Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ANALISIS LINGKUNGAN DAN MANAJEMEN

KESEHATAN

“Pengendalian Infeksi dan Pengelolaan Limbah


di Praktek Dokter Gigi”

1. Tri Fitria Nabila 201911171 6. Yustisi Dwinda P 201911177


2. Vina Herawati 201911172 7. Zahro R F 201911178
3. Tri Lanang W 201911173 8. Zendra Rio M 201911179
4. Vyra Annisa 201911174 9. Zhene A 201911180
5. Yemima Baby R 201911175 10. Farhany Sefina K 201911181

Disusun oleh kelompok 3:


Kelas: F/ Semester IV
Fasilitator:
Lukas K., drg., MARS

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat serta kasih karunia-Nya sehingga kami mendapatkan
kemudahan dalam menyusun dan menyelesaikan tugas yang ada tepat tepat pada
waktunya. Judul dari makalah yang telah kami susun ini adalah “Pengendalian
Infeksi dan Pengelolaan Limbah di Praktek Dokter Gigi”.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah ANALISIS LINGKUNGAN
DAN MANAJEMEN KESEHATAN mengenai pengendalian infeksi dan
pengelolaan limbah di praktek dokter gigi yang mana dengan tugas ini kami
mahasiswa/i dapat mengetahui lebih jauh dan menguasai semua pencapaian akhir
materi yang diharapkan oleh para dosen.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bersama-
sama membantu dan mengerjakan makalah ini sehingga bisa terselesaikan dengan
baik. Dan juga kepada semua pihak yang telah membagi sebagian dari
pengetahuannya sehingga makalah ini bisa terlengkapi.
Kami berharap, dengan adanya makalah ini, materi pengendalian infeksi
dan pengelolaan limbah di praktek dokter gigi kerja menjadi lebih mudah dipahami
dan dimengerti secara lebih mendalam. Semoga makalah kami bisa menjadi salah
satu sarana atau media untuk mempelajari dan mempermudah pembaca yang ingin
mempelajari topik pembahasan dari makalah yang telah kami susun.

Jakarta, 28 April 2021

Kelompok 3/Kelas F

i
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 4

Latar Belakang............................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5

2.1 Alat Perlindungan Diri (APD) .............................................. 5

2.2 Kontrol Infeksi...................................................................... 21

2.3 Pengertian dan Pengelolaan Limbah Dokter Gigi ................ 23

BAB III PENUTUP .................................................................................... 27

3.1 Kesimpulan .......................................................................... 27

3.2 Saran .................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 29

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Infeksi akibat layanan kesehatan atau Healthcare Associated Infections
(HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit
atau fasilitas kesehatan lainnya. Infeksi tersebut tidak ditemukan atau tidak sedang
berinkubasi pada saat pasien masuk. Yang artinya ialah infeksi didapat di rumah
sakit namun baru bermanifestasi setelah pasien keluar. Selain pada pasien, HAIs
dapat terjadi pada tenaga kesehatan dan staf rumah sakit. (WHO2010). Untuk
menanganinya, perlu dilakukan pengendalian infeksi. Pengendalian infeksi pada
rumah sakit atau fasilitas keseharan lainnya adalah suatu upaya dalam
meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi kepada para pasien, petugas,
pengunjung, dan masyarakat di sekitar rumah sakit. Tujuan utama dilakukan
pengendalian infeksi adalah mencegah atau mengurangi infeksi nosokomial pada
pasien, petugas kesehatan, dan masyarakat sekitar dengan cara cost effective; dan
juga untuk meningkatkan mutu layanan rumah sakit. Selain melakukan
pengendalian infeksi, sebagai dokter gigi yang perduli dan menjaga lingkungan
sekitarnya, kita juga harus memperhatikan limbah-limbah sisa dari hasil perawatan
kesehatan. Limbah-limbah tersebut harus dikelola agar tidak mencemari dan
merusak lingkungan sekitar kita. Maka dari itu, pada makalah kami kali ini, kami
akan memperdalam pembahasan mengenai pengendalian infeksi serta pengelolaan
limbah praktek kedokteran gigi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Perlindungan Diri (APD)


Alat Pelindung Diri
Salah satu upaya untuk memutus rantai penularan infeksi serta upaya
perlindungan bagi tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan adalah
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment (PPE).
APD adalah perangkat alat yang didesain sebagai penghalang terhadap penetrasi
zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi pemakainya dari cedera atau
penyebaran infeksi atau penyakit. Penggunaan APD secara benar dan tepat dapat
membantu keberhasilan program pencegahan dan pengendalian infeksi serta
keselamatan kerja petugas kesehatan karena APD dapat bertindak sebagai
penghalang antara paparan bahan infeksius (misalnya virus dan bakteri) dengan
kulit yang tidak intak, mulut, hidung, atau mata (mukosa/selaput lendir) tenaga
kesehatan dan pasien. Penggunaan APD yang efektif mencakup pemindahan
dan/atau pembuangan APD yang terkontaminasi dengan benar untuk mencegah
terpaparnya pemakai dan orang lain terhadap bahan infeksius. Sedangkan
penggunaan APD yang tidak tepat akan memungkinkan terjadinya infeksi pada
pasien dan keselamatan petugas kesehatan itu sendiri.1,2

Prinsip yang harus dipenuhi dalam pemilihan APD adalah harus dapat
memberikan perlindungan terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang
dihadapi (percikan, kontak langsung maupun tidak langsung). Berat APD
hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan, dapat dipakai secara fleksibel (reuseable
maupun disposable), tidak menimbulkan bahaya tambahan, tidak mudak rusak,
memenuhi ketentuan dari standar yang ada, pemeliharaan mudah dan tidak
membatasi gerak.2

5
Jenis-Jenis Alat Perlindungan Diri
1. Pelindung Mata atau Face Shield
Pelindung mata (eye protector) adalah salah satu jenis alat perlindungan diri
(APD) yang diperlukan untuk melindungi membran mukosa dari paparan droplet
atau aerosol yang timbul saat melakukan tindakan perwatan gigi mulut. Proteksi
membran mukosa dari mata, hidung dan mulut merupakan standar dari penanganan
pasien yang memiliki infeksi dengan penyebarannya melalui droplet. Patogen
dalam droplet dapat menyebar melalui droplet dengan ukuran lebih dari 5μm,
sedangkan ukuran aerosol sebesar 0,01-0,05μm. Jika menggunakan pelindung mata
atau face shield yang dapat dibersihkan, maka lakukan prosedur dekontaminasi
menggunakan bahan desinfeksi yang dianjurkan.3,4

Terdapat beberapa jenis pelindung mata yaitu google, face shield, kacamata
pelindung (safety glass), dan respirator seluruh muka (full-face respirators). Secara
umum, pelindung mata berupa google yang baik idealnya harus memiliki fitur
berupa ventilasi indirek, bahan yang jernih, tahan gores, seal yang baik, anti kabut
dan tali yang dapat disesuaikan, sedangkan face shield (pelindung wajah) yang baik
idealnya harus memiliki fitur berupa bahan yang jernih, anti kabut, menutupi
seluruh bagian dan sisi wajah dan tali yang dapat disesuaikan.4
a. Googles
• Seal baik terhadap kulit wajah.
• Frame fleksibel yang dapat menutup seluruh kontur wajah tanpa menekan
terlalu dalam.
• Dapat menutup seluruh mata dan daerah sekitarnya.
• Resistan terhadap pembentukan embun atau scratch (“baret”).
• Memiliki tali ikat kepala yang dapat disesuaikan dengan ukuran masing-
masing.
• Dapat digunakan secara berulang setelah prosedur desinfeksi.

6
b. Face Shield
• Terbuat dari plastik tembus pandang sehingga memberikan visibilitas baik
bagi tenaga kesehatan dan pasien.
• Memiliki tali ikat kepala yang dapat disesuaikan.
• Sebaiknya yang resistan terhadap pembentukan embun.
• Dapat digunakan kembali setelah desinfeksi atau sekali pakai. 4

Gambar Googles dan Face Shield4

2. Penutup Kepala/Head cap


Semua petugas kesehatan harus mengenakan penutup kepala yang menutupi
kepala dan leher, dimana penutup kepala disarankan agar yang terpisah dari gaun
pelindung, sehingga dapat dilepas secara terpisah. Oleh karena penyebaran
COVID-19 melalui droplet atau aerosol maka tujuan dari penutup kepala adalah
untuk melindungi kulit kepala dan leher serta rambut dari kontaminasi virus dan
kemungkinan adanya transmisi virus dari lokasi tersebut ke mukosa membran mata,
hidung dan mulut. Penutup kepala sebaiknya resistan terhadap air, untuk mencegah
paparan terhadap droplet atau aerosol saliva. Seluruh rambut wajib masuk kedalam
penutup kepala dan sebaiknya menggunakan penutup kepala sekali pakai.
Spesifikasi dari penutup kepala:2,3,4
• Sekali pakai (single use).
• Tahan cairan (fluid resistant).
• Dapat disesuaikan dan tidak mudah bergerak setelah disesuaikan
(adjustable and immovable once adjusted).

7
• Terdapat bagian terbuka (bagian wajah) yang tidak elastis. Selain
menutupi wajah, panjang bagian ini adalah mencapai bagian atas
gaun.

Terdapat 2 jenis head cap yaitu:3


➢ Skull cap.
➢ Bouffant cap.

[3]

3. Masker
Penggunaan masker yang digunakan masyarakat maupun tenaga medis
memiliki jenis dan standar yang berbeda-beda. Masker yang digunakan perlu
disesuaikan dengan tingkat intensitas kegiatan tertentu. Berikut merupakan tipe dan
klasifikasi masker yang perlu diketahui perbedaannya.3

a. Masker Kain
Masker kain dapat digunakan untuk mencegah penularan dan
mengantisipasi kelangkaan masker yang terjadi. Efektivitas penyaringan pada
masker kain meningkat seiring dengan jumlah lapisan dan kerapatan tenun kain
yang dipakai. Masker kain perlu dicuci dan dapat dipakai berkali-kali. Bahan yang
digunakan untuk masker kain berupa bahan kain katun, scarf, dan sebagainya.
Penggunaan masker kain dapat digunakan bagi masyarakat yang sehat yaitu
digunakan ketika berada di tempat umum dan fasilitas lainnya dengan tetap
menjaga jarak 1-2 meter. Namun, jika masyarakat memiliki kegiatan yang

8
tergolong berbahaya (misalnya, penanganan jenazah COVID-19, dan sebagainya)
atau sedang tidak sehat maka tidak disarankan menggunakan masker kain. 3S

b. Masker Bedah 3 Ply (Surgical Mask 3 Ply)


Masker Bedah memiliki 3 lapisan yaitu lapisan luar kain tanpa anyaman
kedap air, lapisan tengah yang merupakan lapisan filter densitas tinggi dan lapisan
dalam yang menempel langsung dengan kulit sehingga efektif untuk memblokir
percikan (droplet) dan tetesan dalam partikel besar yang keluar dari pemakai ketika
batuk maupun bersin. Masker ini direkomendasikan untuk masyarakat yang
menunjukan gejala-gejala flu/influenza (batuk, bersin-bersin, hidung berair,
demam, nyeri tenggorokan), melindungi pasien atau penderita dari operator/tenaga
medis sebagai sumber infeksi, didalam melakukan prosedur/tindakan kepada pasien
dan untuk tenaga medis di fasilitas layanan kesehatan. 2

Gambar Masker Bedah2

Masker harus digunakan sesuai kontur permukaan hidung dan mulut


sehingga dapat sepenuhnya menutupi mulut dan hidung (harus mengikuti instruksi
pemakaian dari pabrik yang memproduksi). Masker dapat diganti atau dibuang
apabila setelah selesai melakukan sebuah prosedur atau tindakan dan jika kondisi
masker sudah rusak atau kotor dari menumpuknya percikan air ludah si pemakai
akibat pemakaian yang terlalu lama. Instruksi pemakaian dari pabrik dapat berbeda-
beda antara masker satu dengan lainnya, berdasarkan dari spesifikasi bahan dari
masker tersebut (misalnya masker bedah dan masker N95).1

9
c. Masker N95 atau Ekuivalen
Masker N95 atau ekuivalen digunakan untuk melindungi membran mukosa
hidung dan mulut tidak hanya dari paparan cairan dengan ukuran droplet, tapi juga
hingga cairan berukuran aerosol yang terbentuk selama tindakan perawatan gigi
mulut. Masker yang digunakan sebaiknya memiliki bentuk seperti “duckbill” atau
“cup shape” yang tidak langsung berkontak dengan mulut, sehingga lebih aman
dan lebih nyaman untuk digunakan. Masker jenis ini memiliki face seal fit yang
ketat sehingga mendukung pemakai agar terhindar dari paparan aerosol asalkan seal
fit dipastikan terpasang dengan benar. Masker sebaiknya digunakan bersama
dengan pelindung mata atau face shield. Masker yang resistan air digunakan untuk
tindakan yang menimbulkan pembentukan aerosol.3,4

Gambar Masker N953

Masker Filtering Facepiece Respirator (FFR) yang ekuivalen dengan N95


yaitu FFP2 (EN 149- 2001, Eropa), KN95 (GB2626- 2006, Cina), P2 (AS/NZA
1716:2012, Australia/New Zealand), KF94 (KMOEL-2017-64, Korea), DS
(JMHLW-Notification 214,2018, Jepang). Kelompok masker ini direkomendasikan
terutama untuk tenaga kesehatan yang harus kontak erat secara langsung dalam
menangani kasus dengan tingkat infeksius yang tinggi. Idealnya masker N95 tidak
untuk digunakan kembali, namun dikarenakan stok N95 yang semakin langka,
dapat dipakai ulang dengan catatan semakin sering dipakai ulang maka kemampuan
filtrasi akan menurun. Jika akan digunakan kembali, masker N95 perlu dilapisi
masker bedah pada bagian luarnya namun apabila melakukan tindakan yang
menimbulkan aerosol maka masker tidak dapat digunakan kembali. Masker N95

10
dapat digunakan kembali apabila dilakukan penyimpanan atau sterilisasi yang
benar.3

Masker N95 yang telah digunakan kemudian dilepas maka tidak boleh
menyentuh bagian dalam dan luar masker. Apabila tersentuh, tenaga kesehatan
harus segera melakukan kebersihan tangan. Cara penggunaan masker N95 agar
dapat digunakan kembali dapat disimpan di kantong kertas berlabel nama petugas,
tanggal dan jam. Masker N95 dapat dibuka dan di pasang kembali sebanyak 5 kali
dan penggunaan selama 8 jam.2

Cara Menggunakan Masker N95:


1. Genggamlah bagian luar masker N95. Pisahkan kedua ikat kepala tersebut
dan pegang tali masker dengan satu tangan
2. Posisikan masker N95 dibawah dagu anda dan sisi untuk hidung berada
diatas.
3. Tariklah tali pengikat masker bagian bawah dan posisikan dibawah telinga,
kemudian tarik tali bagian agak tinggi di bagian belakang kepala anda
(diatas telinga)
4. Letakkan jari-jari kedua tangan diatas bagian hidung yang terbuat dari
logam. Tekan sisi logam dengan dua jari (jari telunjuk dan jari tengah) untuk
masing-masing tangan mengikuti bentuk hidung anda. Jangan menekan
dengan satu tangan karena dapat mengakibatkan masker N95 bekerja
kurang efektif
5. Lakukan penyesuaian bagian depan masker N95 dengan kedua tangan dan
berhati-hatilah agar posisi masker tidak berubah

11
Gambar Cara Menggunakan Masker Bedah2

4. Gaun (Gown)
Gaun medis merupakan alat pelindung tubuh dari kontaminasi virus melalui
kontak atau droplet dengan cairan dan zat padat yang infeksius untuk melindungi
lengan dan area tubuh tenaga kesehatan selama prosedur dan kegiatan perawatan
pasien. Gaun sebaiknya dibuat dari bahan yang telah terbukti resistan terhadap
penetrasi darah atau cairan tubuh lainnya yang mengandung patogen. Gaun juga
digunakan untuk melindungi seragam atau pakaian kerja terhadap kemungkinan
kontaminasi bahan-bahan infeksius atau bahan berbahaya lainnya, terutama ketika
tenaga medis mengalami kontak langsung dengan pasien saat melakukan
perawatan. Dalam tindakan kedokteran gigi yang menimbulkan aerosol, partikel
droplet dan aerosol akan jatuh kebawah sesuai gravitasi sehingga memudahkan
partikel tersebut menempel pada pakaian dokter gigi maupun perawat. Sebaiknya
sebelum gaun pelindung digunakan terlebih dahulu menggunakan surgical
scrub.Persyaratan gaun yang ideal antara lain efektif barrier (mampu mencegah
penetrasi cairan), fungsi atau mobilitas, nyaman, tidak mudah robek, pas di badan
(tidak terlalu besar atau terlalu kecil), biocompatibility (tidak toksik) dan quality
maintenance.2

12
Gambar Gown Bedah dan Overall

5. Apron
Apron merupakan pelindung tubuh untuk melapisi luar gaun yang
digunakan oleh petugas kesehatan dari penetrasi cairan infeksius pasien yang bisa
terbuat dari plastik sekali pakai atau bahan plastik berkualitas tinggi yang dapat
digunakan kembali (reuseable) yang tahan terhadap klorin saat dilakukan
desinfektan.12 Penggunaan apron wajib digunakan selama tenaga kesehatan
bekerja dalam ruangan perawatan. Jika secara klinis apron mengalami kerusakan
atau terkontaminasi percikan droplet maupun aerosol sebaiknya langsung diganti
dengan yang baru. Apron yang digunakan sebaiknya menutupi seluruh tubuh dan
resistan terhadap cairan.4

Gambar Apron.4

13
6. Sarung Tangan Double Steril Sekali Pakai
Menghindari resiko transmisi virus ke tenaga kesehatan akibat adanya
perforasi/kerusakan sarung tangan saat tindakan perawatan gigi mulut/akibat bahan
desinfeksi seperti klorin maka sebaiknya menggunakan sarung tangan biasa double
atau sarung tangan bedah latex. Penggunaan sarung tangan double atau sarung
tangan bedah ini tentunya dapat mengurangi rasa sensasi taktil saat palpasi, tetapi
hal ini akan dapat menjadi terbiasa oleh petugas kesehatan. Sarung tangan yang
digunakan lebih dari dua tidak disarankan karena akan menyebabkan hambatan
dalam pergerakan dan kompleksitas saat melepaskan sarung tangan. Bagian luar
sarung tangan sebaiknya memiliki panjang yang cukup, idealnya mencapai
pertengahan lengan bawah. Untuk proteksi yang lebih baik maka sarung tangan
pertama (bagian dalam) harus tertutup bagian lengan dari gaun dan sarung tangan
kedua harus menutupi bagian ujung lengan dari gaun.

Penggunaan sarung tangan sebaiknya diganti dengan yang baru setiap


pergantian pasien dan dibuang diwadah yang sesuai. Tetapi jika tidak
memungkinkan, maka lakukan prosedur desinfeksi, lepaskan sarung tangan kedua,
lalu lakukan kembali proses desinfeksi dan gunakan sarung tangan kedua yang
baru. Bahan desinfeksi yang digunakan adalah hand rub berbahan alkohol 70%.
Sarung tangan perawatan pasien tidak boleh dicuci dan digunakan lagi. Sarung
tangan berbahan nitril ditoleransi lebih baik daripada sarung tangan berbahan dasar
latex. Bahan nitril ini sangat baik karena tahan terhadap bahan desinfeksi seperti
klorin.4

Gambar Handscoon4

14
7. Sepatu Boot atau Sepatu Tertutup dengan Penutup Sekali Pakai
Petugas kesehatan sebaiknya menggunakan sepatu boot tahan air (Rubber)
atau pembungkus sepatu (shoe cover) dalam mencegah kontaminasi patogen virus
dalam ruang perawatan dokter gigi. Sepatu boot resistan terhadap cairan lebih baik
digunakan dibandingkan sepatu biasa, karena sepatu boot mudah dibersihkan dan
didesinfeksi. Disamping itu, sepatu boot dapat melindungi tenaga kesehatan dari
alat tajam atau bahan korosif saat terjatuh. Jika sepatu boot tidak tersedia,
menggunakan sepatu yang tertutup dan dibungkus pembungkus sepatu yang tidak
licin juga dapat menggantikan penggunaan sepatu boot. Sepatu boot tidak perlu
diganti dan dapat digunakan terus setelah prosedur desinfeksi. 3

Gambar Sepatu Boot dan Shoe Cover3

Syarat sepatu boot yang baik:3


• Tidak licin dengan permukaan PVC.
• Setinggi atau mencapai lutut, lebih tinggi dari tepi bawah gaun (disarankan
posisi dokter gigi tegak saat mengerjakan pasien, dibandingkan posisi saat
duduk karena akan menyebabkan gaun terbuka).
• Sebaiknya dipilih warna yang terang agar dapat mudah dideteksi jika
adanya kemungkinan kontaminasi.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada saat penggunaan APD3


1. Menyentuh mata, hidung dan mulut saat menggunakan APD.
2. Menyentuh bagian depan masker.
3. Mengalungkan masker di leher.
4. Menggantung APD diruangan kemudian menggunakannya kembali.

15
5. Menggunakan APD keluar dari area perawatan.
6. Membuang APD dilantai.
7. Menggunakan sarung tangan berlapis saat bertugas apabila tidak
dibutuhkan.
8. Menggunakan sarung tangan terus menerus tanpa indikasi.
9. Menggunakan sarung tangan saat menulis, memegang rekam medik pasien,
memegang handle pintu, memegang HP.
10. Melakukan kebersihan tangan saat masih menggunakan sarung tangan.

[3]

[3]

16
[3]

Cara Menggunakan APD


• Alat Pelindung Diri Level 1
1. Lepaskan semua barang-barang pribadi (jam tangan, perhiasan, dan lain-
lain).
2. Ganti baju menggunakan baju kerja/scrub.
3. Mencuci tangan 6 langkah menggunakan sabun pada air mengalir selama
60 detik atau dapat menggunakan hand rub berbasis alkohol.
4. Pasang penutup kepala sekali pakai.
5. Pasang masker bedah dan sesuaikan dengan bentuk hidung dan wajah.
6. Pasang pelindung wajah menutupi mata dan dagu.
7. Pasang sarung tangan yang sesuai dengan ukuran tangan.2,3

• Alat Pelindung Diri Level 2


1. Lepaskan semua barang-barang pribadi (jam tangan, perhiasan, dan lain-
lain).
2. Gunakan baju scrub sebagai bahan lapisan pertama pakaian pelindung.
3. Pastikan bahwa gown dalam keadaan baik dan tidak dalam keadaan rusak.
4. Mencuci tangan 6 langkah menggunakan sabun pada air mengalir selama
60 detik atau dapat menggunakan hand rub berbasis alkohol.

17
5. Gunakan sepatu boot atau jika menggunakan sepatu pribadi yang tertutup
maka gunakan pelindung sepatu (shoe cover) dengan cara pelindung sepatu
dipakai diluar sepatu dan menutupi celana panjang yang dikenakan.
6. Pakai sarung tangan pertama.
7. Pasang penutup kepala yang menutupi seluruh bagian kepala dan telinga
dengan baik.
8. Pakai surgical gown dan menutupi badan dengan baik dengan cara
memasukkan kebagian lengan terlebih dahulu kemudian mengikat tali
kebelakang dengan baik. Pastikan tali terikat dengan baik.
9. Pasang masker bedah dan sesuaikan dengan bentuk hidung dan wajah.
10. Pasang pelindung mata (googles) rapat menutupi mata.
11. Pasang sarung tangan lapisan kedua hingga menutupi setengah lengan
bawah.2,3

• Alat Pelindung Diri Level 3


1. Lepaskan semua barang-barang pribadi (jam tangan, perhiasan, dan lain-
lain).
2. Gunakan baju scrub sebagai bahan lapisan pertama pakaian pelindung.
3. Pastikan bahwa APD dalam keadaan baik, sesuai ukuran dan tidak dalam
keadaan rusak.
4. Mencuci tangan 6 langkah menggunakan sabun pada air mengalir selama
60 detik atau dapat menggunakan hand rub berbasis alkohol.
5. Pasang penutup kepala yang menutupi seluruh bagian kepala dan telinga
dengan baik.
6. Pasang masker N95 dan pastikan seal tertutup rapat.
7. Pakai sarung tangan pertama.
8. Pasang pelindung mata (googles) rapat menutupi mata.
9. Pakai baju hazmat dengan cara masukkan dari mulai kaki kemudian lengan
dan pastikan baju hazmat terkancing dengan rapat sampai leher dan tutup
kepala menggunakan penutup kepala dibaju hazmat.
10. Pasang pelindung wajah/face shield hingga menutup wajah dan dagu.

18
11. Gunakan shoe cover pada kaki lalu gunakan pelindung kaki (sepatu boot).
12. Pasang sarung tangan lapisan kedua hingga menutupi setengah lengan
bawah 2,3

Cara Melepaskan APD


• Alat Pelindung Diri Level 1
1. Pastikan tempat sampah medis tersedia pada ruangan pelepasan APD.
2. Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub berbasis alkohol
selama 20 detik.
3. Buka sarung tangan dengan cara memegang bagian luar sarung tangan dan
buang ke ketempat sampah medis.
4. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.
5. Lepaskan penutup kepala dengan cara memegang sisi dalam penutup kepala
dan buka penutup kepala kearah belakang. Buang penutup kepala ketempat
sampah medis.2,3
6. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.
7. Lepaskan masker bedah dan jangan sentuh bagian luar masker kemudian
buang ketempat sampah medis.
8. Lakukan kembali kebersihan tangan menggunakan hand rub.

• Alat Pelindung Diri Level 2


1. Pastikan tempat sampah medis tersedia pada ruangan pelepasan APD.
2. Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub berbasis alkohol
selama 20 detik.
3. Membuka sarung tangan bagian luar dan dibuang ke tempat sampah medis.
4. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.
5. Lepaskan penutup kepala dengan cara memegang sisi dalam penutup kepala
dan buka penutup kepala kearah belakang. Buang penutup kepala ke tempat
sampah medis.
6. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.

19
7. Lepaskan surgical gown tanpa menyentuh sisi luar, lepaskan ikatan
kemudian menarik dari belakang kedepan dan gulung gown dari sisi dalam
keluar lalu buang ketempat sampah medis.
8. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.
9. Lepaskan pelindung mata (googles) dengan menarik tali di belakang ke
depan.
10. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.
11. Lepaskan masker kemudian buang ketempat sampah medis.
12. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.
13. Lepaskan sarung tangan terdalam dan buang ke ke tempat sampah medis.
14. Lakukan kembali kebersihan tangan menggunakan hand rub.

• Alat Pelindung Diri Level 3


1. Pastikan tempat sampah medis tersedia pada ruangan pelepasan APD.
2. Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub berbasis alkohol
selama 20 detik.
3. Membuka sarung tangan bagian luar dan dibuang ke tempat sampah medis.
4. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.
5. Lepaskan face shield dan letakkan pada tempat yang telah disediakan jika
akan dilakukan desinfeksi.
6. Semprotkan cairan desinfektan ke sepatu boot lalu buka sepatu boot dengan
menginjak bagian belakang sepatu.
7. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.
8. Lepaskan baju hazmat dengan cara menggulung ke bawah dan pastikan
tidak menyentuh bagian luar dari baju hazmat.
9. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.
10. Lepaskan googles dan letakkan pada tempat yang telah disediakan jika akan
dilakukan desinfeksi.
11. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.
12. Lepaskan masker N95 dan buang ketempat sampah medis.
13. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.

20
14. Lepaskan penutup kepala dan dibuang ke tempat sampah medis.
15. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub.
16. Lepaskan shoe cover dan buang ketempat sampah medis.
17. Lepaskan sarung tangan terdalam dan buang ke tempat sampah medis.
18. Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub berbasis alkohol
selama 20 detik.
19. Mandi dan mengganti dengan baju bersih yang dibawa dari rumah.

2.2 Kontrol Infeksi


Infeksi merupakan proses masuknya mikroorganisme dan berkembang pada
tubuh manusia, sehingga berpotensi menyebabkan penyakit yang dapat ditularkan.
Infeksi dalam bidang kedokteran gigi dapat ditularkan melalui kecelakaan kerja
yang disebabkan oleh instrumen yang digunakan saat melakukan perawatan yang
telah terkontaminasi oleh cairan tubuh, saliva dan darah, tidak dilakukan sterilisasi
dengan sempurna, bersentuhan dengan luka terbuka yang dimiliki oleh pasien,
udara yang telah terkontaminasi oleh organisme saat pasien batuk ataupun bersin
dan sumber air pada tempat pelayanan kesehatan gigi. Tenaga kesehatan gigi dan
mulut seperti dokter gigi, perawat gigi dan mahasiswa klinik beresiko terkena
infeksi dan penularan penyakit.5

Infeksi dalam bidang kedokteran gigi dapat terjadi melalui beberapa cara
diantaranya dari tenaga kesehatan gigi dan mulut ke pasien, pasien ke tenaga
kesehatan gigi dan mulut, antar pasien ke pasien lainnya, dan tempat pelayanan
kesehatan gigi ke komunitas masyarakat yang termasuk di dalamnya keluarga
tenaga kesehatan gigi dan mulut dan pasien. Tenaga kesehatan gigi dan mulut lebih
beresiko menularkan dan ditularkan penyakit seperti: 5
a. Hepatitis B.
b. Human Immunodeficiency Virus (HIV).
c. Tuberkulosis (TBC).

21
Kontrol infeksi dalam kedokteran gigi sangat penting untuk diperhatikan
karena bertujuan untuk mencegah penularan infeksi antara pasien, tenaga kesehatan
gigi dan mulut, dan komunitas masyarakat. Keselamatan pasien merupakan bagian
yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan sejak tahun 2015 seiring dengan
upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, keselamatan pasien (patient safety)
menjadi salah satu indikator yang penting dalam penyelenggaran akreditasi
Permenkes no 46 tahun 2015 pasal 2.6

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


Dalam menjalankan profesinya dokter gigi tidak lepas dari kemungkinan
untuk berkontak secara langsung atau tidak langsung dengan mikroorganisme
dalam rongga mulut (termasuk saliva dan darah) pasien. Sebagai hasil pemajanan
yang berulang kali terhadap mikroorganisme yang ada dalam rongga mulut,
insidensi terjangkit penyakit infeksi lebih tinggi pada praktik kedokteran gigi.
Mengabaikan prosedur Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang efektif dapat
mengakibatkan orang lain, termasuk keluarga tenaga pelayanan kesehatan gigi dan
mulut dan pasien lain, menghadapi risiko terkena penyakit infeksi. 5

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Terhadap Tenaga Pelayan


Kesehatan Gigi
Karena status infeksi pasien terkadang tidak diketahui, untuk mencegah
infeksi silang baik pada pasien atau tenaga pelayanan kesehatan gigi, penting untuk
beranggapan bahwa setiap darah dan cairan tubuh pasien berpotensi penyakit
infeksi dan dapat menular, maka penting untuk dilakukan Kewaspadaan Standar
yang meliputi:5
1. Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting dan merupakan pilar
untuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Tenaga pelayanan kesehatan gigi
harus melakukan kebersihan tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir
jika tangan terlihat kotor (termasuk keadaan terkena serbuk/powder dari sarung
tangan), terkontaminasi cairan tubuh, kontak langsung dengan individu pasien,

22
setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk peralatan, gigi
palsu, cetakan gips, lamanya 40-60 detik. Jika tangan tidak tampak kotor
melakukan kebersihan tangan dengan cara gosok tangan dengan handrub/cairan
berbasis alkohol, lamanya 20-30 detik. Metoda dan tata cara mencuci tangan dalam
"hand hygiene" tergantung pada beberapa tipe dan prosedur, tingkat keparahan dari
kontaminasi dan persistensi melekatnya antimikroba yang digunakan pada kulit. tuk
pelaksanaan rutin dalam praktik dokter gigi dan prosedur non bedah, mencuci
tangan dan antiseptik dapat dicapai dengan menggunakan sabun detergen
antimikroba yang standar. Untuk prosedur pembedahan, sabun antimikroba (bedah
yang mengandung chlorhexidin gluconate 4% harus digunakan . Sebagai alternatif
pengganti bagi yang sensitif terhadap chlorhexidin gluconate, dapat menggunakan
iodophor (Depkes, 2005). Tempatkan produk cairan kebersihan tangan dalam
tempat yang disposibel atau yang diisi ulang, dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu
sebelum diisi ulang. Jangan diisi ulang cairan antiseptik sebelum dibersihkan dan
dikeringkan terlebih dahulu.

2. Penggunaan Alat Pelindung Diri(APD)


Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) di bawah ini. Penyediaan peralatan dan bahan perlindungan diri bagi tenaga
di puskesmas wajib dipenuhi dan untuk pengadaan dikoordinasikan dengan dinas
kesehatan kota/kabupaten.5

2.3 Pengertian dan Pengelolaan Limbah Dokter Gigi


1. Pengertian
Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medik, perawatan
gigi, farmasi, penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang
menggunakan bahan-bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu (Depkes RI 2001). 7
Banyak sekali limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit. Sebagian besar dapat
membahayakan siapa saja yang kontak dengannya, karena itu perlu prosedur
tertentu dalam pembuangannya (Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Indonesia).

23
Limbah medis padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan
non medis. Limbah padat terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah
benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi (Kepmenkes, 2004).8

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengantarkan manusia


pada situasi yang semakin menguntungkan. Namun perkembangan itu memiliki
dampak yang berpotensi menjadi masalah lingkungan, masalah individu dimasa
yang akan datang. Berbagai macam sarana kesehatan dalam menjalankan
kegiatannya, seperti rumah sakit, balai pengobatan, laboratorium, praktek layanan
kesehaan mandiri, akan menghasilkan limbah yang dikenal dengan istilah limbah
medis. Praktek dokter gigi juga termasuk salah satu sarana pelayanan kesehatan
yang juga menghasilkan limbah medis. Jumlah limbah medis terus meningkat
seiring bertambahnya jumlah sarana layanan kesehatan, begitu juga dengan limbah
sarana layanan kesehatan gigi. Berdasarkan penelitian di Mumbai, rata-rata limbah
klinik gigi yang dihasilkan sekitar 0,5-1,0kg per hari. Setiap tahun praktek dokter
gigi di dunia menghasilkan 4,8 juta lead foils, 2,8 juta liter fixer X-Ray beracun,
3,7ton limbah mercuri, 1,7 juta bahan sterilisasi, 680 juta chair barrier, light handle
covers dan patient bibs (Baghele et al., 2013).9

Limbah yang meningkat harus diimbangi oleh perilaku pengelolaan limbah


yang benar dan sesuai aturan, yaitu perilaku yang tidak menyebabkan pencemaran.
Menurut UU RI No.23 tahun 1997 pencemaran adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi
sesuaidengan peruntukannya. Berdasarkan hasil laporan bahwa 26% dari dokter
gigi membuang sisa potongan tubuh (gigi dan jaringan yang diekstraksi), 44%

24
membuang amalgam dan 12% membuang kawat gigi langsung ke tempat sampah
umum.10

Jenis limbah yang umumnya dihasilkan dari kegiatan klinik gigi antara lain
swab, plastik, lateks, kaca, jarum dan bahan limbah lainnya yang terkontaminasi
dengan cairan tubuh serta limbah dari bahan kimia terutama produk sinar-X dan
amalgam, seperti merkuri, timbal dan perak. (Daou et.al, 2015). 11 Amalgam adalah
bahan restorasi berbentuk solid yang digunakan untuk menampal gigi. Amalgam
terdiri dari perak 67-74%, 25- 28% timah, tembaga 0-6%, seng 0-2%, dan merkuri
0-3% (Ozbek et al., 2004). Dari komposisi ini, merkuri yang digunakan perlu
diperhatkan karena potensi racunnya. Merkuri bisa masuk ke lingkungan dalam
bentuk limbah padat dengan pembuangan diekstraksi gigi serta partikel amalgam
yang dibuang ke dalam sistem pengumpulan air limbah (Arenholt Bindslev, 1998;
Chin et al., 2000; Ozbek et al., 2004).12

2. Pengelolaan Limbah kedokteran gigi


Dalam strategi pengolahan dan pembuangan limbah medis terdapat
beberapa upaya yang dapat dilakukan berdasarkan jenis limbah yang dihasilkan.
Pengolahan secara termal dapat dilakukan dengan cara menggunakan alat berupa: 13
Autoclaf
o Prinsip kerja autoclaf yaitu menggunakan bejana tertutup yang dapat
diisi uap panas bertekanan tinggi. Suhu yang digunakan mencapai
115 – 125ºC dan tekanan uapnya 2-4 atm.
Gelombang Mikro (microwave)
o Gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super tinggi (Super
High Frequency), yaitu diatas 3 GHz (3 x 109 GHz).
Irradiasi frekuensi
o Penggunaan energi dengan menggunakan sumber radiasi buatan.
Tujuan irradiasi untuk membasmi mikroba dan mikroorganisme lain
yang dapat menimbulkan penyakit.

25
Insenerator
o Alat yang digunakan untuk menghancurkan sampah yang bekerja
pada suhu tinggi selain itu dapat mendestruksi materi-materi yang
berbahaya seperti mikroorganisme patogen dan meminimalisir
pencemaran udara yang dihasilkan dari hasil proses pembakaran
sehingga gas buang yang keluar dari cerobong menjadi lebih
terkontrol.13

Sedangkan Pengolahan secara non termal:13


Enkapsulasi sebelum ditimbun
o Pada prinsipnya melakukan solidifikasi pada limbah untuk
menghindari terjadinya pelindian. Enkapsulasi dilakukan dengan
memasukkan limbah sebanyak 2/3 volume wadah kemudian
ditambahkan material immobalisasi sampai penuh sebelum wadah
ditutup.
Inertisasi sebelum ditimbun
o Proses solidifikasi limbah menggunakan semen atau bahan material
lainnya sebelum limbah ditimbun di sanitary landfill, controlled
landfill, atau fasilitas penimbunan akhir limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun).
Desinfeksi kimiawi
o Penggunaan senyawa kimia seperti senyawa aldehida, klor, fenolik,
dan lain sebagainya untuk membunuh atau inaktivasi patogen pada
limbah medis. Untuk limbah cair dapat dilakukan pengolahan di
IPAL fasilitas kesehatan masyarakat jika ada (Permen LHK No 56
Tahun 2015)7

26
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Alat Pelindung Diri (APD) adalah perangkat alat yang didesain sebagai
penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi
pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit. Jenis-jenis
pelindung diri pelindung mata, penutup kepala, masker, gown, apron, sarung tangan
double steril, sepatu boot. Manfaat APD adalah melindungi seluruh atau sebagian
tubuh terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja dan
mengurangi resiko penyakit. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada saat
penggunaan APD antara lain: menyentuh mata, hidung, mulut dan bagian depan
masker, mengalungkan masker di leher, membuang APD dilantai, menggantung
dan memakai kembali APD, menggunakan sarung tangan saat menulis, memegang
rekam medik, memegang handle pintu, memegang HP. Terdiri dari level 1, level 2,
dan level 3. Penggunaan APD bertujuan untuk mengurangi terjadinya infeksi
silang, maka dilakukanlah kontrol infeksi. Infeksi merupakan proses masuknya
mikroorganisme dan berkembang pada tubuh manusia. Kontrol infeksi dalam
kedokteran gigi sangat penting untuk diperhatikan karena bertujuan untuk
mencegah penularan infeksi antara pasien, tenaga kesehatan gigi dan mulut, dan
komunitas masyarakat.

Pada akhir perawatan atau penanganan gigi pasien, akan tersisa limbah
medis. Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medik, perawatan
gigi, farmasi, penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang
menggunakan bahan-bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu (Depkes RI 2001).
Limbah yang meningkat harus diimbangi pengelolaan limbah yang benar dan sesuai
aturan, yang tidak menyebabkan pencemaran. Limbah medis layanan kesehatan
gigi mempunyai potensi terjadinya pencemaran lingkungan, potensi gangguan

27
sosial dengan menimbulkan ketidaknyamanan dan gangguan kesehatan serta
potensi gangguan ekonomi dengan bertambahnya biaya yang harus dikeluarkan jika
terkena dampak limbah layanan kesehaan gigi yang tidak di kelola dengan baik.

3.2 SARAN
Kami berharap, makalah ini bisa membantu para pembaca dalam
mengetahui tentang pengendalian infeksi dan pengelolaan limbah di praktek dokter
gigi. Semoga apa yang sudah kami lampirkan bisa menjadi media dalam
memperdalam topik pengendalian infeksi dan pengelolaan limbah di praktek dokter
gigi. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan kata yang
secara tidak sengaja kurang berkenan di hati para pembaca sekalian.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Emril, Dessy Rakhmawati, dkk. 2020. Panduan Program Pendidikan


Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala/RSUD dr. Zainoel Abidin. Banda Aceh: Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Petunjuk Teknis Alat


Pelindung Diri (APD) Dalam Menghadapi Wabah Covid-19. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

3. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. 2020. Standar Alat


Pelindung Diri (APD) untuk Penanganan Covid-19 di Indonesia. Jakarta:
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19

4. Satgas PB-PDGI. 2020. Rekomendasi APD (Alat Pelindung Diri) untuk


Dokter Gigi dan Perawat Gigi

5. Rahman B, Abraham S B, Alsalami, A. M., Alkhaja, F. E., & Najem, S. I.


(2013). Attitudes and practices of infection control among senior dental
students at college of dentistry, University of Sharjah in the United Arab
Emirates.European Journal of Dentistry,15–19. [Internet] Available from
URL:
https://repository.unsri.ac.id/41055/3/RAMA_12201_04031381621046_0
004118405_01_front_ref.pdf. diakses tanggal 26 April 2021.

6. Kementrian Kesehatan. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 46 Tahun 2015.

7. Kementerian Kesehatan RI, (2001), Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Di


Indonesia, Jakarta.

29
8. Kepmenkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit. Jakarta2004.

9. Baghele, O., Baghele, M., Deshpande, A., Deshpande, J. and Phadke, S.


2013 ‘A simplified model for biomedical waste management in dental
practices - A pilot project at Thane, India, European Journal of General
Dentistry. 235.

10. Pasal 1 butir 12 Undang-Undang (selanjutnya disingkat dengan UU) Nomor


23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

11. Daou et.AL , 2015., Current status of dental waste management. Lebanon

12. Ozbek and Sanin.2004., A study of the dental solid waste produced in a
school of dentistry. Turkey

13. Permen LHK No 56 Tahun 2015 Tentang tata cara dan persyaratan teknis
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan
Kesehatan.

30

Anda mungkin juga menyukai