Anda di halaman 1dari 13

Keterampilan Dasar Keperawatan

Makalah Pengendalian Infeksi

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Ellia Ariesti, M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :


Brigita Riadi ( 12220006 )
Kamilia Hanna Auges Hariadi ( 12220011 )
Leonardus Dheanova Alfando Wibowo ( 12220012 )
Natacia ( 12220018 )
Nenik Natalia Sari ( 12220019 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas kelompok kami makalah sederhana ini. Adapun judul makalah yang
kami susun yaitu dengan judul , pencegahan dan pengendalian infeksi . Yang mana makalah ini
disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah di stikes panti waluya. Menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian data dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah pengetahuan
pembaca.

Malang , 4 Juni 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan .................................................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................................. 3

1.3 Tujuan Masalah .................................................................................................................................. 3

BAB II Pembahasan ................................................................................................................................... 4

2.1 Definisi Penyakit Infeksi.................................................................................................................. 4

A. Pengertian Infeksi........................................................................................................................ 4

B. Penyebab infeksi......................................................................................................................... 4

2.2 Rantai Penularan ................................................................................................................................ 5

A. Proses Terjadinya Infeksi ................................................................................................................. 6

2.3 Faktor Resiko (Health Associated Infections) ................................................................................... 7

2.4 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ............................................................................................... 9

Alat Perlindungan Diri (APD). ............................................................................................................... 10

BAB III Penutup ....................................................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 11

3.2 Saran ................................................................................................................................................. 11

Daftar Pustaka .......................................................................................................................................... 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya yang ditujukan untuk
mencegah transmisi penyakit menular di semua tempat pelayanan kesehatan (Minnesota
Department of Health, 2014). Pencegahan memiliki arti mencegah agar tidak terjadi infeksi,
sedangkan pengendalian memiliki arti meminimalisasi resiko terjadinya infeksi. Dengan
demikian, tujuan utama dari pelaksanaan program ini adalah mencegah dan mengendalikan infeksi
dengan cara menghambat pertumbuhan dan transmisi mikroba yang berasal dari sumber di sekitar
penderita yang sedang dirawat (Darmadi, 2008).
Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), tidak terpisah dari komponen-
komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi, keluarga, penolong persalinan
dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur.
Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko penularan penyakit-penyakit yang berbahaya
yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya seperti Hepatitis dan HIV/AIDS.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi penyakit infeksi?
2. Bagaimana rantai penularan penyakit infeksi?
3. Bagaimana resiko Health Care Associated Infection?
4. Bagaimana pencegahan dan pengendalian infeksi?
5. Bagaimana strategi pencegahan dan pengendalian infeksi?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui definisi penyakit infeksi
2. Untuk mengetahui rantai penularan penyakit infeksi
3. Untuk mengetahui resiko Health Care Associated Infection
4. Untuk mengetahui pencegahan dan pengendalian infeksi
5. Untuk mengetahui strategi pencegahan dan pengendalian infeksi

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit Infeksi


A. Pengertian Infeksi
Infeksi adalah proses saat organisme (bakteri, virus, jamur) yang mampu menyebabkan
penyakit masuk kedalam tubuh atau jaringan dan menyebabkan trauma atau kerusakan. Bakteri,
virus, jamur memiliki berbagai cara untuk masuk ke dalam tubuh. Cara penularan dibagi menjadi
kontak langsung dan tidak langsung. Kontak langsung terdiri atas penyebaran orang ke orang
(misalnya bersin, kontak seksual, atau semacamnya), hewan ke orang (misalnya dari gigitan atau
cakaran binatang, binatang peliharaan), atau dari ibu hamil ke anaknya yang belum lahir melalui
plasenta. Kontak tidak langsung teridiri atas gigitan serangga yang hanya menjadi pembawa dari
mikoorganisme atau vektor (seperti nyamuk, lalat, kutu) dan kontaminasi melalui air dan makanan.
Setelah masuk ke dalam tubuh mikoorganisme tersebut mengakibatkan beberapa perubahan.
Mikoorganisme tersebut memperbanyak diri dengan caranya masing – masing dan menyebabkan
cedera jaringan dengan berbagai mekanisme yang mereka punya, seperti mengeluarkan toksin,
mengganggu DNA sel normal, dan sebagainya.

B. Penyebab infeksi
Gejala dari infeksi bervariasi, bahkan ada kondisi dimana infeksi tersebut tidak
menimbulkan sub klinis. Gejala yang ditimbulkan terkadang bersifat lokal (di tempat masuknya
mikoorganisme) atau sistematik (menyebar keseluruh tubuh). Berikut adalah beberapa gejala yang
timbul berdasarkan penyebabnya :
1. Bakteri: gejala yang ditimbulkan oleh infeksi bakteri bervariasi tergantung bagian tubuh mana
yang diinfeksi. Jika seseorang terkena infeksi bakteri di tenggorokan, maka ia akan merasakan
nyeri tenggorokan, batuk, dan sebagainya. Jika mengalami infeksi bakteri pada perncernaan, maka
ia akan merasakan gangguan pencernaan seperti diare, konstipasi, mual atau muntah.
2. Virus: gejala yang ditimbulkan oleh infeksi tergantung dari tipe virus, bagian tubuh yang
terinfeksi, usia, dan riwayat penyakitnya. Gejala dari infeksi virus dapat mempengaruhi hampir
seluruh bagian tubuh. Gejala yang sering timbul biasanya flu, gangguan pencernaan, bersin–
bersin, hidung berair dan tersumbat, pembesaran kelenjar getah bening, pembengkakan tonsil, atau
bahkan turunya berat badan.
3. Jamur: kebanyakan jamur menginfeksi kulit, meskipun terdapat bagian tubuh lain yang dapat
terinfeksi seperti paru–paru dan otak. Gejala infeksi yang disebabkan oleh jamur antara lain gatal,
kemerahan, kadang terdapat rasa bakar, dan kulit bersisik.

4
2.2 Rantai Penularan
1. Agen/Penyebab Infeksi
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan
protozoa. Mikroorganisme dikulit bisa merupakan flora transient maupun resident.
Mikroorganisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan
berbiak dikulit. Organisme transient melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan objek atau
orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan kecuali dengan cuci tangan.
Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan
detergen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat
menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah mikroorganisme, virulensi (kemampuan
menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta
kerentanan dalam host/pejamu.

2. Reservoir (sumber mikroorganisme)


Reservoir adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang
biak atau tidak adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan
reservoir adalah tubuh manusia, terutama dikulit, mukosa, cairan atau drainase. Adanya
mikroorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga
reservoir yang didalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain bisa
menjadi sakit (carier). Kuman dapat hidup dan berkembang biak dalam reservoir jika karakteristik
reservoirnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut adalah air, suhu, ph, udara dan
pencahayaan.

3. Portal of exit
Mikroorganisme yang hidup didalam reservoir harus menemukan jalan keluar untuk masuk
ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus
keluar terlebih dahulu dari reservoirnya. Jika reservoirnya manusia, kuman dapat keluar melalui
saluran pencernaan, pernafasan, perkemihan, genetalia, kulit, membrane mukosa yang rusak serta
darah.

4. Cara penularan (transmisi)


a. Kontak (contact transmission):
1) Direct/Langsung: kontak badan ke badan transfer kuman penyebab secara fisik pada saat
pemeriksaan fisik, memandikan klien, dll.
2) Indirect/Tidak langsung: kontak melalui objek (benda/alat). Dengan perantara: instrumen,
jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci.

5
b. Droplet : partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak sebar pendek, tdk bertahan
lama di udara, “deposit” pada mukosa konjungtiva, hidung, mulut contoh : Difteria, Pertussis,
Mycoplasma, Haemophillus influenza type b (Hib), virus influenza, mumps, rubella.
c. Airborne : partikel kecil ukuran < 5 μm, bertahan lama di udara, jarak penyebaran jauh, dapat
terinhalasi, contoh: Mycobacterium tuberculosis, virus campak, varisela (cacar air), spora jamur.
d. Melalui Vehikulum : Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan kehidupan kuman
penyebab sampai masuk (tertelan atau terokulasi) pada pejamu yang rentan. Contoh: air, darah,
serum, plasma, tinja, makanan.
e. Melalui Vektor : Artropoda (umumnya serangga) atau binatang lain yang dapat menularkan
kuman penyebab cara menggigit pejamu yang rentan atau menimbun kuman penyebab pada kulit
pejamu atau makanan. Contoh: nyamuk, lalat, pinjal/kutu, binatang pengerat.

5. Portal masuk
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier
pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit
dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk kedalam tubuh melalui rute yang sama dengan
portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen
masuk kedalam tubuh.

6. Daya tahan hospes (manusia)


Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan
bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara
konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi
sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan
emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.

A. Proses Terjadinya Infeksi


Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat infeksi,
patogenisitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat,
maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi
mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.
Berbagai komponen dari sistem imun memberikan jaringan kompleks mekanisme yang sangat
baik yang jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel
ganas.

6
Secara umum proses terjadinya infeksi adalah sebagai berikut:
1. Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi adalah interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala
pertama.
2. Tahap Prodromal
Tahap prodromal adalah Interval dari awitan tanda dan gejala non spesifik (malaise,demam ringan,
keletihan) sampai gejala yang spesifik. (selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang biak dan kien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain).
3. Tahap sakit
Tahap sakit adalah interval saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap,
jenis infeksi (misalnya: demam di manifestasikan dengan sakit tenggorokan, kongesti sinus,
rhinitis, dan seperti mumps (gondok) dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi,
pembengkakan kelenjar paratiroid dan saliva)
4. Pemulihan
Pemulihan adalah interval saat munculnya gejala akut infeksi (lamanya penyembuhan bergantung
pada beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan klien, penyembuhan bisa berlangsung dalam
beberapa hari atau bahkan sampai bulanan.

2.3 Faktor Resiko (Health Associated Infections)


”Health-care Associated Infections (HAIs)” merupakan komplikasi yang paling sering
terjadi di pelayanan kesehatan. HAIs selama ini dikenal sebagai Infeksi Nosokomial atau disebut
juga sebagai Infeksi di rumah sakit ”Hospital-Acquired Infections” merupakan persoalan serius
karena dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Kalaupun tak
berakibat kematian, pasien dirawat lebih lama sehingga pasien harus membayar biaya rumah sakit
yang lebih banyak.
HAIs adalah penyakit infeksi yang pertama muncul (penyakit infeksi yang tidak berasal
dari pasien itu sendiri) dalam waktu antara 48 jam dan empat hari setelah pasien masuk rumah
sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, atau dalam waktu 30 hari setelah pasien keluar dari
rumah sakit. Dalam hal ini termasuk infeksi yang didapat dari rumah sakit tetapi muncul setelah
pulang dan infeksi akibat kerja terhadap pekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
Angka kejadian terus meningkat mencapai sekitar 9% (variasi3-21%) atau lebih dari 1,4 juta
pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia.Kondisi ini menunjukkan penurunan mutu
pelayanan kesehatan. Tak dipungkiri lagi untuk masa yang akan datang dapat timbul tuntutan
hukum bagi sarana pelayanan kesehatan, sehingga kejadian infeksi di pelayanan kesehatan harus
menjadi perhatian bagi Rumah Sakit.
Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang
berisiko mendapat HAIs. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas,
dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas

7
kepada pasien. Dengan demikian akan menyebabkan peningkatan angka morbiditas, mortalitas,
peningkatan lama hari rawat dan peningkatan biaya rumah sakit.
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat Penting untuk melindungi
pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya infeksi karena dirawat,
bertugas juga berkunjung ke suatu rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Keberhasilan program PPI perlu keterlibatan lintas profesional: Klinisi, Perawat, Laboratorium,
Kesehatan Lingkungan, Farmasi, Gizi, IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan lain-lain sehingga
perlu wadah berupa Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Beberapa rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan merupakan lahan praktik bagi
mahasiswa/siswa serta peserta magang dan pelatihan yang berasal dari berbagai jenjang
pendidikan dan institusi yang berbeda-beda. Tak diragukan lagi bahwa semua mahasiswa/siswa
dan peserta magang/pelatihan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam penularan infeksi
dan akan beresiko mendapatkan HAIs. Oleh karena itu penting bagi mahasiswa/siswa, peserta
magang/pelatihan, termasuk juga karyawan baru memahami proses terjadinya infeksi,
mikroorganisme yang sering menimbulkan infeksi, serta bagaimana pencegahan dan pengendalian
infeksi di rumah sakit. Sebab bila sampai terjadi infeksi nosokomial akan cukup sulit
mengatasinya, pada umumnya kuman sudah resisten terhadap banyak antibiotika. Sehingga semua
mahasiswa/siswa, peserta magang/pelatihan yang akan mengadakan praktik di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, termasuk juga karyawan baru yang akan bertugas harus
diberikan Layanan Orientasi dan Informasi (LOI) tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Healthcare associated infections (HAIs) dahulu dikenal sebagai infeksi nosokomial atau hospital-
acquired infections. HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit
atau fasilitas kesehatan lainnya. Infeksi tersebut tidak ditemukan atau tidak sedang berinkubasi
pada saat pasien masuk. Termasuk dalam definisi ini adalah infeksi yang didapat di rumah sakit
namun baru bermanifestasi setelah pasien keluar. Selain pada pasien, HAIs dapat terjadi
padatenaga kesehatan, staf,dan pengunjung rumah sakit. (WHO). Penyebab HAIs adalah
mikroorganisme yang berasal flora normal pasien itu sendiri yang menjadi invasif pada keadaan
tertentu, maupun tercemar dari alat/prosedur yang steril melalui tangan para tenaga kesehatan.
Infeksi yang sering ditemukan adalah yang berkaitan dengan penggunaan alat atau
prosedur invasif, yaitu catheter-associatedurinary tract infection (CAUTI), central line-
associatedblood stream infection (CLABSI), ventilator-associated infection (VAP)dan surgical
site infection (SSI). Risiko pasien terkena HAIs meningkat signifikan di ICU. Di negara maju
sekitar 30% pasien ICU menderita sedikitnya satu episode HAIs. Dan risiko ini meningkat 2-3 kali
lipat di negara berkembang. Dampak HAIs adalah peningkatan kesakitan dan kematian,
penambahan lama hari dan biaya perawatan, peningkatan resistensi antibiotik, serta peningkatan
beban biaya pada sistem kesehatan.

8
2.4 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Kemenkes RI (2011), menuliskan bahwa ada sepuluh hal yang perlu dilakukan dalam
pelaksanaan PPI, yaitu:
a. Kebersihan tangan
Praktek membersihkan tangan adalah upaya mencegah infeksi yang disebarkan
melalui tangan dengan menghilangkan semua kotoran dan debris serta
menghambat dan membunuh mikroorganisme pada kulit. Menjaga kebersihan
tangan ini dilakukan segera setelah sampai di tempat kerja, sebelum kontak
dengan klien atau melakukan tindakan untuk klien, selama melakukan
indakan (jika secara tidak sengaja terkontaminasi) dan setelah kontak atau
melakukan tindakan untuk klien. Secara garis besar, kebersihan tangan
dilakukan pada air mengalir, menggunakan sabun dan/atau larutan antiseptik, dan diakhiri
dengan mengeringkan tangan dengan kain yang bersih dan kering (Kemenkes RI, 2011).

b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindungan Diri (APD) telah lama digunakan untuk melindungi klien dari mikroorganisme
yang ada pada petugas kesehatan. Namun, dengan munculnya Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) dan Hepatitis C, serta meningkatnya kembali kasus Tuberculosis (TBC),
penggunaan APD juga menjadi sangat penting dalam melindungi petugas. Alat pelindung diri
mencakup sarung tangan, masker, alat pelindung mata, topi, gaun, apron, pelindung kaki, dan alat
pelindung lainnya (Kemenkes RI, 2011).

c. Penatalaksanaan peralatan klien dan linen


Konsep ini meliputi cara memproses instrumen yang kotor, sarung tangan, linen, dan alat yang
akan dipakai kembali dengan menggunakan larutan klorin 0,5%, mengamankan alat-alat kotor
yang akan tersentuh serta memilih proses penanganan yang akan digunakan secara tepat.
Penatalaksanaan ini dapat dilakukan dengan precleaning, pencucian dan pembersihan, Desinfeksi
Tingkat Tinggi (DTT), serta sterilisasi (Kemenkes RI, 2011).

d. Pengelolaan limbah
Pengelolaan limbah merupakan salah satu upaya kegiatan PPI berupa pengelolaan limbah rumah
sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, baik limbah yang terkontaminasi maupun yang tidak
terkontaminasi (Kemenkes RI, 2011).

e. Pengendalian lingkungan rumah sakit


Tujuan pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya adalah untuk
menciptakan lingkungan yang bersih, aman, dan nyaman. Pengendalian lingkungan secara baik
dapat meminimalkan atau mencegah transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada klien,

9
petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit atau fasilitas kesehatan (Kemenkes RI,
2011).

f. Kesehatan karyawan/perlindungan pada petugas kesehatan


Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terpapar kuman saat bekerja. Upaya rumah sakit atau
fasilitas kesehatan untuk mencegah transmisi ini adalah membuat program pencegahan dan
pengendalian infeksi pada petugasnya, misalnya dengan pemberian imunisasi (Kemenkes RI,
2011).

g. Penempatan/isolasi klien
Penerapan program ini diberikan pada klien yang telah atau sedang dicurigai menderita penyakit
menular. Klien akan ditempatkan dalam suatu ruangan tersendiri untuk meminimalkan proses
penularan pada orang lain (Kemenkes RI, 2011).

h. Hygiene respirasi/etika batuk


Semua klien, pengunjung, dan petugas kesehatan perlu memperhatikan kebersihan pernapasan
dengan cara selalu menggunakan masker jika berada di fasilitas pelayanan kesehatan. Saat batuk,
sebaiknya menutup mulut dan hidung menggunakan tangan atau tissue (Kemenkes RI, 2011).

i. Praktik menyuntik yang aman


Jarum yang digunakan untuk menyuntik sebaiknya jarum yang steril dan sekali pakai pada setiap
kali suntikan (Kemenkes RI, 2011).

j. Praktik lumbal pungsi


Saat melakukan prosedur lumbal pungsi sebaiknya menggunakan masker untuk mencegah
transmisi droplet flora orofaring (Kemenkes RI, 2011).

Alat Perlindungan Diri (APD)


Penggunaan secara rasional dan konsisten APD yang tersedia serta higiene sanitasi tangan
yang memadai juga akan membantu mengurangi penyebaran infeksi. Meskipun memakai APD
adalah langkah yang paling kelihatan dalam upaya pengendalian dan penularan infeksi, namun
upaya ini adalah yang terakhir dan paling lemah dalam hirarki kegiatan IPC. Oleh karena itu jangan
mengandalkannya sebagai strategi utama pencegahan. Bila tidak ada langkah pengendalian
administratif dan rekayasa teknis yang efektif, maka APD hanya memiliki manfaat yang terbatas.

10
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya yang ditujukan untuk
mencegah transmisi penyakit menular di semua tempat pelayanan kesehatan (Minnesota
Department of Health, 2014). Pencegahan memiliki arti mencegah agar tidak terjadi infeksi,
sedangkan pengendalian memiliki arti meminimalisasi resiko terjadinya infeksi. Dengan
demikian, tujuan utama dari pelaksanaan program ini adalah mencegah dan mengendalikan infeksi
dengan cara menghambat pertumbuhan dan transmisi mikroba yang berasal dari sumber di sekitar
penderita yang sedang dirawat (Darmadi, 2008).
Infeksi adalah proses saat organisme (bakteri, virus, jamur) yang mampu menyebabkan penyakit
masuk kedalam tubuh atau jaringan dan menyebabkan trauma atau kerusakan. Cara penularan
dibagi menjadi kontak langsung dan tidak langsung. Kontak langsung terdiri atas penyebaran
orang ke orang (misalnya bersin, kontak seksual, atau semacamnya), hewan ke orang (misalnya
dari gigitan atau cakaran binatang, binatang peliharaan), atau dari ibu hamil ke anaknya yang
belum lahir melalui plasenta. Kontak tidak langsung teridiri atas gigitan serangga yang hanya
menjadi pembawa dari mikoorganisme atau vektor (seperti nyamuk, lalat, kutu) dan kontaminasi
melalui air dan makanan.

3.2 Saran
Kita sebagai seorang tenaga kesehatan harus mencegah terjadinya infeksi dan beranggapan
bahwa setiap orang beresiko terinfeksi. Karena resiko infeksi tidak bisa di hilangkan secara total,
tapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan
infeksi secara benar. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi bisa di lakukan dengan hal kecil
seperti tidak lupa mencuci tangan, menggunakan sarung tangan dan perlatan lainnya,
menggunakan teknik asepsis atau septik, memproses alat bekas pakai, dan menjaga kebersihan
dan sanitasi lingkungan.

11
Daftar Pustaka

Gustina, Novvi Karlina. 2014. KDK (Keterampilan Dasar Kebidanan) . Jakarta: in media
https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1302116011-3-BAB%20II.pdf
http://www.depkes.go.id/resources/download/puskes-haji/5-pedoman-pencegahan-dan-
pengendalian-infeksi-mers-cov

12

Anda mungkin juga menyukai