Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan taufik, hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami masih dapat menghirup nafas ke-Islaman
sampai sekarang ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita
Nabi agung Muhammad SAW yang telah berjuang dengan semangatnya yang
begitu mulia yang telah membawa saya dari jaman Jahilliyah kepada jaman
Islamiyah.
Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun makalah yang
berjudul “Riwayat Alamiah Peyakit Rubella” kami ucapkan banyak terima kasih
kepada Dosen Pembimbing yang telah membimbing kami dalam setiap mata
kuliah Epidemiologi, tidak lupa teman-teman yang senantiasa kami banggakan
yang semoga kita selalu dalam lindungan Allah serta dapat berjuang dijalan Allah
SWT.

Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu
kami mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya kami
mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila dalam penulisan masih
terdapat kalimat-kalimat yang kurang dapat dipahami agar menjadi maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, Oktober 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman awal ............................................................................................ 1

Kata Pengantar .......................................................................................... 2

Daftar Isi .................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 4

I. LATAR BELAKANG ........................................................................ 4


II. RUMUSAN MASALAH ................................................................... 5
III. TUJUAN PENULISAN .................................................................... 5
IV. MANFAAT………………………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 6

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rubella adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan
menimbulkan demam ringan dengan ruam pungtata dan ruam
makulopapuler yang menyebar dan kadang-kadang mirip dengan campak
atau demam scarlet. Anak-anak biasanya memberikan gejala
konstitusional yang minimal, tetapi orang dewasa akan mengalami gejala
prodromal selama 1-5 hari berupa demam ringan, sakit kepala, malaise,
coryza ringan dan konjungtivitis. Limfadenopati post aurikuler, oksipital dan
servikal posterior muncul dan merupakan ciri khas dari infeksi virus ini yang
biasanya muncul 5-10 hari sebelum timbulnya ruam. Hampir separuh dari
infeksi ini tanpa ruam. Lekopeni umum terjadi dan trombositopeni juga bisa
terjadi, tetapi manifestasi perdarahan jarang. Arthalgia dan, yang lebih
jarang terjadi, arthritis sebagai komplikasi infeksi ini terutama pada wanita
dewasa. Ensefalitis dan trombositopeni jarang terjadi pada anak-anak;
ensefalitis terjadi lebih sering pada orang dewasa. Rubella menjadi penting
karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin. Sindroma
rubella congenital (Congenital Rubella Syndrome, CRS) terjadi pada 90%
bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester
pertama kehamilan; risiko kecacatan congenital ini menurun hingga kira-
kira 10-20% pada minggu ke-16 dan lebih jarang terjadi bila ibu terkena
infeksi pada usia kehamilan 20 minggu. Infeksi janin pada usia lebih muda
mempunyai risiko kematian di dalam rahim, abortus spontan dan
kecacatan congenital dari sistem organ tubuh utama. Cacat yang terjadi
bisa satu atau kombinasi dari jenis kecacatan berikut seperti tuli, katarak,
mikroftalmia, glaucoma congenital, mikrosefali, meningoensefalitis,
keterbelakangan mental, patent ductus arteriosus, defek septum atrium
atau ventrikel jantung, purpura, hepatosplenomegali, icterus dan penyakit
tulang radiolusen.
Penyakit CRS yang sedang dan berat biasanya sudah dapat
diketahui ketika bayi baru lahir; sedangkan kasus ringan yang mengganggu

3
organ jantung atau tuli sebagian, bisa saja tidak terdeteksi beberapa bulan
bahkan hingga beberapa tahun setelah bayi baru lahir. Diabetes mellitus
dengan ketergantungan insulin diketahui sebagai manifestasi lambat dari
CRS. Malformasi congenital dan bahkan kematian janin bisa terjadi pada
ibu yang menderita rubella tanpa gejala. Membedakan rubella dengan
campak, demam scarlet (lihat infeksi Streptokokus) dan penyakit ruam
lainnya (misalnya infeksi eritema dan eksantema subitum) perlu dilakukan
karena gejalanya sangat mirip. Ruam makuler dan makulopapuler juga
terjadi pada sekitar 1-5% penderita dengan infeksi mononucleosis
(terutama jika diberikan ampisilin), juga pada infeksi dengan enterovirus
tertentu dan sesudah mendapat obat tertentu. Diangosa klinis rubella
kadang tidak akurat.
Konfirmasi laboratorium hanya bisa dipercaya untuk infeksi akut.
Infeksi rubella dapat dipastikan dengan adanya peningkatan signifikan titer
antibodi fase akut dan konvalesens dengan tes ELISA, HAI, pasif HA atau
tes LA, atau dengan adanya IgM spesifik rubella yang mengindikasikan
infeksi rubella sedang terjadi. Sera sebaiknya dikumpulkan secepat
mungkin (dalam kurun waktu 7-10 hari) sesudah onset penyakit dan
pengambilan berikutnya setidaknya 7-14 hari (lebih baik 2-3 minggu)
kemudian. Virus bisa diisolasi dari faring 1 minggu sebelum dan hingga 2
minggu sesudah timbul ruam. Virus bisa ditemukan dari contoh darah, urin
dan tinja. Namun isolasi virus adalah prosedur panjang yang membutuhkan
waktu sekitar 10-14 hari. Diagnosa dari CRS pada bayi baru lahir
dipastikan dengan ditemukan adanya antibodi IgM spesifik pada spesimen
tunggal, dengan titer antibodi spesifik terhadap rubella diluar waktu yang
diperkirakan titer antibodi maternal IgG masih ada, atau melalui isolasi
virus yang mungkin berkembang biak pada tenggorokan dan urin paling
tidak selama 1 tahun. Virus juga bisa dideteksi dari katarak kongenital
hingga bayi berumur 3 tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah tujuan mempelajari riwayat alamiah penyakit rubella?
2. Apakah tahapan riwayat perjalanan penyakit rubella?
3. Apa saja tingkat pencegahan penyakit rubella?

4
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui tujuan mempelajari riwayat alamiah penyakit
rubella
2. Untuk mengetahui tahapan riwayat perjalanan penyakit rubella
3. Untuk mengetahui tingkat pencegahan penyakit rubella

D. Manfaat Makalah
1. Digunakan sebagai bahan bacaan yang bisa digunakan untuk
menghindari meningkatnya angka kejadian penyakit Rubella khususnya
bagi ibu yang beresiko terhadap penyakit tersebut.
2. Digunakan untuk dijadikan bahan rujukan pendidikan kesehatan,
pemberian informasi dan edukasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan penyakit Rubella.
3. Digunakan sebagai bahan pembelajaran mengenai penyakit Rubella
bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa kesehatan dalam perkuliahan
epidemiologi.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Rubella adalah penyakit yang disebabkan oleh virus rubella ( bersal dari
bahasa Latin yang artinya merah ). Nama lain dari penyakit ini adalah campak
Jerman, disebut demikian karena pertama kali dikenalkan oleh seorang dokter
berkebangsaan Jerman. Virus Campak / Virus Rubella adalah virus RNA
beruntai tunggal, dari keluarga Paramyxovirus, dari genus Morbillivirus. Virus
campak hanya menginfeksi manusia, dimana virus campak ini tidak aktif oleh
panas, cahaya, pH asam, eter, dan tripsin (enzim). Ini memiliki waktu
kelangsungan hidup singkat di udara, atau pada benda dan permukaan.
Virus rubela adalah virus yang menyebabkan terjadinya campak jerman yang
menyerang anak-anak, orang dewasa, termasuk ibu hamil. Virus rubela dapat
menyerang bagian saraf atau otak yang kemudian menyerang kulit
Rubella yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak 3
hari adalah sebuah infeksi yang menyerang, terutama kulit dan kelenjar getah
bening. Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella (virus yang berbeda dari virus
yang menyebabkan penyakit campak), yang biasanya ditularkan melalui cairan
yang keluar dari hidung atau tenggorokan.

B. Etiologi
Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili
Togaviridae. Virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisiko-
kimiawi virus ini sama dengan anggota virus lain dari famili tersebut, tetapi virus
rubela secara serologik berbeda. Pada waktu terdapat gejala klinis virus
ditemukan pada sekret nasofaring, darah, feses dan urin.
Rubella merupakan mikroba yang jenis sifatnya menetap didalam susunan
saraf pusat seseorang yang terinfeksi. Pembengkakan pada kelenjar getah
bening dan terasa perih (biasanya dibelakang leher atau telinga).

C. Patofisiologi
Periode inkubasi rata-rata 18 hari (12-23 hari). Virus sesudah masuk
melalui saluran pernafasan akan menyebabkan peradangan pada mukosa

6
saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran
pernafasan inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Rubella baik yang
bersifat klinis maupun sub klinis akan bersifat sangat menular terhadap
sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan
dieksresikan dari faring selama fase prodromal yang berlanjut sampai satu
minggu sesudah muncul gejala klinis. pada rubella yang kongenal saluran
pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal
ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk
mencegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk
kekebalan baik berupa antibody maupun kekebalan seluler yang akan
mencegah terjadinya infeksi ulangan.

D. Tanda Gejala
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga stadium.
a. Stadium prodromal
Berlangsung 2 – 4 hari, ditandai dengan demam yang diikuti batuk pilek
susah menelan,stomstitis konjungtivis.
b. Stadium erupsi
Ditandai dengan timbulnya ruam selama 5 –6 hari. Timbulnya ruam
dimulai dari batas rambut dibelakang telinga, kemudian menyebar ke
wajah, leher, dan akhirnya ke ektrimitas.
c. Stadium konvalesens
Setelah 3 hari ruam berangsur – angsur menghilang sesuai urutan
timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan
menghilang setelah 1 – 2 minggu.

Gejala lain yang ditimbulkan :

a. Demam ringan 37,2-37,8 derajat Celsius, selama 1 atau 2 hari.


b. Bintik-bintik (ruam) di wajah dan menjalar ke bawah, ppada hari ke 2 atau
tiga.
c. Conjunctivitis ringan (pembengkakan pada kelopak mata dan bola mata).
d. Mata terasa nyeri.
e. Muncul bintik-bintik merah di seluruh tubuh.
f. Kulit kering.
g. Sakit pada persendian.

7
h. Sakit kepala.
i. Wajah pucat dan lemas.
j. Nafsu makan berkurang atau bahkan hilang.

E. Manifestasi Klinis
a. Masa inkubasi
Masa inkubasi berkisar 14 – 21 hari. Dalam beberapa laporan lain
waktu inkubasi minimum 12 hari dan maksimum 17 sampai 21 hari.
b. Masa prodromal
Pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya;
jarang disertai gejala dan tanda masa prodromal. Namun pada remaja dan
dewasa muda masa prodromal berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari demam
ringan, sakit kepala, nyeri tenggorok, kemerahan pada konjungtiva, rinitis,
batuk dan limfadenopati. Gejala ini segera menghilang pada waktu erupsi
timbul. Gejala dan tanda prodromal biasanya mendahului 1-5 hari erupsi di
kulit. Pada beberapa penderita dewasa gejala dan tanda tersebut dapat
menetap lebih lama dan bersifat lebih berat. Pada 20% penderita selama
masa prodromal atau hari pertama erupsi timbul suatu enantema, tanda
Forschheimer, yaitu makula atau petekiia pada palatum molle.
Pembesaran kelenjar limfe bisa timbul 5-7 hari sebelum timbul eksantema,
khas mengenai kelenjar suboksipital, postaurikular dan servikal dan
disertai nyeri tekan.
c. Masa eksantema
Seperti pada rubeola, eksantema mulai retro-aurikular atau pada
muka dan dengan cepat meluas secara kraniokaudal ke bagian lain dari
tubuh. Mula-mula berupa makula yang berbatas tegas dan kadang-kadang
dengan cepat meluas dan menyatu, memberikan bentuk morbiliform. Pada
hari kedua eksantem di muka menghilang, diikuti hari ke-3 di tubuh dan
hari ke-4 di anggota gerak. Pada 40% kasus infeksi rubela terjadi tanpa
eksantema. Meskipun sangat jarang, dapat terjadi deskuamasi
posteksantematik. Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang
penting pada rubela. Biasanya pembengkakan kelenjar getah bening itu
berlangsung selama 5-8 hari.
Pada penyakit rubela yang tidak mengalami penyulit sebagian
besar penderita sudah dapat bekerja seperti biasa pada hari ke-3.

8
sebagian kecil penderita masih terganggu dengan nyeri kepala, sakit mata,
rasa gatal selama 7-10 hari.

F. Komplikasi
Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang-
kadang terjadi. Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah.
Ensefalitis serupa dengan ensefalitis yang ditemukan pada rubeola yang terjadi
pada sekitar 1/6.000 kasus. Kebanyakan anak-anak mengalami penyembuhan
total. Anak laki-laki atau pria dewasa kadang mengalami nyeri pada testis (buah
zakar) yang bersifat sementara. Sepertiga wanita mengalami nyeri sendi atau
artritis. Pada wanita hamil, campak jerman bisa menyebabkan keguguran,
kematian bayi dalan kandungan ataupun keguguran. Kadang terjadi infeksi
telinga (otitis media).

G. Pencegahan
Imunisasi MMR pada usia 12 bulan dan 4 tahun. Vaksin rubella merupakan
bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak. Vaksin MMR diberikan
pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun dan tidak
boleh lebih dari 11-12 tahun. Vaksin rubella tidak boleh diberikan kepada wanita
hamil atau wanita yang akan hamil dalam jangka waktu satu bulan sesudah
pemberian vaksin.

H. Pengobatan
Cara mengobati Virus Rubella sampai saat ini belum ditemukan. Yang ada,
hanyalah pemberian antibody untuk mengantisipasi risiko terserang virus ini
dengan melakukan vaksin MMR dan memastikan calon ibu hamil benar-benar
bebas TORCH sebelum hamil, agar tidak terjadi penularan ke janin.
Untuk mengurangi ketidak nyamanan pada balita bisa di berikan
acetaminophen atau ibuprofen.

I. Pemeriksaan Rubella
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan anti
rubella dan Ig M. Pemeriksaan anti rubella IgM terutama sangat berguna untuk
diagnosis infeksi akut pada kehamilan <18 minggu dan resiko infeksi rubella
bawaan. Jika pada screning tersebut dalam darahnya ditemukan IgM denagn
kadar cukup besar, berati tidak perlu dilakukan vaksinasi karena telah memiliki

9
antibody yang cukup bagus. Sebaliknya jika IgM ditemukan dengan kadar
rendah, perlu dilakukan imunisai rubella.

10
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tujuan Mempelajari Riwayat Alamiah Penyakit


1. Tujuan mempelajari riwayat penyakit Rubella
Rubella adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan menimbulkan
demam ringan dengan ruam pungtata dan ruam makulopapuler yang
menyebar dan kadang-kadang mirip dengan campak atau demam scarlet.
Riwayat alamiah penyakit adalah deskripsi perkembangan penyakit
pada individu yang terjadi secara alami.
Tujuan mempelajari riwayat alamiah penyakit Rubella adalah :
1) Untuk diagnostik, yaitu untuk mengetahui masa inkubasi penyakit
Rubella. Periode inkubasi Rubella adalah 14 – 23 hari, dengan rata – rata
inkubasi adalah 16 – 18 hari. Hal ini berguna untuk mengetahui diagnosa
penyakit atau masalah kesehatan dalam KLB(Kejadian Luar Biasa)
2) Untuk pencegahan rantai penyakit Rubella tersebut supaya dapat
memotong rantai bahkan pemberantasan/ pencegahan penyakit.
Pencegahan penyakit Rubella dapat dilakukan dengan :
a. Lakukan penyuluhan kepada masyarakat umum mengenai cara
penularan dan pentingnya imunisasi Rubella
b. Berikan dosis tunggal vaksin hidup, yaitu vaksin virus Rubella yang
dilemahkan (Rubella virus vaccine, Live), dosis tunggal ini memberikan
respons antibodi yang signifikan, yaitu kira-kira 98-99% dari orang yang
rentan
c. Vaksin dikemas dalam bentuk kering dan sesudah dilarutkan harus
disimpan dalam suhu 2-80 C (35,60- 46,40F) atau pada suhu yang lebih
dingin dan dilindungi dari sinar matahari agar tetap poten
d. Jika diketahui adanya infeksi alamiah pada awal kehamilan, tindakan
aborsi sebaiknya dipertimbangkan karena risiko terjadinya cacat pada
janin sangat tinggi.
e. IG yang diberikan sesudah pajanan pada awal masa kehamilan
mungkin tidak melindungi terhadap terjadinya infeksi atau viremia,
tetapi mungkin bisa mengurangi gejala klinis yang timbul

11
2. Untuk terapi, karena semakin awal terapi diberikan maka hasil
penyembuhan penyakit Rubella baik.
Terapi yang diberikan yaitu:
a. Pengobatan penderita tanpa komplikasi dengan antipiretik
b. Pemberian vitamin A dosis tinggi
c. Pengobatan komplikasi di Puskesmas dengan antibiotik
d. Apabila keadaan penderita cukup berat segera rujuk ke rumah sakit.

Bagi Anda yang menemukan penderita dengan gejala seperti Campak,


SEGERA laporkan ke petugas kesehatan setempat atau bawa ke unit
pelayanan kesehatan terdekat.

B. Tahap Riwayat Perjalanan Penyakit


1. Masa Inkubasi
Penularan terjadi melalui droplet, dari nasofaring atau rute
pernafasan. Selanjutnya virus rubela memasuki aliran darah. Namun
terjadinya erupsi di kulit belum diketahui patogenesisnya. Viremia
mencapai puncaknya tepat sebelum timbul erupsi di kulit. Di nasofaring
virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi dan kadang-
kadang lebih lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring, virus
Rubella telah diisolasi dari kelenjar getah bening, urin, cairan serebro
spinal, cairan sinovial dan paru. Penularan dapat terjadi biasanya dari 7
hari sebelum hingga hari sesudah timbulnya erupsi. Daya tular tertinggi
terjadi pada akhir masa inkubasi, kemudian menurun dengan cepat, dan
berlangsunghingga menghilangnya erupsi.
Masa inkubasi berkisar 14 – 21 hari. Dalam beberapa laporan
lain waktu inkubasi minimum 12 hari dan maksimum 17 sampai 21 hari.
Namun Periode inkubasi rubella adalah 14 – 23 hari, dengan rata – rata
inkubasi adalah 16 – 18 hari. Masa inkubasi campak Measles adalah 9
– 11 hari antara hari pertama tertular penyakitnya dan munculnya gejala
pertama yaitu gatal –gatal. Penyakit ini biasanya biasanya dialami
antara 10 – 14 hari dari gatal pertama sampai gatal –gatal hilang. 90%
orang yang belum imunisasi campak dapat terkena penyakit ini dengan
mudahnya, karena tingkat penularannya sangat tinggi. Penyebaran
virus ini dalam bentuk cairan yang bersal dari mulut dan hidung melalui
udara.

12
2. Masa klinis
Infeksi Rubella pada kehamilan dapat menyebabkan keguguran,
bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin. Susahnya, sebanyak 50%
lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain
mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar
dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh
tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari. Sedangkan
dalam persalinan terjadi akibat adanya kuman yang masuk karena
dilakukan pemeriksaan dalam tanpa keadaan yang steril, juga akibat
ketuban pecah dini sebelum proses persalinan. Gejala klinis terjadi
setelah masa tunas 10 –12 hari, terdiri dari tiga stadium. Stadium
prodromal, berlangsung 2 – 4 hari, ditandai dengan demam yang diikuti
batuk pilek susah menelan,stomstitis konjungtivis. Stadium erupsi,
ditandai dengan timbulnya ruam selama 5 –6 hari. Timbulnya ruam
dimulai dari batas rambut dibelakang telinga, kemudian menyebar ke
wajah, leher, dan akhirnya ke ektrimitas. Stadium konvalesens, setelah
3 hari ruam berangsur – angsur menghilang sesuai urutan
timbulnya.Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan
menghilang setelah 1 – 2 minggu.
3. Masa laten dan periode infeksi
Rubella merupakan mikroba yang jenis sifatnya menetap didalam
susunan saraf pusat seseorang yang terinfeksi. Ketika menetap,
Rubella bisa menjadi aktif ( manifes), sehingga menimbulkan gejala
demam ringan, sedikit batuk atau pilek, serta merah-merah pada kulit
penderitanya selama 3 hari. Karena ringan gejala ini sering kurang
diperhatikan oleh si penderita. Setelah virus tersebut seolah-olah tidur
di dalam tubuh penderitanya. Namun, sewaktu – waktu virus tersebut
bisa berkembang dan memunculkan gejala berat. Semua ini tergantung
dari kekebalan tubuh orang yang mengidapnya. Jika dibiarkan aktif,
virus ini dapat mengganggu perkembangan saraf motorik dan sensorik
koordinasi keseimbangan seseorang. Ruam Rubella biasanya
berlangsung selama 3 hari. Pembengkakan kelenjar akan berlangsung
selama satu minggu atau lebih dan sakit persendian akan berlangsung
selama dua minggu. Tanda – tanda dan gejala Rubella dimulai dengan
adanya deman ringan selama 1 atau 2 hari (99 - 1000 F atau 37,2 –

13
37,80 C) dan kelenjar getah bening yang membengkak dan perih,
biasanya dibagian belakang leher atau di belakang telinga. Pada hari ke
2 atau ke 3, bintik – bintik (ruam) muncul di wajah dan menjalar ke arah
bawah. Di saat bintik ini menjalar ke bawah, wajah kembali bersih dan
bintik – bintik. Ruam Rubella dapat terlihat sebagai titik merah atau
merah muda, yang dapat berbaur menyatu menjadi sehingga terbentuk
tambalan berwarna yang merata. Bintik ini dapat terasa gatal dan terjadi
hingga tiga hari. Dengan berlalunya bintik –bintik ini kulit yang terkena
kadangkala mengelupas halus. Ketika Rubella terjadi pada wanita
hamil, dapat terjadi sindrom rubella bawaan yang potensial
menimbulkan kerusakan pada janin yang sedang tumbuh. Anak yang
terkena Rubella sebelum dilahirkan beresiko tinggi mengalami
keterlambatan pertumbuhan, keterlambatan mental, kesalahan bentuk
jantung dan mata, tuli, problematika hati dan sumsum tulang.
4. Pada Anak
Pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya,
jarang disertai gejala dan tanda masa prodromal. Namun pada remaja
dan dewasa muda masa prodromal berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari
demam ringan, sakit kepala, nyeri tenggorok, kemerahan pada
konjungtiva, rinitis, batuk dan limfa denopati. Gejala ini segera
menghilang pada waktu erupsi timbul. Gejala dan tanda prodromal
biasanya mendahului 1-5 hari erupsi di kulit. Pada beberapa penderita
dengan gejala dan tanda tersebut dapat menetap lebih lama dan bersifat
lebih berat. Pada 20% penderita selama masa prodromal atau hari
pertama erupsi timbul suatu enantema, tanda orschheimer, yaitu makula
atau petekiia pada palatummolle. Pembesaran kelenjar limfe bisa timbul
5-7 hari sebelum timbul eksantema, khas mengenai kelenjar
suboksipital, post aurikular dan servikal dan disertai nyeri tekan.
5. Masa eksantema
Seperti pada rubeola, eksantema mulai retro-aurikular atau pada
muka dan dengan cepat meluas secara kranio kaudal ke bagian lain dari
tubuh. Mula-mula berupa makula yang berbatas tegas dan kadang-
kadang dengan cepat meluas dan menyatu, memberikan bentuk
morbiliform. Pada hari kedua eksantem di mukamenghilang, diikuti hari
ke 3 di tubuh dan hari ke 4 di anggota gerak. Pada 40% kasus infeksi

14
rubella terjadi tanpa eksantema. Meskipun sangat jarang, dapat terjadi
deskuamasi posteks antematik. Imfadenopati merupakan suatu gejala
klinis yang penting pada rubela. Biasanya pembengkakan kelenjar
getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari. Pada penyakit Rubella
yang tidak mengalami penyulit sebagian besar penderita sudah dapat
bekerja seperti biasa pada hari ke 3. Sebagian kecil penderita masih
terganggu dengan nyeri kepala, sakit mata, rasa gatal selama 7-10 hari
Prognosis Rubella anak adalah baik sedang prognosis Rubella
kongenital bervariasi menurut keparahan infeksi. Hanya sekitar 30%
bayi dengan ensefalitis tampak terbebas dari defisit neuromotor,
termasuk sindrom autistic.
C. Tingkatan Pencegahan Penyakit Rubella

Upaya Pencegahan Penyakit Rubella

a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya
faktor predisposisi/resiko terhadap penyakit Rubella . Sasaran dari
pencegahan primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum
memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi
untuk penyakit Rubella. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting
peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu
dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan,
konseling nutrisi dan penataan rumah yang baik.
b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang
termasuk kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena Rubella,
tetapi berpotensi untuk terkena penyakit Rubella. Pada pencegahan
primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya Rubella dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor
tersebut.
1. Penyuluhan
Edukasi Rubella adalah pendidikan dan latihan mengenai
pengetahuan mengenai Rubella. Di samping kepada penderita
Rubella, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya,
kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana

15
kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada
pasien Rubella adalah definisi penyakit Rubella, faktor-faktor yang
berpengaruh pada timbulnya Rubella dan upaya-upaya menekan
Rubella, pengelolaan Rubella secara umum, pencegahan dan
pengenalan komplikasi Rubella.
2. Imunisasi
Vaksinasi Rubella (Vaksin MMR) diberikan Anak-anak harus
mendapatkan 2 dosis vaksin MMR, biasanya sebagai berikut:
- Dosis pertama: Usia 12 hingga 15 bulan
- Dosis kedua: Usia 4 hingga 6 tahun
- Dosis MMR ketiga mungkin perlu disarankan dalam situasi
wabah penyakit ini.

Vaksin ini diharapkan dapat memberikan perlindungan sementara


dari infeksi campak, tetapi tidak akan memberikan kekebalan tubuh
permanen. Anak ini harus tetap mendapatkan 2 dosis pada usia
yang disarankan agar mendapatkan perlindungan seumur hidup.

Orang dewasa dapat pula memerlukan vaksin MMR. Banyak orang


dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih yang rentan terhadap
campak, gondongan, dan rubella tanpa menyadarinya.

Keberhasilan program imunisasi dapat diukur dari penurunan


jumlah kasus Rubella dari waktu ke waktu. Kegagalan imunisasi
dapat disebabkan oleh:

- Terdapatnya kekebalan yang dibawa sejak lahir yang berasal


dari antibodi by. Antibodi itu akan menetralisasi vaksin yang
diberikan.
- Terjadi kerusakan vaksin akibat penyimpanan, pengangkutan,
atau penggunaan di luar pedoman(Widoyono, 2008).
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau
menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti
tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini Rubella serta
penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan
pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang
tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk

16
mengembangkan atau memperparah penyakit. Memberikan
pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk
mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan
pengelolaan Rubella memegang peran penting untuk meningkatkan
kepatuhan pasien berobat.
1. Diagnosa Penyakit Campak
Diagnosa dapat ditegakkan dengan anamnese, gejala klinis dan
pemeriksaan laboratorium(Arias, 2003).
2. Pengobatan penyakit campak
Awal gejala :
• Istirahat
• Konsumsi makanan bergizi

Deteksi dini :

• Screening
• Pemeriksaan laboratorik (isolasi virus, serologik,
Polymerase Chain Reaction (PCR), Reverse
Transcription- Loop-Mediated Isothermal
• Amplification (RT-LAMP).

Pengobatan lebih lanjut :

• Pengobatan sesuai gejala,


- Bila panas berikan acetaminophen atau
ibuprofen atau Paracetamol.
• Obat Antivrus (Asiklovir)
• Isolasi, terutama ibu hamil
• Banyak minum air putih
• Vaksinasi saat hamil (resiko kemungkinan besar tetap
terjadi)
• Tindakan aborsi sebaiknya dipertimbangkan.

d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah
kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain
mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan

17
melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami
kecacatan.

18
No Tahap Riwayat Alamiah Penyakit Tingkatan Upaya Pencegahan

1 Pre Patogenesis  Promotif  Penyuluhan


(sehat)

 Preventif  Vaksinasi Rubella (Vaksin


MMR)
- diberikan pd usia 15 bl
- ulangan pd umur 4-6 th
- Jika belum ulangan (4-6
th), maka diberikan pada
umur 11-12 th bahkan
remaja.
 Pada ibu yang belum
hamil, periksa kekebalan
tubuh terhadap Rubella.
 Mengkonsumsi Vitamin
 Jaga jarak dengan orang
yang terinfeksi rubella
terutama untuk ibu hamil
 Menjaga kebersihan diri
dan kebersihan lingkungan

2 Patogenesis (sakit)
 Inkubasi  Kenali Gejala  Istirahat
 Konsumsi makanan
bergizi
 Dini  Deteksi dini
 Screening
 Pemeriksaan laboratorik
(isolasi virus, serologik,
Polymerase Chain
Reaction (PCR), Reverse
Transcription- Loop-

19
Mediated Isothermal
Amplification (RT-LAMP).
 Pengobatan sesuai gejala,
- Bila panas berikan
acetaminophen atau
ibuprofen atau
Paracetamol.
 Lanjut  Pengobatan lanjut
 Obat Antivrus (Asiklovir)
 Isolasi, terutama ibu hamil
 Banyak minum air putih
 Vaksinasi saat hamil
(resiko kemungkinan
besar tetap terjadi)
 Tindakan aborsi sebaiknya
dipertimbangkan.

3 Pasca Patogenesis

 Sehat  Tidak berbahaya (sehat) o Bayinya Lahir

 Cacat  Rehabilitasi  Rehabilitasi fisik


 Estetika

 Carrier  Rehabilitasi  Rehabilitasi psikis


(retardasi mental)

 Kronis  Rehabilitasi  Abortus sertamerta


(spontan)

 Mati  Mati  Mati

Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien


pasien dengan dokter mapupun antara dokter-dokter yang terkait
dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk

20
meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit Rubella.
Dalam penyuluhan ini yang perlu disuluhkan mengenai :
- Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik
- Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
- Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan
memanfaatkan keadaan hidup dengan komplikasi kronik.
- Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin
terkait juga sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan,
baik dengan para ahli sesama disiplin ilmu.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rubella adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan
menimbulkan demam ringan dengan ruam pungtata dan ruam
makulopapuler yang menyebar dan kadang-kadang mirip dengan campak
atau demam scarlet. Tujuan mempelajari riwayat alamiah penyakit Rubella
adalah : Untuk diagnostik, yaitu untuk mengetahui masa inkubasi penyakit
Rubella dan Untuk pencegahan rantai penyakit Rubella tersebut supaya
dapat memotong rantai bahkan pemberantasan/ pencegahan penyakit.
Terapi yang diberika yaitu: Pengobatan penderita tanpa komplikasi
dengan antipiretik, pemberian vitamin A dosis tinggi, Pengobatan
komplikasi di Puskesmas dengan antibiotik dan apabila keadaan penderita
cukup berat segera rujuk ke rumah sakit.
Upaya Pencegahan Penyakit Rubella yaitu : Pencegahan
Primordial, Pencegahan Primer, Penyuluhan, Imunisasi, Pencegahan
Sekunder ( tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini
Rubella serta penanganan segera dan efektif) Pencegahan Tersier
(Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi
menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi
penderita yang mengalami kecacatan).

B. Saran
1. Menjaga sanitasi atau kebersihan lingkungan sekitarnya
2. Menyarankan agar mengonsumsi makan makanan yang bergizi dan
bernutrisi.
3. Menyarankan untuk banyak istirahat yang cukup.
4. Penderita tidak diperbolehkan menonton TV mata mereka sensitive
terhadap cahaya.
5. Menganjurkan untuk pola hidup sehat dengan olahraga yang bertujuan untuk
tetap dapat menjaga antibody.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anindya, Yudhit. 2012. Riwayat Alamiah Penyakit Campak. Di akses pada 21


Agustus 2018 retrivied from
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/116207201?extension
=docx&ft=1534861121&lt=1534864731&user_id=197035167&uahk=hBTQ
MntTVCUq4uZy7uleWQyaUuw

Suradi, dkk. 2016. Makalah Riwayat Proses Alamiah Penyakit Rubella(Campak


Jerman). Di akses pada 21 Agustus 2108 retrivied from
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/328685250?extension
=docx&ft=1534859365&lt=1534862975&user_id=197035167&uahk=outYW
xalKh1xmzH1Fk5hLF_AP4U

U.S. Department of Health and Human Services. 2018. Vaksin MMR(MEASLES,


MUMPS, RUBELLA). Di akses pada 21 Agustus 2018 retrivied from
http://www.immunize.org/vis/indonesian_mmr.pdf

http://www.academia.edu/12196552/Riwayat_Alamiah_Penyakit_Rubella

http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/180--abcg-dpt-polio-campak-
dan-hepatitis-baimunisasi-wajib-bagi-semua-bayi.html

23

Anda mungkin juga menyukai