Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah industri yang bergerak dibidang pelayanan jasa kesehatan
yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat sebagai usaha
meningkatkan derajat kesehatan yang setingggi-tingginya. Dalam setiap proses pelayanan
kesehatan di rumah sakit, terlihat adanya faktor-faktor penting sebagai pendukung
pelayanan itu sendiri, yang selalu berkaitan satu dengan yang lainnya.
Faktor-faktor tersebut meliputi pasien, tenaga kerja, mesin, lingkungan kerja, cara
melakukan pekerjaan serta proses pelayanan kesehatan itu sendiri. Di samping
memberikan dampak positif, faktor tersebut juga memberikan nilai negatif terhadap
semua komponen yang terlibat dalam proses pelayanan kesehatan yang berakhir dengan
timbulnya kerugian (RSUD AWS Samarinda).
Rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan yang paling kompleks diantara jenis
fasilitas kesehatan yang ada. Kompleksitas rumah sakit ini dapat ditinjau dari jumlah dan
karakteristik layanan yang tersedia, luasnya area yang diperlukan untuk menjalankan
layanan, jumlah dan ragam personal yang terlibat dalam layanan, serta peralatan dan
teknologi yang digunakan dalam penyelenggaraan layanan. Seperti halnya fasilitas
kesehatan lainnya, rumah sakit merupakan tempat kerja yang sangat sarat dengan potensi
bahaya penularan penyakit yang ditularkan oleh petugas melalui sentuhan tangan yang
tidak bersih, sehingga menyebabkan infeksi nosokomial terhadap pasien yang dirawat
sehingga jumlah hari rawat jadi bertambah
Kebutuhan terhadap layanan kesehatan semakin meningkat sebanding dengan
pertumbuhan penduduk dan pertambahan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya kesehatan. Peningkatan kebutuhan ini menyangkut pertambahan jumlah dan
besarnya suatu fasilitas kesehatan, termasuk rumah sakit yang berdampak pada
peningkatan jumlah pekerja. Tentu saja pekerja yang bisa bekerja menerapkan standar
prosedur rumah sakit dengan benar terutama tentang kebersihan tangan. Contoh sumber
penyebaran infeksi melalui sentuhan tangan petugas adalah staphycoccus, hepatitis virus
A, E.Coli, Gram negative batang.

1
Dasar Hukum

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 443).
2. Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437).
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5063).
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5072).
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Di
Lingkungan Departemen Kesehatan.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1165.A./Menkes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 270/Menkes/2007
tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.

2
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 382/Menkes/2007
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayar Kesehatan Lainnya.
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/ll/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1116/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Kesehatan.
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)

3
TINJAUAN TEORI

A. Tindakan Perawat Dalam Menggunakan Kewaspadaan Universal

Perawat sebagai petugas kesehatan yang memberikan pelayanan


keperawatan dan melakukan prosedur keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
pasien akan kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh pasien.
Oleh karena itu tindakan kewaspadaan universal sangat penting
dilakukan.kewaspadaan Universal. Kewaspadaan Universal yaitu tindakan
pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk
mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah
dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien
maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007).
Prinsip kewaspadaan universal (universal precaution) di pelayanan
kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan,
serta sterilisasi peralatan, penggunan APD, pengelolaan alat,kesehatan karyawan,
penempatan pasien, Hygiene respirasi, praktek menyuntik yang aman.
Hal tersebut diatas penting mengingat sebagian besar yang terinfeksi virus
lewat darah seperti HIV dan HIB tidak menunjukan gejala fisik. Kewaspadaan
universal diterapkan untuk melindungi setiap orang (pasien dan petugas
kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau tidak. Kewaspadaan universal berlaku
untuk darah, sekresi ekskresi (kecuali keringat), luka pada kulit, dan selaput
lendir. Penerapan standar ini penting untuk mengurangi risiko penularan
mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui atau tidak
diketahui (misalnya pasien, benda terkontaminasi,jarum suntik bekas pakai, dan
spuit) di dalam system pelayanan kesehatan.
Prinsip tersebut di jabarkan menjadi kegiatan pokok yaitu
1. Mencuci tangan guna mencegah infeksi silang,
2. Pemakaian alat pelindung diri , pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksius lain,

4
3. Pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan alat tajam untuk mencegah
perlukaan,
4. Pengelolaan limbah (Depkes RI, 2003).
5. Pengelolaan lingkungan
6. Kesehatan Karyawan
7. Penempatan pasien
8. Hygiene respirasi
9. Peraktek penyuntikan yang aman
10. Lumbal pungsi

B. Kebersihan Tangan
Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam
pencegahan dan pengontrolan infeksi (Potter & Perry, 2005). Tujuan mencuci
tangan adalah untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel dari
tangan Dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu.
Mikroorganisme pada kulit manusia dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok
yaitu flora residen dan floratransien.
Flora residen adalah mikrorganisme yang secara konsisten dapat diisolasi dari
tangan manusia, tidak mudah dihilangkan dengan gesekan mekanis yang telah
beradaptasi pada kehidupan tangan manusia. Flora transien yang flora transit atau
flora kontaminasi, yang jenisnya tergantung dari lingkungan tempat bekerja.
Mikroorganisme ini dengan mudah dapat dihilangkan dari permukaan
dengan gesekan mekanis dan pencucian dengan sabun atau detergen. Cuci tangan
harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah
melakukan tindakan perawatan walupun memakai sarung tangan atau alat
pelindung lain untuk menghilangkan atau mengurangi mikrorganisme yang ada di
tangan sehingga penyebaran penyakit dapat di kurangi dan lingkungan terjaga
dari infeksi.
Tangan harus di cuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. Cuci
tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan. Mencuci tangan
dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan walaupun

5
memakai sarung tangan dan alat pelindung lain. Tindakan ini untuk
menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga
penyebaran infeksi dapat dikurangi dan lingkungan kerja tetap terjaga. Cuci
tangan dilakukan pada saat sebelum; memeriksa (kontak langsung dengan
pasien), memakai sarung tangan ketika akan melakukan menyuntik dan
pemasangan infus. Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang diantisipasi akan
terjadi perpindahan kuman

C. Cara Cuci Tangan


Cuci tangan higienik atau rutin yang berfungsi mengurangi kotoran dan flora yang
ada di tangan dengan menggunakan sabun atau detergen. Cuci tangan aseptik
yaitu cuci tangan yang dilakukan sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan
menggunakan antiseptik. Cuci tangan bedah yaitu cuci tangan yang dilakukan
sebelum melakukan tindakan bedah aseptik dengan antiseptik dan sikat steril.

D. . Langkah mencuci tangan (Potter & Perry, 2005) adalah sebagai berikut:
1. Gunakan wastapel yang mudah digapai dengan air mengalir yang hangat,
sabun biasa atau sabun antimikrobial, lap tangan berupa kertas tissue.
2. Lepaskan perhiasan dan gulung baju lengan panjang keatas pergelangan
tangan.
3. Hindari memakai cincin, lepaskan selama mencuci tangan.
4. Jaga supaya kuku tetap pendek dan datar.
5. Inspeksi permukaan tangan dan jari akan adanya luka atau sayatan pada kulit
dan kutikula.
6. Berdiri didepan wastapel. Jaga agar tangan dan seragam tidak menyentuh
wastapel.
7. Alirkan air. Tekan pedal dengan kaki untuk mengatur aliran dan suhu atau
dorong pedal lutut secara lateral untuk mengatur aliran air (jika ada air
hangat)
8. Hindari percikan air mengenai seragam.
9. Atur aliran air.

6
10. Basahi tangan dan lengan bawah dengan seksama sebelum mengalirkan air
11. Pertahankan supaya tangan dan lengan bawah lebih rendah dari pada siku
selama mencuci tangan.
12. Taruh sedikit sabun biasa atau sabun anti mikrobial cair pada tangan, sabun
dengan seksama.
13. Gosok kedua tangan dengan cepat paling sedikit 40-60 detik. Lakukan sesuai
6 langkah cuci tangan WHO.
14. Jika daerah di bawah kuku kotor, bersihkan dengan kuku jari tangan yang
satunya dan tambah sabun atau stik orangewood yang bersih
15. Bilas tangan dan pergelangan tangan dengan seksama, pertahankan supaya
letak tangan dibawah siku.
16. Keringkan tangan dengan seksama dan jari tangan ke pergelangan tangan
lengan bawah dengan kertas (tisue)
17. Buang kertas pada tempat yang tepat.
18. Tutup air dengan kaki dan pedal lutut atau menggunakan tisue

E. Indikasi Cuci Tangan


Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang di antisipasi akan terjadi perpindahan
kuman melalui tangan yaitu sebelum malakukan suatu tindakan yang seharusnya
dilakukan secara bersih dan setelah melakukan tindakan yang memungkinkan terjadi
pencemaran seperti: dikenal dengan the five moments for hand hygiene
1. Sebelum menyentuh pasien
2. Sebelum melakukan prosedur aseptik
3. Setelah terpapar cairan tubuh
4. Setelah menyentuh pasien
5. Setelah menyentuh lingkungan pasien
Perlu jadi perhatian jangan dilupakan cuci tangan jika melakukan pemeriksaan, saat
akan memakai sarung tangan yang steril atau sarung tangan yang telah didesinfeksi
tingkat tinggi untuk melakukan tindakan, saat akan melakukan peralatan yang telah di
DTT, saat akan injeksi, saat hendak pulang kerumah. Setelah melakukan tindakan
yang memungkinkan terjadi pencemaran. Misalnya setalah memeriksa pasien, setelah

7
mamakai alat bekas pakai dan bahan lain yang beresiko terkontaminasi, setelah
menyentuh selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lain, setelah membuka sarung
tangan.

F. Sarana Cuci Tangan


Sarana cuci tangan adalah ketersediaan air mengalir dengan saluran pembuangan atau
bak penampungan yang memadai. Dengan guyuran air mengalir tersebut diharapkan
mikroorganisme akan terlepas ditambah gesekan mekanis atau kimiawi saat mencuci
tangan mikroorganisme akan terhalau dan tidak menempel lagi di permukaan kulit.
Air mengalir tersebut dapat berupa kran atau dengan cara mengguyur dengan gayung.
Penggunaan sabun tidak membunuh mikroorganisme tetapi menghambat dan
mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan mengurangi tegangan permukaan
sehingga mikroorganisme mudah terlepas dari permukaan kulit. Jumlah
mikroorganisme akan berkurang dengan sering mencuci tangan.
Larutan antiseptik atau anti mikroba topikal yang dipakai pada kulit atau jaringan
hidup lain menghambat aktivitas atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Kulit
manusia tidak dapat disterilkan.
Tujuan yang ingin dicapai adalah penurunan jumlah mikroorganisme pada kulit secara
maksimal terutama pada kuman transien.

G. Kriteria memilih antiseptik adalah sebagai berikut:


1) Efektifitas
2) Kecepatan aktivitas awal
3) Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam pertumbuhan.
4) Tidak mengakibatkan iritasai kulit
5) Tidak menyebabkan alergi
6) Afektif sekali pakai, tidak perlu diulang-ulang.
7) Dapat diterima secara visual maupun estetik

8
9
H. Bagaimana meningkatkan kepatuhan cuci tangan
 Sediakan sarana /fasilitas kebersihan tangan
 Alkohol handrub tersedia disetiap tempat tidur pasien ( di R. ICU disetiap pintu
masuk)
 Penyuluhan petugas secara teratur tentang pentingnya kebersihan tangan, kapan
dan cara melakukan dengan benar
 Melibatkan atau partisipasi pasien maupun keluaraga
 Monitoring kepatuhan petugas
 Rutin lakukan survei kepatuhan dan berikan feedback

i. Fasilitas cuci tangan


 Tempat cuci tangan dengan air bersih mengalir dengan kran otomatis atau
menggunakan siku saat membuka
 Sabun atau anti septik dalam dispenser dengan pengontrol otomatais kalau ada
 Kertas tisue (untuk lap tangan)
 Tempat limbah kertas tisue dengan injakan saat membuka
Pengering tangan
 Mengeringkan tangan setelah mencuci tangan sangatlah penting, tidak ada
gunanya mencuci tangan dengan baik dan benar tetapi mengeringkan tangan
menggunakan handuk yang sudah terkontaminasi
 Keringkan tangan dengan kertas tisue
 Jika menggunakan handuk gunakan handuk satu kali pakai
 Handuk , tisue harus dalam keadaan bersih tidak terkontaminasi, menyimpan
kertas tisue harus tertutup ( dispenser tissue)
 Jika belum dipakai simpan dalam lemari tetutup

J. Contoh antiseptik
 Berbahan dasar alkohol 60-90 % (etil dan isopropil atau metil alcohol)
 Klorheksidin glokonat 2-4 % (hibiscrub, Hibitane, hibiclens)
 Klorheksidin glukonat dan centrimed (savlon)

10
 Yodium 3 %
 Trikolsan ( dalam sabun lifeboy)

FORMULA UNTUK CUCI TANGAN

100 ml alkohol 70 % + 1-2 ml gliserin 10%

RESEP WHO

FORMULA 1
 Etanol 96 % 833.3 ml
 Hydrogen peroksida 3% 41 .7 ml
 Gliserol 98% 14.5 ml
 Tambahkan formula dengan air derebus/distilasi/ dingin samapai 1000 ml,
campur sampai homogen

FORMULA II
 Isopropil alkohol 99,8 % 751.5 ml
 Hidrogen piroksida 3% 41,7 ml
 Gliserol 98 % 14,5 ml
 Tambahkan formula dengan air derebus/distilasi/ dingin samapai 1000 ml,
campur sampai homogen

FORMULA III (RSCM )


 Etanol 80.20 ml
 H2 O2
 Glyserin
 Pewangi
 Aguadest

11
 Tambahkan formula dengan air derebus/distilasi/ dingin samapai 1000 ml,
campur sampai homogen
INDIKASI KEBERSIHAN TANGAN
 Segera setelah tiba di rumah sakit
 Sebelum masuk kamar pasien
 Sebelum tinggalkan kamar pasien
 Diantara kontak pasien satu dengan yang lain
 Sesudah kekamar kecil
 Bila tangan kotor

REKOMENDASI TEHNIK HANDHYGIENE


 Handrubs
- Jika tangan tidak terliat kotor
 Handwashing
- Jika tangan ternoda dan kotor

HAL- HAL PENTING KEBERSIAHAN TANGAN


 Jaga kuku selalu pendek dan bersih
 Jangan memakai perhiasan, kutek, kuku palsu dan kutek
 Jangan mencuci sarung tangan diantara dua kontak
 Tidak dianjurkan mengeringkan dengan handuk atau tisue Rol

HAL-HAL PENTING KEBERSIHAN TANGAN


 Tangan harus benar-benar kering alkohol handrub sebelum menyentuh pasien
atau lingkungan peralatan pasien
 Lotion untuk meminimalisir iritasi dermatitis kontak
 Setelah membersihkan tangan tidak menyentuh permukaan lingkungan sebelum
melakukan tindakan

12
CUCI TANGAN DASAR HAND WASH 6 LANGKAH WHO

No.Dokumen No.Revisi Halaman

023/PPI_SPO_B/
RSUD RSUDAWS/2015
AW.Sjahranie B 1/2

Ditetapkan Pimpinan,
Standar Prosedur Tanggal terbit
Operasional 5 Mei 2015
dr. Rachim Dinata Marsidi, Sp.B, M.Kes

Prosedur ini mengatur cara cuci tangan dasar 6 langkah yaitu suatu
Pengertian
proses pembersihan tangan dari kotoran secara handwash.

Untuk menjaga kebersihan tangan mencegah terjadinya infeksi, RS


Tujuan
melalui kontak tangan

Kebijakan 1. Kebijakan : NO.800.2395/Kepeg/2014 tentang kebersihan tangan


2. Buku poanduan handhygiene RSAWS Samarinda
Prosedur A. Persiapan
1. Sabun cair yang mengandung antiseptik
2. Lap tangan satu kali pakai /Tissue
3. Air mengalir
B. Pelaksanaan
Buka kran air, biarkan mengalir kurang lebih 10 detik, Basahi kedua
tangan, gunakan bahan pembersih sabun/antiseptik
C. Lakukan dengan cara enam langkah cuci tangan dasar
1. Gosok kedua telapak tangan air dan desinfektan
2. Gosok telapak tangan kiri diatas punggung tangan kanan, dan
sebaliknya
3. Gosok kedua telapak tangan dengan jari saling menyilang
4. Gosok ruas ruas tangan
5. Gosok ibu jari secara melingkar dari dalam telapak tangan kiri
yang berada dalam posisi mengepal, dan sebaliknya
6. Gosok ujung –ujung jari diatas telapak tangan kiri secara
melingkar dan sebaliknya,
7. Bilas dengan air bersih yang mengalir ulangi step cuci tangan 6

13
langkah WHO sampai bersih dibawah air yang mengalir.
8. Keringkan dengan menggunakan lap kain satu kali pakai/ tisu dan
tangan telah bersih, siap melakukan aktifitas.
D. Hal yang harus diperhatikan :
1. Sebelum cuci tangan semua perhiasan harus ditanggalkan, gulung
lengan baju
2. Kuku tidak panjang dan tidak menggunakan cat kuku
3. Prosedur ini dilakukan selama 40-60 detik
4. Cuci tangan di air mengalir tidak bisa digantikan dengan cuci
tangan menggunakan alkohol
Unit terkait Semua unit kerja RSUD. A. Wahab Sjahranie Samarinda

14
Daftar Tilik pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Nama Ruangan : …………………………….


Tanggal :

NO Indikator Tindakan Sangat Baik Cukup Kurang Sangat


baik kurang
5 4 3 2 1
1 Petugas  Sebelum menyentuh pasien
melaksanakan  Sebelum prosedur aseptik
five moments  Setelah terpapar cairan tubuh
 Setelah menyentuh pasien
 Setelah menyentuh lingkungan
pasien
2 Cuci tangan  Air bersih mengalir
 Sabun cair
 Tissue Pengering tangan
 Petugas tampak mencuci
tangan dan mengeringkan
tangan
 Melepas sarung tangan setelah
kontak dengan pasien
3 APD  Sarung tangan bersih
 Sarung tangan streril
 Sarung tangan ruamah tangga
 Masker
 Gaun/schort
 Pelindung wajah
 Pelindung kaki
 Tutup kepala
4 Dekontamina  Larutan klorin 0,5 %
si Alat  Wadah plastik
 Alat direndam dalam klorin 10
menit
 Alat steril disimpan dalam
tempat kering dan bersih
5 Pengelolaan  Wadah tahan tusuk
alat tajam  Isi wadah kurang ¾ penuh
dibuang
 Tidak ada bagian tajam yang
keluar

15
 Jarum tidak disarungkan
 Pengarungan dengan satu
tangan
5 Limbah  Samapah dipisahkan sesuai
dengan jenis
 Tidak ada sampah
terkontaminasi/sampah
infeksius
 Insenerator dan IPAL berfungsi
dengan baik
 Semua limbah cair infeksius
masuk saluran IPAL RS

16
Formulir Audit Kepatuhan Hand Hygiene di RSUD AWS (tahun 2014-2015)

17
Formulir Audit Kepatuhan Hand Hygiene WHO

Formulir Observasi
Fasilitas: No. Periode*: No. sesi*:

Pelayanan: Tgl: Observer:


(hari/bln/th) (inisial)

Mulai/selesai
Bangsal: No. Hal°:
Waktu: (jam:menit)

Departemen: Lama Sesi: (menit) Kota**:

Negara**:

Prof.cat Prof.cat Prof.cat Prof.cat


Kode Code Code Code
N° N° N° N°
Kese Indikasi Tindakan HH Kese Indikasi Tindakan HH Kese Indikasi Tindakan HH Kese Indikasi Tindakan
HH
mpat mpat mpat mpat
an. an. an. an.
seb-ps. seb-pas. seb-pas.
1 1 1 seb-pas. HR
1 seb-asept. HR seb-asept. HR seb-asept. HR
seb-asept. HW
set-drh.c HW set-drh.c HW set-drh.c HW
 tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. tbh. 
 set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. srg tgn set-pas. srg tgn set-pas. srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps. set.lkg ps.

seb-pas. seb-pas. seb-pas.


2 2 2 seb-pas. HR
2 seb-asept. HR seb-asept. HR seb-asept. HR
seb-asept. HW
set-drh.c HW set-drh.c HW set-drh.c HW
 tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. tbh. 
 set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. srg tgn set-pas. srg tgn set-pas. srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps. set.lkg ps.

seb-pas. seb-pas.
seb-pas. 3 3 3 seb-pas. HR
3 HR seb-asept. HR seb-asept. HR
seb-asept. seb-asept. HW
HW set-drh.c HW set-drh.c HW
set-drh.c  tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. 
tbh. set-pas.  set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. set-pas.
set.lkg ps. srg tgn srg tgn srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps.

seb-pas. seb-pas.
seb-pas. 4 4 4 seb-pas. HR
4 HR seb-asept. HR seb-asept. HR
seb-asept. seb-asept. HW
HW set-drh.c HW set-drh.c HW
set-drh.c tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. 
tbh. set-pas.  set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. set-pas.
set.lkg ps. srg tgn srg tgn srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps.

18
seb-pas. seb-pas.
seb-pas. 5 5 5 seb-pas. HR
5 HR seb-asept. HR seb-asept. HR
seb-asept. seb-asept. HW
HW set-drh.c HW set-drh.c HW
set-drh.c  tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. 
tbh. set-pas.  set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. set-pas.
set.lkg ps. srg tgn srg tgn srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps.
seb-pas. seb-pas.
seb-pas. 5 5 5 seb-pas. HR
6 HR seb-asept. HR seb-asept. HR
seb-asept. seb-asept. HW
HW set-drh.c HW set-drh.c HW
set-drh.c tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. 
tbh. set-pas.  set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. set-pas.
set.lkg ps. srg tgn srg tgn srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps.

seb-pas. seb-pas.
seb-pas. 6 6 6 seb-pas. HR
7 HR seb-asept. HR seb-asept. HR
seb-asept. seb-asept. HW
HW set-drh.c HW set-drh.c HW
set-drh.c tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. 
tbh. set-pas.  set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. set-pas.
set.lkg ps. srg tgn srg tgn srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps.

seb-pas. seb-pas.
seb-pas. 7 7 7 seb-pas. HR
8 HR seb-asept. HR seb-asept. HR
seb-asept. seb-asept. HW
HW set-drh.c HW set-drh.c HW
set-drh.c  tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. 
tbh. set-pas.  set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. set-pas.
set.lkg ps. srg tgn srg tgn srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps.

seb-pas. seb-pas. seb-pas.


8 8 8 seb-pas. HR
9 seb-asept. HR seb-asept. HR seb-asept. HR
seb-asept. HW
set-drh.c HW set-drh.c HW set-drh.c HW
 tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. tbh. 
 set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. srg tgn set-pas. srg tgn set-pas. srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps. set.lkg ps.
seb-ps. seb-pas. seb-pas.
1 1 1 seb-pas. HR
10 seb-asept. HR seb-asept. HR seb-asept. HR
seb-asept. HW
set-drh.c HW set-drh.c HW set-drh.c HW
 tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. tbh. 
 set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. srg tgn set-pas. srg tgn set-pas. srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps. set.lkg ps.
seb-pas. seb-pas.
seb-pas. 2 2 2 seb-pas. HR
11 HR seb-asept. HR seb-asept. HR
seb-asept. seb-asept. HW
HW set-drh.c HW set-drh.c HW
set-drh.c tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. 
tbh. set-pas.  set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. set-pas.
set.lkg ps. srg tgn srg tgn srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps.
seb-pas. seb-pas. seb-pas.
3 3 3 seb-pas. HR
12 seb-asept. HR seb-asept. HR seb-asept. HR
seb-asept. HW
set-drh.c HW set-drh.c HW set-drh.c HW
 tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. tbh. 
 set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. srg tgn set-pas. srg tgn set-pas. srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps. set.lkg ps.
seb-pas. seb-pas. seb-pas.
4 4 4 seb-pas. HR
13 seb-asept. HR seb-asept. HR seb-asept. HR
seb-asept. HW
set-drh.c HW set-drh.c HW set-drh.c HW
 tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. tbh. 
 set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. srg tgn set-pas. srg tgn set-pas. srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps. set.lkg ps.
seb-pas. HR seb-pas. HR seb-pas. HR seb-pas. HR
5 5 5

19
14 seb-asept. seb-asept. seb-asept.
seb-asept. HW
set-drh.c HW set-drh.c HW set-drh.c HW
 tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. tbh. 
 set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. srg tgn set-pas. srg tgn set-pas. srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps. set.lkg ps.
seb-pas. seb-pas.
seb-pas. 4 4 4 seb-pas. HR
15 HR seb-asept. HR seb-asept. HR
seb-asept. seb-asept. HW
HW set-drh.c HW set-drh.c HW
set-drh.c  tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. 
tbh. set-pas.  set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. set-pas.
set.lkg ps. srg tgn srg tgn srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps.
seb-pas. seb-pas.
seb-pas. 5 5 5 seb-pas. HR
16 HR seb-asept. HR seb-asept. HR
seb-asept. seb-asept. HW
HW set-drh.c HW set-drh.c HW
set-drh.c tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. 
tbh. set-pas.  set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. set-pas.
set.lkg ps. srg tgn srg tgn srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps.
seb-pas. seb-pas. seb-pas.
4 4 4 seb-pas. HR
17 seb-asept. HR seb-asept. HR seb-asept. HR
seb-asept. HW
set-drh.c HW set-drh.c HW set-drh.c HW
 tdk  tdk  tdk set-drh.c tbh.  tdk
tbh. tbh. tbh. 
 set.lepas  set.lepas  set.lepas set-pas. set.lepas
set-pas. srg tgn set-pas. srg tgn set-pas. srg tgn
set.lkg ps. srg tgn
set.lkg ps. set.lkg ps. set.lkg ps.

Revised August 2009

20

Anda mungkin juga menyukai