Disusun Oleh :
Kelompok 1
Anisa Ulandari(235110974)
Intan Seruni(235110983)
Nadia Zahirah(235110991)
Tiara (235111006)
Kelas : 1D
Dosen Penggampu :
2024/2025
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena Beliau-lah
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Selanjutnya penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Yessi Yuzar ,S.Si.T,M.Kes sebagai dosen pengampu
dalam mata kuliah pengendalian infeksi silang pada pembelajaran semester dua ini.
Penyusun
2
MAKALAH
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................3
A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Identifikasi Masalah.................................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................................4
BAB I PEMBAHASAN........................................................................................................4
A. Pengertian infeksi....................................................................................................4
B. Tujuan Pengontrolan Infeksi Pada Kesehatan Gigi.................................................4
C. Jenis Infeksi Silang..................................................................................................5
D. Faktor Penyebab Infeksi Silang...............................................................................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................................8
A. Kesimpulan..............................................................................................................8
B. Saran........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................9
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tingkat risiko terjadinya infeksi silang bisa dibilang sangat tinggi. Hal ini disebabkan
karena dalam melaksanakan perawatan gigi, operator dapat berkontak langsung dengan saliva,
plak gigi, darah, pus, dan cairan gingiva pasien. Mikroorganisme dapat menyatu dengan
material-material tersebut dan menyebabkan infeksi hingga dapat menularkan penyakit.
Beberapa penyakit yang paling umum adalah influenza, penumonia, TBC, herpes, hepatitis dan
AIDS. Salah satu penyakit yang sering muncul yaitu hepatitis B. Menurut Schiff ( cit.
Setianingsih R.) urutan insidensi infeksi virus hepatitis B adalah bedah mulut 24%, prostodontis
17%, tehnisi laboratorium 14% dan perawat gigi 13%.
Sehubungan dengan terjadinya penularan melalui saliva ini maka mahasiswa coass
termasuk golongan berisiko tinggi tertular penyakit infeksi silang dalam tindakan perawatan
kedokteran gigi. Sebagai strategi kontrol universal precautions, dianjurkan untuk menggunakan
pelindung pada saat melakukan pelayanan gigi, yaitu dengan cara cuci tangan, pemakaian
sarung tangan, sterilisasi alat serta penggunaan alat sekali pakai dan tersedia tempat
pembuangan sampah.3 Sebagai tenaga medis, hal inilah yang harus diperhatikan mahasiswa
coass dalam melakukan perawatan gigi pada pasiennya. Karena dengan mematuhi hal tersebut,
mahasiswa coass dapat terhindar dari risiko terjadinya infeksi silang..
B. Identifikasi Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Silang?
2. Apa tujuan pengontrolan infeksi pada kesehatan gigi?
3. Apa saja jenis penyakit infeksi silang?
4. Apa saja factor penyebab infeksi silang?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Infeksi Silang
2. Untuk mengetahui tujuan pengontrolan infeksi pada kesehatan gigi
3. Untuk mengetahui Apa saja jenis penyakit infeksi silang
4. Untuk mengetahui Apa saja factor penyebab infeksi silang
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian infeksi
Infeksi silang adalah penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain, yang
biasanya terjadi melalui perantara. Media perantara Penularan mikroorganisme Penyebab
infeksi dapat terjadi melalui cara kontak langsung dngan contohnya melalui cairan mulut dan
darah, Adapun cara penularan dari infeksi silang ini secara tidak langsung,melalui objek yang
tercemar mikroorganisme pathogen yang traumanya terjadi karena instrumen yang digunakan
tidak steril atau bersih.
Keberadaan fasilitas kesehatan serta tenaga dokter termasuk dokter gigi sangat
menentukan dalam pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Dokter gigi
sebagai tenaga kesehatan bukan saja berperan dalam penatalaksanaan serta perawatan gigi
dan mulut masyarakat, tetapi juga berperan untuk memberikan pelayan terbaik bagi pasienya
Profesi perawat gigi secara rutin mempunyai resiko yang tinggi untuk tertular infeksi
ketika sedang melakukan perawatan untuk pasien-pasiennya. Potensi pekerjaan bagi
penularan penyakit sejak mula dapat dipastikan bila kita menyadari bahwa kebanyakan
mikrobial patogen manusia dapat diisolasi dari sekresi rongga mulut. Sebagai hasil
pemajanan yang berulangkali terhadap mikroorganisme yang ada dalam darah dan saliva,
insiden penyakit infeksi tertentu lebih tinggi diantara profesi kedokteran gigi ketimbang yang
di temukan pada populasi umum.
Hepatitis B, tuberkulosis, dan infeksi virus herpes simpleks sudah dikenal denngan
baik dan berfungsi sebagai dokumentasi yang menunjukkan perlunya meningkatkan
6
pemahaman tentang rute penyebaran penyakit dan prosedur pengontrolan infeksi oleh
perawat gigi .
Rute umum untuk penyebaran agen mikrobial pada kedokteran gigi adalah:
1. Kontak langsung dengan lesi infeksi atau saliva atau daerah yang terinfeksi
2. Penyebaran tidak langsung melalui perpindahan mikroorganisme dari obyek perantara
yang terkominasi
3. Percikan darah, saliva atau rekresi nasofaringeal langsung pada kulitatau mukosa yang
lecet atau utuh.
4. Aerosolisasi, penyebaran mikroorganisme melalui udara. Sebagian dari masalah yang ada
terletak pada fakta bahwa banyak praktisi dan tenaga pembantunya yang gagal mengenali
atau memahamipotensi infeksi yang dibawa oleh saliva dan darah selama perawatan.
Mengabaikan tindakan dan prosedur perlindungan efektif dapat mengakibatkan orang
lain, termasuk keluarga praktisi dan pasien lain menghadapi resiko terkena penyakit yang
lebih besar.
1. Hepatitis B
Akhir-akhir ini, di Indonesia sering dijumpai penyakit hepatitis. Indonesia
termasuk daerah dengan prevalensi sedang sampai tinggi, berkisar antara 4% hingga
34%. Dalam kesehatan gigi yang paling memegang peranan adalah penularan VHB
melalui darah dan saliva. Cara penularannya secara paranteral, dapat terjadi antara pasien
dengan dokter gigi secara timbal balik, atau antara pasien dengan pasien melalui alat-alat
yang digunakan.
2. Hepatitis C
Hepatitis C mula-mula disebut sebagai Hepatitis non-A, non-B yang ditularkan
secara parenteral (lewat jarum suntik). Hepatitis C merupakan penyebab dari 30% kasus
Hepatitis akut di AS. Penyakit ini ditularkan lewat aliran darah (bloodborne),
penularannya juga dapat melalui kontak seksual. 23-42% kasus dihubungkan dengan
7
penggunaan obat-obat narkoba intravena, 8-10% berhubungan dengan transfuse darah,
dan 4-8% ditularkan lewat pekerjaan pada tenaga kesehatan
3. Hepatitis D
Infeksi oleh virus hepatitis D (HDV), yang di kenal sebagai virus Delta, merupakan
komplikasi dari hepatitis B. Virus delta tersebut hanya bisa menimbulkan infeksi bila ada kondisi
aktif HBV.Virus Delta menunggu dulu hingga hepatitis B menyelesaikan siklus hidupnya.
Hepatitis D ditularkan melalui jalur yang mirip dengan HBV dan pernah dilaporkan adanya
wabah hepatitis D di AS.
HIV adalah virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. HIV akan menyebabkan
infeksi HIV yang dapat terus berkembang menjadi bentuk final yang disebut AIDS. AIDS
dilaporkan sebagai penyakit klinis pada tahun 1981, dan CDC kini memperkirakan ± 1,25 juta
orang di AS terinfeksi HIV. Di dunia, HIV diperkirakan menginfeksi 20 juta manusia. Pada
infeksi oleh HIV terjadi destruksi sistem kekebalan tubuh, sehingga orang tersebut rentan
terhadap infeksi oportunistik atau tumor.
5. Infeksi Herpes
Virus herpes simpleks (HSV) dapat menyebabkan infeksi di mulut, kulit, mata, dan genital dan
pada pasien yang mengalami penurunan daya tahan tubuh (imunocompromised) dapat
menyebabkan infeksi yang menyebar (sistemik).6 HSV juga terdapat di saliva penderita yang
memiliki lesi di mulut atau bibir. Masuknya virus pada kulit yang tidak utuh pada tangan yang
tidak memakai sarung tangan akan menyebabkan tumbuhnya lesi vesikel di daerah tersebut yang
disebut Herpetic whitlow.
6. Sifilis
Lesi ini mengandung bekteri-bekteri hidup dan dapat menyebar lewat kontak langsung. N.
gonorrhoeae menyebabkan penyakit hubungan seks lainnya yang disebut gonoroe yang
merupakan penyakit infeksi pada membrane mukosa di dalam penis atau vagina.
Ada beberapa faktor yang dapat terjadinya infeksi silang,dimana yaitu salah satunya dari rumah
sakit, nularan kuman penyebab infeksi rumah sakit dapat terjadi melalui :
Infeksi sendiri (self infection), yaitu infeksi rumah sakit berasal dari pasien sendiri (flora
endogen) yang berpindah ke tempat atau bagian tubuh lain, seperti kuman Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus, kuman tersebut dapat berpindah melalui benda yang
dipakai, seperti linen atau gesekan sendiri.
8
Infeksi silang (cross infection), yaitu infeksi rumah sakit terjadi akibat penularan dari
pasien/orang lain di rumah sakit.
Infeksi lingkungan (environmental infection), yaitu infeksi yang disebabkan kuman yang
didapat di lingkungan rumah sakit.
Kontak langsung dengan lesi infeksi, saliva dan darah yang terinfeksi.
Kontak tidak langsung melalui perpindahan mikroorganisme dari objek perartara yg
terkontaminasi.
Percikan darah, saliva atau sekresi dari nasofaring langsung pada kulit atau mukosa yang
luka.
Penyebaran mikroorganisme melalui udara.
Infeksi silang bisa disebakan oleh mikroorganisme penyebab infeksi seperti bakteri,
virus, jamur, atau parasit. Kuman penyakit ini dapat berasal dari tubuh pasien atau petugas
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi silang adalah penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain, yang
biasanya terjadi melalui perantara. Media perantara Penularan mikroorganisme Penyebab
infeksi dapat terjadi melalui cara kontak langsung dngan contohnya melalui cairan mulut dan
darah, Adapun cara penularan dari infeksi silang ini secara tidak langsung,melalui objek yang
tercemar mikroorganisme pathogen yang traumanya terjadi karena instrumen yang digunakan
tidak steril atau bersih..
B. Saran
1. Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk dapat terus meningkatkan Pendidikan
kesehatan berupa penyuluhan kepada masyarakat dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan khususnya mengenai plak pada gigi.
2. Diharapkan bagi masyarakat agar dapat mengikuti anjuran yang diberikan oleh tenaga
kesehatan gigi dan mulut di lingkungan tempat tinggalnya, agar dapat meminimalisir
risiko yang disebabkan oleh penyakit gigi dan mulut.
10
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A. Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik Volume 2 Edisi 4. Jakarta: EGC
James, Joyce, Collin Baker, Helen Swain. 2002. Prinsip-prinsip Sains Untuk Keperawatan.
Jakarta: Erlangga.
https://books.google.co.id/books?
id=qyVXEAAAQBAJ&pg=PR5&dq=pengendalian+infeksi+silang&hl=id&newbks=1&newbks
_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjI8vSW6YSEAxUSbGwGHRzuCJ
YQ6wF6BAgLEAU#v=onepage&q=pengendalian%20infeksi%20silang&f=false
https://sg.docworkspace.com/d/sIPCtjvfVAbzr460G
11
12
MAKALAH
13
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................3
A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Identifikasi Masalah.................................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................................4
BAB I PEMBAHASAN........................................................................................................4
A. Defenisi Screening Kesehatan gigi.........................................................................4
B. Cara kerja dalam Screening Kesehatan Ggi............................................................4
C. Prinsip dalam screening kesehatan gigi ..................................................................5
D. Mengidentifikas Kesehatan gigi dalam screening...................................................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................................8
A. Kesimpulan..............................................................................................................8
B. Saran........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................9
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
kepada masyarakat. Manusia yang kadang terlihat sehat dari fisik, masih belum
tentu sehat secara total. Ada kondisi dimana kesehatan manusia yang mungkin
penyakitnya. Kesehatan gigi dan mulut berperan penting dalam kesehatan secara sistemik.
Bakteri patogen rongga mulut dan produknya seperti antigen dan endotoksin dapat
ikut masuk bersama aliran darah ataupun saluran pernapasan yang dapat memicu
pernafasan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan melakukan screening gigi?
C. TUJUANNYA
15
1. untuk mengetahui proses screening gigi dan apa yang harus di ambil tindakan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi screening
Screening pada kesehatan gigi dan mulut merupakan langkah awal dalam upaya pencegahan
dan deteksi dini masalah kesehatan oral. Proses ini melibatkan evaluasi dan pengamatan terhadap
kondisi gigi, gusi, mulut, dan struktur terkait lainnya. Tujuan dari screening kesehatan gigi dan
mulut adalah untuk mengidentifikasi potensi masalah kesehatan oral sehingga dapat dilakukan
intervensi lebih awal.
Penting untuk diingat bahwa screening kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan secara
teratur, setidaknya setiap enam bulan sekali, terutama pada anak-anak dan orang dewasa yang
memiliki risiko tinggi terhadap masalah kesehatan oral. Deteksi dini masalah kesehatan oral
melalui screening dapat membantu mencegah perkembangan lebih lanjut dan meningkatkan
kualitas hidup secara keseluruhan.
Mendeteksi dini masalah kesehatan gigi untuk mencegah komplikasi serius. Faktor risiko
seperti kebersihan mulut, riwayat penyakit, dan gaya hidup memainkan peran penting dalam
menentukan kebutuhan screening yang tepat. Dengan melakukan screening secara rutin, dapat
meningkatkan efektivitas perawatan preventif dan mengurangi dampak penyakit gigi secara
keseluruhan.Berikut adalah beberapa aspek yang biasanya dilibatkan dalam proses screening
kesehatan gigi dan mulut:
Pemeriksaan Visual
Pemeriksaan gigi untuk menilai adanya lubang atau kerusakan gigi.
Pemeriksaan gusi untuk mendeteksi peradangan atau pembengkakan.
Pengamatan terhadap kondisi lidah, langit-langit mulut, dan bagian dalam pipi.
16
Kerusakan gigi di atas dan/atau di bawah garis gusi gigi berlubang
Penempatan dan jarak gigi – apakah sudah sejajar dengan benar?
pemeriksaan darah
pemeriksaan tinja
Jika dokter curiga bahwa Anda telah terjangkit suatu penyakit, maka
jenis penyakit yang sering terjadi, pemeriksaan dapat berlangsung selama sehari
17
penuh. Dokter yang telah menegakkan diagnosa akan mendiskusikan hasil
1. Jenis penyakit harus termasuk jenis penyakit yang parah, yang relatif umum
sejauh mana hasil tes sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari kondisi
4. Harus mengerti riwayat alamiah penyakit dengan baik dan percaya bahwa
tepat.
18
6. Kebijakan, prosedur dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan
siapa yang harus dirujuk untuk pemeriksaan, diagnosis dan tindakan lebih
lanjut.
1. Penyakit kardiovaskular, Kondisi seperti hipertensi, penyakit jantung, atau riwayat serangan jantung
mungkin memerlukan modifikasi rencana perawatan gigi, karena prosedur perawatan gigi tertentu dapat
memberikan tekanan pada sistem kardiovaskular.
2. Diabetes, Pasien diabetes mungkin mengalami keterlambatan penyembuhan luka dan peningkatan
risiko infeksi. Oleh karena itu, dokter gigi mungkin perlu mengambil tindakan pencegahan tambahan
selama operasi atau pencabutan gigi.
3. Gangguan autoimun, Kondisi seperti rheumatoid arthritis, lupus, atau sindrom Sjogren dapat
mempengaruhi kesehatan mulut dan memerlukan pertimbangan khusus selama perawatan gigi.
4. Kelainan darah, Pasien dengan kelainan perdarahan, seperti hemofilia atau penyakit von Willebrand,
mungkin memerlukan strategi penatalaksanaan khusus untuk mencegah perdarahan berlebihan selama
prosedur perawatan gigi.
5. Kondisi pernafasan, Individu dengan asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) mungkin
memerlukan perawatan ekstra selama perawatan gigi untuk meminimalkan risiko memicu kesulitan
pernafasan.
6. Alergi, Pasien yang diketahui memiliki alergi mungkin memerlukan penghindaran bahan atau obat
gigi tertentu selama perawatan.
7. Pengobatan, Obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, imunosupresan, atau bifosfonat, dapat
mempengaruhi prosedur perawatan gigi dan mungkin memerlukan tindakan pencegahan khusus.
Setelah mengidentifikasi kondisi kesehatan apa pun dari hasil skrining, penting untuk berkonsultasi
dengan penyedia layanan kesehatan primer atau spesialis pasien untuk menentukan strategi manajemen
yang tepat
19
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dapat di artikan bahwa Screening pada kesehatan gigi dan mulut merupakan langkah awal
dalam upaya pencegahan dan deteksi dini masalah kesehatan oral. Proses ini melibatkan evaluasi
dan pengamatan terhadap kondisi gigi, gusi, mulut, dan struktur terkait lainnya
Dalam tindakan kedokteran gigi, skrining pasien sangat penting untuk memahami kondisi
kesehatan dan gigi pasien sebelum melakukan perawatan. Skrining ini melibatkan pengumpulan
informasi medis pasien, seperti riwayat penyakit, riwayat perawatan gigi sebelumnya, dan alergi.
Informasi ini penting karena dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan gigi dan kesejahteraan
pasien.
Dan da pun beberapa aspek yang dilibatkab dalam proses screening kesehatan gigi adalah
Pemeriksaan visual
Pemeriksaan gigi dan mulut
Pemeriksaan rontgen gigi
Evaluasi fungsi pengunyahan
Anamnesis kesehatan umum
20
DAFTAR PUSTAKA
Gigi Anak Keswick. (2022, 28 Desember). Pemeriksaan gigi untuk anak – Apa yang diharapkan
| Gigi Anak Keswick . https://www.keswickkidsdental.ca/dental-exams-for-kids/
Buku terbuka fisiologi kedokteran gigi pemeriksaan tanda vital . (nd). Buku
Google. https://books.google.co.id/books?
id=WmXbEAAAQBAJ&pg=PA13&dq=pemeriksaan+visual+gigi
NHS. Dental Check-up.Cleveland Clinic. Diakses pada 2022.
Izzi, Joo. 2020. Hal yang perlu dilakukan pada Saat Kamu Check Up Ke Dokter
Gigi. ALOCLAIR PLUS
Pentingnya Cek Kesehatan Gigi Berkala . (2016, July). Kementerian Kesehatan .
21
22
MAKALAH
23
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………….………………….. 4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………....4
C. Tujuan………………………………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………...10
B. Saran………………………………………………………………………………….10
24
DAFTAR PUSTAKA …………………………………….……………………………….…13
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Personal hygiene berasal dari Bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hyigiene berarti sehat . kebersihan seserorang adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan Kesehatan seseorang untuk Kesejahteraan fisik dan psikis
seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat berpengaruh diantaranya kebudayaan , social ,
keluarga , Pendidikan. Persepsi seseorang terhadap Kesehatan , serta perkembangan .
Tujuan dari personal hygiene adalah untuk meningkakkan derajat Kesehatan,
memelihara kebersihan diri seseorang,memperbaiki personal hygiene yang kurang,
pencengahan penyakit, meningkattakn kepercanyaan diri seseorang, serta menciptakan ke
indahan (Tarwoto dan Wartonah, 2012).
Praktik hygiene sama dengan peningkatan Kesehatan dengan implementasi
tindakan hygiene pasien , atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan
itu dalam lingkungan rumah sakit , perawat menambah tingkat kesembuhan pasien
dengan mengajarkan cara hygiene pada pasien , pasien akan berperan aktiv dalam
meningkatkan Kesehatan dan partisipan dalam perawatan diri Ketika memungkinkan
( dalam perry dan potter , 2005 )
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian personal hygiene?
25
2. Apa tujuan dari personal hygiene?
3. Apa saja factor yang mempengaruhi personal hyiene?
4. Apa saja jenis-jenis personal hygiene?
5. Apa saja macam-macam bentuk mencuci tangan?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu personal hygine
2. Untuk mengetahui tujuan dari personal hygiene
3. Untuk mempengaruhi factor yang mempengaruhi oral hygiene
4. Untuk mengetahui jenis jenis personal hygiene
5. Untuk mengetahui macam maca cara mencuci tangan
BAB II
PEMBAHASAN
Pencegahan penyakit
Menciptakan keindahan
27
mempertimbangkan rinciaan kerapiaan Ketika merencanakan keperawatan dan
berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusann bagaimana memberikan
perwatan hygiene. Karena citra tubuh klien dapat berubah akibat pembedahan
atau penyalit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha ekstra untuk
meningkatkan hygiene.
b) Praktik sosial
Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang klien berhubungan dapat
mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak,kanak-kanak
mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga,jumlah
orang dirumah,dan ketersediaan air panas dan air mengalir hanya merupakan
beberapa factor yang mempengaruhi perawatan kebersihan.
c) Status sosial ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaaruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan. Perawat harus menentukan apakah klien dapat
menyediaan bahan-bahan yang penting separti deodorant,sampo,pasta gigi dan
kosmetik. Perwat juga harus menetukan jika penggunaan produk-produk ini
merupakan bagian dari kebisaan sosial yang dipraktikkan oleh kelompok sosial
klien.
d) Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi Kesehatan
mempengaruhi praktik hygiene. Kondisi demikian, pengetahuan itu sendiri
tidaklah cukup. Klien juga harus termotopasi untuk memelihara perawatan diri.
Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong utuk
meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang di harapkan dan
menguntungkan dalam mengurangi resiko Kesehatan dapat memotivasi seseorang
untuk memenuhi perawatan yang perlu.
e) Kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik
keperawatan diri yang berbeda pula. Di asia di pandang penting bagi Kesehatan,
28
di negara-negara eropa bagaimanapun hal ini biasa untuk mandi secara penuh
hanya sekali dalam seminggu.
f) Pilihan pribadi
Setiap klien memiliki ke inginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi,
bercukur dan melakukan perawatan rambut. Klien memiliki produk yang berbeda
(sabun, sampo dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.
g) Kondisi fisik
Orang yang menderita penyakit tertentu ( misal kangker tahap lanjut ) atau
menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk
melakukan hygiene pribadi.(Indriyani, 2021:83-85)
2. Kebersihan rambut
Gaya rambut merupakan bagian penting dalam grooming yang baik. Jika
ramut sudah panjang harus diikat di belakang Dalam menjaga kebersihan rambut
dapat dilakukan dengan keramas. Keramas minimal dilakukan dua kali dalam
seminggu. Keramas harus lebih sering dilakukan jika seseorang melakukan
aktivitas yang mengeluarkan banyak keringat, seperti selesai berolahraga dan
bekerja. Keramas dengan menggunakan sampo atau bahan pembersih rambut
lainnya, dapat menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala. Sampo tidak hanya
29
berfungsi membersihkan rambut tetapi juga untuk memberikan beberapa vitamin
bagi rambut sehingga rambut subur dan berkilau
4. Kebersihan mata
5. Kebersihan telinga
6. Kebersihan hidung
7. Kebersihan kulit
30
Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat
melindungi tubuh dari kuman dan trauma, sehingga diperlukan perawatan yang
adekuat (cukup) dalam mempertahankan fungsinya. Dalam menjaga perawatan
kulit dapat dilakukan dengan melakukan mandi, karena dengan mandi setiap hari
dapat menghilangkan kotoran, bau badan, keringat dan membuat rasa nyaman.
Mandi sebaiknya dilakukan secara rutin minimal 2 kali sehari dan selalu
menggunakan sabun. Mengganti pakaian secara teratur merupakan salah satu cara
menjaga kebersihan kulit. Dalam mengganti pakaian, minimal dilakukan 1x
dalam sehari. Seseorang perlu mengganti pakaian lebih sering apabila dalam
beraktivitas banyak berkeringat
8. Perawatan wajah/muka
31
pada permukaan hidup(kulit& jaringan) dan objek mati ( alat alat
bedah, pemeriksaan dll) Mencuci tangan asepsis adalah mencuci
tangan yang dilakukan sebelum Tindakan aseptik pada pasien
dengan menggunakan larutan antiseptik. Mencuci tangan dengan
larutan antiseptik, khususnya bagi petugas yang berhubungan
dengan pasien yang mempunyai penyakit menular atau sebelum
melakukan tindakan bedah aseptik dengan antiseptik dan sikat
steril. Prosedur mencuci tangan aseptik sama dengan persiapan
dan prosedur pada cuci tangan higienis atau cuci tangan bersih,
hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti dengan antiseptik dan
setelah mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak
steril.
32
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene, yaitu status citra tubuh, praktik
sosial, status social ekonomi, pengetahuan dan motivasi kesehatan, variable budaya,
kebiasaan atau pilihan pribadi dan kondisi fisik seseorang. Personal hygiene meliputi
kebersihan tubuh seseorang secara menyeluruh yaitu personal hygiene gigi dan mulut,
rambut dan kulit rambut, kulit, telinga, kuku, mata, dan hidung.
33
A. SARAN
Setelah Menyusun makalah terkait dengan personal hygiene dalam mata kuliah
pengendalian infeksi silang, penyusun berharap penjabaran materi yang sudah di jelaskan
dapat mudah dipahami dan di mengerti baik bagi tim penyusun kedepannya serta telah
memenuhi tugas dari dosen terkait, maupun bagi pembaca yang nantinya dapat
menjadikan makalah ini sebagai sumber informasi maupun sebagai refensi dalam belajar
untuk menghadapi ujiaan nantinya. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada pihak
yang terlibat dan kepada pembaca. Tentunya dari penyusun sudah menyadari dalam
penyusunan makalah masih banyak kesalahan dan kekurangan serta masih jauh dengan
kata sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
34
Alimul, A. A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia : Aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. EGC.
Aziz, H. A. (2006). Buku 2 pengantar kebutuhan dasar manusia Aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Salemba Medika.
Dahlan, U. (2013). Buku Ajar Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan (Dilengkapi penuntun
belajar). Malang: Intimedia.
Direja, A. H. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Haswita, R. S. (2017). Kebutuhan Dasar MANUSIA. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Tarwoto, W. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
35