Anda di halaman 1dari 72

PENGKAJIAN

NEUROLOGI
Ns. AWAL DARMAWAN, M.Kep
Hierarki pemeriksaan neurologis

1. Kesadaran : kualitatif (cm, somnolen, stupor, koma) &


kuantitatif (GCS)
2. VS : TD, N, R, T + skala nyeri (NPS, VAS, Wong Bakker)
3. Kepala : Nn. Cranialis
4. Leher : MS (brudzinski I-IV, kernig sign)
5. Extremitas atas dan bawah  Motorik  ingat mone
monic : I ToP CaR
6. Pemeriksaan sensorik : protopatik (dx topik) dan propi
oseptif
7. Pemeriksaan otonom
8. Pemeriksaan khusus : NPB, vertigo, movdis
UMN VS LMN
LEARNING OUTCOME

• Anamnesis.
• Pemeriksaan Kesadaran
• Pemeriksaan Fungsi luhur
• Pemeriksaan Saraf Kranialis.
• Pemeriksaan Rangsang Meningeal.
• Pemeriksaan Motorik.
• Pemeriksaan Sensorik.
• Pemeriksaan Refleks.
5

Anamnesa
Berisi:
• Identitas pasien : nama, usia, alamat, status
pernikahan, pekerjaan dsbnya.
• Keluhan Utama
• Riwayat Penyakit sekarang / kronologis penya-
kitnya
• Riwayat penyakit dahulu (RPD)
• Riwayat penyakit keluarga
• Riwayat alergi dan pengobatan
• Kebiasaan pasien
PEMERIKSAAN KESADARAN

• Kuantitatif dengan menggunakan GCS,


PCS
• Kualitatif dengan menggunakan kategori
tingkatan kesadaran
PEMERIKSAAN GCS
Tingkat Kesadaran Pasien dinilai
dari GCS
• Compos mentis : 15
• Somnolen atau letargis : 13-14
• Soporo komatous : 8-12
• Koma : 3-7
PEDIATRIC COMA SCALE

Nilai normal
• Lahir – 6 bulan: 9
• 6-12 bulan: 11
• 1-2 tahun: 12
• 2-5 tahun: 13
• >5 tahun: 14
PEMERIKSAAN KUALITATIF
KESADARAN
• Normal/kompos mentis.
• Apatis: kurang perhatian
• Somnolen: mengantuk, kesadaran kembali bila
dirangsang
• Sopor: kantuk yang dalam, sadar bila rangsa-
ngan kuat
• Koma – ringan: tidak respon dengan rangsang
verbal/sentuh, ada gerakan bila diberikan
rangsang nyeri, reflek kornea (+)
• Koma: tidak ada respon dengan rangsangan
apapun
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR

Terdiri dari

• Pemeriksaan afasia : ajak pasien untuk bicara dan mengobrol,


minta pasien mengulang kalimat yang diucapkan.
• Pemeriksaan apraksia: minta pasien untuk meniup geretan yang
menyala
• Pemeriksaan agnosia: minta pasien untuk menyebutkan benda
yang ditunjuk, atau diminta memejamkan mata kemudian sentuh
salah satu jari pasien dan minta pasien menyebutkan jari yang
baru saja disentuh, minta pasien meraba benda dan menyebutkan
kira kira apa nama benda yang diraba
• Pemeriksaan memori

1. Memori segera/baru: minta pasien untuk mengulangi angka - angka


yang disebutkan pemeriksa, dimulai dari 2 angka, kemudian 3 angka
, dan seterusnya.
2. Kemampuan mempelajari hal baru: Minta pasien menghafal 4 kata
yang tidak berhubungan yang diucapkan pemeriksa (cokelat, jujur,
mawar,lengan). Selang 20 - 30 menit kemudian minta pasien
mengulang 4 kata tadi.
3. Memori Visual: Minta pasien melihat pemeriksa menyembunyikan 5
benda kecil di sekitar pasien. Selang 5 menit kemudian pasien
ditanyai benda apa yang disembunyikan dan dimana lokasinya..
Cranial
Cranialnerves
nervesexamination
examination
Alat-alat
Alat-alat
• Ophthalmoscope
•• Senter
Ophthalmoscope
•• Pecussion
Senter hammer / hammer reflex
•• Pin
Pecussion hammer / hammer reflex
•• Stetoskop
Pin
• Stetoskop
Saraf Kranial
• Saraf perifer
• Saraf perifer
• 12 macam
• 12 macam
• Bisa menunjukkan letak lesi
• Bisa menunjukkan letak lesi
Midbrain & cranial nerves
Midbrain & cranial nerves
99Langkah
Langkah
1. N-1
2. N : II
3. N : III-IV-VI
4. N:V
5. N : VII
6. N : VIII
7. N : IX-X
8. N : XI
9. N : XII
N. Olfactorius (I)
N. Olfactorius (I)
• Sensation of smell
• Cara:
– Kooperatif
– Mata terpejam
– Hidung bebas hambatan
– Dg kopi, tembakau, teh
– Lubang dites satu persatu
N. Opticus (II)
N. Opticus (II)
• Visus:
• Visus:
– Snellen card (6/6)
– –Snellen card (6/6)
Jari (../60)
– –Jari (../60) tangan (…/300)
Lambaian
– Lambaian tangan (…/300)
– Cahaya (…/~)
– Cahaya (…/~)
• Warna (Ishihara)
• Warna (Ishihara)
• Visual fields
• Visual
– Tes fields
konfrontasi
– –Tes
Teskonfrontasi
perimetri
– Tes perimetri
Tes konfrontasi

perimetri
• Pem fundus:
– Discus (papil edema, atrof
i)
– Arteri & vena
– Retina (perdrhan, eksudat
, tuberkel, phakomata)
• N. Oculomotorius (III)
Ptosis (klp mata jatuh)
• Gerakan bola mata
– Ke medial, atas, bawah
• Refleks cahaya (+/-)
• Ukuran pupil (mm):
– Cahaya dari seb lateral mata
• Bentuk pupil (isokor/anisokor)
• Diplopia (pandangan dobel)
• Nistagmus (gangg balans tonu
s otot bola mata)
N. Trochlearis (IV)

• Gerak bola mata ke lateral bawah


• Diplopia (pandangan dobel)
• Nistagmus (gangg balans tonus otot bola mata)
N. Abducens (VI)
• Gerak bola mata ke lateral
• Diplopia (pandangan dobel)
• Nistagmus (gangg balans tonus otot bola mata)
N. Trigeminus (V)
• Fungsi:
– Sensasi wajah
– Gerakan mengunyah
• Refleks cornea
– Sentuhan kapas basah
pd limbus cornea
– Bilateral blink (+)
• Gerakan mengunyah:
– Palpasi otot masseter
– Buka mulut
– Jaw jerk (sulit)

Saraf peka nyeri


N. Facialis (VII)
• Fungsi:
– Gerakan wajah
– Pengecap 2/3 lidah d
epan
– Sekresi gld lacrimalis
& gld salivarius
• Gerakan wajah:
– Meringis
– Tutup mata
– Kerutkan dahi
• Pengecap:
– Gula, garam, cuka, kinina
– Disentuh dg cottonbuds
• Sekresi:
– Inhalasi amonia (lakrimal)
– Bumbu yg keras (saliva)
N. Auditorius (VIII)
• Fungsi:
– Pendengaran (cochlear nerve)
– Keseimbangan (vestibular nerve)
• Pendengaran:
– Masking noise
– Garputala
• Rinne’s test: udara/tulang
• Weber’s test: tulang
• Schwabach’s test: pt/examiner
• Keseimbangan:
– Rotational test:
• Diputar di kursi 10x selama 20 detik
– Caloric test:
• Irigasi dg air 250 ml selama 40 dtk, suhu 30ºC & 44ºC
– Romberg test:
• Berdiri kaki rapat, buka & tutup mata
N. Glossopharyngeus (IX)
• Fungsi:
– Mengatur otot palatum & pharynx
– Sensasi di pharynx, tonsil, palatum, lidah
blkg
• Refleks muntah
– Pengecap 1/3 blkg lidah

Saraf peka nyeri


N. Vagus (X)
• Fungsi:
– Mengatur otot palatum & pharynx
• Refleks menelan
• Disfagia
– Sensasi di pharynx, tonsil, palatum, lidah blkg
– Mengatur otot pita suara
– Nadi

Saraf peka nyeri


N. Accessorius (XI)
• Otot-otot leher
• Otot-otot bahu
N. Hypoglossus (XII)
• Otot lidah
• Disartria (gangg artikulasi)
• Menjulurkan lidah: mencong
• Fasikulasi, tremor, atrofi (tanda perifer)
TANDA RANGSANG MENINGEAL

ADA BEBERAPA CARA


• Kaku kuduk (nuchal rigidity)
• Tanda Laseque
• Tanda Kernig
• Tanda Brudzinski I dan II
BRUDZINSKI I
41
42

BRUDZINSKI II
PEMERIKSAAN MOTORIK

• Pemeriksaan gerakan volunteer


• Pemeriksaan tonus otot
• Pemeriksaan kekuatan otot
• Beberapa abnormalitas pemeriksaan
motorik
• Pemeriksaan gerakan involunteer
• Pemeriksaan fungsi koordinasi
Pemeriksaan Gerakan Volunter

• Meminta pasien untuk bergerak sesuai dengan


permintaan pemeriksa.

• Penilaian ini bersifat umum,, yaitu untuk menge-


tahui apakah pasien masih dapat menekukkan
lengannya di sendi siku, mengangkat lengan di
sendi bahu, mengepal dan meluruskan jari - jari
tangan, menekukkan di sendi lutut dan panggul
serta menggerakkan jari - jari kakinya.
Pemeriksaan Tonus Otot

Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak di


periksa kemudian ekstremitas tersebut kita gerak-gerak-
kan fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut. Pada
orang normal terdapat tahanan yang wajar.

– Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali


(dijumpai pada kelumpuhan LMN).
– Hipotoni : tahanan berkurang.
– Spastik : tahanan meningkat diawal gerakan.
(ini dijumpai pada kelumpuhan UMN)
– Rigid : tahanan kuat terus menerus selama-
gerakan misalnya pada Parkinson.
46
PEMERIKSAAN KEKUATAN OTOT
Pemeriksaan Gerakan Involunter

OBSERVASI GERAKAN
• Tremor saat istirahat: disebut juga tremor striatal, di-
sebabkan lesi pada corpus striatum ( nukleus kaudatus,
putamen, globus pallidus dan lintasan lintasan penghu-
bungnya ) misalnya kerusakan substansia nigra pada
sindroma Parkinson.

• Tremor saat bergerak ( intensional ): disebut juga


tremor serebellar, disebabkan gangguan mekanisme
“feedback” oleh serebellum terhadap aktivitas kortes
piramidalis dan ekstrapiramidal hingga timbul kekacau-
an gerakan volunter.
• Chorea : gerakan involunter pada ekstremitas, biasanya
lengan atau tangan, eksplosif, cepat berganti sifat dan
arah gerakan secara tidak teratur, yang hanya terhenti
pada waktu tidur. Khorea disebabkan oleh lesi di corpus
striataum, substansia nigra dan corpus subthalamicus.

• Athetose : gerakan involenter pada ektremitas, teruta-


ma lengan atau tangan atau tangan yang agak lambat
dan menunjukkan pada gerakan melilit lilit, torsi ekstensi
atau torsi fleksi pada sendi bahu, siku dan pergelangan
tangan. Gerakan ini dianggap sebagai manifestasi lesi
di nukleus kaudatus
50
51
• Ballismus: gerakan involunter otot proksimal ekstremi-
tas dan paravertebra, hingga menyerupai gerakan seo-
rang yang melemparkan cakram. Gerkaan ini dihubung-
kan dengan lesi di corpus subthalamicus, corpus luysi,
area prerubral dan berkas porel.

• Fasikulasi: kontrasi abnormal yang halus dan spontan


pada sisa serabut otot yang masih sehat pada otot yang
mengalami kerusakan motor neuron. Kontraksi nampak
sebagai keduten keduten dibawah kulit.
• Myokymia: Fasikulasi benigna. Frekwensi kedu
ten tidak secepat fasikulasi dan berlangsung
lebih lama dari fasikulasi.

• Myoclonic: gerakan involunter yang bangkit


tiba-tiba cepat, berlangsung sejenak, aritmik,
dapat timbul sekali saja atau berkali kali ditiap
bagian otot skelet dan pada setiap waktu, waktu
bergerak maupun waktu istirahat.
PEMERIKSAAN FUNGSI
KOORDINASI
• Tujuan pemeriksaan ini untuk menilai aktivitas serebelum
• Macam-macam pemeriksaan “ Cerebellar sign”
– Test telunjuk hidung.
– Test jari – jari tangan.
– Test tumit – lutut.
– Test diadokinesia berupa: pronasi – supinasi
– Test fenomena rebound.
– Test mempertahankan sikap.
– Test nistagmus.
– Test disgrafia.
– Test romberg.
55
56
57

• Test romberg positif: baik dengan mata terbuka maupun


dengan mata tertutup, pasien akan jatuh kesisi lesi sete
lah beberapa saat kehilangan kestabilan ( bergoyang –
goyang ).

• Pasien sulit berjalan pada garis lurus pada tandem walk


king, dan menunjukkan gejala jalan yang khas yang di-
sebut “ celebellar gait “

• Pasien tidak dapat melakukan gerakan volunter dengan


tangan,lengan atau tungkai dengan halus. Gerakan nya
kaku dan terpatah-patah.
58

PEMERIKSAAN GAIT DAN STATION


• Pemeriksaan ini hanya dilakukan bila keadaan pasein
memungkinkan untuk itu.
• Harus diperhitungkan adanya kemungkinan kesalahan
interpretasi hasil pemeriksaan pada orang orang tua
atau penyandang cacat non neurologis.
• Pada saat pasien berdiri dan berjalan perhatikan posture
, keseimbangan , ayunan tangan dan gerakan kaki dan
mintalah pasien untuk melakukan.
• Jalan diatas tumit.
• Jalan diatas jari kaki.
• Tandem walking.
• Jalan lurus lalu putar.
• Jalan mundur.
• Hopping.
• Berdiri dengan satu kaki.
59

MACAM MACAM GAIT


• Hemiplegic gait/spastic gait: gaya jalan dengan kaki
yang lumpuh digerakkan secara sirkumduksi.
• Scissors gait : gaya jalan dengan sirkumduksi kedua
tungkai, misalnya spastik paraparese.
• Tabetic gait: gaya jalan pada pasien tabes dorsalis.
• Steppage gait: gaya jalan seperti ayam jago, pada para
parese flaccid atau paralisis n. Peroneus.
• Waddling gait: gaya berjalan dengan pantat dan pingga
ng bergoyang berlebihan, khas untuk kelemahan otot
tungkai proksimal, misalnya otot gluteus.
• Parkinsonian gait: gaya berjalan dengan sikap tubuh
agak membungkuk, kedua tungkai berfleksi sedikit pada
sendi lutut dan panggul. Langkah dilakukan setengah di
seret dengan jangkauan yang pendek-pendek.
61
62
PEMERIKSAAN SISTEM
SENSORIK
• Pemeriksaan sensasi taktil (raba)
• Pemeriksaan sensasi nyeri superfisial
• Pemeriksaan sensasi suhu
• Pemeriksaan sensasi gerak dan posisi
• Pemeriksaan sensasi getar
• Pemeriksaan sensasi tekan.
PEMERIKSAAN SENSASI TAKTIL
(RABA)
• Usap bagian tubuh tertentu pasien dengan menggunakan alat
ringan (tissue, bulu). Kmdn minta pasien menjawab apakah merasa
kan sentuhan dan dimana lokasinya
• Abnormalitas
1. Hipoestesi (penurunan terhadap sentuhan taktil)
2. Abnormalitas pada setiap sensasi taktil ringan dinamakan tigma-
nesthesia
3. Abnormalitas untuk setiap sensasi sentuhan pada rambut dinama
kan trikoanesthesia
4. Abnormalitas ketika menyebutkan lokasi rangsang dinamakan
topoanesthesia
5. Kesalahan dalam menyebutkan huruf yang digoreskan pada per-
mukaan kulit dinamakan graphanesthesia
Pemeriksaan sensasi nyeri
superfisial
• Gunakan ujung hammer reflek (tajam dan tumpul) kmdn tusukkan s
ecara perlahan pada pasien. Minta pasien menyebutkan rangsang
yang diberikan tajam atau tumpul
• Abnormalitas
1. Alganesthesia atau analgesia yang digunakan untuk area yang
tidak sensitif terhadap setiap rangsang
2. Hipalgesia yang dikaitkan dengan penurunan kepekaan terhadap
rangsang
3. Hiperalgesia yang dikaitkan dengan meningkatnya kepekaan ter-
hadap rangsang
Pemeriksaan sensasi suhu

• Sensasi dingin dengan menempelkan gelas atau tabung kaca/


logam berisi air dengan suhu tertentu (5-10 °C utk dingin dan 40-50
°C untuk panas) minta pasien untuk menyebutkan rangsang yang
diterima.
• ABNORMALITAS
1. Thermanesthesia
2. Thermahipesthesia
3. Thermhiperesthesia
Pemeriksaan sensasi gerak dan
posisi
1. Pemeriksaan ini tidak memerlukan peralatan khusus.
2. Mata pasien tertutup, pasien dalam posisis terlentang atau duduk.
3. Jari - jari pasien harus bebas dan rileks dan dapat digerakkan se-
cara pasif oleh si pemeriksa, sentuhlah secara halus tanpa pene-
kanan terhadap jari - jari tersebut.
4. Jari - jari yang diperiksa tidak boleh bergerak - gerak,, dan terbe-
bas dari jari yang lain.
5. Pasien akan ditanya apakah ada atau tidak ada gerakan pada jari
yang diperiksa.
6. Jika ada kelainan sensasi gerakan, pemeriksa harus mengulangi
lagi pemeriksaan pada daerah tubuh lain yang lebih besar,, missal
-nya pada tungkai atau lengan.
PEMERIKSAAN SENSASI
GETAR
PROSEDUR
1. Getarkan garputala (256Hz) dengan memukulkan jari -
jarinya ke benda keras
2. Tempatkan jari - jari garputala sesegera mungklin di
area tulang yang diperiksa
3. Amati intensitas dan lama getaran
4. Baik intensitas maupun lama getaran tergantung pada
kekuatan getaran dan interval waktu “memukul” dan
menempelkan”
• Normal: jika bisa merasakan getaran, abnormal jika
tidak (palanesthesia)
PEMERIKSAAN SENSASI
NYERI TEKAN
PROSEDUR
• Massa otot, tendon, atau saraf superfisial dipe-
riksa dengan menekankan ujung jari - jari de-
ngan menjepit. Pasien akan ditanya adakah
nyeri tekan yang dirasakan; jawaban harus di
bandingkan dengan intensitas pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA

• Campbell, W.MM., 2013. DeJong’s The Neurologic Exa


mination 7 th ed, Lippincott Williams & Wilkins, Philadel
phia..
• Biller, J., Gruener, G., Brazis, P., 2011. DeMeyer’s The N
eurologic Examination 6 th ed.. McGraw Hill, New York.
• Buckley, G., van Allen, M.WW., & Rodnitzky, R. L., 1981.
Pictorial Manual of Neurological Tests, Year Book Medic
al Publisher,Chicago.
TERIMAKASIH
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai