Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL

Nomor :

Revisi Ke :

Berlaku Tgl:

PEMERINTAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW


TIMUR DINAS KESEHATAN

UPTD PUSKESMAS KOTABUNAN


Jln. Panang Dusun II Kotabunan Kp.95782 E-mail : puskesmas.kotbunan@yahoo.com
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan yang dilakukan melalui


Akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu tolak ukur kepuasan yang
berefek terhadap keinginan pasien untuk kembali kepada institusi yang memberikan
pelayanan kesehatan yang efektif. Dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan
pasien sehingga dapat memenuhi kepuasan yang memuaskan, kiranya perlu
difokuskan pada suatu pelayanan prima. Melalui pelayanan prima, Semua Klinik dan
Pelayanan Kesehatan diharapkan akan menghasilkan keunggulan kompetitif
(competitive advantage) dengan pelayanan bermutu, efisien, inovatif dan
menghasilkan sesuai dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
perlindungan pasien.
Proses peningkatan mutu ini yaitu dengan membangun sistem
manajemen mutu, penyelenggaraan upaya kesehatan, dan sistem pelayanan klinis
untuk memenuhi standar akreditasi yang ditetapkan dan peraturan perundangan
serta pedoman yang berlaku. Peningkatan mutu pada pelayanan klinis salah
satunya adalah dengan menerapkan kewaspadaan standar pada fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama.
Penerapan Kewaspadaan Standar diharapkan dapat menurunkan risiko
penularan patogen melalui darah dan cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui
maupun yang tidak diketahui. Penerapan ini merupakan pencegahan dan
pengendalian infeksiyang harus rutindilaksanakan terhadap semua pasien dan
petugas yang ada di semua fasilitas pelayanan kesehatan (FPK). Peningkatan
penerapan Kewaspadaan Standar inidi seluruh dunia akan secara signifikan
menurunkan risiko yang tidak perlu dalam pelayanan kesehatan. Peningkatan
lingkungan kerja yang amansesuai dengan langkah yang dianjurkan dapat
menurunkan risiko transmisi.
Dibutuhkan kebijakan dan dukungan pimpinan untuk pengadaan
sarana, pelatihan untuk petugas kesehatan, dan penyuluhan untuk pasien serta
pengunjung.Hal tersebut penting dalam meningkatkan lingkungan kerja yang aman
di tempat pelayanan kesehatan. Untuk dapat menerapkan kewaspadaan universal ini
perlu disusun suatu Panduan Kewaspadaan universal yang dapat menjadi acuan
seluruh pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatana di Fasilitas Kesehatan

B. Dasar Hukum
1. Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah nomor 96 tahun 2012 tentang pelaksanaan Undang-
Undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 269/Menkes/SK/III/2008 tentang
Pedoman Pelayanan Dasar di Puskesmas
4. Peraturan Menteri KesehatanRI nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjadi acuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
menjamin keamanan pasien dan petugas kesehatan dari penularan
penyakit melalui penerapan kewaspadaan universal.
2. Tujuan Khusus
a. Standar Cuci Tangan
b. Standar kewaspadaan universal pada aspek Alat Pelindung
c. Standar Pengelolaan Alat Kesehatan
d. Standar Pengelolaan Limbah
e. Standar Menghindari Kecelakaan Kerja
f. Standar Kewaspadaan penularan khusus
g. Standar Kewaspadaan di unit tertentu
h. Standar Pengaturan dan Tata ruang
i. Standar Rujukan

D. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup panduan ini adalah meliputi standar-standar kewaspadaan
universal diantaranya cuci tangan, alat pelindung diri, alat kesehatan,
pengelolaan limbah, kecelakaan kerja, kewaspadaan pada penularan
khusus dan unit tertentu di fasilitas kesehatan tingkat pertama,
pengaturan tata ruang dan rujukan.
BAB II
PEMAHAMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL

A. Pengertian

Kewaspadaan Universal atau Universal Precaution (UP) adalah suatu cara


untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas
kesehatan atau sebaliknya dan dari pasien ke pasien lainnya. Universal Precaution
adalah tindakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh
petugas kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat pada semua tempat, pelayanan
dalam rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi (Nursalam, 2007).
Kewaspadaan Universal atau yang dikenal dengan Universal Precaution
dirancang untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular pada petugas kesehatan
baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui (Depkes,
2008).
Kewaspadaan Universal adalah suatu cara penanganan baru untuk
meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa
memperdulikan status infeksi. Penerapan Kewaspadaan umum diharapkan dapat
menurunkan risiko penularan patogen melalui darah dan cairan tubuh lain dari
sumber yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Penerapan ini merupakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin dilaksanakan terhadap semua
pasien dan di semua fasilitas pelayanan kesehatan (Tietjen, dkk, 2004).
Kewaspadaan umum tersebut ditujukan untuk melindungi setiap orang (pasien, klien,
dan petugas kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau tidak. Kewaspadaan baku
berlaku untuk darah, tubuh/semua cairan tubuh, sekresi dan ekskresi (kecuali
keringat), luka pada kulit, dan selaput lendir, kulit dan membran mukosa yang tidak
utuh. Penerapan ini adalah untuk mengurangi risiko penularan mikroorganisme yang
berasal dari sumber infeksi yang diketahui atau yang tidak diketahui (misalnya si
pasien, benda yang terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai, dan spuit) di dalam
sistem pelayanan kesehatan (Tietjen, dkk, 2004). Menurut Claire (1987) yang dikutip
Tietjen (2004), indikasi penggunaan praktik isolasi tertentu seperti sarung tangan
tertentu lebih efektif dari pada baju pelindung dalam pencegahan kontaminasi silang
telah dapat diatasi melalui penelitian. Namun ketidakmampuan petugas administrasi
dan klinik di negara miskin untuk menyediakan perlengkapan pelindung, khususnya
ketersedian sarung tangan baru, masih menjadi kendala. Sebagai tambahan,
tantangan menyediakan air bersih dan untuk mencapai standar yang dapat diterima
seperti proses penggunaan instrumen medis dan pembuangan sampah masih
menjadi persoalan di banyak negara.

B. Penerapan Kewaspadaan Universal


Penerapan Kewaspadaan Universal merupakan bagian dari upaya
pengendalian infeksi di sarana pelayanan kesehatan yang tidak terlepas dari
keterlibatan dari semua pihak di dalamnya yaitu mulai dari pimpinan termasuk staf
administrasi, staf pelaksana pelayanan termasuk staf penunjangnya dan juga
pengguna yaitu pasien dan pengunjung sarana kesehatan tersebut.
Penerapan Kewaspadaan Umum didasarkan pada keyakinan bahwa darah
dan cairan tubuh sangat potensial menularkan penyakit baik yang berasal dari pasien
maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007). Prosedur Kewaspadaan Universal ini
juga dapat dianggap sebagai pendukung program K3 bagi petugas kesehatan
(Nursalam, 2007) .
BAB III
STANDAR KEWASPADAAN UNIVERSAL

Kewaspadaan universal merupakan bagian dari upaya pengendalian infeksi di


sarana pelayanan kesehatan
A. Standar Cuci Tangan
Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan
Indikasi cuci tangan
1). Sebelum melakukan tindakan misalnya ( memulai pekerjaan baru tiba dikantor)
saat akan memeriksa (kontak langsung dengan pasien, ) saat akan memakai
sarung tangan steril atau sarung tangan yang telah didesinfeksi tingkat tinggi
(DTT) saat melakukan injeksi dan saat pulang kerumah.
2). Setelah melakukan tindakan, setelah memeriksa pasien, setelah memegang alat-
alat bekas pakai atau bahan lain yang beresiko terkontaminasi, setelah
menyentuh selaput mukosa, darah, atau cairan tubuh lainnya setelah membuka
sarung tangan ( cuci tangan sesudah membuka sarung tangan itu diperlukan
apabila sarung tangan berlubang atau robek ), dari toilet atau kamar kecil
setelah bersin atau batuk
Sarana cuci tangan
a). Air mengalir
b). Sabun dan deterjen
c). Larutan antiseptik
Prosedur cuci tangan
Cuci tangan dilakukan sesuai dengan kebutuhan
a). Cuci tangan higienik atau rutin
basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir,
gerakan cuci tangan terdiri dari: gosokkan kedua telapak tangan, gosokkan
telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dan sebaliknya, gosok
kedua telapak tangan dengan jari saling mengait, gosok kedua ibu jari
dengan cara menggenggam dan memutar, gosok pergelangan tangan.
Lakukan selama 10-15 detik, bilas dengan air mengalir, keringkan dengan
handuk atau tisu, matikan keran dengan tisu atau handuk.
b). cuci tangan aseptic
cuci tangan dilakukan sama dengan cuci tangan higienik tapi sabun atau
deterjennya diganti dengan bahan antiseptik (10 ml alkohol 70% dicampur
1-2 ml gliserin 10%)
B. Standar kewaspadaan universal pada aspek alat pelindung
1. Sarung tangan.
2. Pelindung wajah/ masker.
3. Gaun Pelindung / celemek.
4. Kaca Mata pelindung

C. Standar pengelolaan alat kesehatan


Proses penatalaksanaan peralatan dilakukan melalui 4 tahap kegiatan yaitu :
1. Dekontaminasi ; yaitu menghilangkan mikroorganisme patogen dan kotoran
dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya, tujuannya
untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan sehingga dapat
melindungi petugas dan pasien. Dilakukan dengan menggunakan bahan
desinfektan
2. Pencucian alat ; setelah dekontaminasi dilakukan pencucian merupakan
langkah penting yang perlu dilakukan, pembersihan dengan cara mencuci
yaitu menghilangkan segala kotoran yang kasat mata dari benda dengan
sabun atau deterjen, air dan sikat.
3. Sterilisasi dan disinfeksi ; desinfeksi adalah suatu proses untuk
menghilangkan sebagian atau semua mikroorganisme dari alat kesehatan
kecuali endospora bakteri dilakukan dengan menggunakan cairan kimia,
pasteurisasi atau perebusan. Sterilisasi adalah suatu proses untuk
menghilangkan sebagian atau semua mikroorganisme dari alat kesehatan
termasuk endospora bakteri dilakukan dengan cara fisik dan kimiawi.

D. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah ada 3 :
1. Limbang medis
2. Limbah non medis
3. Limbah berbahaya

E. Standar Menghindari kecelakaan kerja


Apabila terjadi kecelakaan kerja seperti : tertusuk jarum suntik bekas pasien/
terpercik bahan infeksius maka lakukan penanganan secara cermat dan tepat serta
efektif untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Tindakan yang penting
dilakukan adalah cuci dengan air mengalir dan sabun antiseptik. Bila ada cairan yang
mengenai mulut, mata dan hidung, cucilah dengan air mengalir dan sabun
antiseptik.

F. Standar kewaspadaan penularan khusus


Merupakan kewaspadaan tambahan dari kewaspadaan universal yang terdiri dari 3
jenis kewaspadaan yaitu;
1. Waspada terhadap penularan melalui udara
2. Waspada terhadap penularan melalui percikan/ droplet.
3. Waspada terhadap penularan melalui kontak

G. Standar pengaturan dan tata ruang


Yang perlu diperhatikan dalam kewaspadaan universal mengenai tata ruang adalah
1. Sistem ventilasi.
2. Lalu lintas manusia

BAB IV
PENUTUP
Penerapan kewaspadaan universal di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama adalah hal penting dalam menentukan kualitas pelayanan kepada
masyarakat pengguna jasa pelayanan. Hal ini merupakan hal yang mendasar untuk
memenuhi standar pelayanan medik sehingga pelayanan public dapat terjamin.
Panduan ini dapat diterapkan dengan baik bila difahami dengan baik oleh setiap
pihak yang terlibat khususnya tenaga kesehatan yang menjadi pelaksana pelayanan.
Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut panduan ini akan disertai dengan kegiatan
lain yang dapat mempercepat proses pemahaman dan penerapan terhadap standar-
standar kewaspadaan universal yang tercantum.

REFERENSI
Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan universal
di Pelayanan Kesehatan, 2010

Anda mungkin juga menyukai