Anda di halaman 1dari 14

A.

Pengertian Malaria

Definisi penyakit malaria menurut World Health Orgnization (WHO) adalah


penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium) bentuk aseksual yang
masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles SPP)
betina. Definisi lainnya adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh agen
tertentu yang infektif dengan perantara suatu vektor dan dapat disebarkan dari satu
sumber infeksi kepada host.
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit plasmodium
antara lain plasmodium malariae, plasmodium vivax, plasmodium falciparum,
plasmodium ovale yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop yang ditularkan oleh
nyamuk malaia (anopheles), penyakit malaria dapat menyerang semua orang baik laki-
laki maupun perempuan, pada semua golongan umur (dari bayi, anak-anak, sampai
dewasa), apapun pekerjaannya, penyakit malaria biasanya menyerang yang tinggal
didaerah yang mempunyai banyak genangan air yang sesuai untuk tempat
perkembangbiakan nyamuk malaria seperti persawahan, pantai, perbukitan dan pinggiran
hutan (Depkes RI, 2004).
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2003 malaria adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh beberapa parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam
sel darah merah manusia dan penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles betina. Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang menular, penyakit
parasit yang hidap dalam sel darah manusia yang ditularkan melelui nyamuk malaria dari
penderita malaria kepada orang lain, penyakit malaria dapat menyerang kelompok umur
dan semua jenis kelamin.
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari
genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Istilah
malaria diambil dari dua kata dari bahasa Italia, yaitu Mal (buruk) dan Area (udara) atau
udara buruk, karena dahulu banyak terdapat didaerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau
busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain seperti demam roma, demam
rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme (Arlan
prabowo 2004: 2).
B. Jenis –Jenis Malaria
Ada empat jenis Plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu sebagai
berikut :
 Malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, dimana penderita merasakan
demam muncul setiap hari ketiga. Merupakan penyebab kira-kira 43% kasus
malaria pada manusia
 Malaria quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, penderita merasakan
demam setiap hari keempat. Menyebabkan kira-kira 7% malaria didunia.
 Malaria tropica, disebabkan oleh Plasmodium falciparum, merupakan malaria
yang paling patogenik dan seringkali berakibat fatal. Jenis penyakit malaria ini
adalah yang terberat, karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti
cerebral malaria (malaria otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan,
sesak nafas, dll. Penderita Malaria jenis ini mengalami demam tidak teratur
dengan disertai gejala terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase koma dan
kematian yang mendadak.
 Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium ovale. Malaria jenis ini jarang
sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.

Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi
demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya campuran Plasmodium
falciparum dengan Plasmodium Vivax atau Plasmodium Malariae. Infeksi campuran tiga
jenis sekaligus jarang sekali terjadi. Infeksi jenis ini biasanya terjadi di daerah yang
tinggi angka penularannya. Malaria yang disebabkan oleh Plasmadium Vivax dan
Plasmadium Malariae dapat kambuh jika tidak diobati dengan baik. Malaria yang
disebabkan oleh spesies selain Plasmadium Falciparum jarang berakibat fatal, namun
menurunkan kondisi tubuh lemah, menggigil dan demam yang biasanya berlangsung 10-
14 hari.
C.Riwayat Alamiah Penyakit

Malaria dapat ditularkan melalui 2 cara yaitu cara alamiah dan bukan alamiah.
1. Penularan secara alamiah (natural infection), melalui gigitan nyamuk anopheles.
2. Penularan bukan alamiah, dapat dibagi menurut cara penularannya ialah:
a. Malaria bawaan (kongenital), disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta
sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya. Selain
melalui plasenta penularan dari ibu ke bayi melalui tali pusat.
b. Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik. Penularan
melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang menggunakan
jarum suntik yang tidak steril. Infeksi malaria melalui transfusi hanya menghasilkan
siklus eritrositer karena tudak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati sehingga
diobati dengan mudah.
c. Penularan secara oral, pernah dibuktikan pada ayam (Plasmodium gallinasium),
burung dara (Plasmodium relection) dan monyet (Plasmodium knowlesi).

Pada umumnya sumber infeksi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit
malaria, baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Dikenal beberapa keadaan klinik
dalam perjalan infeksi malaria yaitu :

a. Serangan primer (Periode Klinis)


Yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksimal
yang terdiri dari dingin/menggigil; panas dan berkeringat.
Gejala klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” (Malaria proxysm) secara berurutan :
1) Periode dingin
Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering
seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis
seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti
dengan meningkatnya temperatur.
2) Periode panas
Penderita muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat, dan panas
badan tetap tinggi sampai 40°C atau lebih, pada penderita. Periode ini lebih
lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan
berkeringat.
3) Periode berkeringat
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,
sampai basah, temperatur turun, penderita merasa cape dan sering tertidur. Bila
penderita bangun akan merada sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.
b. Periode Laten
Yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksi
malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.
c. Recrudescense
Yaitu berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah
berakhirnya serangan primer.
d. Recurrence
Yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu
berakhirnya serangan primer.
e. Relapse atau “Rechute”
Ialah berlangsungnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari wakti
diantara serangan periodik dari infeksi primer.

Riwayat alamiah penyakit dibagi menjadi lima kategori, yaitu:


a. Tahap pra patogenesis: Manusia (host) masih dalam keadaan sehat namun pada saat ini
pula manusia telah terpajan dan berisiko terhadap penyakit yang ada di sekelilingnya.
Adapun penyebabnya karena telah terjadi interaksi dengan bibit penyakit (agent), bibit
penyakit belum masuk kemanusia (host), manusia masih dalam keadaan sehat atau belum
ada tanda penyakit, dan belum terdeteksi baik secara klinis maupun laboratorium.
b. Tahap inkubasi: tahap ini bibit penyakit telah masuk kemanusia, namun gejala belum
tampak. Jika daya tahan pejamu tidak kuat, akan terjadi gangguan pada bentuk dan fungsi
tubuh.
c. Tahap penyakit dini: tahap ini mulai timbul gejala penyakit, sifatnya masih ringan, dan
umumnya masih dapat beraktivitas.
d. Tahap penyakit lanjut: tahap ini penyakit makin bertambah hebat, penderita tidak dapat
beraktivitas sehingga memerlukan perawatan.
e. Tahap akut penyakit: tahap akhir perjalanan penyakit ini, manusia berada dalam lima
keadaan yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, karrier, kronis, atau meninggal
dunia (Rajab, 2009: 17).

D. Penyelidikan Epidemiologi Malaria

Penyelidikan Epidemiologi malaria adalah pencarian penderita atau


tersangka malaria lainnya dan menemukan daerah endemik wabah penularan
malaria serta memeplajari segala aspek yang menunjang penyebaran penyakit.
Langkah-langkah penyelidikan epidemiologi Malaria adalah :
1. Melakukan kunjungan ke tempat daerah endemik atau pandemik dengan
melakukan perlindungan diri terlebih dahulu melihat kejadian yang ada.
Misalnya ada rumor penyebaran penyakit malaria di daerah ‘X’ sehingga dapat
dihindari dengan vaksin malaria atau menggunakan pakaian yang menutupi
seluruh tubuh dari nyamuk.
2. Melakukan survey terhadap penderita, sehingga diketahui bahwa seorang
tersebut menderita penyakit malaria.
Ciri-ciri penderita malaria adalah :
 Serangan demam dengan interval tertentu (paroksisme), yang diselingi oleh
suatu periode bebas demam. Sebelum demam pasien biasanya merasa
lemah, nyeri kepala, tidak nafsu makan, mual, muntah. pada pasien yang
terinfeksi lebih dari satu jenis Plasmodium, maka serangan demam terus
menerus.
3. Mencari tahu penyebab penyakit. Pathogen atau agent penyakit apa yang
menyebabkanterjadinya penyakit malaria. Malaria disebabkan oleh protozoa
dari genus Plasmodium. pada manusia Plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu
Plasmodium falciparium, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan
Plasmodium ovale.
4. Mencari tahu riwayat alamiah penyakit dengan mengetahui patogenesis virus
plasmodium serta dihubungkan dengan waktu atau musim pra, saat kejadian
berlangsung.
Periode paroksisme biasanya terdiri dari tiga stadium yang berurutan yakni
stadium dingin (cold stage), stadium demam (hot stage), stadium berkeringat
(sweating stage). Biasanya penularan terjadi saat malam hari dan pada saat
musim penghujan dimana banyak terdapat genangan air.
5. Mencari tahu mekanisme penularan penyakit malaria.
 Malaria dapat ditularkan melalui dua cara yaitu cara alamiah dan bukan
alamiah.
Penularan secara alamiah (natural infection), melalui gigitan nyamuk
Anopheles.
 Penularan bukan alamiah, dapat dibagi menurut cara penularannya, yaitu :
a. Malaria bawaan, disebabkan adanya kelaianan pada sawar plasenta.
b. Penularan secara mekanik terjadi melalui transfuse darah atau jarum
suntik.
c. Penularan secara oral.
6. Mencari batasan area penularan sehingga dapat ditetapkan daerah endemik atau
pandemik suatu penyakit. Misalnya daerah endemik malaria termasuk daerah
dengan letak Astronomi dan geografi yang seperti apa dan sehingga aspek
lingkungan masuk ke dalam penyelidikan epidemiologi yang cukup penting.
7. Mencari tahu kegiatan atau pekerjaan, usia, kebiasaan, makanan serta tingkat
perekonomian penduduk sekitar. Sehingga diketahui area beraktivitas dan
kehidupan para penduduknya. Kemungkinan menjadi faktor-faktor penyakit
dan penularan.
8. Mencari tahu lokasi pemberian pelayanan kesehatan dan lokasi dari daerah
endemik. Karena hal ini erat kaitannya dengan kualitas kesehatan
masyarakanya. Apabila ditemui keluhan penderita bahawa jauhnya atau bahkan
terbatasanya pusat pelyanan kesehatan maka hal ini penyedia pelayanan
kesehatan dapat pula menjadi tersangka penularan penyakit malaria.
9. Setelah mengumpulkan data yang dibutuhkan, dapat dibuat semacam peta area
penyebaran penyakit. Serta prosentase penularan masing-masing daerah
dengan jumlah penduduk yang ada.
10. Lalu dapat disimpulkan bahawa area tersebut dengan letak astronomi, geografi,
jenis penduduk dengan segala macam karakteristik, kondisi lingkungan dan
pelayanan kesehatan serta sumber penyakit adalah penyebab terjadinya suatu
kejadian timbulnya penularan penyakit.
11. Dengan analisis yang sedemikian rupa, dibuat lah tindakan pengobatan dan
yang paling utama adalah pembatasan penularan dengan cara pencegahan bagi
warga yang belum terkena penyakit malaria.
E. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana manusia dan


nyamuk berada yang memungkinkan terjadinya penularan malaria setempat
(indigenous), lingkungan tersebut terbagi atas lingkungan fisik, lingkungan kimia,

lingkungan biologik dan lingkungan sosial budaya. Faktor geografi dan meterologi di
Indonesia sangat menguntungkan transmisi malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini
berbeda bagi setiap spesies. Pada suhu 26,7°c masa inkubasi ekstrinsik adalah 10-12
hari untuk P.falciparum dan 8-11 hari untuk P.vivax, 14-15 hari untuk P.malariae dan
P.ovale.
1. Lingkungan Fisik
meliputi suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin, sinar matahari, arus air, kadar
garam.
a) Suhu
Suhu mempengaruhi parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum
berkisar antara 20°C dan 30°C. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu)
makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin
rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.
b) Kelembaban
Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun
tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60 % merupakan batas
paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang
lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga
meningkatkan penularan malaria.
c) Hujan
Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan
terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan
deras hujan, jenis vector dan jenis tempat perindukan. Hujan yang diselingi
panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk
anopheles.
d) Ketinggian
Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin
bertambah. Hal ini berkaitan dengan suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas
2000 m jarang ada transmisi malaria. Hal ini bisa berubah bila terjadi
pemanasan bumi dan pengaruh dari El-Nino. Di pegunungan Irian Jaya yang
dulu jarang ditemukan malaria kini lebih sering ditemukan malaria.
e) Sinar matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-
beda. An. Sundaicus lebih suka tempat yang teduh. An. Hyrcanus spp dan An
pinctulatus spp lebih menyukai tempat ysang terbuka. An. Barbirostris dapat
hidup baik di tempat yang teduh maupun yang terang.
f) Arus air
An.barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis/mengalir
lambat, sedangkan An.minimus menyukai aliran air yang deras dan An.letifer
menyukai air tergenang.
g) Kadar garam
An.sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12-
18% dan tidak berkembang pada kadar garam 40% keatas. Namun di
Sumatera Utara ditemukan pula perindukan An. Sundaicus dalam air tawar.

2. Lingkungan Biologik
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat
mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau
melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan
pemakan larva seperti ikan kepala timah (panchax spp), gambusia, nila, mujair, dan
lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Adanya ternak seperti
sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila
ternak tersebut dikandangkan tidak jauh dari rumah.

3. Lingkungan Sosial Budaya


Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya
bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk. Tingkat kesadaran
masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk
memberantas malaria antara lain dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan
kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan obat nyamuk.
Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan,
pertambangan dan pembangunan baru/transmigrasi sering mengakibatkan perubahan
lingkungan yang menguntungkan penularan malaria (“man-made malaria”).
Peperangan dan perpindahan penduduk dapat menjadi factor penting untuk
meningkatkan malaria. Meningkatknya pariwisata dan perjalanan dari daerah endemik
mengakibatkan meningkatnya kasus malaria yang di-impor.
4. Lingkungan Kimia
Meliputi kadar garam yang cocok untuk berkembangbiaknya nyamuk Anopheles
sundaicus.

DAFTAR PUSTAKA

http://health.detik.com/read/2012/04/13/093105/1891503/763/
Harijanto, P,N. 1999. Malaria-Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis &
Penanganan.Jakarta: EGC.

Mandal B.K, dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Rlangga Jakarta: Erlangga.

Rahmad Ayda, Purnomo. 2010. Malaria. Jakarta: EGC.

Soedarto. 1990. Penyakit- Penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta: Widya Medika

Yatim Faisal. 2007. Macam- Macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya Jilid 2.
Jakarta: Pustaka Obor Populer

Anda mungkin juga menyukai