164 per 100 ribu kelahiran hidup, 2009 menurun 109 per 100 ribu kelahiran hidup.
Sedangkan AKB tercatat tahun 2007 mencapai 8,9 per 1000 kelahiran hidup, menurun
menjadi 8,5 per 1000 kelahiran hidup. Namun pada tahun 2009 cenderung naik 10,5 per 1000
kelahiran hidup. Oleh karena AKI dan AKB di Purworejo masih berada di atas rata-rata
Provinsi Jawa Tengah, maka seharusnya angka kematian ibu tersebut masih dapat ditekan.
Persoalannya adalah, apakah angka-angka tersebut didapat dari kegiatan surveilans KIA atau
proyeksi dari capaian tahun sebelumnya. Hal inilah yang masih perlu dilakukan kajian lebih
intens, sehingga informasi yang didapatkan benar-benar merupakan hasil surveilans yang
benar.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka kami dari Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas
Kedokteran UGM merasa prihatin sehingga hal ini mendorong kami untuk melakukan
penelitian berkaitan dengan implementasi Surveilans Kesehatan Ibu dan Anak.
1.2.Perumusan Masalah
Adapun masalah penelitian yang muncul sebagai pertanyaan penelitian adalah:
Apakah implementasi surveilans kesehatan maternal di Kabupaten Purworejo sudah
dilakukan dengan benar?
Apaka kegiatan surveilans kesehatan maternal sudah mampu menghasilkan data yang
valid?
Apakah kegiatan surveilans kesehatan maternal di Kabupaten Purworejo telah mampu
mendeteksi ibu hamil risiko tinggi secara dini?
Apakah data/informasi dari surveilans kesehatan maternal dimanfaatkan untuk
pengambilan keputusan dalam menentukan program?
Apa faktor-faktor yang dapat mendukung dan atau menghambat pelaksanaan sistem
surrveilans kesehatan maternal?
Beberapa pertanyaan penelitian ini yang nantinya akan dijawab dengan dilakukan penelitian.

1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan Umum:
Terwujudnya sistem surveilans yang mampu menghasilkan informasi dan data yang akurat
dan cepat di Kabupaten Purworejo.
Tujuan Khusus:
1.3.1.

Mendapatkan gambaran proses pelaksanaan surveilans kesehatan maternal.

1.3.2. Terukurnya status kesehatan maternal dengan mengidentifikasi validitas data yang
dilaporkan.

1.3.3. Teridentifikasinya kemampuan sistem surveilans maternal yang dilaksanakan untuk


mendeteksi ibu hamil risiko tinggi secara dini.
1.3.4. Teridentifikasinya pemanfaatan data/informasi surveilans untuk pengambilan
keputusan program.
1.3.5. Teridentifikasinya faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanan sistem
surveilens kesehatan maternal di Kabupaten Purworejo.
Tinjauan Pustaka
Millenium Development Goals (MDGs) adalah 8 tujuan perkembangan global yang
ditetapkan di Millenium Summit PBB pada tahun 2000, yang diadopsi dari United Nations
Millenium Declaration. Sebanyak 193 negara anggota PBB dan 23 organisasi internasional
sepakat untuk mencapai tujuan MDGs pada tahun 2016. Delapan tujuan tersebut adalah
eradikasi kemiskinan dan kelaparan ekstrim; mencapai pendidikan dasar untuk semua;
mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; menurunkan angka kematian
anak; meningkatkan kesehatan ibu; memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular
lainnya; memastikan kelestarian lingkungan hidup; mengembangkan kemitraan global untuk
pembangunan. (www.un.org/millenniumgoals/). Kemajuan pencapaian tujuan MDGs ini
perlu dinilai dengan sejumlah indikator teknis yang telah dirumuskan bersama dengan
framework MDGs itu sendiri. Penilaian secara sistematis yang dibuat masing-masing negara
akan memberikan gambaran secara empiris yang membuat pengukuran tersebut menjadi jelas
dan tepat sasaran.
Menurut data dari WHO Regional Office for South-East Asia pada tahun 2012 pencapaian
MDGs 5 di Asia Tenggara ditunjukan pada tabel di bawah ini :

Tabel diatas menunjukan adanya kemajuan untuk pencapaian MDGs poin 5 di negara
negara yang berada di bawah kantor WHO SEARO, walaupun kemajuan yang didapat
bervariasi antar negara bahkan di dalam negara itu sendiri. (Signh P.K.,2012, p. 2-3).

Data di atas sesuai dengan data dari Dinas Kesehatan Republik Indonesia yang menunjukan
penurunan Angka Kematian Ibu dalam grafik berikut :

walaupun dari grafik di atas dapat dilihat adanya penurunan angka kematian ibu, validitas
data tersebut masih perlu dikaji kembali. Hal tersebut dikarenakan masih belum adanya
sistem informasi kesehatan yang terstandarisasi di Indonesia terutama pada daerah perifer.
Disinilah pentingnya dilakukan surveilans yang sistematis dan tepat untuk membantu
memberikan gambaran akan pencapaian yang didapat serta mengembangkan strategi yang
sesuai dalam upaya menurunkan angka kematian ibu secara optimal.
Surveilans kesehatan masyarakat adalah kegiatan pengumpulan data yang sistematis secara
terus menerus, analisis, interpretasi data (akan faktor resiko, paparan, agen/penyebab
pembahaya, kejadian kesehatan) yang esensial untuk perencanaan, implementasi, dan
evaluasi dari praktek kesehatan masyarakat, diintegrasikan dengan penyebaran data tepat
waktu yang bertanggung jawab pada prevensi dan kontrol (4). (Curtis, et al., 2003, p. 4)
Sistem surveilans dibentuk untuk mengetahui kebutuhan akan informasi yang spesifik, seperti
insidensi atau prevalensi dari sebuah penyakit, asosiasi antara penyakit dan paparan spesifik,
maupun efektifitas intervensi kesehatan masyarakat. (Thacker, et al., 2010, p. 44)
CDCs Guidelines for Evaluating Surveillance Systems diperbaharui untuk mengidentifikasi
kebutuhan akan : (a) integrasi antara surveilans dan sistem informasi kesehatan (b)
menetapkan standar dari data (c) pertukaran data kesehatan secara elektronis, dan (d)
perubahan tujuan dari survelans dari kesehatan masyarakat untuk memfasilitasi respon
kesehatan masyarakat akan isu kesehatan yang mengancam jiwa (contoh penyakit baru).
(Sumber: CDC surveillance guidelines, p.1).
Surveilans kesehatan reproduksi dapat didefinisikan sebagai sebuah komponen sistem
informasi kesehatan yang memperlihatkan identifikasi, notifikasi, kuantifikasi, dan
determinasi dari kejadian kesehatan reproduksi yang signifikan pada jangka waktu dan
tempat tertentu, dengan tujuan orientasi pengukuran kesehatan masyarakat yang sesuai untuk
pencegahan penyakit dan promosi kesehatan (7). (Curtis, et al., 2003, p. 7)
Keberhasilan penyelenggaraan sistem surveilans dapat dilihat dari indikator input, proses,
dan output. Sisi input dapat dilihat dari ketersediaan SDM yang melaksanakan sistem
surveilans. (Trisnantoro, et al., 2009, p. 77)
Terdapat lima jenis indikator dengan pendekatan logical framework meliputi input, proses,
output, outcome, dan dampak. Input indikator merupakan sumber daya yang dibutuhkan

untuk mengimplementasikan sistem surveilans. Process digunakan untuk memonitor dan


mengawasi alur implementasi aktifitas yang telah direncanakan dimana hal itu sangat penting
untuk mencapai tujuan utama surveilans seperti pelatihan, supervisi, pembentukan pedoman,
dan alat surveilans. Output digunakan untuk pengukuran hasil tercepat meliputi laporan dari
data surveilans, umpan balik yang diberikan pada penyedia data, jumlah/proporsi tenaga
kesehatan terlatih, dan jumlah rencana kunjungan pengawasan. Outcome Indicator adalah
ukuran dari kualitas sistem surveilans telah mencapai objektifnya atau tidak. Hal tersebut
dapat meliputi penilaian kegunaan sistem, kelengkapan laporan, penggunaan hasil surveilans
untuk pembuatan kebijakan, dan kecocokan outbreak response. Impact indicator adalah
ukuran dimana keseluruhan tujuan dari sistem telah tercapai, yang meliputi perubahan dalam
kasus kematian dari penyakit epidemik, perubahan pola morbiditas, perubahan perilaku
tenaga kerja kesehatan dalam sistem implementasi, dan perubahan health-related behaviours
dalam suatu target populasi. (WHO.CDS 2006)

Evaluasi terhadap sistem surveilans yang ada dapat dirinci ke dalam tahapan-tahapan
essential sebagai berikut (PH surveillance toolkit, p.18) :
-

Apa tujuan dan sasaran dari sistem surveilans dan apakah sudah tercapai?

Apakah pentingnya kesehatan masyarakat terhadap penyakit atau kejadian kesehatan


dalam pelaksanaan surveilans?
-

Bagaimana sistem tersebut berjalan?

Apa saja sumber daya yang dibutuhkan?

Apa saja yang terkandung dalam sistem tersebut? Apakah sistem tersebut sesuai
dengan sumber data?
-

Apakah terdapat komunikasi dan umpan balik antara level administrasi yang berbeda?

Apakah sistem tersebut menyediakan data yang berguna? Apakah hal itu mengarah
pada aksi kesehatan masyarakat?
-

Apakah setiap temuan dipaparkan dan digunakan oleh setiap pengambil kebijakan?

Tujuan dari evaluasi sistem surveilans kesehatan masyarakat adalah untuk memastikan
permasalahan yang berfokus pada kesehatan masyarakat termonitor secara efektif dan efisien.
Sistem surveilans kesehatan masyarakat harus dievaluasi secara berkala untuk menentukan
seberapa baik sistem tersebut berfungsi untuk memenuhi tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Temuan evaluasi harus menghasilkan rekkomendasi yang spesifik untuk
peningkatan kualitas, efisiensi, dan kegunaan dari surveilans itu sendiri. Selain dilakukan
evaluasi berkala sistem surveilans kesehatan masyarakat harus dimonitor secara rutin untuk
memastikan bahwa sistem tersebut selalu menvapai sasaran. . (Thacker, et al., 2010, p. 166)
Monitoring dapat didefinisikan sebagai proses rutin dari pengumpulan data dan pengukuran
akan program atau perubahan sebuah proses seiring berjalannya waktu menggunakan strategi
dan rencana yang telah disepakati sebelumnya. Perbedaan antara implementasi yang telah

direncanakan dan kenyataan diidentifikasi serta melakukan perbaikan kondisi. Pada sistem
surveilans kesehatan masyarakat monitoring melibatkan pengumpulan rutin dan analisis dari
indikator untuk mengukur seberapa baik sistem surveilans mencapai sasarannya. Evaluasi,
disisi lain, melibatkan penggunaan desain studi yang spesifik untuk menilai relevansi,
efektifitas, dan pengaruh dari sistem surveilans secara berkala. Evaluasi sering dilakukan
sebagai respon terhadap perubahan pada performa sistem surveilans kesehatan masyarakat.
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi outcome yang diharapkan adalah rekomendasi
untuk meningkatkan aktifitas surveilans. Ketika hasil dari monitoring rutin digunakan untuk
melacak dampak dari sistem surveilans kesehatan masyarakat, saat itulah monitoring dapat
dianggap sebagai ongoing evaluation. (Thacker, et al., 2010, p. 168)

Metode Penelitian
1.1.Waktu dan tempat
Penelitian akan dilaksanakan di wilayah Kabupaten Purworejo, dan dilakukan selama 4 bulan
terhitung mulai bulan Juli sampai Oktober 2013.
1.2.Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian tersebut antar lain:

Kuesioner untuk bidan di desa dan bidan Puskesmas

Check list untuk panduan observasi

Buku Panduan surveilans kesehatan ibu dan anak

Perlengkapan lapangan dan Alat tulis (tas, hardboard, pensil, balpoin, blok note, dll)

1.3.Metode yang digunakan


1.3.1.

Jenis dan rancangan penelitian RAP (Rapid Assessment Prosedure)

Penelitian observational bersifat evaluative dengan rancangan cross-sectional dan


pendekatan kuantitatif dan kualitatif akan dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan
penelitian ini. Data kuantitatif yang akan dikumpulkan adalah berkaitan dengan pelaksanaan
system surveilans kesehatan maternal, meliputi input, proses dan output. Input berkaitan
dengan sumber daya dan sarana/prasarana penunjang yang tersedia. Proses berkaitan dengan
bagaimana system surveilans kesehatan maternal tersebut dilaksanakan. Sedangkan output
berkaitan dengan ketersediaan data/informasi yang valid sebagai hasil surveilans dan
pemanfaatan data surveilans untuk pengambilan keputusan. Data kualitatif juga akan
dikumpulkan untuk mendukung dan memperdalam kajian yang berhubungan dengan kinerja
program dan keterkaitan sektor lain.
1.3.2.

Subyek penelitian

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah provider yang terkait dengan pelaksanaan
surveilans kesehatan maternal, yaitu bidan di desa, bidan Puskesmas dan bidan coordinator
serta staff sie KIA di Dinas Kesehatan serta sarana fasilitas kesehatan. Dengan menggunakan
cluster sampling, dalam penelitian ini akan mengunjungi 6 Puskesmas dari 26 Puskesmas
yang ada di Kabupaten Purworejo.
1.3.3.

Pengumpulan data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer.
Sedangkan metode pengumpulan data yang dipakai meliputi dokumentasi, interview, dan
observasi. Pengumpulan data akan dilakukan oleh asisten peneliti dibantu staf Dinas
Kesehatan untuk mempermudah dalam melakukan koordinasi dan pendekatan kepada subyek
penelitian.
Sebagai awal penelitian akan bertemu dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo
untuk mendapatkan informasi tentang program-program dan kebijakan yang berhubungan
dengan system surveilans kesehatan maternal termasuk di dalamnya capacity building dan
pembiayaan. Program dan kebijakan apa saja yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Purworejo dalam rangka unuk memperkuat system surveilans kesehatan maternal
sehingga dapat mempercepat pencapaian tujuan MDGs. Apakah tenaga di lapangan sudah
mendapatkan pelatihan tentang sistem surveilans kesehatan Ibu dan Anak sebagai upaya
strengthening dan capacity bulding? Adakah dukungan pemerintah daerah untuk
terlaksananya system surveilans kesehatan maternal? Hambatan apa saja yang dihadapi dalam
melaksanakan system surveilans kesehatan maternal?
Kemudian pertemuan dilanjutkan dengan Subdin KIA/Kesga untuk mendapatkan informasi
tentang program-program dan kebijakan yang berhubungan dengan system surveilans
kesehatan maternal termasuk di dalamnya capacity building dan pembiayaan. Program dan
kebijakan apa saja yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo dalam rangka
unuk memperkuat system surveilans kesehatan maternal sehingga dapat mempercepat
pencapaian tujuan MDGs. Apakah tenaga di lapangan sudah mendapatkan pelatihan tentang
sistem surveilans kesehatan Ibu dan Anak sebagai upaya strengthening dan capacity bulding?
Bagaimana implementasi sistem surveilan kesehatan maternal. Bagaimana proses pencatatan
dan pelaporan tentang kesehatan maternal. Apakah laporan terlaksana setiap bulan? Apakah
supervisi dapat terlaksana secara terus menerus? Adakah ada integrasi kegiatan surveilans
kesehatan maternal dengan surveilans yang dilakukan oleh P2M.

Selanjutnya penelitian dilakukan dengan kunjungan ke Puskesmas terpilih. Di Puskesmas,


pertama kali peneliti akan melakukan wawancara dengan dengan Kepala Puskesmas dan
bidan koordinator untuk mendapatkan informasi tentang pogram surveilans kesehatan
maternal dan implementasinya di lapangan. Bagaimana system pencatatan dan pelaporan
yang dilakukan di wilayah Puskesmas tersebut. Ada berapa jumlah tenaga lapangan yang
melaksanakan surveilans kesehtan ibu dan anak? Apakah mereka sudah mendapatkan
pelatihan tentang sistem surveilans kesehatan maternal atau KIA? Indikator apa saja yang
tercakup dalam surveilans kesehatan maternal? Apakah ada integrasi dalam pelaksanaan
surveilans kesehatan maternal dengan surveilans yang dilakukan oleh P2M. Apakah ada
anggaran khusus untuk strengthening system surveilans kesehatan maternal?

Di Puskesmas juga akan melakukan wawancara dan membagi kuesioner kepada para bidan
Puskesmas dan bidan di desa yang terkait dengan pelaksanaan system surveilans kesehatan
maternal. Pelaksanaan wawancara dan pembagian kuesioner dilakukan secara individual
namun dalam waktu yang bersamaan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya bias
respons, sehingga satu dengan yang lain tidak saling mencontek dalam pengisiannya.
Informasi yang akan didapatkan dari para bidan antara lain tentang sistem pencatatan dan
pelaporan dan masalah personality. Apakah petugas surveilans menggunakan sistem tertentu
dalam melaksanakan surveilans kesehatan maternal? Bagaimana mereka melakukan
pencatatan tentang indikator yang ada dalam surveilans kesehatan maternal? Bagaimana
mendapatkan infomasi ibu hamil baru? Apakah dilakukan deteksi tanda-tanda kehamilan
risiko tinggi? Bagaimana melakukan pencatatan dan pelaporan untuk kematian maternal dan
kematian bayi? Apakah pernah mendapat pelatihan surveilans kesehatan maternal atau KIA?
Apakah laporan yang disampaikan ke Puskesmas atau Dinas Kesehatan adalah hasil
surveilans atau proyeksi? Apakah sarana dan prasarana untuk melakukan surveilans
kesehatan maternal sudah terpenuhi? Apa hambatan yang ditemui di lapangan pada saat
melaksanakan surveilans kesehatan maternal. Disamping wawancara dan kuesioner, peneliti
juga akan melakukan observasi untuk mengumpulkan informasi tentang bagaimana provider
melakukan pencatatan dan pelaporan, sarana dan prasarana untuk mendukung terlaksananya
surveilans kesehatan maternal.
1.3.4.

Analisis data

Data yang terkumpul dari lapangan dan telah dimasukkan ke dalam komputer maka
berikutnya dilakukan validasi data, yaitu memeriksa kelengkapan data, melakukan koding
dan modifikasi data sesuai dengan kebutuhan analsis. Adapun analisis data yang akan
dilakukan adalah analisis deskriptif untuk data kuantitatif dengan cara dengan melihat ratarata dan distribusi frekuensi relative. Selanjutnya untuk evaluasi program akan dilakukan
analisis dengan cara: 1) membandingkan implementasi surveilans kesehatan maternal dengan
pedoman imunisasi; 2) membandingkan implementasi dengan perencanaan program
surveilans kesehatan maternal di Kabupaten Purworejo; 3) menilai output dengan melihat
akurasi data berkaitan dengan pencatatan dan pelaporan; dan 4) menilai pemanfaatan data
surveilans untuk kebijakan. Sementara untuk data kualitatif dilakukan analisis tekstual secara
deskriptif untuk memperjelas hasil data kuantitatif.

Anda mungkin juga menyukai