1
BAB I
DEFINISI
3
BAB II
RUANG LINGKUP
4
C. Peran pasien dan keluarganya dalam pengendalian infeksi
5
BAB III
TATA LAKSANA
7
6. Hal yang perlu diperhatikan dalam Hand Hygiene
1. Sarung tangan
Sarung tangan melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan
penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan
petugas kesehatan. Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) fisik
paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan harus
diganti antara setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk
menghindari kontaminasi silang.
8
a. Jenis – jenis Sarung Tangan, antara lain :
1) Sarung tangan bersih
Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang didisinfeksi
tingkat tinggi, dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit
dan selaput lender misalnya tindakan medik pemeriksaan dalam,
merawat luka terbuka. Sarung tangan bersih dapat digunakan
untuk tindakan bedah bila tidak ada sarung tangan steril
2) Sarung tangan steril
Sarung tangan steril Adalah sarung tangan yang disterilkan
dan harus digunakan pada tindakan bedah (mayor ataupun
minor) dan tindakan apapun yang berhubungan secara langsung
dengan cairan tubuh manusia.
3) Sarung tangan rumah tangga
Sarung tangan tersebut berbuat dari latex atau vinil yang
tebal, seperti sarung tangan yang biasa digunakan untuk
keperluan rumah tangga. Sarung tangan rumah tangga dipakai
pada waktu membersihkan alat kesehatan, dan permukaan meja
kerja dll. Sarung tangan jenis ini dapat digunakan lagi setelah
dicuci dan dibilas bersih.
Tiga alasan petugas perlu memakai sarung tangan :
Ya
Ya
Ya
10
SARUNG TANGAN STERIL
11
c. Pemakaian Sarung Tangan Steril
1) Persiapan
a) Jenis sarung tangan sesuai jenis tindakan
b) Kuku dijaga agar selalu pendek
c) Lepas cincin dan perhiasan lain
d) Cuci tangan sesuai prosedur standar
2) Prosedur
a) Cuci tangan
b) Siapkan area yang cukup luas, bersih dan kering
untuk membuka paket sarung tangan. Perhatikan
tempat menaruhnya.
c) Buka pembungkus sarung tangan atau minta bantuan
petugas lain untuk membuka pembungkus sarung
tangan, letakkan sarung tangan dengan bagian telapak
tangan menghadap keatas.
d) Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang
pada sisi sebelah dalam lipatannya, yaitu bagian
yang akan bersentuhan dengan kulit tangan saat
dipakai.
e) Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan
menggantung ke lantai, sehingga bagian lubang jari-jari
tangannya terbuka. Masukkan tangan (jaga
sarung tangan supaya tetap tidak menyentuh
permukaan.
f) Ambil sarung tangan ke dua dengan cara
menyelipkan jari-jari tangan yang sudah memakai
sarung tangan ke bagian lipatan, yaitu bagian yang tidak
akan bersentuhan dengan kulit tangan saat pakai.
g) Pasang sarung tangan yang kedua dengan cara
memasukkan jari-jari tangan yang belum memakai
sarung tangan, kemudian luruskan lipatan, dan atur
posisi sarung tangan sehingga terasa pas dan enak di
tangan.
d. Melepas Sarung Tangan
1) Persiapan
a) Larutan Klorin 0,5% dalam wadah yang cukup besar
b) Sarana cuci tangan.
c) Kantung penampung limbah medis
2) Prosedur
3. Gaun Pelindung
Gaun pelindung atau jubah atau celemek, merupakan salah satu jenis
pakaian kerja. Seperti diketahui bahwa pakaian kerja dapat berupa seragam
kerja, gaun bedah, jas laboratorium dan celemek. Jenis bahan dapat berupa
bahan tembus cairan dan bahan tidak tembus cairan. Tujuan pemakaian
gaun pelindung adalah untuk melindungi petugas dari kemungkinan
genangan atau percikan darah atau cairan tubuh lain yang dapat mencemari
baju atau seragam.
Adapun jenis gaun pelindung tersebut berbagai macam bila
pandang dari berbagai aspeknya, seperti gaun pelindung tidak kedap air dan
gaun pelindung kedap air, gaun pelindung steril dan non-steril.
Gaun pelindung dapat dibuat dari bahan yang dapat dicuci dan dapat
dipakai ulang (kain), tetapi dapat juga terbuat dari bahan kertas kedap air
yang hanya dapat dipakai sekali saja (disposable). Gaun pelindung sekali
pakai ini biasanya dipakai dalam prosedur pembersihan tumpahan cairan.
Gaun pelindung harus dipakai apabila ada indikasi, misalnya pada
saat membersihkan luka; melakukan irigasi; melakukan tindakan drainase;
menuangkan cairan terkontaminasi kedalam lubang pembuangan/WC/toilet;
mengganti pembalut; menangani pasien dengan pendarahan massif;
tindakan pemasangan/pelepasan implant dan IUD, dsb.
Sebaliknya setiap kali dinas selalu memakai pakaian kerja yang
bersih, termasuk gaun pelindung, atau celemek. Gaun pelindung harus
segera diganti bila terkena kotoran, darah atau cairan tubuh.
4. Pelindung Kaki
Di Poskes 05.10.23 Tanggul, sepatu ini dipakai saat tindakan
pembersihan cairan tubuh dan dipakai saat dalam proses pembersihan
daerah kotor seperti kamar mandi dan gudang kotor.
Tujuan pemakaian adalah melindungi kaki petugas dari
tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari
kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan. Sepatu
harus menutupi seluruh ujung dan telapak kaki dan tidak dianjurkan untuk
menggunakan sandal atau sepatu terbuka. Sepatu khusus sebaiknya terbuat
dari bahan yang mudah dicuci dan tahan tusukan misalnya karet atau
plastik.
1. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah menghilangkan mokroorganisme pathogen
dan kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan
selanjutnya dan dilakukan sebagai langkah pertama bagi pengelolaan alat
bekas pakai.
Hal penting sebelum membersihkan adalah mendekontaminasi alat
dan benda lain yang mungkin terkena darah atau duh tubuh. Segera
setelah digunakan, alat harus direndam di larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Langkah ini dapat menginaktivasi HBV, HCV, dan HIV serta dapat
mengamankan petugas yang membersihkan alat tersebut (AORN
1990; ASHCSP 1986).
Sudah lebih dari 20 tahun, dekontaminasi terbukti dapat mengurangi
derajat kontaminasi oleh kuman pada instrumen bedah. Misalnya,
studi yang dilakukan oleh Nyström (1981) menemukan kurang dari 10
mikroorganisme pada 75% dari alat yang tadinya tercemar dan dari 100
mikroorganisme pada 98% alat yang telah dibersihkan dan
didekontaminasi. Berdasarkan penemuan ini, sangat dianjurkan agar alat
dan benda-benda lain yang dibersihkan dengan tangan, didekontaminasi
terlebih dulu untuk meminimalkan risiko infeksi.
2. Pencucian
Persiapan
Dekontaminasi dan cuci alat atau peralatan lain sebelum di DTT
Panic bertutup
Kompor
Prosedur
Isi panci atau alat pemanas dengan air
Buka penutup alat kesehatan dan lepaskan komponennya
Masukkan alat kesehatan dan peralatan lain hingga merendam seluruhnya
(supaya air dapat mengenai semua permukaan alat) dalam air. Taruh
mangkok dan wadah menghadap keatas (bukan terlungkup) dan terisi air.
Tutup panci, panaskan perlahan-lahan sampai mendidih
Ketika air mulai mendidih, mulai catat waktu, tunggu selama 20 menit. Pada
saat itu, dilarang mengambil atau menambahkan alat kesehatan lainnya
atau air kedalamnya
Kecilkan api dan pertahankan air mendidih secara halus selama 20 menit,
kemudian keluarkan alat kesehatan dengan penjepit yang kering dan sudah
di DTT.
Taruh peralatan pada nampan atau wadah yang sudah di DTT. Biarkan
kering diudara sebelum dilakukan penyimpanan. Jangan biarkan alat
kesehatan tertinggal pada air yang terhenti mendidih, karena dapat
menyebabkan terkontaminasi kembali.
Gunakan peralatan segera atau disimpan dalam wadah yang telah di DTT
dalam keadaan kering dan tertutup paling lama 1 minggu
Catatan : nampan atau wadah dapat di DTT dengan cara merebus hingga
mendidih selama 20 menit atau diisi dengan larutan klorin 0,5% dan dibiarkan
terendam selama 20 menit dan dibilas dengan air yang telah dididihkan
4. Penyimpanan
Penyimpanan yang baik sama pentingnya dengan proses sterilisasi
atau desinfeksi itu sendiri. Ada dua macam alat dilihat dari cara
penyimpanannya, yakni alat yang dibungkus dan yang tidak dibungkus.
a. Alat yang dibungkus
Umur/masa steril (shelf life) : selama peralatan masih
terbungkus, semua alat steril dianggap tetap steril, tergantung ada
atau tidaknya kontaminasi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi umur steril, antara
lain jenis material yang digunakan untuk membungkus (packing);
berapa kali bungkus ditangani (handling); jumlah petugas yang
menangani bungkusan; kebersihan, kelembaban dan suhu tempat
penyimpanan; apakah bungkusan dibiarkan terbuka atau tertutup;
dan apakah bungkusan tahan debu (contoh : sealed plastic bag)
24
Kecelakaan yang sering terjadi pada prosedur penyuntikan adalah pada saat
petugas berusaha memasukkan kembali jarum suntik bekas pakai kedalam
tutupnya. Oleh karena itu sangat tidak dianjurkan untuk menutup kembali jarum
suntik tersebut melainkan langsung saja di buang ke tempat penampungan
sementaranya, tanpa menyentuh atau memanipulasi bagian tajamnya seperti
dibengkokkan, dipatahkan atau ditutup kembali. Jika jarum terpaksa ditutup
kembali (recapping), gunakanlah cara penutupan jarum dengan satu tangan (single
handed recapping method) untuk mencegah jari tertusuk jarum seperti di bawah ini.
Sebelum dibawa ke tempat pembuangan akhir atau tempat pemusnahan,
maka diperlukan suatu wadah penampungan sementara yang bersifat kedap air
dan tidak mudah kotor serta tahan tusukan. Wadah penampung jarum suntik bekas
pakai harus dapat dipergunakan dengan satu tangan, agar pada waktu
memasukkan jarum tidak usah memeganginya dengan tangan yang lain. Wadah
tersebut ditutup dan diganti setelah ¾ bagian terisi, dan setelah ditutup tidak dapat
dibuka kembali sehingga isi tidak tumpah. Hal tersebut dimaksudkan untuk
menghindari perlukaan pada pengelolaan sampah selanjutnya. Limbah
tajam ditangani bersama limbah medis. Wadah benda tajam merupakan limbah
medis dan harus dimasukkan ke dalam kantong medis sebelum insinerasi.
Idealnya semua benda tajam dapat diinsinerasi, tetapi bila tidak mungkin dapat
dikubur dan dikaporisasi bersama limbah lain. Apapun metode yang digunakan
haruslah tidak memberikan kemungkinan perlukaan benda tajam.
Pecahan kaca dikategorikan sebagai benda tajam . pecahan kaca potensial
menyebabkan perlukaan yang akan memudahkan kuman masuk ke dalam aliran
darah. Untuk itu perlu diperlakukan secara hati-hati dengan cara pembuangan
yang aman, seperti, menggunakan sarung tangan tebal pada saat
membersihkannya, ditambah dengan menggunakan kertas koran dan kertas
tebal untuk mengumpulkan dan meraup pecahan gelas tersebut. Untuk membawa
pecahan gelas dianjurkan dengan cara membungkusnya dalam gulungan kertas
yang digunakan untuk meraup sebelumnya dan memasukkannya ke dalam kardus
dan diberi label hati-hati pecahan kaca.
25
berbahaya. Petugas yang menangani sampah ada kemungkinan terinfeksi,
terutama disebabkan karena luka benda tajam yang terkontaminasi.
Limbah yang berasal dari rumah sakit/sarana kesehatan secara umum
dibedakan atas :
1. Limbah rumah tangga, atau limbah non-medis, yaitu limbah yang tidak
kontak dengan darah atau cairan tubuh sehingga disebut sebagai risiko rendah.
2. Limbah medis, yaitu bagian dari sampah rumah sakit/sarana kesehatan
yang berasal dari bahan yang mengalami kontak dengan darah atau cairan
tubuh pasien dan dikategorikan sebagai limbah berisiko tinggi dan bersifat
menularkan penyakit. Limbah medis dapat berupa :
a. Limbah klinis
b. Limbah laboratorium
3. Limbah berbahaya, adalah limbah kimia yang mempunyai sifat beracun.
Limbah jenis ini meliputi produk pembersih, disinfektan, obat- obatan
sitotoksik dan senyawa radio aktif.
F. Kewaspadaan Khusus
26
BAB IV
DOKUMENTASI
27
BAB V
PENUTUP
Tanggul,
Kepala Poskes 05.10.23 Tanggul
Sabikul Khoiri
Pelda NRP 21000133471179
28