Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MANAJEMEN PASIEN SAFETY

PENERAPAN PRINSIP DAN IMPLEMENTASI UPAYA PENCEGAHAN


PENULARAN

Disusun oleh :
Kelompok 3

1. Annisa Ryandi 223310964


2. Annisa Uzzati Rahmah 223310965
3. Jerry Buhpeldin 223310977
4. Rahmatia Putri Z 223310988
5. Sabina Fandama Lizanda 223310992
6. Tasya Aulia Napitupulu 223310999

Dosen Pengampu:
Ns. Idrawati Bahar, M.kep

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES PADANG
T.A. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim kami ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpah rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini,
dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia, pejuang
tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni Nabi Muhammad
SAW.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di mata kuliah
Manajemen Pasien Safety dan dengan selesainya penulisan makalah ini, diharapkan dapat
memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen Pasien Safety dengan materi mengenai “Penerapan
Prinsip dan Implementasi Upaya Pencegahan Penularan”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yaitu ibu Ns. Idrawati Bahar, M.kep yang memberikan tugas ini. Demikian semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Padang, 12 November 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I .............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1

BAB II............................................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3

2.1 Penerapan Prinsip Dan Implementasi Upaya Pencegahan Penularan .............................. 3

2.1.1 Cuci tangan ............................................................................................................... 3

2.1.2 Menggunakan Alat Proteksi Diri .............................................................................. 5

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan


secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah Sakit juga merupakan institusi yang dapat
memberi keteladan dalam budaya hidup bersih dan sehat serta kebersihan lingkungan.
Rumah sakit juga dimanfaatkan sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian serta melakukan kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat
badan serta jiwa. Petugas-petugas tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan terhadap
pasien mempunyai kemungkinan untuk tertular penyakit, apabila kurang memperhatikan
aspek sanitasi yang menimbulkan citra negatif dan mempunyai dampak terhadap timbulnya
infeksi nosokomial.
Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah sakit, dan upaya pencegahan
infeksi adalah tingkatan pertama dalam pembarian pelayanan yang bermutu. Program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) ssangat penting untuk melindungi pasien,
petugas dan pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya infeksi ke suatu rumah sakit
atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Tujuan dari program PPI adalah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dan fasilitas lainnya melalui pencegahan dan
pengendalian infeksi, melindungi sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat dari
penyakit infeksi yang berbahaya, serta menurunkan angka kejadian infeksi Nosokomial.
Salah satu upaya dalam mencegah dan mengendalikan infeksi adalah dengan
penerapan kewaspadaan standar. Salah satu metode yang paling efektif adalah kebersihan
tangan, pemilihan dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), dan lain-lain. Penerapan ini
merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus dilaksanakan terhadap semua
pasien dan semua fasilitas pelayanan kesehatan.(Depkes 2001). Kebersihan tangan,
pemilihan dan penggunaan APD merupakan komponen terpenting dari kewaspadaan standar
dan merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam mencegah penularan yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan cuci tangan?
2. Bagaimana penggunaan Alat Proteksi Diri?
1.3 TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu memahami penerapan prinsip dan implementasi upaya pencegahan
penularan
B. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan cuci tangan.
2. Untuk bagaimana menggunakan Alat Perlindungan Diri.

1.4 MANFAAT
Adapun manfaat berdasarkan makalah tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan pembaca yang berhubungan dengan penerapan prinsip dan
implementasi upaya pencegahan penularan
2. Menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan penerapan prinsip dan
implementasi upaya pencegahan penularan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penerapan Prinsip Dan Implementasi Upaya Pencegahan Penularan

2.1.1 Cuci tangan


Mencuci tangan merupakan teknik yang paling penting dan paling mendasar dalam
mencegah dan mengendalikan penularan infeksi. Hand hygiene atau mencuci tangan adalah
tindakan membersihkan tangan menggunakan menggunakan handrub atau handsoap untuk
menghilangkan mikroorganisme yang menempel di tangan secara efektif. Mencuci tangan adalah
membersihkan tangan dari segala kotoran, mulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan
cara tertentu sesuai dengan kebutuhan(Mustikawati 2017). Hand Hygienis merupakan teknik dasar
yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. Mata rantai yang paling mudah
untuk diputus adalah penularan. Dalam lingkungan perawatan kesehatan, mencuci tangan adalah
merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan
hospital infection. Tujuan melakukan mencuci tangan adalah untuk membuang kotoran dan
organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba yang ada saat itu
serta mencegah perpindahan organism multi resisten dari lingkungan rumah sakit ke pasien dan
dari pasien ke petugas kesehatan begitu juga sebaliknya

Menurut (Mustikawati 2017) mencuci tangan direkomendasikan dalam situasi sebelum dan
setelah kontak dengan pasien, sebelum memakai sarung tangan steril dan sebelum melakukan
prosedur invasive seperti pemasangan kateter intravascular atau kateter menetap, setelah kontak
dengan kulit klien (misalnya, ketika mengukur tekanan darah atau nadi, dan mengangkat klien),
setelah kontak dengan sumber mikroorganisme (darah atau cairan tubuh, membrane mukosa, kulit
yang tidak utuh, melakukan membalut luka walaupun tangan tidak terlihat kotor), ketika berpindah
saat tubuh terkontaminasi ke bersih selama perawatan, setelah kontak dengan benda- benda
(misalnya peralatan medis) yang bersangkutan atau terkontaminasi dengan klien, dan setelah
melepaskan sarung tangan. Hand hygiene harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah
melakukan tindakan perawatan meskipun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain. Indikasi
hand hygiene harus dilakukan pada saat yang diantisipasi akan terjadinya perpindahan kuman
melalui tangan, yaitu sebelum melakukan tindakan yang dimungkinkan terjadi pencemaran dan
setelah melakukan tindakan yang dimungkinkan terjadi pencemaran. Menurut WHO (2009) ada 5
moments hand hygiene, yaitu:

3
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum melakukan prosedur bersih/aseptic
3. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien resiko tinggi
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

Keuntungan mencuci tangan cuci tangan akan memberikan keuntungan sebagai berikut:
1. Dapat mengurangi infeksi nosocomial
2. Jumlah kuman yang terbasmi lebih banyak sehingga tangan lebih bersih dibandingkan dengan
tidak mencuci tangan.
3. Dari segi praktis, ternyata lebih murah dari pada tidak mencuci tangan sehingga tidak dapat
menyebabkan infeksi nosocomial

Cuci tangan dalam bidang medis dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu cuci tangan medikal
(medical hand washing), cuci tangan surgical (surgical hand washing), dan cuci tangan operasi
(operating theatre hand washing). Mencuci tangan dengan benar mesti dilakukan dengan
menggunakan sabun dan air bersih mengalir. Bila tidak ada keran, kita bisa menggunakan timba
atau wadah lain untuk mengalirkan air. Adapun prinsip-prinsip penting terkait cuci tangan pakai
sabun (Kemenkes RI 2020).
1. Mencuci tangan dengan air saja tidaklah cukup untuk mematikan kuman penyebab penyakit.
2. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir adalah cara yang paling hemat biaya
untuk melindungi kita dari penyakit menular, termasuk COVID-19.
3. Mencuci tangan pakai sabun selama minimal 40-60 detik dan dengan mengikuti semua langkah
yang dianjurkan terbukti efektif mematikan kuman penyakit.
4. Mencuci tangan pakai sabun dapat efektif bila tersedia sarana CTPS, dilakukan pada waktu-
waktu penting, dan dilakukan dengan cara yang benar.

Cara mencuci tangan dengan sabun dan air dilakukan selama 40-60 detik.
Langkah-langkah dalam melakukan perilaku cuci tangan menurut (Kemenkes RI 2020) yaitu:
1. Basuh tangan dengan air yang bersih yang mengalir
2. Gunakan sabun pada tangan seecukupnya
3. Gosok tangan yang satu ke telapak tangan lainnya.
4. Gosok punggung tangan dan sela jari

4
5. Gosok telapak tangan dan sela jari dengan posisi saling bertautan
6. Gosok punggung jari ke telapak tangan dengan posisi jari saling bertautan
7. Genggam dan basuh ibu jari dengan posisi memutar
8. Gosok bagian ujung jari ke telapak tangan agar bagian kuku terkena sabun
9. Gosok tangan yang bersabun dengan air yang mengalir
10. Keringkan tangan dengan lap sekali pakai atau tisu

2.1.2 Menggunakan Alat Proteksi Diri


1) Definisi
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mendefinisikan Alat Pelindung Diri
(APD) adalah pakaian khusus atau peralatan yang digunakan oleh karyawan untuk perlindungan
diri dari bahan yang menular (Centers for Disease Control and Prevention). APD merupakan suatu
alat yang dipakai untuk melindungi diri terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara
teknis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi. Meskipun tidak
menghilangkan ataupun mengurangi bahaya yang ada dengan menggunakan APD. APD
merupakan solusi pencegahan yang paling mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya
akibat bahan kimia.
APD digunakan untuk melindungi kulit dan membran mukosa petugas kesehatan dari resiko
terpaparnya darah, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh, dan selaput lendir pasien serta semua
jenis cairan tubuh pasien. Jenis-jenis tindakan beresiko yang menggunakan alat-alat seperti
perawatan gigi, tindakan bedah tulang, otopsi dan tindakan rutin (Pratiwi 2020).

2) Tujuan menggunakan APD


Alat pelindung diri bertujuan untuk melindungi dirinya dari sumber bahaya tertentu, yang
berasal dari pekerjaan maupun lingkungan pekerjaan dan sebagai usaha untuk mencegah atau
mengurangi kemungkinana cedera atau sakit (Pratiwi 2020). Alat pelindung diri merupakan
komponen utama personal precaution beserta penggunaannya yang biasa digunakan perawat
sebagai kewaspadaan standar (standard precaution) dalam melakukan tindakan keperawatan.

3) Syarat-syarat APD
Menurut ketentuan Balai Hiperkes (Falamy 2018)

5
1. APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yang spesifik atau
bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel
4. Bentuknya harus cukup menarik.
5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama
6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang dikarenakan
bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam menggunakannya.
7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.

4) Jenis APD
1. Sarung tangan
a. Melindungi tangan dari bahan infeksius dan mellindungi pasien dari mikroorganisme
pada tangan petugas (Falamy 2018).
b. Menurut Tiedjen ada tiga jenis sarung tangan yaitu:
2. Sarung tangan bedah, dipaka sewaktu melakukan tindakan infasif atau pembedahan.
3. Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu
malakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin.
4. Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan, menangani bahan-
bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi.
5. Masker
Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian bawah, rahang dan semua
rambut muka. Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas
kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk, atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan
darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masik kedalam hidung atau mulut petugas
kesehatan (Falamy 2018).
6. Respirator
Masker jenis khusus, disebut respirator partikel, yang dianjurkan dalam situasi memfilter
udara yang tertarik nafas dianggap sangat penting (umpamanya, dalam perawatan orang
dengan tuberculosis paru) (Falamy 2018).
7. Kacamata (Googles)

6
Melindungi petugas kesehatan kalau terjadi cipratan darah atau cairan tubuh lainya yang
terkontaminasi dengan melindungi mata. Pelindung mata termasuk pelindung plastik yan
jernih. Kacamata pengaman, pelindung muka. Kacamata yang dibuat dengan resep dokter
atau kacamata dengan lensa normal juga dapat dipakai (Falamy 2018).
8. Tutup Kepala
Penutup kepala atau topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga
mencegah mikroorganisme yang terdapat di rambut dan kulit kepala tidak masuk atau
jatuh ke daerah atau alat yang steril. Kap harus dapat menutup semua rambut. Topi
digunakan untuk melindungi petugas kesehatan dari darah atau cairan tubuh yang
menyemprot atau terpercik. (Falamy 2018).
9. Gaun
Gaun digunakan untuk melindungi seragam atau baju petugas dari kemungkinan
genangan atau percikan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, serta digunakan untuk
menutupi pakaian atau seragam saat merawat pasien yang atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui udara. Gaun pelindung harus dipakai bila kontak dalam ruang
isolasi ada indikasi misalnya saat membersihkan luka, melakukan tindakan drainase,
membuang cairan terkontaminasi, mengganti pembalut, menangani pasien pendarahan
massif, melakukan tindakan bedah, otopsi dan perawatan gigi. Saat membuka gaun harus
berhati-hati untuk meminimalkan kontaminasi terhadap tangan dan seragam (Falamy
2018).
10. Apron
Terbuat dari bahan karet atau plastik sebagai suatu pembatas tahan air di bagian depan
dari petugas kesehatan (Falamy 2018).
11. Boots
Sepatu pelindung adalah sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja
diruangan tertentu misalnya ruang bedah, laboratorium, ICU, ruang isolasi, ruang
pemulasaran, dan petugas sanitasi, tidak boleh dipakai ke ruangan lainnya. Tujuannya
untuk melindungi kaki petugas dari tumpahan atau percikan darah atau cairan tubuh
lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat
kesehatan (Falamy 2018).

7
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah Sakit juga merupakan institusi yang dapat
memberi keteladan dalam budaya hidup bersih dan sehat serta kebersihan lingkungan.
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan kesehatan memerlukan
penerapan prosedur dan protokol yang disebut sebagai pengendalian. Tujuan dari
pencegahan dan pengendalian infeksi adalah untuk membantu mengurangi penyebaran
infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) sangat penting untuk melindungi pasien, petugas dan pengunjung dan keluarga
dari resiko tertularnya infeksi ke suatu rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.
Salah satu upaya dalam mencegah dan mengendalikan infeksi adalah dengan
penerapan kewaspadaan standar. Salah satu metode yang paling efektif adalah kebersihan
tangan, pemilihan dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), dan lain-lain. Penerapan ini
merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus dilaksanakan terhadap semua
pasien dan semua fasilitas pelayanan kesehatan.

3.2. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan para pembaca mengetahui bagaimana
Menerapkan Prinsip dan Implementasi Upaya Pencegahan Penularan. Tim Penulis
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, tim penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penulis
dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Falamy, Ryan. 2018. "Alat Pelindung Diri Pengelasan." Alat Pelindung Diri. Rs Kusta Dr. Rivai
Abdullah: 1-16. https://megaperkakas.com/alat-pelindung-diri-pengelasan/.

Nurlaily, Ari Pebru. 2018. Modul Ajar Konsep Management Patient Safety. Surakarta: STIKes
Kusuma Husada Surakarta.

Pratiwi, Novi. 2020. "Penggunaan Alat Pelindung Diri Sebagai Upaya Dalam Memutus Rantai
Infeksi Di Rumah Sakit.".

Seilia, Elisma, 2016. Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Jakarta selatan: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai