Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

“PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR”

DOSEN PEMBIMBING :

Dr.dr. FAUZIAH ELYTHA, Msi

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2

1511216041 Nurkhaira Manel 1611211026 Friska Meilany


1511216071 Egi Nisura 1611211040 Anisa Fitri
1611211008 Wulan Febriza 1611211050 Silvia Lestari
1611211010 Farah Fadhila Efendi 1611212020 Dina Putri
1611211016 Suci Ramadhona 1611213007 Vina Rahmalia
1611211022 Arsip Kardova 1711216031 Miftahul Hikmah

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2016
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada

Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan makalah

ini guna memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular ini. Dalam penyusunan

makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi. Namun, kelompok menyadari bahwa

kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan

orangtua, dosen pengampu mata kuliah serta teman-teman kelompok sehingga kendala-kendala

yang penyusun hadapi teratasi. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu

tentang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular yang kelompok sajikan berdasarkan

dari berbagai informasi dan referensi. Makalah ini disusun oleh kelompok dengan berbagai

rintangan, baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan

penuh kesabaran dan pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi

sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa Universitas Andalas. Kelompok

sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada

dosen pengampu, penyusun meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah penyusun

di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Padang, 15 Agustus 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1

1.3 Tujuan..............................................................................................................................2

1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................................2

1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR................3

2.1.1 Pencegahan Penyakit Menular...............................................................................3

2.1.2 Penanggulangan Penyakit Menular.......................................................................6

2.2 IMUNISASI.....................................................................................................................9

2.2.1 Pengertian Imunisasi...............................................................................................9

2.2.2 Imunisasi Dan Vaksin............................................................................................11

2.2.3 Jenis-Jenis Imunisasi.............................................................................................11

2.2.4 Yang Perlu Mendapatkan Imunisasi...................................................................13

2.2.5 Tujuan Imunisasi...................................................................................................13


2.2.6 Manfaat Imunisasi.................................................................................................14

2.2.7 Imunisasi Ulangan.................................................................................................14

2.2.8 Tempat Mendapatkan Imunisasi.........................................................................14

2.3 PROGRAM PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR...............................15

2.3.1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun

2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular.......................................................15

2.3.2 Kepmenkes No. 331/2006 tentang Renstra  Depkes 2005- 2009........................19

BAB III PENUTUP..................................................................................................................25

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................25

3.2 Saran..............................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media.

Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang

karena angka kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif

singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan

masyarakat. Penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang bisa

menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian yang besar. Penyakit menular merupakan hasil

perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi.

Penyebab (agent) penyakit menular adalah unsur biologis yang bervariasi mulai dari

partikel virus yang paling sederhana sampai organisme yang paling kompleks yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia. Sebagaimana di kemukakan sebelumnya bahwa proses

kejadian penyakit menular dalam masyarakat di tentukan oleh tiga unsur utama yaitu sumber

penularan (reservoir),cara penularan dan keadaan pejamu yang potensian. Sehinngga kelompok

tertarik untuk membuat makalah tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

dengan imunisasi.

I.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pencegahan dan penanggulangan penyakit menular?

1
I.3 Tujuan

I.3.1 Tujuan Umum


Untuk menambah pengetahuan kepada penulis dan pembaca dalam mengetahui

pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.

I.3.2 Tujuan Khusus


 Untuk mengetahui dan meemhami mengenai pencegahan penyakit menular.

 Untuk mengetahui dan memahami mengenai penanggulangan penyakit menular

 Untuk mengetahui dan memahami tentang imunisasi

 Untuk mengetahui dan memahami tentang program pemerintah dalam

pemberantasan dan pencegahan penyakit menular

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

II.1.1 Pencegahan Penyakit Menular


Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum

kejadian. Dalam mengambil langkah langkah untuk pencegahan, haruslah didasarkan pada data/

keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan/ penelitian

epidemiologis.

Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni: pencegahan

tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus,

pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan

yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention yang meliputi pencegahan

terhadap cacat dan rehabilitasi.

1. Pencegahan Tingkat Pertama

Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada factor penyebab, lingkungan

serta factor penjamu.

a. Sasaran yang ditujukan pada factor penyebab yang bertujuan untuk mengurangi

penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, yang

bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit, penyemprotan/insektisida

dalam rangka menurunkan dan menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai

penularan, disamping karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan rantai

penularan. Selain itu usaha untuk mengurangi/menghilangkan sumber penularan dapat dilakukan

3
melalui pengobatan penderita serta pemusnahan sumber yang ada (biasanya pada binatang yang

menderita), serta mengurangi/menghindari perilaku yang dapat meningkatkan resiko perorangan

dan masyarakat.

b. Mengatasi / memodifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti

peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan serta bentuk pemukiman lainnya,

perbaikan dan peningkatan lingkungan biologis seperti pemberantasan serangga dan binatang

pengerat, serta peningkatan lingkungan social seperti kepadatan rumah tangga, hubungan

antarindividu dan kehidupan social masyarakat.

c. Meningkatkan daya tahan penjamu yang meliputi perbaikan status gizi, status

kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta berbagai bentuk

pencegahan khusus lainnya, peningkatan status psikologis, persiapan perkawinan serta usaha

menghindari pengaruh factor keturunan, dan peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan

kualitas gizi serta olahraga kesehatan.

2. Pencegahan Tingkat Kedua

Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang menderita atau dianggap

menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas). Adapun tujuan usaha

pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat

dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk segera

mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya akibat samping atau

komplikasi.

a. Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui pemeriksaan berkala serta

pemeriksaan kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI, mahasiswa dan lain

sebagainya), penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu secara umum dalam

4
masyarakat, pengobatan dan perawatan yang efektif, serta melakukan surveilans

epidemiologi yakni pencatatan dan pelaporan secara teratur dan terus menerus untuk

mendapatkan keterangan tentang proses penyakit yang ada dimasyarakat, termasuk

keterangan tentang kelompok resiko tinggi

b. Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai berada pada

proses prepatogenesis dan pathogenesis penyakit tertentu.

3. Pencegahan Tingkat Ketiga

Sasaran pencegahan tingkat ketiga adalah penderita penyakit tertentu dengan

tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah

bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut.

Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat

samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rahabilitasi adalah usaha

pengembalian fungsi fisik, psikologis dan social seoptimal mungkin yang meliputi

rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi mental/psikologis serta rehabilitasi social.

4. Strategi pencegahan penyakit

a. Sasaran yang bersifat umum yang ditujukan kepada individu maupun organisasi

masyarakat, dilakukan dengan pendekatan melalui usaha setempat/mandiriyang

sesuai dengan bentuk dan tatanan hidup masyarakat setempat (tradisional) maupun

melalui berbagai program pelayanan kesehatan yang tersedia.

b. Usaha pencegahan melalui pelaksanaan yang berencana dan terprogram (bersifat

wajib maupun sukarela) seperti pemberian imunisasi dasar serta perbaikan sanitasi

lingkungan dan pengadaan air bersih, peningkatan status gizi melalui pemberian

makanan tambahan maupun berbagai usaha yang bertujuan untuk menghentikan/

5
mengubah kebiasaan yang mengandung resiko tinggi atau yang dapat mempertinggi

resiko penyakit tertentu.

c. Usaha yang diarahkan pada peningkatan standar hidup dan lingkungan pemukiman

seperti perbaikan perumahan dan pemukiman, perbaikan system pendidikan serta

social ekonomi masyarakat yang pada dasarnya kegiatan diluar bidang kesehatan.

d. Usaha pencegahan dan penanggulangan keadaan luar biasa seperti kejadian wabah,

adanya bencana alam/situasi perang serta usaha penanggulangan melalui kegiatan

rawat darurat.

II.1.2 Penanggulangan Penyakit Menular


Yang dimaksud dengan penanggulangan penyakit menular (control) adalah upaya

untuk menekan peristiwa penyakit menular dalam masyarakat serendah mungkin

sehingga tidak merupakan gangguan kesehatan bagi masyarakat. Penanggulangan

Penyakit Menular adalah upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan

preventif yang ditujukan untuk menurunkan dan menghilangkan angka kesakitan,

kecacatan, dan kematian, membatasi penularan, serta penyebaran penyakit agar tidak

meluas antardaerah maupun antarnegara serta berpotensi menimbulkan kejadian luar

biasa/wabah. Penaggulangan penyakit menular dapat dikelompokkan pada tiga kelompok

meliputi:

1. Sasaran Langsung Pada Sumber Penularan Penjamu

Keberadaan suatu sumber penularan (reservoir) dalam masyarakat merupakan

factor yang sangat penting dalam rantai penularan. Dengan demikian keberadaan sumber

penularan tersebut memegang peranan yang cukup penting serta menentukan cara

penanggulangan yang paling tepat dan tingkat keberhasilannya cukup tinggi.

6
a. Sumber penularan adalah binatang

Bila sumber penularan terdapat pada binatang peliharaan (domestic) maka upaya

mengatasi penularan dengan sasaran sumber penularan lebih mudah dilakukan dengan

memusnahkan binatang yang terinfeksi serta melindungi binatang lainnya dari penyakit

tersebut (imunisasi dan pemeriksaan berkala).

b. Sumber penularan adalah manusia

Apabila sumber penularan adalah manusia, maka cara pendekatannya sangat berbeda

mengingat bahwa dalam keadaan ini tidak mungkin dilakukan pemusnahan sumber.

Sasaran penanggulangan penyakit pada sumber penularan dapat dilakukan dengan isolasi

dan karantina, pengobatan dalam berbagai bentuk umpamanya menghilangkan unsure

penyebab (mikroorganisme) atau menghilangkan focus infeksi yang ada pada sumber.

Salah satu usaha penanggulangan yang sasarannya terpusat pada sumber penularan

adalah isolasi penderita. Bentuk ini memang sangat bermanfaat pada situasi penyakit

yang baru muncul dan punya potensi mewabah. Sedangkan bentuk ini kurang bermanfaat

pada penyakit yang telah menyebar dalam masyarakat terutama yang mempunyai bentuk

infeksi terselubung.

Bentuk penanggulangan lainnya mirip isolasi adalah karantina. Karantina adalah

pembatasan gerak seseorang atau sekelompok orang sehat atau binatang yang dicurigai

menderita atau akan menderita penyakit menular tertentu.

2. Sasaran yang Ditujukan Pada Cara Penularan

Sebagaimana diketahui bahwa cara penularan penyakit meliputi kontak langsung,

melalui udara, melalui makanan serta melalui vector perantara. Upaya pencegahan

penularan melalui kontak langsung biasanya dititikberatkan pada penyuluhan kesehatan

7
yang dilaksanakan bersama-sama dengan usaha menghilangkan sumber penularan. Usaha

pencegahan ini sangat erat hubungannya dengan pola dan kebiasaan hidup sehari-hari,

system social, dan perilaku sehat anggota masyarakat.

Upaya mencegah dan menurunkan penularan penyakit yang ditularkan melalui udara,

terutama infeksi saluran pernapasan dilakukan desinfeksi udara dengan bahan kimia atau

dengan sinar ultra violet, ternyata kurang berhasil. Sedangkan usaha lain dengan

perbaikan system ventilasi serta aliran udara dalam ruangan tampaknya lebih bermanfaat.

Adapun upaya perbaikan lingkungan dalam upaya mencegah dan menaggulangi

penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman, dikembangkan dengan

memberantas bahan-bahan yang mengalami kontaminasi seperti penyehatan air minum,

pasteurisasi susu, serta pengawasan terhadap semua pengobatan bahan makanan dan

minuman. Usaha seperti ini biasanya dilakukan secara bersama antara petugas

pengawasan bahan berbahaya dengan petugas kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan penaggulangan penyakit yang ditularkan oleh vector terutama

serangga dan binatang lainnya dilakukan melalui pemberantasan serangga serta binatang

perantara lainnya.

3. Sasaran ditujukan pada Penjamu Potensial

Factor yang berpengaruh pada penjamu potensial terutama tingkat kekebalan

(imunitas) serta tingkat kerentanan/kepekaan yang dipengaruhi oleh status gizi, keadaan

umum, serta factor genetika.

a. Peningkatan kekebalan khusus

Berbagai penyakit dewasa ini dapat dicegah mealui usaha imunisasi yakni

peningkatan kekebalan aktif pada penjamu dengan pemberian vaksinasi. Pemberian

8
imunisasi aktif untuk perlindungan terhadap penyakit tertentu contohnya DPT dan BCG.

Selain pemberian imunisasi aktif, ada juga usaha perlindungan terhadap beberapa

penyakit tertentu dengan pemberian antibody pelindung yang berasal dari penjamu lain

dalam bentuk serum anti body yang memberikan perlindungan sementara dan disebut

imunisasi pasif. Contohnya: pemberian imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil untuk

kemudian dapat memindahkan antibody ibu kepada bayi melalui placenta. Juga

pemberian antisera pada mereka yang dicurigai ketularan penyakit anjing gila (rabies)

serta pemberian serum globulin imun untuk pencegahan hepatitis dan pemberian

antitoksin tetanus untuk luka berat.

b. Peningkatan kekebalan umum (resistensi)

Berbagai usaha lainnya dalam meningkatkan daya tahan pejamu terhadap penyakit

infeksi telah diprogramkan secara luas seperti perbaikan gizi keluarga, peningkatan gizi

balita melalui rogram Kartu Menuju Sehat (KMS), peningkatan derajat kesehatan

masyarakat serta pelayanan kesehatan terpadu melalui Posyandu. Keseluruhan program ini

bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh secara umum dalam usaha menagkal

berbagai ancaman penyakit infeksi.

II.2 IMUNISASI

II.2.1 Pengertian Imunisasi


Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti

diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap

suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit lain.

Sistem imunisasi dapat mencegah antigen dan menginfeksi tubuh. Sistem

imunitas ini bersifat alami dan artificial. Imunitas alami bersifat spesifik dan non

9
spesifik. Saat antigen menginfeksi tubuh, imunitas non spesifik yang terdiri dari sel

komplemen dan makrofag akan bertarung dengan cara memakan zat antigen tersebut.

Setelah itu baru imunitas spesifik menyempurnakan perlawanan dari imunitas kita.

Imunitas spesifik terdiri dari imunitas humoral dan imunitas seluler. Sistem pertahanan

humoral menghasilkan imonuglobulin (IgM, IgA, IgD, IgG, IgE), sedangkan system

pertahanan seluler terdiri dari sel limfosit T (sel Th1, Th2, Tc). Pada tahap selanjutnya,

imunitas spesifik menghasilkan suatu sistem memori.Pada anak_anak imunitasseluler

akan berkembang spesifik setelah 2-3 tahun, sedangkan imunitas humoral harus

menunggu sampai 6-9 tahun.

Imunitas artificial, bekerja secara aktif dan pasif, bekerja secara aktif bila sesuatu

zat diinduksikan kedalam tubuh yang bertujuan untuk merangsang system imun

mengeluarkan antibodi, sebagai contoh adalah imunisasi. Bekerja secra pasif bila

menyuntikkan serumyang berisi antibodi kedalam tubuh, sebagai contoh serum bisa ular.

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukan antigen lemah

agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit

tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu system memori (daya ingat), ketika vaksin

masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan

sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh

terpapar dua atau tiga kali oleh antigean yang sama dengan vaksin maka antibodi akan

tercipta lebih cepat dan banyakwalaupunantigen bersifat lebih kuat dari vaksin yang

pernah dihadapi sebelumnya. Oleh karena itu imunisasi efektif mencegah penyakit

infeksius.

10
Imunitas dapat dilakukan pada orang dewasa ataupun anak-anak, pada anak-anak

karna sistem imun yang belum sempurna. Sedangkan pada usia 60 tahun terjadi

penurunan system imun non spesifik seperti produksi air mata menurun, mekanisme

batuk tidak efektif, gangguan pengaturan suhu, dan perubahan fungsi sel sistem imun,

baikseluler maupun humoral. Dengan demikian usia lanjut lebih rentan terhadap infeksi,

penyakit autoimun dan keganasan. Namun usia lanjut masih menunjukan respon yang

baik terhadap polisakarida bakteri, sehingga pemberian vaksin dapat meningkatkan

antibodi dengan efektif.

II.2.2 Imunisasi Dan Vaksin


Vaksinasi berarti pemberian setiap vaksin atau toksoid. Imunisasi menggambarkan

proses yang menginduksi imunitas secara artificial dengan pemberian bahan antigenetik,

seperti agen imunobiologis ( Nelson, 2000).

II.2.3 Jenis-Jenis Imunisasi


Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa, agar tidak menimbulkan efek-efek yang

merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu :

1. Imunisasi aktif

Merupakan pemberian suatu bibit penyakit telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya

system imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini,

sehingga ketika terpapar lagi tubh dapat mengenali dan meresponnya. Contok imunisasi aktif

adalah imunisasi polio atau campak. Dalam imunisasi aktif, terdapat beberapa unsur-unsur

vaksi, yaitu :

a. Vaksin dapat berupa organism yang secara keseluruhan dimatikan, eksotoksinyang

didetoksifikasisaja, atau endotoksin yang terkait pada protein pembawa seperti

11
polisakaridaa, dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak komponen-komponen

organism dari suatu antigen. Dasarnya adalah antigen harus merupakan bagian dari

organism yang dijadikan vaksin.

b. Pengawet, stabilisator, atau antibiotk, merupakan zat yang digunakan agar vaksin

tetap dalam keadaan atau menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya mikroba.

bahan-bahan yang digunakan seperti air raksa atau antibiotic yang bisa digunakan.

c. Cairan pelarut dapat berupa air steril atau jugaberupa cairan kultur jaringan yang

digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya antigen telur, protein serum,

bahan kultur sel.

d. Adjuvan, terdiri dari garamalumunium yang berfungsi meningkatkan sistem imun

dari antigen. ketika antigen terpapar dengan antibody tubuh, antigen dapat melakukan

perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan maka semakin tinggi

peningkatan antibodi.

2. Imunisasi pasif

Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat

immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat

berasal dari plsma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalu placenta) atau

binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk

dalamtubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti

Tetanus Serum) pada orang yang mengalamiluka kecelakaan. Contoh lain adalah yang

terdapat pada bayi baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagaijenis antibody dari

12
ibunya melalu darah placenta selama masa kandungan, misalnya antibody terhadap

campak.

II.2.4 Yang Perlu Mendapatkan Imunisasi


Orang yang berisiko tinggi terkena suatu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisas

yaitu:

1. Bayi dan anak balita, anak sekolah, remaja

2. Orang tua, manula

3. Top manager / axecutive perusahaan

4. calon jamah haji / umroh

5. Orang yang akan berpergian keluar negri

6. Dll.

Apa yang seharusnya diketahui oleh keluarga dan masyarakat mengenai imunisasi?

Tanpa imunisasi,kira-kira 3 dari 100 anak akan meninggal karena penyakit campak.

Sebanyak 2 dari 100 keahiran anakakan meningal karna batuk rejan. Satu dari 100 kelahiran

anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita

penyakit polio. Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksintertentu akan melindungi

anak terhadap penyakit penyakit-penyakit tertentu. Walaupun pada saat ini fasilitas

pelayanan untukvaksin ini telah tersedia di masyarakat, tapi tidaak semua bayi telah dibawa

untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap.

II.2.5 Tujuan Imunisasi


Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat

mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang

berjangkit. Secara umum tujuan imunisasi, antara lain :

13
1. Dengan imunisasi, tubuh tidk mudah terangsang penyakit menular

2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular

3. Imunisasi menurunkan angaka mobirditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka

kematian) pada balita.

II.2.6 Manfaat Imunisasi


1. Untuk anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian

2. Untuk keluarga :menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak

sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya

akan menjalani masa anak-anak yang nyaman.

3. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan

berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.

II.2.7 Imunisasi Ulangan


Imunisasi perlu diulang untuk memperthankan agar kekebalan tetap melindungi

terhadap bibit penyakit. Beberapa jenis imunisasi mulai berkurang kemampuannya sesuai

pertumbuhan usia anak, sehingga perlu imunisasi penguatan (booster) dengan cara

pemberian imunisasi ulang.

II.2.8 Tempat Mendapatkan Imunisasi


Untuk memaksimalkan pelayanan imunisasi, dan mengoptimalkan keberhasilan

programimunisasi, telah disediakan tempat-tempat khusus yang bisa digunakan untuk

pemberian imunisasi. Imunisasi dapat dilakukan di Posyandu, puskesmas, polindes,

rumah sakit, bidan desa, parktek dokter, dan tempat lain yang telah disediakan. Berbagai

tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayan imunisasi yaitu :

14
1. Pos Pelayanan Tepadu Posyandu)

2. Puskesmas, Rumah sakit Bersalin, BKIA atau Rumah sakit Pemerintah

Praktek Dokter / Bidan lain atau Rumah sakit.

II.3 PROGRAM PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

II.3.1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014


tentang Penanggulangan Penyakit Menular
Berdasarkan prevalensi/kejadian kesakitan dan karakterristik Penyakit Menular, target

program Penanggulangan Penyakit Menular meliputi:

1) Reduksi; merupakan upaya pengurangan angka kesakitan dan/atau kematian terhadap

Penyakit Menular tertentu agar secara bertahap penyakit tersebut menurun sesuai dengan

sasaran atau target operasionalnya.

2) Eliminasi; merupakan upaya pengurangan terhadap penyakit secara berkesinambungan di

wilayah tertentu sehingga angka kesakitan penyakit tersebut dapat ditekan serendah

mungkin agar tidak menjadi masalah kesehatan di wilayah yang bersangkutan.

3) Eradikasi;merupakan upaya pembasmian yang dilakukan secara berkelanjutan melalui

pemberantasan dan eliminasi untuk menghilangkan jenis penyakit tertentu secara

permanen sehingga tidak menjadi masalah kesehatan secara nasional.

Penanggulangan Penyakit Menular dilakukan melalui upaya pencegahan,


pengendalian, dan pemberantasan. Upaya pencegahan dilakukan untuk memutus mata
rantai penularan, perlindungan spesifik, pengendalian faktor risiko, perbaikan gizi
masyarakat dan upaya lain sesuai dengan ancaman Penyakit Menular. Upaya pengendalian
dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan faktor risiko penyakit dan/atau
gangguan kesehatan. Upaya pemberantasan dilakukan untuk meniadakan sumber atau
agen penularan, baik secara fisik, kimiawi dan biologi.

15
Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan dalam Penanggulangan
Penyakit Menular dilakukan melalui kegiatan:

a. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan dilakukan dengan metode komunikasi, informasi dan edukasi secara
sistematis dan terorganisasi. Promosi kesehatan sebagaimana dilakukan untuk tercapainya
perubahan perilaku pada masyarakat umum yang dilakukan oleh masyarakat di bawah
koordinasi Pejabat Kesehatan Masyarakat di wilayahnya. Promosi kesehatan dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang pengendalian Penyakit Menular.
Tenaga kesehatan dapat melibatkan kader melalui pendekatan upaya kesehatan berbasis
masyarakat dan/atau tokoh masyarakat melalui pendekatan kemitraan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Promosi kesehatan dilakukan melalui:

 penyuluhan;
 konsultasi, bimbingan dan konseling;
 intervensi perubahan perilaku;
 pemberdayaan;
 pelatihan; atau
 pemanfaatan media informasi.

Promosi kesehatan diarahkan untuk peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat guna
memelihara kesehatan dan pencegahan penularan penyakit.

Perilaku hidup bersih dan sehat paling sedikit berupa:

 cuci tangan pakai sabun;


 pemberantasan jentik nyamuk;
 menggunakan air bersih untuk keperluan rumah tangga;
 mengkonsumsi makanan gizi seimbang;
 melakukan aktivitas fisik setiap hari;
 menggunakan jamban sehat;
 menjaga dan memperhatikan kesehatan reproduksi; dan

16
 mengupayakan kondisi lingkungan yang sehat.
b. Surveilens Kesehatan
Surveilans kesehatan dilakukan untuk:

 tersedianya informasi tentang situasi, kecenderungan penyakit, dan faktor risikonya


masalah kesehatan masyarakat dan faktor- faktor yang mempengaruhinya sebagai
bahan pengambilan keputusan dalam rangka pelaksanaan program penanggulangan
secara efektif dan efisien;
 terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB/wabah dan
dampaknya;
 terselenggaranya investigasi dan penanggulangan KLB/wabah; dan
 dasar penyampaian informasi kesehatan kepada para pihak yang berkepentingan sesuai
dengan pertimbangan kesehatan.

c. Pengendalian Faktor Resiko


Pengendalian faktor risiko ditujukan untuk memutus rantai penularan dengan cara:

o perbaikan kualitas media lingkungan;


Perbaikan kualitas media lingkungan meliputi perbaikan kualitas air,
udara, tanah, sarana dan bangunan, serta pangan agar tidak menjadi
tempat berkembangnya agen penyakit. Perbaikan kualitas media lingkungan
dilaksanakan melalui upaya penyehatan dan pengamanan terhadap media
lingkungan.
o pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit;
Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit sebagaimana
dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
o rekayasa lingkungan;
Rekayasa lingkungan dilakukan paling sedikit dengan kegiatan
rehabilitasi lingkungan secara fisik, biologi maupun kimiawi
o peningkatan daya tahan tubuh.
Peningkatan daya tahan tubuh paling sedikit dilakukan dengan perbaikan
gizi masyarakat.

17
d. Penemuan Kasus
Penemuan kasus dilakukan secara aktif dan pasif terhadap penyakit termasuk
agen penyebab penyakit dengan cara petugas kesehatan datang langsung ke
masyarakat dengan atau tanpa informasi dari masyarakat, untuk mencari dan melakukan
identifikasi kasus. Penemuan kasus secara pasif terhadap penyakit termasuk agen
penyebab penyakit dilakukan melalui pemeriksaan penderita Penyakit Menular yang
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penemuan kasus harus diperkuat dengan uji
laboratorium.

Setiap orang yang mengetahui adanya penderita Penyakit Menular


berkewajiban melaporkan kepada tenaga kesehatan atau Puskesmas. Tenaga kesehatan
harus melaporkan kepada Puskesmas untuk dilakukan verifikasi, pengobatan, dan
upaya lain yang diperlukan agar tidak terjadi penularan penyakit.

e. Penanganan Kasus
Penanganan kasus ditujukan untuk memutus mata rantai penularan dan/atau
pengobatan penderita. Penanganan kasus dilakukan oleh Tenaga Kesehatan yang
berwenang di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dalam rangka memutus mata rantai penularan, Pejabat Kesehatan
Masyarakat berhak mengambil dan mengumpulkan data dan informasi kesehatan
dari kegiatan penanganan kasus. Tenaga Kesehatan yang melakukan penanganan
kasus wajib memberikan data dan informasi kesehatan yang diperlukan oleh
Pejabat Kesehatan Masyarakat.

f. Imunisasi
Pemberian kekebalan dilakukan melalui imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan
imunisasi khusus. Ketentuan mengenai penyelenggaraan imunisasi dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

g. Pemberian Obat Pencegahan Secara Massal


Pemberian obat pencegahan secara massal hanya dapat dilakukan pada penyakit
yang dikategorikan sebagai penyakit tropik yang terabaikan (Neglected Tropical
Diseases/NTD) dengan memperhatikan tingkat endemisitas wilayah masing-masing.

18
Tingkat endemisitas ditetapkan oleh Menteri berdasarkan pertimbangan dari komite
ahli penyakit menular.

Penanggulangan dimaksudkan untuk menghadapi potensi wabah, terhadap kelompok


masyarakat yang terjangkit Penyakit Menular dilakukan kegiatan sebagai berikut:

a. penemuan penderita di fasilitas pelayanan kesehatan;

b. penyelidikan epidemiologi;

c. pengobatan massal;

d. pemberian kekebalan massal; dan

e. intensifikasi pengendalian faktor risiko.

Strategi dalam penyelenggaraan Penanggulangan Penyakit Menular meliputi:


 mengutamakan pemberdayaan masyarakat;
 mengembangkan jejaring kerja, koordinasi, dan kemitraan serta kerja sama lintas
program, lintas sektor, dan internasional;
 meningkatkan penyediaan sumber daya dan pemanfaatan teknologi;
 mengembangkan sistem informasi; dan
 meningkatkan dukungan penelitian dan pengembangan.

II.3.2 Kepmenkes No. 331/2006 tentang Renstra  Depkes 2005- 2009


Program Pemberantasan Penyakit Menular

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu  program

pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit

menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll).

Tujuan program: menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit

menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah

Malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS,

19
pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Prioritas penyakit

tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes

mellitus, dan kanker.

Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:

1. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko: 

 Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan

kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko dan diseminasinya; 

 Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk pencegahan dan

penanggulangan faktor resiko;

 Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko sebagai

stimulam;

 Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman pencegahan dan

penanggulangan faktor risiko;

 Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan pencegahan

dan penanggulangan faktor risiko;

 Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan

penanggulangan faktor risiko;

 Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi

teknis pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; 

 Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; 

 Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahn dan penanggulangan faktor risiko;

20
 Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan pencegahan

dan pemberantasan penyakit.

2. Peningkatan imunisasi: 

 Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan

kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya;

 Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan imunisasi; 

 Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan yang ditujukan

terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai dengan skala prioritas; 

 Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/protap program imunisasi; 

 Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi; 

 Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program

imunisasi

 Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi; 

 Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi

teknis peningkatan imunisasi;

 Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi; 

 Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan imunisasi; 

 Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan imunisasi.

3. Penemuan dan tatalaksana penderita: 

 Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan

kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita dan diseminasinya; 

21
 Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan dan tatalaksana

penderita; 

 Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita sebagai stimulan; 

 Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program penemuan

dan tatalaksana penderita; 

 Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan

program penemuan dan tatalaksana penderita; 

 Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan tatalaksana

penderita; 

 Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi

teknis penemuan dan tatalaksana penderita; 

 Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita;

 Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita; 

 Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan penemuan dan

tatalaksana penderita. 

4. Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah: 

 Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan

kebijakan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah dan

diseminasinya; 

 Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan surveilans

epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah; 

22
 Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan

KLB/wabah sebagai stimulan; 

 Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program

surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah; 

 Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi KLB/Wabah, termasuk

dampak bencana; 

 Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program

surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah; 

 Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan surveilans epidemiologi dan

penanggulangan KLB/wabah; 

 Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi

teknis peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah; 

 Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan

penanggulangan KLB/wabah; 

 Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans epidemiologi

dan penanggulangan KLB/wabah. 

 Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan

surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah. 

5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan

penyakit: 

23
 Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan

kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan

dan pemberantasan penyakit dan diseminasinya; 

 Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan komunikasi

informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.

 Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)

pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai stimulan; 

 Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program

komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; 

 Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program

komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; 

 Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi informasi dan

edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; 

 Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi

teknis peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan

pemberantasan penyakit;

 Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)

pencegahan dan pemberantasan penyakit; 

 Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan komunikasi informasi dan

edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; 

 Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan komunikasi informasi

dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.

24
25
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum

kejadian. Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni: pencegahan

tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus,

pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan

yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention yang meliputi pencegahan

terhadap cacat dan rehabilitasi.

. Penanggulangan Penyakit Menular adalah upaya kesehatan yang mengutamakan aspek

promotif dan preventif yang ditujukan untuk menurunkan dan menghilangkan angka kesakitan,

kecacatan, dan kematian, membatasi penularan, serta penyebaran penyakit agar tidak meluas

antardaerah maupun antarnegara serta berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa/wabah.

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan

kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit,

tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit lain.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun

2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular Upaya pencegahan, pengendalian, dan

pemberantasan dalam Penanggulangan Penyakit Menular dilakukan melalui kegiatan: promosi

kesehatan;surveilans kesehatan; pengendalian faktor risiko;penemuan kasus; penanganan

kasus;pemberian kekebalan (imunisasi) ;pemberian obat pencegahan secara massal; dan kegiatan

lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.

26
Berdasarkan Kepmenkes No. 331/2006 tentang Renstra  Depkes 2005- 2009, Pemberantasan

Penyakit Menular Kegiatan pokok program ini meliputi :Pencegahan dan penanggulangan faktor

risiko; Peningkatan imunisasi; Penemuan dan tatalaksana penderita; Peningkatan surveilens

epidemiologi dan penanggulangan wabah; Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi

(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;

III.2 Saran
Dengan terbentuknya makalah ini, kelompok mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun bagi pembaca umumnya dan dosen pembimbing khususnya sehingga kelompok

dapat memahami dan mempelajari konsep dasar Pencegahan dan Penanggulan Penyakit

Menular.

27
DAFTAR PUSTAKA

Andhini, Dwi. 2010. Imuniasi dan Vaksinasi. Penerbit Nuha Medika: Yogyakarta.

http://www.depkes.go.id/downloads/bab_6.pdf

Noor, Nasry. 2009. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. PT. Rineka Cipta : Jakarta

Noor, Nasry. 2008. Epidemiologi. PT. Rineka Cipta : Jakarta

28

Anda mungkin juga menyukai