Anda di halaman 1dari 5

Penduduk adalah orang yang tinggal didaerah tersebut dan orang yang secara hukum berhak tinggal

didaerah tersebut dan mempunyai surat resmi sebagai warga”. Sedangkan kependudukan adalah hal
yang berkaitan dengan jumlah, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, kondisi
kesejahteraan, yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, serta lingkungan (UU No.23 Th
2006).

Pengertian Kependudukan

Keputusan Menteri Dalam Negeri No 54 tentang Kependudukan Pedoman Penyelenggaraan Pendaftaran


Penduduk yang dijelaskan diantaranya:

a) Penduduk, adalah Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) pemegang ijin
tinggal tetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau semua orang yang berdomisili di desa
tersebut selama enam bulan lebih atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi
bertujuan menetap.

b) Keluarga, merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang mempunyai hubungan darah dan orang lain
yang tinggal dalam satu rumah atau bangunan yang terdaftar dalam kartu keluarga.

c) Kepala Keluarga, laki-laki atau perempuan yang berstatus kawin, janda ataug duda yang mengepalai
satu keluarga yang anggotanya terdiri dari istri atau suami dan anak-anak.

d) Anggota Keluarga, mereka yang tercantum dalam satu kartu keluarga dua orang atau lebih dan salah
satu ada yang menjadi kepala keluarga.

e) Dinamika Kependudukan

1) Kelahiran, merupakan proses penambahan jumlah penduduk yang diakibatkan oleh hal dari suatu

perkawinan.

2) Kematian, merupakan proses yang diakibatkan oleh meninggalnya penduduk.

f) Migrasi, atau pindah terbagi menjadi dua pengertian


1) Warga masuk, merupakan proses penambahan penduduk yang berasal dari satu tempat ke tempat
lain.

2) Warga keluar, merupakan proses pengurangan penduduk yang keluar atau pindah dari satu tempat ke
tempat lain.

g) Identitas Kependudukan

1) Nomor Induk Kependudukan (NIK), merupakan nomor identitas yang diberikan kepada setiap
penduduk di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada saat yang bersangkutan didaftar sebagai
penduduk. Setiap penduduk hanya diberikan satu nomor induk kependudukan yang berlaku seumur
hidup.

2) Kartu Tanda Penduduk (KTP), merupakan tanda bukti bagi setiap penduduk yang sudah berumur 17
tahun atau telah menikah yang terdaftar diwilayah pemerintahan.

Kesalahan data kependudukan

Pencatatan Penduduk merupakan kegiatan yangrutin dilakukan pemerintah untuk ilmu yang
berhubungan dengan teknik, pengumpulan,mencatat, data penduduk yang terdiri dari data pindah, data
pendatang, data kelahiran,data kematian.

kesalahan dalam mengolah atau mendata penduduk, dikarenakan masih proses manual2 atau
kovensional. Kekurangan proses ini memakan waktu lama dalam menginput mauun merekap data. 2
Media penyimpanan data kependudukannya pun masih menggunakan dokumen-dokumen
(pemberkasan) sehingga rentan kehilangan atau kerusakan data, juga sering terjadi pengulangan data
kependudukan. Metode pemberkasan yang di lakukan adalah dengan cara mencatat datapenduduk pada
sebuah buku arsip kependudukan, metode ini kurang efektif dan efisien dalam pencarian data penduduk
dan penentuan jumlah pertumbuhan penduduk.

Beberapa hal yang masih sering terjadi adalah masih banyak penduduk yang belum mempunyai identitas
diri (KTP) padahal mereka penduduk tetap, warga pendatang atau pindahan sering tidak melapor pada
aparat setempat, peristiwa kelahiran,kematian,perkawinan,penerbitan kartu keluarga baru masih sering
diabaikan atau tidak menjadi perhatian, warga yang sering berpindah-pindah dan 2mempunyai identitas
ganda terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa.

Beberapa hal masih sering dipicu oleh kebiasaan masyarakat yang kurang menyadari pentingnya
identitas diri, data dan administrasi kependudukan. Disisi lain petugas pengolahan pun masih sering lalai
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pelayanan masyarakat.
Data-data kependudukan pada suatu wilayah tersebut diharapkan dapat menghasilkan kebijakan yang
tepat. Data-data yang dikeluarkan berupa surat-surat kependudukan seperti data penduduk, surat
kelahiran, surat kematian, surat perpindahan, surat pendatang, hal yang paling penting adalah data
kependudukan yang lengkap dan terbaru (update). Data kependudukan terbaru nantinya digunakan
sebagai alat kontrol pertumbuhan dan perkembangan penduduk.

Contoh: di Kantor Desa Kertarahayu Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi dalam pengelolaan data
kependudukan berdasarkan mutasi masih terdapat kekurangan dan kelemahan karena pengelolaan data
tersebut masih mengalami kekeliruan saat merekap data dari buku registrasi mutasi, apabila petugas
lupa meregistrasi atau mengisi bagian yang ada dalam buku registrasi mutasi 3kelahiran, kematian,
pindah dan pendatang maka data kependudukan berdasarkan mutasi, jenis kelamin dan kelompok usia
yang akan dilaporkan tidak lengkap. Proses pengelolaan data kependudukan desa juga masih mengalami
keterlambatan dalam pembuatan laporan, serta kesulitan pada saat mencari data penduduk. Pada
pembuatan serta penyimpanan data belum memanfaatkan komputer dengan baik sehingga proses
pembuatan surat masih memerlukan waktu yang cukup lama dan kesulitan pada saat mencari data yang
pernah diterbitkan. 3

Sensus penduduk dengan biaya yang demikian besar tentu sangat diharapkan dapat diperoleh data yang
rinci dan berkualitas.Namun, harapan itu bisa kandas karena data yang dikumpulkan tidak
menggambarkan kondisi penduduk yang sebenarnya. Ada dua potensi kesalahan yang dapat
menyebabkan data SP kurang atau tidak berkualitas, yakni kesalahan cakupan (coverage error) dan
kesalahan muatan (content error). Kesalahan cakupan umumnya terjadi karena lewat cacah dan cacah
ganda. Hal ini bisa disebabkan kekurangcermatan petugas dalam mengidentifikasi wilayah tugasnya dan
memahami konsep penduduk secara benar, atau petugas sudah benar melakukan tugasnya, tetapi
jawaban responden tidak sesuai dengan fakta dirinya. Untuk meminimalisasi kesalahan cakupan dari
aspek wilayah, BPS telah mendesain peta wilayah kerja petugas sensus dengan membagi habis wilayah
desa atas blok sensus (BS). Wilayah BS bermuatan 80-120 rumah tangga dengan batas wilayah yang jelas
dan direkam dengan global positioning system (GPS).

Sementara untuk mengeliminasi kesalahan cakupan dari aspek penduduk, petugas telah dibekali
pengetahuan tentang konsep penduduk. Dalam SP 2010, seseorang akan dikategorikan sebagai
penduduk dalam suatu BS jika memenuhi lima persyaratan. Pertama, telah menetap di wilayah
pencatatan selama enam bulan atau lebih. Kedua, menetap kurang dari enam bulan, tetapi bermaksud
terus menetap di wilayah pencatatan. Ketiga, sedang bepergian ke wilayah lain kurang dari enam bulan
dan tidak berniat menetap di wilayah tujuan. Keempat, menetap di wilayah pencatatan dengan
kontrak/sewa/kos karena bekerja dan atau sekolah. Kelima, korps diplomatik Indonesia dan anggota
rumah tangganya yang menetap di luar negeri (BPS, 2009).
Konsep penduduk berdasarkan lima kriteria itu disebut de jure atau dicatat di mana biasanya bertempat
tinggal (usual residence). Namun, konsep de jure tidak berlaku bagi mereka yang berstatus homeless,
awak kapal, dan penduduk berpindah. Pencatatan terhadap mereka berdasarkan de facto, yakni di mana
mereka berada pada 15 Mei 2010. Maka, untuk memastikan Anda tercatat dalam sensus, sepatutnya
tidak perlu khawatir harus berada di mana pada tanggal 1-31 Mei 2010. Anda tetap bisa beraktivitas
secara normal melakukan tugas rutin seperti biasanya (bussines as usual).

Kepastian pencatatan penduduk secara unik perlu dilakukan agar konsisten dengan program pemerintah
daerah. Untuk program bantuan penyandang cacat, misalnya, bisa menyulitkan jika tidak match antara
alamat tempat dicacah dan keberadaannya saat bantuan akan diberikan. Kesulitan lain adalah
penentuan alokasi bantuan pada daerah yang sesuai dengan keberadaan penerima bantuan.

Contoh lainnya: Saat ini setiap pekerjaan di instansi baik pemerintah ataupun swasta terlibat dengan
pengelolaan dan pengarsipan data. Termasuk pada pengelolaan data penduduk di tingkat Rukun Warga
(RW) dan Rukun Tetangga (RT). Permasalahan yang terjadi saat ini pada RT/RW Kelurahan Pondok Kacang
Timur adalah kurang terorganisasinya pengarsipan data penduduk, masih tersimpan dalam buku induk
yang dicatat dengan tulisan tangan. Proses pengajuan surat pengantar memerlukan waktu cukup lama
karena harus mencocokan data dengan berkas di arsip. Selain itu beberapa arsip tercecer dan hilang
seiring dengan perpindahan jabatan kepengurusan dari tahun ke tahun. Pemanfaatan kemajuan TIK
perlu diterapkan untuk dapat menyederhanakan permasalah yang ditemui pada pengelolaan data
penduduk di tingkat RT/RW yang merupakan awal dari pengajuan berbagi surat pengantar dan surat
keterangan ke tingkat Kelurahan dan Kecamatan.

Rukun Warga atau RW adalah bagian dari kerja lurah dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui
musyawarah pengurus RT di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa atau Lurah.
Sedangkan Rukun Tetangga atau RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat
setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Desa atau Lurah. RT/RW mempunyai tugas membantu pemerintah Desa dan Lurah dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007
tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemayarakatan, bahwa RT/RW mempunyai fungsi: (a) Pendataan
kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya;(b) Pemeliharaan keamanan,
ketertiban, dan kerukunan hidup antar warga; (c) Pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan
dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; dan (d) Penggerak swadaya gotong
royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya.(RT/RW Kelurahan Pondok Kacang Timur merupakan
bagian dari Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Pengelolaan data penduduk meliputi kegiatan yang
berhubungan dengan pencatatan surat masuk dan surat keluar. Sistem pengelolaan data penduduk yang
berjalan saat ini pada RT/RW hanya menggunakan buku induk dan

disimpan dalam bentuk arsip. Keberadaan dokumen penduduk tentunya berpindah seiring dengan
pergantian kepengurusan atau jabatan.
Pengelolaan data penduduk seperti pencatatan data kelahiran, data kematian, data kepindahan dan data
kedatangan, penyimpanannya masih dalam buku arsip sehingga menumpuk dan sulit dalam pencarian
data (Agustia & Nelisa, 2013) (Hayat, Retnadi, & Gunandhi, 2014). Kesalahan dalam mendata penduduk
dikarenakan dalam pengolahannya masih dengan proses yang konvensional (Fujiyati & Sukadi, 2015).
Sistem yang berjalan selama ini memungkinkan adanya kesalahan, membutuhkan waktu yang lama
dalam proses pencarian data (Priyanti & Iriani, 2013).

Anda mungkin juga menyukai