KESEHATAN
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat serta kasih karunia-Nya sehingga kami mendapatkan
kemudahan dalam menyusun dan menyelesaikan tugas yang ada tepat tepat pada
waktunya. Judul dari makalah yang telah kami susun ini adalah “Pengendalian
Infeksi dan Pengelolaan Limbah di Praktek Dokter Gigi”.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah ANALISIS LINGKUNGAN
DAN MANAJEMEN KESEHATAN mengenai pengendalian infeksi dan
pengelolaan limbah di praktek dokter gigi yang mana dengan tugas ini kami
mahasiswa/i dapat mengetahui lebih jauh dan menguasai semua pencapaian akhir
materi yang diharapkan oleh para dosen.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bersama-
sama membantu dan mengerjakan makalah ini sehingga bisa terselesaikan dengan
baik. Dan juga kepada semua pihak yang telah membagi sebagian dari
pengetahuannya sehingga makalah ini bisa terlengkapi.
Kami berharap, dengan adanya makalah ini, materi pengendalian infeksi
dan pengelolaan limbah di praktek dokter gigi kerja menjadi lebih mudah dipahami
dan dimengerti secara lebih mendalam. Semoga makalah kami bisa menjadi salah
satu sarana atau media untuk mempelajari dan mempermudah pembaca yang ingin
mempelajari topik pembahasan dari makalah yang telah kami susun.
Kelompok 3/Kelas F
i
2
DAFTAR ISI
Latar Belakang............................................................................ 4
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Infeksi akibat layanan kesehatan atau Healthcare Associated Infections
(HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit
atau fasilitas kesehatan lainnya. Infeksi tersebut tidak ditemukan atau tidak sedang
berinkubasi pada saat pasien masuk. Yang artinya ialah infeksi didapat di rumah
sakit namun baru bermanifestasi setelah pasien keluar. Selain pada pasien, HAIs
dapat terjadi pada tenaga kesehatan dan staf rumah sakit. (WHO2010). Untuk
menanganinya, perlu dilakukan pengendalian infeksi. Pengendalian infeksi pada
rumah sakit atau fasilitas keseharan lainnya adalah suatu upaya dalam
meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi kepada para pasien, petugas,
pengunjung, dan masyarakat di sekitar rumah sakit. Tujuan utama dilakukan
pengendalian infeksi adalah mencegah atau mengurangi infeksi nosokomial pada
pasien, petugas kesehatan, dan masyarakat sekitar dengan cara cost effective; dan
juga untuk meningkatkan mutu layanan rumah sakit. Selain melakukan
pengendalian infeksi, sebagai dokter gigi yang perduli dan menjaga lingkungan
sekitarnya, kita juga harus memperhatikan limbah-limbah sisa dari hasil perawatan
kesehatan. Limbah-limbah tersebut harus dikelola agar tidak mencemari dan
merusak lingkungan sekitar kita. Maka dari itu, pada makalah kami kali ini, kami
akan memperdalam pembahasan mengenai pengendalian infeksi serta pengelolaan
limbah praktek kedokteran gigi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip yang harus dipenuhi dalam pemilihan APD adalah harus dapat
memberikan perlindungan terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang
dihadapi (percikan, kontak langsung maupun tidak langsung). Berat APD
hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan, dapat dipakai secara fleksibel (reuseable
maupun disposable), tidak menimbulkan bahaya tambahan, tidak mudak rusak,
memenuhi ketentuan dari standar yang ada, pemeliharaan mudah dan tidak
membatasi gerak.2
5
Jenis-Jenis Alat Perlindungan Diri
1. Pelindung Mata atau Face Shield
Pelindung mata (eye protector) adalah salah satu jenis alat perlindungan diri
(APD) yang diperlukan untuk melindungi membran mukosa dari paparan droplet
atau aerosol yang timbul saat melakukan tindakan perwatan gigi mulut. Proteksi
membran mukosa dari mata, hidung dan mulut merupakan standar dari penanganan
pasien yang memiliki infeksi dengan penyebarannya melalui droplet. Patogen
dalam droplet dapat menyebar melalui droplet dengan ukuran lebih dari 5μm,
sedangkan ukuran aerosol sebesar 0,01-0,05μm. Jika menggunakan pelindung mata
atau face shield yang dapat dibersihkan, maka lakukan prosedur dekontaminasi
menggunakan bahan desinfeksi yang dianjurkan.3,4
Terdapat beberapa jenis pelindung mata yaitu google, face shield, kacamata
pelindung (safety glass), dan respirator seluruh muka (full-face respirators). Secara
umum, pelindung mata berupa google yang baik idealnya harus memiliki fitur
berupa ventilasi indirek, bahan yang jernih, tahan gores, seal yang baik, anti kabut
dan tali yang dapat disesuaikan, sedangkan face shield (pelindung wajah) yang baik
idealnya harus memiliki fitur berupa bahan yang jernih, anti kabut, menutupi
seluruh bagian dan sisi wajah dan tali yang dapat disesuaikan.4
a. Googles
• Seal baik terhadap kulit wajah.
• Frame fleksibel yang dapat menutup seluruh kontur wajah tanpa menekan
terlalu dalam.
• Dapat menutup seluruh mata dan daerah sekitarnya.
• Resistan terhadap pembentukan embun atau scratch (“baret”).
• Memiliki tali ikat kepala yang dapat disesuaikan dengan ukuran masing-
masing.
• Dapat digunakan secara berulang setelah prosedur desinfeksi.
6
b. Face Shield
• Terbuat dari plastik tembus pandang sehingga memberikan visibilitas baik
bagi tenaga kesehatan dan pasien.
• Memiliki tali ikat kepala yang dapat disesuaikan.
• Sebaiknya yang resistan terhadap pembentukan embun.
• Dapat digunakan kembali setelah desinfeksi atau sekali pakai. 4
7
• Terdapat bagian terbuka (bagian wajah) yang tidak elastis. Selain
menutupi wajah, panjang bagian ini adalah mencapai bagian atas
gaun.
[3]
3. Masker
Penggunaan masker yang digunakan masyarakat maupun tenaga medis
memiliki jenis dan standar yang berbeda-beda. Masker yang digunakan perlu
disesuaikan dengan tingkat intensitas kegiatan tertentu. Berikut merupakan tipe dan
klasifikasi masker yang perlu diketahui perbedaannya.3
a. Masker Kain
Masker kain dapat digunakan untuk mencegah penularan dan
mengantisipasi kelangkaan masker yang terjadi. Efektivitas penyaringan pada
masker kain meningkat seiring dengan jumlah lapisan dan kerapatan tenun kain
yang dipakai. Masker kain perlu dicuci dan dapat dipakai berkali-kali. Bahan yang
digunakan untuk masker kain berupa bahan kain katun, scarf, dan sebagainya.
Penggunaan masker kain dapat digunakan bagi masyarakat yang sehat yaitu
digunakan ketika berada di tempat umum dan fasilitas lainnya dengan tetap
menjaga jarak 1-2 meter. Namun, jika masyarakat memiliki kegiatan yang
8
tergolong berbahaya (misalnya, penanganan jenazah COVID-19, dan sebagainya)
atau sedang tidak sehat maka tidak disarankan menggunakan masker kain. 3S
9
c. Masker N95 atau Ekuivalen
Masker N95 atau ekuivalen digunakan untuk melindungi membran mukosa
hidung dan mulut tidak hanya dari paparan cairan dengan ukuran droplet, tapi juga
hingga cairan berukuran aerosol yang terbentuk selama tindakan perawatan gigi
mulut. Masker yang digunakan sebaiknya memiliki bentuk seperti “duckbill” atau
“cup shape” yang tidak langsung berkontak dengan mulut, sehingga lebih aman
dan lebih nyaman untuk digunakan. Masker jenis ini memiliki face seal fit yang
ketat sehingga mendukung pemakai agar terhindar dari paparan aerosol asalkan seal
fit dipastikan terpasang dengan benar. Masker sebaiknya digunakan bersama
dengan pelindung mata atau face shield. Masker yang resistan air digunakan untuk
tindakan yang menimbulkan pembentukan aerosol.3,4
10
dapat digunakan kembali apabila dilakukan penyimpanan atau sterilisasi yang
benar.3
Masker N95 yang telah digunakan kemudian dilepas maka tidak boleh
menyentuh bagian dalam dan luar masker. Apabila tersentuh, tenaga kesehatan
harus segera melakukan kebersihan tangan. Cara penggunaan masker N95 agar
dapat digunakan kembali dapat disimpan di kantong kertas berlabel nama petugas,
tanggal dan jam. Masker N95 dapat dibuka dan di pasang kembali sebanyak 5 kali
dan penggunaan selama 8 jam.2
11
Gambar Cara Menggunakan Masker Bedah2
4. Gaun (Gown)
Gaun medis merupakan alat pelindung tubuh dari kontaminasi virus melalui
kontak atau droplet dengan cairan dan zat padat yang infeksius untuk melindungi
lengan dan area tubuh tenaga kesehatan selama prosedur dan kegiatan perawatan
pasien. Gaun sebaiknya dibuat dari bahan yang telah terbukti resistan terhadap
penetrasi darah atau cairan tubuh lainnya yang mengandung patogen. Gaun juga
digunakan untuk melindungi seragam atau pakaian kerja terhadap kemungkinan
kontaminasi bahan-bahan infeksius atau bahan berbahaya lainnya, terutama ketika
tenaga medis mengalami kontak langsung dengan pasien saat melakukan
perawatan. Dalam tindakan kedokteran gigi yang menimbulkan aerosol, partikel
droplet dan aerosol akan jatuh kebawah sesuai gravitasi sehingga memudahkan
partikel tersebut menempel pada pakaian dokter gigi maupun perawat. Sebaiknya
sebelum gaun pelindung digunakan terlebih dahulu menggunakan surgical
scrub.Persyaratan gaun yang ideal antara lain efektif barrier (mampu mencegah
penetrasi cairan), fungsi atau mobilitas, nyaman, tidak mudah robek, pas di badan
(tidak terlalu besar atau terlalu kecil), biocompatibility (tidak toksik) dan quality
maintenance.2
12
Gambar Gown Bedah dan Overall
5. Apron
Apron merupakan pelindung tubuh untuk melapisi luar gaun yang
digunakan oleh petugas kesehatan dari penetrasi cairan infeksius pasien yang bisa
terbuat dari plastik sekali pakai atau bahan plastik berkualitas tinggi yang dapat
digunakan kembali (reuseable) yang tahan terhadap klorin saat dilakukan
desinfektan.12 Penggunaan apron wajib digunakan selama tenaga kesehatan
bekerja dalam ruangan perawatan. Jika secara klinis apron mengalami kerusakan
atau terkontaminasi percikan droplet maupun aerosol sebaiknya langsung diganti
dengan yang baru. Apron yang digunakan sebaiknya menutupi seluruh tubuh dan
resistan terhadap cairan.4
Gambar Apron.4
13
6. Sarung Tangan Double Steril Sekali Pakai
Menghindari resiko transmisi virus ke tenaga kesehatan akibat adanya
perforasi/kerusakan sarung tangan saat tindakan perawatan gigi mulut/akibat bahan
desinfeksi seperti klorin maka sebaiknya menggunakan sarung tangan biasa double
atau sarung tangan bedah latex. Penggunaan sarung tangan double atau sarung
tangan bedah ini tentunya dapat mengurangi rasa sensasi taktil saat palpasi, tetapi
hal ini akan dapat menjadi terbiasa oleh petugas kesehatan. Sarung tangan yang
digunakan lebih dari dua tidak disarankan karena akan menyebabkan hambatan
dalam pergerakan dan kompleksitas saat melepaskan sarung tangan. Bagian luar
sarung tangan sebaiknya memiliki panjang yang cukup, idealnya mencapai
pertengahan lengan bawah. Untuk proteksi yang lebih baik maka sarung tangan
pertama (bagian dalam) harus tertutup bagian lengan dari gaun dan sarung tangan
kedua harus menutupi bagian ujung lengan dari gaun.
Gambar Handscoon4
14
7. Sepatu Boot atau Sepatu Tertutup dengan Penutup Sekali Pakai
Petugas kesehatan sebaiknya menggunakan sepatu boot tahan air (Rubber)
atau pembungkus sepatu (shoe cover) dalam mencegah kontaminasi patogen virus
dalam ruang perawatan dokter gigi. Sepatu boot resistan terhadap cairan lebih baik
digunakan dibandingkan sepatu biasa, karena sepatu boot mudah dibersihkan dan
didesinfeksi. Disamping itu, sepatu boot dapat melindungi tenaga kesehatan dari
alat tajam atau bahan korosif saat terjatuh. Jika sepatu boot tidak tersedia,
menggunakan sepatu yang tertutup dan dibungkus pembungkus sepatu yang tidak
licin juga dapat menggantikan penggunaan sepatu boot. Sepatu boot tidak perlu
diganti dan dapat digunakan terus setelah prosedur desinfeksi. 3
15
5. Menggunakan APD keluar dari area perawatan.
6. Membuang APD dilantai.
7. Menggunakan sarung tangan berlapis saat bertugas apabila tidak
dibutuhkan.
8. Menggunakan sarung tangan terus menerus tanpa indikasi.
9. Menggunakan sarung tangan saat menulis, memegang rekam medik pasien,
memegang handle pintu, memegang HP.
10. Melakukan kebersihan tangan saat masih menggunakan sarung tangan.
[3]
[3]
16
[3]
17
5. Gunakan sepatu boot atau jika menggunakan sepatu pribadi yang tertutup
maka gunakan pelindung sepatu (shoe cover) dengan cara pelindung sepatu
dipakai diluar sepatu dan menutupi celana panjang yang dikenakan.
6. Pakai sarung tangan pertama.
7. Pasang penutup kepala yang menutupi seluruh bagian kepala dan telinga
dengan baik.
8. Pakai surgical gown dan menutupi badan dengan baik dengan cara
memasukkan kebagian lengan terlebih dahulu kemudian mengikat tali
kebelakang dengan baik. Pastikan tali terikat dengan baik.
9. Pasang masker bedah dan sesuaikan dengan bentuk hidung dan wajah.
10. Pasang pelindung mata (googles) rapat menutupi mata.
11. Pasang sarung tangan lapisan kedua hingga menutupi setengah lengan
bawah.2,3
18
11. Gunakan shoe cover pada kaki lalu gunakan pelindung kaki (sepatu boot).
12. Pasang sarung tangan lapisan kedua hingga menutupi setengah lengan
bawah 2,3
19
7. Lepaskan surgical gown tanpa menyentuh sisi luar, lepaskan ikatan
kemudian menarik dari belakang kedepan dan gulung gown dari sisi dalam
keluar lalu buang ketempat sampah medis.
8. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.
9. Lepaskan pelindung mata (googles) dengan menarik tali di belakang ke
depan.
10. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.
11. Lepaskan masker kemudian buang ketempat sampah medis.
12. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.
13. Lepaskan sarung tangan terdalam dan buang ke ke tempat sampah medis.
14. Lakukan kembali kebersihan tangan menggunakan hand rub.
20
14. Lepaskan penutup kepala dan dibuang ke tempat sampah medis.
15. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.
16. Lepaskan shoe cover dan buang ketempat sampah medis.
17. Lepaskan sarung tangan terdalam dan buang ke tempat sampah medis.
18. Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub berbasis alkohol
selama 20 detik.
19. Mandi dan mengganti dengan baju bersih yang dibawa dari rumah.
Infeksi dalam bidang kedokteran gigi dapat terjadi melalui beberapa cara
diantaranya dari tenaga kesehatan gigi dan mulut ke pasien, pasien ke tenaga
kesehatan gigi dan mulut, antar pasien ke pasien lainnya, dan tempat pelayanan
kesehatan gigi ke komunitas masyarakat yang termasuk di dalamnya keluarga
tenaga kesehatan gigi dan mulut dan pasien. Tenaga kesehatan gigi dan mulut lebih
beresiko menularkan dan ditularkan penyakit seperti: 5
a. Hepatitis B.
b. Human Immunodeficiency Virus (HIV).
c. Tuberkulosis (TBC).
21
Kontrol infeksi dalam kedokteran gigi sangat penting untuk diperhatikan
karena bertujuan untuk mencegah penularan infeksi antara pasien, tenaga kesehatan
gigi dan mulut, dan komunitas masyarakat. Keselamatan pasien merupakan bagian
yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan sejak tahun 2015 seiring dengan
upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, keselamatan pasien (patient safety)
menjadi salah satu indikator yang penting dalam penyelenggaran akreditasi
Permenkes no 46 tahun 2015 pasal 2.6
22
setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk peralatan, gigi
palsu, cetakan gips, lamanya 40-60 detik. Jika tangan tidak tampak kotor
melakukan kebersihan tangan dengan cara gosok tangan dengan handrub/cairan
berbasis alkohol, lamanya 20-30 detik. Metoda dan tata cara mencuci tangan dalam
"hand hygiene" tergantung pada beberapa tipe dan prosedur, tingkat keparahan dari
kontaminasi dan persistensi melekatnya antimikroba yang digunakan pada kulit. tuk
pelaksanaan rutin dalam praktik dokter gigi dan prosedur non bedah, mencuci
tangan dan antiseptik dapat dicapai dengan menggunakan sabun detergen
antimikroba yang standar. Untuk prosedur pembedahan, sabun antimikroba (bedah
yang mengandung chlorhexidin gluconate 4% harus digunakan . Sebagai alternatif
pengganti bagi yang sensitif terhadap chlorhexidin gluconate, dapat menggunakan
iodophor (Depkes, 2005). Tempatkan produk cairan kebersihan tangan dalam
tempat yang disposibel atau yang diisi ulang, dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu
sebelum diisi ulang. Jangan diisi ulang cairan antiseptik sebelum dibersihkan dan
dikeringkan terlebih dahulu.
23
Limbah medis padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan
non medis. Limbah padat terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah
benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi (Kepmenkes, 2004).8
24
membuang amalgam dan 12% membuang kawat gigi langsung ke tempat sampah
umum.10
Jenis limbah yang umumnya dihasilkan dari kegiatan klinik gigi antara lain
swab, plastik, lateks, kaca, jarum dan bahan limbah lainnya yang terkontaminasi
dengan cairan tubuh serta limbah dari bahan kimia terutama produk sinar-X dan
amalgam, seperti merkuri, timbal dan perak. (Daou et.al, 2015). 11 Amalgam adalah
bahan restorasi berbentuk solid yang digunakan untuk menampal gigi. Amalgam
terdiri dari perak 67-74%, 25- 28% timah, tembaga 0-6%, seng 0-2%, dan merkuri
0-3% (Ozbek et al., 2004). Dari komposisi ini, merkuri yang digunakan perlu
diperhatkan karena potensi racunnya. Merkuri bisa masuk ke lingkungan dalam
bentuk limbah padat dengan pembuangan diekstraksi gigi serta partikel amalgam
yang dibuang ke dalam sistem pengumpulan air limbah (Arenholt Bindslev, 1998;
Chin et al., 2000; Ozbek et al., 2004).12
25
Insenerator
o Alat yang digunakan untuk menghancurkan sampah yang bekerja
pada suhu tinggi selain itu dapat mendestruksi materi-materi yang
berbahaya seperti mikroorganisme patogen dan meminimalisir
pencemaran udara yang dihasilkan dari hasil proses pembakaran
sehingga gas buang yang keluar dari cerobong menjadi lebih
terkontrol.13
26
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Alat Pelindung Diri (APD) adalah perangkat alat yang didesain sebagai
penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi
pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit. Jenis-jenis
pelindung diri pelindung mata, penutup kepala, masker, gown, apron, sarung tangan
double steril, sepatu boot. Manfaat APD adalah melindungi seluruh atau sebagian
tubuh terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja dan
mengurangi resiko penyakit. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada saat
penggunaan APD antara lain: menyentuh mata, hidung, mulut dan bagian depan
masker, mengalungkan masker di leher, membuang APD dilantai, menggantung
dan memakai kembali APD, menggunakan sarung tangan saat menulis, memegang
rekam medik, memegang handle pintu, memegang HP. Terdiri dari level 1, level 2,
dan level 3. Penggunaan APD bertujuan untuk mengurangi terjadinya infeksi
silang, maka dilakukanlah kontrol infeksi. Infeksi merupakan proses masuknya
mikroorganisme dan berkembang pada tubuh manusia. Kontrol infeksi dalam
kedokteran gigi sangat penting untuk diperhatikan karena bertujuan untuk
mencegah penularan infeksi antara pasien, tenaga kesehatan gigi dan mulut, dan
komunitas masyarakat.
Pada akhir perawatan atau penanganan gigi pasien, akan tersisa limbah
medis. Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medik, perawatan
gigi, farmasi, penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang
menggunakan bahan-bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu (Depkes RI 2001).
Limbah yang meningkat harus diimbangi pengelolaan limbah yang benar dan sesuai
aturan, yang tidak menyebabkan pencemaran. Limbah medis layanan kesehatan
gigi mempunyai potensi terjadinya pencemaran lingkungan, potensi gangguan
27
sosial dengan menimbulkan ketidaknyamanan dan gangguan kesehatan serta
potensi gangguan ekonomi dengan bertambahnya biaya yang harus dikeluarkan jika
terkena dampak limbah layanan kesehaan gigi yang tidak di kelola dengan baik.
3.2 SARAN
Kami berharap, makalah ini bisa membantu para pembaca dalam
mengetahui tentang pengendalian infeksi dan pengelolaan limbah di praktek dokter
gigi. Semoga apa yang sudah kami lampirkan bisa menjadi media dalam
memperdalam topik pengendalian infeksi dan pengelolaan limbah di praktek dokter
gigi. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan kata yang
secara tidak sengaja kurang berkenan di hati para pembaca sekalian.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
8. Kepmenkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit. Jakarta2004.
11. Daou et.AL , 2015., Current status of dental waste management. Lebanon
12. Ozbek and Sanin.2004., A study of the dental solid waste produced in a
school of dentistry. Turkey
13. Permen LHK No 56 Tahun 2015 Tentang tata cara dan persyaratan teknis
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan
Kesehatan.
30