Anda di halaman 1dari 36

1.

MOBILISASI PEMBIAYAAN KESEHATAN


2. INFLASI BIAYA KESEHATAN
3. PENGENDALIAN BIAYA (COST CONTAINMENT)
Definisi pembiayaan
pelayanan kesehatan

 Mobilisasi biaya/dana untuk pelayanan kesehatan


 Alokasi biaya untuk wilayah dan kelompok penduduk
yang secara khusus untuk pelayanan kesehatan
 Mekanisme untuk pembayaran pelayanan kesehatan
(Hsaio, W and Liu, Y, 2001)
Contoh berikut ini, apakah termasuk
pembiayaan kesehatan?

 Anggaran Gerakan Sayang Ibu pada Kementrian Peranan Wanita


 Anggaran pembangunan jalan menuju puskesmas pada Kimpraswil
 Dana Jamkesda pada Sekretariat Pemerintah Daerah
 Biaya penolong persalinan pada dukun bayi
 Anggaran biaya penyuluhan pada Depdiknas
 Iuran dana JPKM di kabupaten Probolinggo
 Dana keluarga untuk berobat, dari gaji KK
 Iuran untuk fitness
 Biaya penyuluhan pencegahan HIV-AIDS di panti pijat
Fungsi pembiayaan kesehatan
 Revenue collection (taxes, public charges, sales of natural
resources, grants, loans, private insurance, etc)
 Pooling
 Resources allocation/purchasing (government agency, social
insurance/sickness fund, private insurance, employers,
individual/hh)
 Service provision (public providers, private providers)

 Sources: WHO, 2002


Dari mana dan bagaimana uang tersebut mengalir?

Askeskin
Mekanisme pembiayaan kesehatan
 Pendapatan negara atau pajak
 Kontribusi asuransi sosial
 Premi asuransi swasta
 Pembiayaan masyarakat, seperti dana sehat
 out of pocket payments
Setiap metode:
 Memberikan distribusi dampak pembiayaan dan
keuntungan yang berbeda
 Memberikan pengaruh yang akan mengakses pelayanan
kesehatan
 Proteksi pembiayaan

SOURCE  AGENT  PROVIDER  BENEFICIARY


Total Pembiayaan Publik Sektor Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Menurut Institusi

Institusi Kesehatan Institusi non Kesehatan

1. Dinas Kesehatan
2. PEMDA 1. Badan Pengelolaan Lingkungan
3. Puskesmas Daerah
4. Rumah Sakit Pemda 2. Pemberdayaan Masyarakat Desa
3. SEKDA
5. Sudin Kesehatan Masyarakat
4. Dinas Sosial
6. Sudin Pelayanan Kesehatan
5. Dinas Tenaga Kerja
6. Dinas Pemukiman
7. Dinas Pendidikan
8. dll
Total Pembiayaan Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Menurut Sumber
Institusi Kesehatan:
SUMBER 2003 2004

APBD 1 906.846.231.699 896.575.389.645


APBN 10.377.859.000 10.674.350.000
PKPS-BBM 14.317.430.257 12.651.668.345
97,23 %
BLN 485.397.800 1.058.094.200
SP-ASKES 163.706.600 278.418.000 96,71 %
Jamsostek 53.437.500 48.667.200
WHO - 10.940.400
TOTAL 932.641.313.756 921.662.416.230

Institusi non Kesehatan:


SUMBER 2003 2004

APBD 1 17.175.000.000 27.226.022.000


APBN 486.953.500 129.864.000
TOTAL 17.661.953.500 27.355.886.000
APBD II
2002 383.093.699.115 ASKES &
Fungsional
APBN BLN
2003 429.845.581.799

Sektor non 2002: 45.871,12 / kapita Sektor


Kesehatan DAU: 47,78 % Kesehatan
2002 3% 2003: 56.660,23 / kapita 2002 97 %
2003 3,53 % DAU 55,41 % 2003 96,47%
DIK ‘02: 54,37 % DIK ‘02: 38,47 %
DIP ‘02: 44,25 % RSUD DINKES DIP ‘02: 38,47 %
2002 70,72%
Lain2 ’02: 1,38 % 2002 29,28 % 31.467,09 / kapita Lain2 ’02: 4,24 %
DIK ’03: 54,53 % 2003 70,18% DIK ’03: 58,67 %
2003 29,82 % 38.362,22 / kapita
DIP ’03: 43,27 % DIP ’03: 34,56 %
Lain2 ’03: 2,20 % Lain2 ’03: 6,77 %

Komponen Biaya Komponen Biaya Pengelola/Program

TU
I 2002: 35,99 % I 2002: 8,57 %
2002: 36,73 %
2003: 36,99 % 2003: 10,22 % 2003: 31,78 %
Propinsi:
2002 34,78%
O 2002: 62,51 % O 2002: 89,90 %
2003 31,51% YANKES
2003: 61,50 % 2003: 88,08 % 2002: 21,89 %
2003: 27,54 %

P 2002: 1,49 % P 2002: 1,44 %


Penyuluhan, Kesga, P3,
2003: 1,71 %
2003: 1,51 % KLP HS
2002: 6,60 %
2003: 9,17 %
Kab. Gunung Kidul
Bagaimana bisa memotret pembiayaan
kesehatan seperti itu?
 Menerapkan National/District Health Account
 Pengelompokan menurut kode akun (code account)
sesuai guideline WHO (ICHA = International
Classification for Health Account)
 Idealnya ‘spending’ /expenditure, bukan budget, kurun
waktu setahun
 Financial cost Sumber daya apapun dari sumber
manapun yang dikeluarkan, dibeli, digunakan dalam
kurun waktu tahun tsb sesuai tujuan dan unit analisis
(mis total kes di kab/ kota). Bila diterima ‘in-kind’
diterjemahkan ke nilai rupiah
Agen Pendanaan:
 Lembaga/institusi atau entitas dalam sistem
yang mengarahkan dana yang telah
disediakan oleh sumber pendanaan untuk
membeli atau membayar kegiatan yang ada
dalam batasan akun kesehatan

Source: Marrk Wheeler, DHA in NTB, Guidance notes for


District Team, Nov 2007
AGENT DHA
HF 1 Pemerintah

HF
1.1.
HF Pemerintah Pusat
1.1.1.

HF Dinkes Propinsi
1.1.2

HF Pemerintah Kabupaten
1.1.3

HF 1.1.3.1. Dinkes Kabupaten

HF 1.1.3.2. Non Dinkes Kab

HF Soc Sec Askeskin


1.2. Fund
HF 1.3. Gov Emp Askes PNS,
Insurance Jamsostek
sumber Pendanaan:
 Lembaga/institusi atau entitas dalam
sistem yang menyediakan dana yang
digunakan oleh agen pendanaan dalam
sistem tersebut

Source: Marrk Wheeler, DHA in NTB, Guidance notes for


District Team, Nov 2007
Pendanaan by provider:
 entitas yang menerima uang/dana
sebagai ganti atau mendukung upaya
menghasilkan kegiatan dalam batas akun
kesehatan yang telah disepakati

Source: Marrk Wheeler, DHA in NTB, Guidance notes for


District Team, Nov 2007
Pendanaan by fungsi:

jenis jenis barang dan pelayanan yang


disediakan dan kegiatan yang
dilakukan dalam batas-batas health
account dan dikelompokkan
berdasarkan tujuan

Source: Marrk Wheeler, DHA in NTB, Guidance notes for


District Team, Nov 2007
Resource cost
 Faktor atau input yang digunakan provider
atau agen pembiayaan (FA/financial agent)
untuk memproduksi pelayanan (jasa/
barang) yang dikonsumsi atau aktifitas yang
dilaksanakan oleh sistem kesehatan
Beneficiary (Penerima Manfaat)
 Menurut PHER:
 Beneficiary adalah sekelompok masyarakat yang
menerima manfaat pelayanan kesehatan (barang/jasa).
 Pengelompokan bisa menurut status sosioekonomi,
geografi (urban/rural), gender, umur
 Menurut WHO:
 Individu datu kelompok yang menerima manfaat atau
dijamin suatu kebijakan pembiayaan/ suransi untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan
Kasus 1:
 Simulasi Kasus: Dana DAK  Agen = Dinkes
yang dialokasikan dari  Sumber = Pusat
pusat ke Dinkes Kabupaten  Beneficiaries = Puskesmas
untuk renovasi Puskesmas
 Komponen biaya = capital
expenditures
Kasus 2:
 Gaji dokter PTT yang  Agen = Dinkes
dibayar oleh Pusat untuk  Sumber = Pusat
dokter yang bekerja di  Beneficiaries = Puskesmas
Puskesmas
 Komponen Biaya =
operasional expense di
Puskesmas
Beberapa pertanyaan Utama

 Apakah belanja untuk kesehatan cukup?


 Apakah terlalu banyak belanja untuk pelayanan kuratif, dibanding
kesehatan masyarakat?
 Apakah belanja terlalu sedikit atau terlalu banyak untuk gaji, atau obat,
atau konstruksi, atau pemeliharaan?
 Berapa banyak belanja untuk administrasi?
 Apa saja yang didanai donor, bagaimana supaya belanja bisa menjadi
lebif efektif?
APA YANG AKAN KITA HASILKAN DARI
DHA/district heatlh account KITA?
 Putuskan pertanyaan kebijakan apa yang akan dijawab, misal:
 APakah daerah tergantung pada sumber tertentu dalam pendanaan
kesehatan seperti Pusat atau donor?
 Apakah dana APBD untuk kesehatan sudah memadai?
 Apakah program prioritas mendapatkan porsi cukup?
 Siapa mendapat apa?
 Setelah bantuan GFATM berakhir, bagaimana kelanjutan aktifitas
yang telah dirintis?
Harapan dari NHA/DHA:
 NHA/DHA memberi informasi tentang tingkat
kecukupan, sustainability, efisiensi, dan efektivitas
pembiayaan pada periode yang telah berjalan.
 NHA/DHA dipakai untuk penajaman sasaran
perencanaan dan penganggaran kabupaten/kota
 NHA/DHA dipakai sebagai dasar untuk efisiensi
distribusi anggaran di periode mendatang
Isyu-isyu (1):

Kecukupan (Adekuasi)

 Berapa idealnya? Meski tidak ada ukuran mutlak, tetapi


diperkirakan oleh WHO/ WB/ Macroeconomics sekitar
$ 34 atau USD 40, atau 5% GDP, atau Rp 42.000/ cap 
Bagaimana kondisi saat ini?
 Pemetaan (besar, sumber, penggunaan): NHA, DHA,
perbedaan potensi daerah
 Kebutuhan dana: costing (P2KT, SPM)
 Desentralisasi?
Table 2. Expenditure on Health, Indonesia 2001-2003

Indicator 2001 2002 2003

Percapita total expenditure on health (THE) US $ 21 US $ 26 US $ 30


Percapita Government expenditure on health US $ 7 US $ 9 US $ 11
Total health expenditure as % of GDP 3.1 3.2 3.1
Government health expenditure as % of THE 35.6 34.5 35.9
Private health expenditure (PHE) as % of THE 64.4 65.5 64.1
Out-of-pocket health expenditure as % of PHE 75.1 75.3 74.3

Source: WHO Report 2006

Pembiayaan kes 75% OOP  apa implikasinya??


Isyu-isyu (2):
 Persoalan alokasi sumber daya: efisiensi, equity (pemerataan), sustainability
(langgeng)
 Efisien: bagaimana penggunaan, prinsip ‘worth spent’
 Equity (pemerataan): prinsip keadilan  siapa dapat apa?
 Peran Pemerintah: public goods & Gakin
 Faktor-faktor need, geografi, sosioekonomi
 Dalam SKN : UKM dan UKP
 Desentralisasi: Pem. Pusat & Daerah
 equity egaliter (you get what you need and you pay what you can afford)
 Sustainability: habis proyek habis kegiatan?
 Mobilisasi Sumber daya: Pemerintah, Swasta, masyarakat
Cita-cita Pembiayaan
 Cakupan universal: setiap penduduk ‘insured’
memiliki jaminan/asuransi kesehatan
 Suatu konsep pembiayaan kesehatan dimana out of
pocket minimal atau affordable
 Subsidi Melalui sisi Supply atau demand?
Pendekatan yang dilakukan adalah dengan
menetapkan tarif puskesmas dan RS yang
“terjangkau” (sisi supply)
 Persoalan tidak hanya barier biaya  Pemda
membantu
Kelompok Mampu

Kelompok Formal

Kelompok Informal

Kelompok MASKIN
Berbagai contoh
 Inggris dan Saudi Arabia memberikan pelayanan
kesehatan gratis bagi semua penduduk, termasuk
transplantasi. Swedia juga menerapkan pembiayaan
kesehatan bersumber pajak/ government revenue

 Kanada dan negara-negara maju di Eropa (Jerman),


Australia, Asia (Korea, Jepang, Taiwan), dan Kanada
menerapkan sistem asuransi kesehatan nasional. Semua
penduduk memiliki asuransi kesehatan

 Amerika Serikat menerapkan asuransi komersial,


program subsidi hanya bagi lansia dan penderita penyakit
terminal.
Contoh di tanah air
 Beberapa kabupaten (biasanya dikaitkan dengan politis):
membebaskan biaya kesehatan di puskesmas dan RSUD
 Kaltim: menambah premi untuk PNS untuk hindari cost
sharing dan menjamin gakin melalui PT Askes
 Tabanan (2008): Jamkesmas dengan kuota, sisanya
ditanggung Pemda kerjasama dengan PT Askes, plus premi
untuk personil non PNS/ TOMA, askes PNS….. Keinginan
‘universal coverage’.. RSUD menjadi BLU sehingga mampu
mengelola dengan berkualitas dan insentif yang baik bagi
tenaga medis
Komitmen Anggaran Kesehatan :

 Prosentase anggaran kesehatan APBD II terhadap total APBD II  15%


???
 Tingginya komitmen daerah dilihat dari tingginya proporsi anggaran
kesehatan APBD II terhadap total anggaran kesehatan - sustainability
(>70%)
 Semakin besar dana kesehatan ke sektor non kesehatan semakin sulit
menentukan batasan pembiayaan kesehatan
 Proporsi Anggaran Dinkes dan RSU menurut sumber (Pusat, APBD I, dan
APBD II)
Komitmen Anggaran Kesehatan :
 Makin tinggi (>60%) proporsi APBD II Dinkes terserap untuk
DIK, makin rendah Komitmen Pemda.
 Komitmen pelayanan yang menjadi tanggung jawab APBD II
adalah program yang dominan “Public Goods”
 Komitmen yang baik ditunjukkan dengan alokasi yang relatif
seimbang antara Investasi (20%), Operasional (70%) dan
Pemeliharaan (10%)
Diskusi kasus:
Hasil Studi
Pembiayaan Kesehatan Propinsi
Jawa Tengah dan D.I.Y

Tahun 2009 - 2010

Buatlah dalam kelompok, dan dikumpulkan minggu depan


Pertanyaan
 Pilihlah salah satu kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah dan di
Yogyakarta sebagai kasus. Buatlah analisis perbandingan antar
keduanya. Sangat dianjurkan untuk menggunakan data, referensi, dan
asumsi tambahan untuk memperkaya analisis. Analisis diarahkan pada
pertanyaan berikut ini;
 Bagaimana tanggapan anda melihat fakta pembiayaan kesehatan seperti itu?
 Apa yang menyebabkan peningkatan/penurunan pengeluaran biaya kesehatan di
daerah tersebut?
 Bagaimana tingkat keberlangsungan biaya kesehatan di daerah tersebut? Dan
Bagaimana komitmennnya?
 Jika anda menjadi kepala dinas, apa yang harus anda lakukan menyikapi fakta
pembiayaan kesehatan seperti itu?

Anda mungkin juga menyukai