Kelompok 3
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat
\tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
1.1 Latar belakang ............................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah ......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan penulisan ........................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 5
2.1 Definisi Penyakit Menular dan Pencegahan Penyakit .................................................................. 5
2.2 Faktor Penyebab Penyakit Menular .............................................................................................. 6
2.3 Mekanisme Penularan Penyakit .................................................................................................... 7
2.4 Aspek-aspek Penularan Penyakit .................................................................................................. 9
2.5 Tingkat Pencegahan Penyakit ..................................................................................................... 10
2.6 Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular ................................................................... 15
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 20
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 21
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit menular atau penyakit infeksi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
sebuah agen biologi seperti virus, bakteri, maupun parasit, bukan disebbakan karena faktor fisik,
seperti luka bakar atau kimia seperti keracunan.
Oleh sebab itu, mengapa penyakit ini disebut penyakit infeksi karena penyakit ini
ditularkan penderita melalui infeksi virus, bakteri maupun parasit yang ditularkan oleh penderita,
penularan penyakit ini dapat ditularkan melalui udara, jarum suntik, transfusi darah, serta tempat
makan atau minum bekas penderita yang masih kurang bersih saat dicuci, hubungan seksual, dll.
Namun bukan berarti penyakit ini tidak bisa dihindari, pola hidup sehat dan lingkungan dapat
mennghindari dari penyakit ini.
4
BAB II PEMBAHASAN
5
2. Vaksin rabies
3. Vaksin polio
Pencegahan penyakit ini berkembang terus dan pencegahan tidak hanya ditujukan pada
penyakit infeksi saja, tetapi pencegahan penyakit non-infeksi, seperti James Lind yang
menganjurkan makanan sayur dan buah segar untuk mencegah penyakitscorbut. Bahkan, pada
saat ini pencegahan dilakukan pada fenomena nonpenyakit, seperti pencegahan terhadap ledakan
penduduk dengan keluarga berencana. (Eko Budiarto, 2002)
Pencegahan yang efektif dan praktek control merupakan fitur penting dari perlindungan
masyarakat, dengan demikian dapat meningkatkan keselamatan dan meningkatkan kesehatan
masyarakat. (Loveday, 2014)
6
c. Jalannya Penularan (Route of transmission)
Setiap penyakit pasti timbul melalui proses kejadian yang umumnya relatif tetap. Suatu
proses pasti melalui langkah-langkah tertentu, dapat pendek tetapi juga dapat panjang. Rantai
infeksi terjadi sebagai akibat dari interaksi agent, proses transmisi dan host. Efeknya bervariasi
dari infeksi yang tidak tampak sampai penyakit parah serta kematian.
Waktu
Titik pajanan
Awitan gejala
7
2. Cara penularan (mode of transmission)
a. Direct transmission
Perpindahan sejumlah unsur penyebab dari reservoir langsung ke pejamu potensial
melalui portal of entry.
1. Penularan langsung orang ke orang: sifilis, GO, lymphogranuloma venerum,
chlamydia trachomatis, hepatitis B, AIDS, dll.
2. Penularan langsung dari hewan ke orang:kelompok zoonosis.
3. Penularan langsung dari tumbuhan ke orang: penyakit jamur.
4. Penularan dari orang ke orang melalui kontak benda lain; kontak dgn benda
terkontaminasi. Melalui tanah : ancylostomiasis, trichuris, dll. Melalui air : schistomiasis.
b. Air borne disease
– Penularan sebagian besar melalui udara, atau kontak langsung.
– Terdapat dua bentuk ; droplet nucklei dan dust (debu).
– Misalnya : TBC, virus smallpox, streptococcus hemoliticus, difteri, dsb.
c. Vehicle borne disease
Melalui benda mati spt makanan, minuman, susu, alat dapur, alat bedah, mainan, dsb.
– Water borne disease ; cholera, tifus, hepatitis, dll
– Food borne disease ; salmonellosis, disentri, dll
– Milk borne disease ; TBC, enteric fever, infant diare, dll
d. Penularan melalui vektor (vektor borne disease)
Vektor : si pembawa (latin), gol arthropoda (avertebrata) yang dpt memindahkan
penyakit dari reservoir ke pejamu potensial.
1. Mosquito borne disease; malaria, DBD, yellow fever, virus encephalitis, dll.
2. Louse borne disease; epidemic tifus fever.
3. Flea borne dosease; pes, tifus murin.
4. Mite borne disease; tsutsugamushi, dll.
5. Tick borne disease; spotted fever, epidemic relapsing fever.
6. Oleh serangga lain; sunfly fever, lesmaniasis, barthonellosis (lalat phlebotobus),
trypanosomiasis (lalat tsetse di Afrika).
8
2.4 Aspek-aspek Penularan Penyakit
1. Waktu Generasi (Generation Time)
Masa antara masuknya penyakit pada pejamu tertentu sampai masa kemampuan
maksimal pejamu tersebut untuk dapat menularkan penyakit. Hal ini sangat penting dalam
mempelajari proses penularan.
Perbedaan masa tunas denga wakru generasi yaitu Masa tunas ditentukan oleh
masuknya unsur penyebab sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat ditentukan
pada penyakit dengan gejala yang terselubung, waktu generasi ialah waktu masuknya unsur
penyebab penyakit hingga timbulnya kemampuan penyakit tersebut untuk menularkan
kepada pejamu lain walau tanpa gejala klinik atau terselubung.
2. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)
Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu
terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan
tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di
masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
a. Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent
penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar
oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah
lama absen dalam populasi tersebut.
b. Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat
tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang
yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama
mahasiswa/tentara.
3. Angka Serangan (Attack Rate)
Adalah sejumlah kasus yang berkembang atau muncul dalam satu satuan waktu
tertentu di kalangan anggota kelompok yang mengalami kontak serta memiliki risiko atau
kerentanan terhadap penyakit tersebut.
Formula angak serangan ini adalah banyaknya kasus baru (tidak termasuk kasus
pertama) dibagi dengan banyaknya orang yang peka dalam satu jangka waktu tertentu.
9
Angka serangan ini bertujuan untuk menganalisis tingkat penularan dan tingkat
keterancamam dalam keluarga, dimana tata cara dan konsep keluarga, sistem hubungan
keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu dalam kehidupan sehari-hari pada
kelompok populasi tertentu merupakan unit epidemiologi tempat penularan penyakit
berlangsung.
10
b) Melakukan modifikasi, penyesuaian terhadap risiko yang ada atau berlangsung
dalam masyarakat. (Bustan, 2007)
Bentuk lain dari pencegahan ini adalah usaha mencegah timbulnya kebiasaan baru dalam
masyarakat atau mencegah generasi yang sedang tumbuh untuk tidak meniru atau melakukan
kebiasaan hidup yang dapat menimbulkan risiko terhadap berbagai penyakit seperti
kebiasaan merokok, minum alkohol dan lain sebagainya. Sasaran pencegahan tingkat dasar
ini terutama kelompok masyarakat usia muda dan remaja, dengan tidak mengabaikan orang
dewasa dan kelompok manula. (Nur Nasry, 2008)
Upaya pencegahan primordial pada penyakit Diabetes Militus yaitu ditujukan kepada
masyarakat sehat, untuk berperilaku positif mendukung kesehatan umum dan upaya
menghindarkan diri dari resiko DM. Misalnya, berperilaku hidup sehat, tidak merokok,
makanan bergizi seimbang, ataupun bisa diet, membatasi diri terhadap makanan tertentu atau
kegiatan jasmani yang memadai. (Bustan, 2007)
B. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) merupakan suatu usaha pencegahan
penyakit melalui usaha mengatasi atau mengontrol faktor – faktor risiko (risk factors) dengan
sasaran utamanya orang sehat melalui usaha peningkatan derajat kesehatan secara umum
(promosi kesehatan) serta usaha pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu. Pencegahan
tingkat pertama ini didasarkan pada hubungan interaksi antara pejamu (host), penyebab
(agent/pemapar), lingkungan, dan proses kejadian penyakit. Usaha pencegahan tingkat
pertama secara garis besarnya dapat dibagi dalam usaha peningkatan derajat kesehatan dan
usaha pencegahan khusus. (Nur Nasry, 2008)
a) Dapat dilakukan promosi kesehatan dimana kegiatan-kegiatan sebagaimana di
bawah ini dapat dipersiapkan sebagai berikut.
o Penyuluhan kesehatan yang intensif,
o Perbaikan gizi dan penyusunan pola menu gizi yang adekuat,
o Pembinaan dan pengawasan terhadap pertumbuhan balita khususnya, anak-anak, dan
remaja pada umumnya,
o Perbaikan perumahan sehat
o Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk memungkinkan pengembangan
kesehatan mental maupun sosial,
11
o Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab,
o Pengendalian terhadap faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu
penyakit.
Upaya pencegahan tingkat pertama level promosi kesehatan pada penyakit demam
berdarah yaitu promosi kesehatan dilakukan melalui intervensi pada host/tubuh orang
misalnya makan-makan bergizi seimbang , berperilaku sehat, meningkatkan kualitas
lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit misalnya menghilangkan tempat
berkembangbiakan penyakit, mengurangi dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat
berkembangbiaknya vector penyakit misalnya genangan air yang menjadi tempat
berkembangbiaknya nyamuk Aedes, atau misalnya terhadap agent penyakit seperti misalnya
dengan memberikan antibiotika untuk membunuh kuman. (Rivai, 2005)
b) Perlindungan umum dan spesifik meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
o Memberikan pengobatan kepada golongan yang rentan
o Peningkatan higiene perorangan dan perlindungan terhadap lingkungan yang tidak
menguntungkan
o Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan
o Perlindungan kerja
o Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun
maupun alergen
o Pengendalian sumber-sumber pencemaran.
Perlindungan khusus dilakukan melalui tindakan tertentu misalnya imunisasi atau
proteksi bahan industry berbahaya dan bising. Melakukan kegiatan kumur-kumur dengan
larutan flour untuk mencegah terjadi karies pada gigi. Sedangkan terhadap kuman penyakit
misalnya mencuci tangan dengan larutan antiseptic sebelum operasi untuk mencegah infeksi,
mencuci tangan dengan sabun sebelum makan untuk mencegah penyakit diare.
Pencegahan primer merupakan upaya terbaik karena dilakukan sebelum kita jatuh sakit
dan ini adalah sesuai dengan “konsep sehat” yang kini dianut dalam kesehatan masyarakat
modern. (Slamet Ryadi, 2014)
Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan,
serta faktor pejamu.
12
a) Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuan untuk mengurangi
penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain :
desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, yang bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme
penyebab penyakit, penyemprotan atau insektisida dalam rangka menurunkan dan
menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan, di samping
karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan rantai penularan.
b) Mengatasi atau memodifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik
seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan serta pemukiman lainnya,
perbaikan dan peningkatan lingkungan biologis seperti pemberantasan serangga dan binatang
pengerat, serta peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan
antarindividu dan kehidupan sosial masyarakat.
c) Meningkatkan daya tahan pejamu yang meliputi perbaikan status gizi, status
kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta berbagai bentuk
pencegahan khusus lainnya, peningkatan status psikhologis, persiapan perkawinan serta
usaha menghindari pen garuh faktor keturunan, dan peningkatan ketahanan fisik melalui
peningkatan kualitas gizi, serta olahraga kesehatan. (Nur Nasry, 2006)
13
Bentuk utama pencegahan tingkat kedua adalah penyaringan (skrening). Dengan skrening
diharapkan dapat dideteksi indikator fisiologi awal yang ada sebelum orang menunjukkan
keluhannya. Contoh skrening adalah hapusan Pap (Pap smear) untuk kanker servik, tes
pendengaran untuk kerusakan ketulian, skin test untuk tuberkulin, VDLR untuk sifilis, dan
phenylalanine test untuk phenylketonuria (PKU) untuk reterdasi mental bayi. (Bustan, 2006)
Pengamatan epidemiologis sama artinya dengan pemeriksaan berkala pada kelompok
populasi tertentu seperti pegawai negri, buruh atau pekerja perusahaan tertentu, murid
sekolah, dan mahasiswa serta kelompok tentara, termasuk pemeriksaan kesehatan bagi calon
mahasiswa, calon pegawai, serta bagi mereka yang membutuhkan surat keterangan kesehatan
untuk kepentingan tertentu.
Surveilans epidemiologi yakni melakukan pencatatan dan pelaporan secara teratur dan
terus menerus untuk mendapatkan keterangan tentang proses penyakit yang ada dalam
masyarakat, termasuk keterangan tentang kelompok resiko tinggi.
Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai menderita atau
pemberian kemoprofilaksis bagi mereka yang sedang dalam proses patogenesis termasuk
mereka dalam kelompok risiko tinggi penyakit menular tertentu. (Nur Nasry, 2008)
Upaya pencegahan sekunder penyakit hipertensi yaitu dengan (a) gaya hidup :
management stress, makanan rendah garam, stop smoking, penyesuaian gaya hidup, (b)
lingkungan : penggantian kerja jika diperlukan, family konseling, (c) biologi : pengobatan
yang patuh dan cegah efek samping, (d) pelayanan kesehatan : pendidikan pasien dan
evaluasi penyebab sekunder. (Bustan, 2007)
Upaya pencegahan tingkat kedua pada penyakit diabetes adalah dimulai dengan
mendeteksi dini pengidap diabetes. Karena itu dianjurkan untuk pada setiapkesempatan,
terutama untuk mereka yang beresiko tinggi agar dilakukan pemeriksaanpenyaringan glukosa
darah. Dengan demikian, mereka yang memiliki resiko tinggidiabetes dapat terjaring untuk
diperiksa dan kemudian yang dicurigai diabetes akan dapat ditindaklanjuti, sampai
diyakinkan benar mereka mengidap diabetes. Bagi mereka dapat ditegakkan diagnosis dini
diabetes kemudian dapat dikelola dengan baik, guna mencegah penyulit lebih lanjut
(Sidartawan, 2001).
14
D. Pencegahan Tingkat Ketiga
Upaya rehabilitasi ditujukan untuk membatasi kecacatan sehingga tidak menjadi tambah
cacat, dan melakukan rehabilitasi dari mereka yang punya cacat atau kelainan akibat
penyakit. Pada keadaan ini kerusakan patologis sudah bersifat irreversible, tidak bisa
diperbaiki lagi. (Bustan, 2006)
Tujuan utamanya adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut, seperti pengobatan dan
perawatan khusus penderita kencing manis, tekanan darah tinggi, gangguan saraf dan lain-
lain serta mencegah terjadinya cacat maupun kematian karena penyebab tertentu, serta usaha
rehabilitasi.
Rehabilitasi merupakan usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal
mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik atau medis (seperti pemasangan protese), rehabilitasi
mental, dan rehabilitasi sosial, sehingga setiap individu dapat menjadi anggota masyarakat
yang produktif dan berdaya guna. (Nur Nasry, 2008)
Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan :
Memaksimalkan fungsi organ yang cacat,
Membuat protesa ekstremitas akibat amputasi, dan
Mendirikan pusat-pusat rehabilitasi medik.
Pencegahan penyakit ini terus menerus diupayakan selama orang yang menderita belum
meninggal dunia. (Eko Budiarto, 2002)
Upaya pencegahan tersier pada penyakit hipertensi yaitu dengan (a) gaya hidup : resuksi
stress, exercise sedang, stop smoking, (b) lingkungan : cegah keamanan dan keselamatan
(rumah lantai pertama, pakai wheel-chair) dan family support, (c) biologi : kepatuhan
berobat, terapi fisik dan speech therapy, (d) pelayanan kesehatan :emergency medical
technic, asuransi. (Bustan, 2007)
15
kesehatan. Upaya pemberantasan dilakukan untuk meniadakan sumber atau agen
penularan, baik secara fisik, kimiawi dan biologi.
Penanggulangan dimaksudkan untuk menghadapi potensi wabah, terhadap kelompok
masyarakat yang terjangkit Penyakit Menular dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a. penemuan penderita di fasilitas pelayanan kesehatan;
b. penyelidikan epidemiologi;
c. pengobatan massal;
d. pemberian kekebalan massal; dan
e. intensifikasi pengendalian faktor risiko.
a. promosi kesehatan;
Promosi kesehatan dilakukan dengan metode komunikasi, informasi dan edukasi secara
sistematis dan terorganisasi. Promosi kesehatan sebagaimana dilakukan untuk
tercapainya perubahan perilaku pada masyarakat umum yang dilakukan oleh masyarakat
di bawah koordinasi Pejabat Kesehatan Masyarakat di wilayahnya. Promosi kesehatan
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang pengendalian
Penyakit Menular. Tenaga kesehatan dapat melibatkan kader melalui pendekatan upaya
kesehatan berbasis masyarakat dan/atau tokoh masyarakat melalui pendekatan
kemitraan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Promosi kesehatan dilakukan melalui:
penyuluhan;
konsultasi, bimbingan dan konseling;
intervensi perubahan perilaku;
pemberdayaan;
pelatihan; atau
pemanfaatan media informasi.
16
Promosi kesehatan diarahkan untuk peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat guna
memelihara kesehatan dan pencegahan penularan penyakit.
Perilaku hidup bersih dan sehat paling sedikit berupa:
Pengendalian faktor risiko ditujukan untuk memutus rantai penularan dengan cara:
17
Perbaikan kualitas media lingkungan meliputi perbaikan kualitas air, udara, tanah,
sarana dan bangunan, serta pangan agar tidak menjadi tempat berkembangnya
agen penyakit. Perbaikan kualitas media lingkungan dilaksanakan melalui upaya
penyehatan dan pengamanan terhadap media lingkungan. Pengendalian vektor dan
binatang pembawa penyakit sebagaimana dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Rekayasa lingkungan dilakukan paling sedikit dengan kegiatan
rehabilitasi lingkungan secara fisik, biologi maupun kimiawi. Peningkatan daya tahan
tubuh paling sedikit dilakukan dengan perbaikan gizi masyarakat.
d. penemuan kasus;
Penemuan kasus dilakukan secara aktif dan pasif terhadap penyakit termasuk agen
penyebab penyakit. Penemuan kasus secara aktif terhadap penyakit termasuk agen
penyebab penyakit sebagaimana dilakukan dengan cara petugas kesehatan datang
langsung ke masyarakat dengan atau tanpa informasi dari masyarakat, untuk mencari
dan melakukan identifikasi kasus. Penemuan kasus secara pasif terhadap penyakit
termasuk agen penyebab penyakit dilakukan melalui pemeriksaan penderita Penyakit
Menular yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penemuan kasus harus
diperkuat dengan uji laboratorium.
Setiap orang yang mengetahui adanya penderita Penyakit Menular berkewajiban
melaporkan kepada tenaga kesehatan atau Puskesmas. Tenaga kesehatan harus
melaporkan kepada Puskesmas untuk dilakukan verifikasi, pengobatan, dan upaya
lain yang diperlukan agar tidak terjadi penularan penyakit.
e. penanganan kasus;
Penanganan kasus ditujukan untuk memutus mata rantai penularan dan/atau pengobatan
penderita. Penanganan kasus dilakukan oleh Tenaga Kesehatan yang berwenang di
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
rangka memutus mata rantai penularan, Pejabat Kesehatan Masyarakat berhak
mengambil dan mengumpulkan data dan informasi kesehatan dari kegiatan
penanganan kasus. Tenaga Kesehatan yang melakukan penanganan kasus
18
wajib memberikan data dan informasi kesehatan yang diperlukan oleh Pejabat
Kesehatan Masyarakat.
Pemberian obat pencegahan secara massal hanya dapat dilakukan pada penyakit yang
dikategorikan sebagai penyakit tropik yang terabaikan (Neglected Tropical
Diseases/NTD) dengan memperhatikan tingkat endemisitas wilayah masing-masing.
Tingkat endemisitas ditetapkan oleh Menteri berdasarkan pertimbangan dari komite
ahli penyakit menular.
19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit menular atau penyakit infeksi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh agen
biologi seperti virus, bakteri, maupun parasit, dan bukan disebakan karena faktor fisik,
seperti luka bakar atau keracunan zat kimia.
Penyakit menular ditentukan oleh 3 faktor yaitu: Agent penyebab penyakit), Host (induk
semang), Route of transmission (jalannya penularan).
Aspek-aspek penularan penyakit:
o Waktu generasi (generation time)
o Kekebalan kelompok (heard immunity)
o Angka serangan (attack rate)
Tingkat pencegahan penyakit:
o Pencegahan tingkat awal
o Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
o Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
o Pencegahan Tingkat Ketiga
Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan dalam Penanggulangan
Penyakit Menular dilakukan melalui kegiatan:
a. promosi kesehatan;
b. surveilans kesehatan;
c. pengendalian faktor risiko;
d. penemuan kasus;
e. penanganan kasus;
f. pemberian kekebalan (imunisasi)
g. pemberian obat pencegahan secara massal; dan
h. kegiatan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
3.2 Saran
Memberikan penyuluhan hidup sehat kepada semua lapisan masyarakat.
Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang penting nya kebersihan lingkungan.
Pihak yang berwenang seperti kesehatan sebaiknya memperhatikan gizi masyarakat
20
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko & Anggraeni, Dewi. 2013. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta
Noor, Nur Nasry. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Rineka Cipta
Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta
Notosoedirdjo & Latipun. 2005. Kesehatan Mental, Konsep, dan Penerapan. Jakarta: UMM
Press
Ryadi, A.L. Slamet & Wijayanti, T. 2014. Dasar-Dasar Epidemiologi Edisi ke-2. Jakarta:
Salemba Medika
Loveday.dkk. 2014. National Evidence-Based Guidelines for Preventing Healthcare Associated
Infections in NHS Hospitals in England. Journal of Hospital Infection. Vol 86: hal 1.
Rivai. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dan Kedokteran Pencegahan . Jurnal Mutiara
Kesehatan Indonesia. Vol 1, No. 1, edisi Juni 2005
Nasrin, dkk. 2002. Himpunan Bahan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : UI
Press
Hasnah. 2009. PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS TIPE 2. Media Gizi Pangan.
Vol. VII, Edisi 1, Januari – Juni 2009
http://kumpulanmakalahilmiah.blogspot.com/2011/11/makalah-kesehatan-tentang-
epidemiologi.html
http://ikbalist.blogspot.com/2013/03/makalah-epidemiologi-penyakit-menular_5.html
http://www.isomwebs.net/2012/01/makalah-penyakit-menular/
21