Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Singosari Kabupaten Malang tahun 2019 dapat terselesaikan. Keberadaan panduan ini
bagi Puskesmas Singosari sangat penting sekali karena akan memberikan panduan
secara rinci terhadap seluruh gerak langkah yang terkait dengan Sistem Manajemen Mutu
di Puskesmas Singosari
Panduan ini juga merupakan sebuah persyaratan yang sangat penting bagi
menjalankan sistem puskesmas akreditasi. Secara umum ruang lingkup panduan ini
meliputi seluruh penataan Sistem Manajemen Mutu di Puskesmas Singosari mulai dari
panduan adalah bersifat dinamis dan bahkan harus selalu diperbaiki secara terus menerus
seluruh penanggung jawab dan unit/program serta pelaksana terkait pada Puskesmas
KETUA
……………..
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS SINGOSARI
Jln Tohjoyo III/No. 1 Telp. 0341-458961 Singosari 65153
Email : puskesmassingosari03@gmail.com
MALANG-65153
BAB I
DEFINISI
Pada tahun 1994 UP dikembangkan sebagai upaya pencegahan infeksi di rumah sakit
yang berupa penerapan dua tingkat kewaspadaan, yaitu :
c. Peran pasien dan keluarganya dalam pengendalian infeksi Setiap orang berhak
atas privasi dan sekaligus berkewajiban menjaga keselamatan orang lain.
Dengan demikina bila seorang pasien yang mengetahui dnegan pasti menderita
penyakit yang dapat menular pada orang lain moral untuk memberitahukannya.
Terutama bila terkajadi kecelakaan kerja pada petugas (tertusuk jarum atau
terkena alat tajam lain bekas pasien dll) maka pasien diatas sebaiknya memberi
informasi atau izin untuk pemeriksaan darah guna membantu tindak lanjut bagi
tenaga kesehatan yang mengalami kecelakaan tersebut. Anggota keluarga
pasien berhak untuk tidak mendapatkan penularan infeksi selama mereka
menjalankan fungsi sosialnya, baik sebagai penunggu atau sebagai pengunjung
pasien. Oleh karena itu mereka berhak pula mendapat informasi secukupnya
agar dapat melindungi diri mereka dari infeksi tanpa mengabaikan hak pasien
untuk tetap terjaga kerahasiaanya.
BAB III
TATA LAKSANA
Cuci tangan merupakan proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan
debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Tujuan dari
cuci tangan adalah membersihkan kedua tangan dari kotoran serta mereduksi
jumlah microorganisme transient. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
dilakukan bila tangan terlihat kotor atau terkontaminasi dengan bahan-bahan
protein. Gunakan handrub berbasis alkohol secara rutin untuk dekontaminasi
tangan, jika tangan tidak terlihat ternoda. Jangan gunakan handrub berbasis
alkohol jika tangan terlihat kotor. Jangan gunakan produk berbasis alkohol
setelah menyentuh kulit yang tidak utuh, darah atau cairan tubuh. Pada kondisi
ini cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan keringkan dengan lap /
handuk tissue sekali pakai.
Jika air mengalir tidak tersedia, gunakan wadah air dengan kran atau
gunakan ember dan gayung, tampung air yang telah digunakan dalam sebuah
ember dan buanglah di toilet
Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga akar rambut,
tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan dicuci dan digosok
keras. Flora tetap, berkemungkinan kecil menyebabkan infeksi nosokomial,
namun lapisan dalam tangan dan kuku jari tangan sebagian besar petugas
dapat berkolonisasi dengan organisme yang dapat menyebabkan infeksi seperti
: s.Auresus, Basili Gram Negative, dan ragi. Sedangkan flora sementara,
ditularkan melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lainya, atau
permukaan yang terkontaminasi. Organisme ini hidup pula pada permukaan
atas kulit dan sebagian besar dapat dihilangkan dengan mencucinta memakai
sabun biasa dan air. Organisme inilah yang sering menyebabkan infeksi
nosokomial (JHPIEGO, 2004).
3.2 Alat Pelindung Diri
Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD), telah
digunakan bertahun-tahun lamanya untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang terdapat pada staf yang bekerja pada suatu unit
perawatan kesehatan. Akhir-akhir ini, adanya AIDS dan HCV dan resurgence
tuberkulosis di banyak negara, memicu penggunaan APD menjadi sangat
penting untuk melindungi staf .
Macam APD :
1. Masker
2. Sarung tangan
3. Kaca mata,
4. Topi
5. Apron/celemek
6. Pelindung kaki
7. Gaun pelindung
8. Helm
1. Sarung Tangan.
Sarung tangan melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan
penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan
petugas kesehatan. Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) fisik
paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan harus
diganti antara setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk
menghindari kontaminasi silang.
Tanpa Sarung Tangan Apakah kontak dengan darah atau cairan tubuh ?
TIDAK YA Hal yang harus dilakukan bila persediaan sarung tangan terbatas.
Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak memadai,
sarung tangan bedah sekali pakai (disposable) yang sudah digunakan dapat
diproses ulang dengan cara: Bersihkan dan desinfeksi dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
Dicuci dan bilas, serta dikeringkan.
Hanya digunakan pada tindakan – tindakan yang tidak menembus jaringan
tubuh.
Hal – hal yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan
Gunakan sarung tangan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung
tangan bedah. Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan
dapat mengganggu keterampilan dan mudah robek.
a. Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan risiko sarung tangan
robek.
b. Tarik sarung tangan ke atas manset gaun (jika anda memakai) untuk
melindungi pergelangan tangan.
c. Gunakan pelembab yang larut dalam air ( tidak mengandung lemak ) untuk
mencegah kulit tangan kering / berkerut. Sarung Tangan Rumah Tangga
Atau Sarung Tangan Bersih Apakah kontak dengan pasien ? TIDAK YA
Apakah kontak dengan jaringan ? Sarung tangan Bersih Atau Sarung
Tangan DTT TIDAK YA Sarung Tangan Steril Atau Sarung Tangan DTT
d. Jangan gunakan lation atau krim berbasis minyak, karena akan merusak
sarung tangan bedah maupun sarung tangan periksa dari lateks.
e. Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena
dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
f. Jangan menyimpan sarung tangan ditempat dengan suhu yang terlalu panas
atau terlalu dingin misalnya dibawah sinar matahari langsung, didekat
pemanas, AC, cahaya ultraviolet, cahaya flouresen atau mesin rontgen,
karena dapat merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi
efektifitasnya sebagai pelindung
2. Pelindung wajah
Pelindung wajah bertujuan untuk melindungi selaput lendir, hidung, mulut, dan
mata.
Jenis alat : Masker, Kaca mata, Face sheild.
a. Masker
Jenis masker:
Masker bedah:
- Masker yang digunakan saat pembedahan di poli gigi, VK, pada
pasien airbone, dan tempat lain sesuai peruntukannya
- Di ganti bila basah atau selesai pembedahan
- Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan
semua rambut muka
- Digunakan untuk menahan tetesan keringat yang keluar sewaktu
bekerja, bicara, batuk atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan
darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung
atau mulut.
Masker khusus
- Digunakan pada saat penanganan pasien, air bone disease, pasien
yang mendapatkan imunosupresan atau petugas atau pasien yang
sakit batuk.
- Digunakan untuk pencegahan penyakit H5N1, TBC.
- Puskemas memiliki masker N95 dengan jumlah terbatas, maka bila
pada kondisi tertentu digunakan masker bedah rangkap 2.
Masker biasa.
- Digunakan dalam kegiatan sehari- hari kegiatan yang menimbulkans
bau (saat pengelolaan sampah, kamar mandi dll)
- Digunakan saat menderita batuk pilek.
- Digunakan saat tindakan perawatan yang menimbulkan bau
(personal higiene, Membantu Bab, Bak, perawatan luka)
3. Gogless (kacamata)
Digunakan untuk melindungi dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya yang
terkontaminasi. Pelindung mata termasuk pelindung plastik yang jernih,
kacamata
pengaman, pelindung muka dan visor. Kacamata digunakan untuk prosedur
bedah dan
tindakan di ruang bersalin.
4. Apron (Clemek)
Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau yang beresiko terjadi
cipratan
atau kontak dengan cairan tubuh pasien. Apron juga digunakan untuk
melindungi dari
cairan atau bahan kimia di dapur, Laboratorium, VK, serta saat menangani
pencucian
peralatan bekas digunakan pasien (instrumen, urinal, pispot, bengkok dll)
5. Gaun
Gaun digunakan bertujuan untuk melindungi petugas dari kemungkinan
genangan atau
percikan darah atau cairan tubuh lainnya yang dapat mencemari baju.
Jenis Gaun :
- Gaun pelindung tidak kedap air.
- Gaun pelindung kedap air.
- Gaun steril.
- Gaun non steril
Indikasi penggunaan gaun :
- Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran
/kontaminasi
pada pakaian petugas seperti :
o Seperti membersihkan luka bakar.
o Tindakan drainage.
o Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan WC
atau Toilet.
o Menangani pasien perdarahan masif.
o Tindakan bedah.
o Perawatan gigi.
o gaun segera diganti jika terkontaminasi cairan tubuh pasien.
6. Pelindung kaki
Tujuan :
- Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau cairan tubuh
lainnya
dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alkes.
- Digunakan saat menolong persalinan
Terbuat dari plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki digunakan
untuk
melindungi kaki dari: Cairan atau bahan kimia yang berbahaya, Bahan atau
peralatan
yang tajam
7. Topi (penutup kepala)
Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari cairan tubuh atau bahan
berbahaya.
Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala
petugas
terhadap alat-alat di daerah steril dan juga sebaliknya melindungi kepala
petugas
dari bahan – bahan berbahaya dari pasien.
Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang luas
8. Helm
Terbuat dari plastik
Digunakan untuk melindungi kepala dan digunakan pekerjaan yang
berhubungan dengan bangunan.
2. Pengendalian Lingkungan
3. Penatalaksanaan Linen
Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi (linen yang terkena
darah atau cairan tubuh lainnya, termasuk juga benda tajam)
Tata laksana penanganan linen:
a. Buat SPO penatalaksanaan linen. Prosedur penanganan, pengangkutan dan
distribusi linen harus jelas, aman dan memenuhi kebutuhan pelayanan
b. SDM yang menangani linen harus mengenakan APD (sarung tangan rumah
tangga, gaun, apron, masker dan sepatu tertutup).
c. Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen terkontaminasi cairan
tubuh, pemisahan dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya oleh petugas.
Wadah benda tajam merupakan limbah medis dan harus dimasukkan ke dalam
kantong medis (Safety box) sebelum insinerasi
Idealnya semua benda tajam dapat diinsinersi, tetapi bila tidak mungkin dapat
dikubur dan dikapurisasi bersama limbah lain
Apapun metode yang digunakan haruslah tidak memberikan kemungkinan
perlukaan.
Hindari menutup kembali jarum yang sudah digunakan
Menghindari melepas jarum yang telah digunakan dari spuit sekali pakai
Hindari membengkokan, menghancurkan, atau memanipulasi jarum dengan tangan
Masukkan instrumen tajam kedalam wadah yang tahan tusukan dan tahan air
5. Perlindungan Kesehatan Petugas
Lakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap semua petugas baik
tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan
Kebijakan untuk penatalaksanaan akibat tusukan jarum atau benda tajam
bekas pakai pasien
-siapa yang harus dihubungi saat terjadi kecelakaan dan
-pemeriksaan serta konsultasi yang dibutuhkan oleh petugas yang
bersangkutan
Langkah 1 Cuci
Tindakan darurat pada bagian yang terpajan
Setiap pajanan dicatat dan dilaporkan kepada yang berwenang yaitu atasan
langsung dan Komite PPI atau K3
Laporan tersebut sangat penting untuk menentukan langkah berikutnya
Memulai PPP ( Profilaksis Pasca Pajanan) secepatnya kurang dari 4 jam
dan tidak lebih dari 72 jam, setelah 72 jam tidak dianjurkan karena tidak
efektif
Langkah 2 Telaah pajanan
Pajanan, pajanan yang memiliki risiko penularan infeksi adalah:
Perlukaan kulit
Pajanan pada selaput mukosa
Pajanan melalui kulit yang luka
Bahan pajanan, yang memberikan risiko penularan infeksi adalah:
Darah
Cairan bercampur darah yang kasat mata
Cairan yang potensial terinfeksi: semen, cairan vagina, cairan
serebrospinal, cairan sinovia, cairan pleura, cairan peritoneal, cairan
perickardial, cairan amnion
Virus yang terkonsentrasi
Status Infeksi. Tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum
diketahui), lakukan pemeriksaan:
• Hbs Ag untuk Hepatitis B
• Anti HCV untuk Hepatitis C
• Anti HIV untuk HIV
• Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan adanya faktor
risiko yang tinggi atas ketiga infeksi di atas
• Kerentanan
6. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius.
Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit
pasien (kontak, droplet, airborne) sebaiknya ruangan tersendiri
Bila tidak tersedia ruang tersendiri, dibolehkan dirawat bersama pasien lain
yang jenis infeksinya sama dengan menerapkan sistem cohorting
Jarak antara tempat tidur minimal 1 meter
Untuk menentukan pasien yang dapat disatukan dalam satu ruangan,
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Komite atau Tim PPI
Semua ruangan terkait cohorting harus diberi tanda kewaspadaan
berdasarkan jenis transmisinya (kontak,droplet, airborne).
Pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri atau lingkungannya seyogyanya
dipisahkan tersendiri
Mobilisasi pasien infeksius jenis transmisi melalui udara (airborne) dibatasi di
lingkungan fasyankes
Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama dengan pasien TB dalam satu
ruangan tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat dengan sesama pasien TB.