Anda di halaman 1dari 77

Pemeriksaan Fisik Diagnostik Neurologi

Andi Ferdy Saputra, S.Ked


FAA 112 038

Dokter Pengajar:
dr. Bambang Supriadi, Sp.S

SMF Neurologi RSUD dr. Doris Sylvanus


Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya
Palangka Raya, Februari 2017
Anamnesis
Nyeri kepala
Kejang
pingsan
Gerakan-gerakan aneh
Pening atau vertigo
Masalah penglihatan
Kelainan penciuman
Kesulitan berbicara
Masalah menelan
Kesulitan berjalan
Ekstremitas lemah
Tremor
Masalah pengendalian sfingter (BAB & BAK) , dsb
...Anamnesis
Sejak kapan?
Sifat serta beratnya ?
Lokasi serta penjalarannya ?
Hubungan dengan waktu ? (pagi, siang, malam,
sedang tidur, waktu haid, sehabis makan dan lain
sebagainya)
Disertai gejala penyerta ?
Faktor: memperberat atau memperingan keluhan ?
Perjalanan keluhan: menetap, bertambah berat,
bertambah ringan, datang dalam bentuk serangan
dan lain sebagainya ?
...Anamnesis
Riwayat penyakit dahulu
Riw. ggn neurologis sblmnya
Riw. penyakit sistemik :
kardiovaskuler , DM,
hiperkolesterolemia, dsb
Riw. Konsumsi obat-obatan
Riwayat keluarga
Riw. ggn neurologis dalam keluarga
Riwayat sosial
Pemeriksaan Umum
TTV dan kondisi umum
Kulit : tanda trauma, stigmata penyakit hati,
kulit basah karena keringat (eg. pada
hipoglikemi dan syok), kulit kering (eg. koma
diabetic), perdarahan (eg. demam berdarah
dengue & DIC).
Kepala : tanda trauma, hematoma dikulit
kepala, hematoma disekitar mata, perdarahan
di liang telinga dan hidung.
Thoraks, jantung, paru, abdomen dan
ekstremitas.
Pemeriksaan Fisik Neurologi
1. Pemeriksaan status kesadaran
2. Pemeriksaan tanda rangsangan meningeal
3. Pemeriksaan saraf kranial
4. Pemeriksaan fungsi motorik
5. Pemeriksaan fungsi sensorik
6. Pemeriksaan fungsi luhur
7. Pemeriksaan fungsi otonom
8. Pemeriksaan fungsi koordinasi
9. Pemeriksaan refleks fisiologis
10.Pemeriksaan refleks patologis
Pemeriksaan Kesadaran:
kualitatif
Pemeriksaan Kesadaran:
kuantitatif
GCS (Glasgow Coma Scale)
Membuka Mata/ Eye Movement (E)
Respon Verbal (V)
Respon Motorik (M)
Pemeriksaan Kesadaran: kuantitatif
Membuka mata (E)
Spontan : 4 Respon Motorik (M)
Dengan diajak bicara : 3 Sesuai perintah : 6
Dengan rangsangan nyeri : 2 Terhadap rangsangan
nyeri/ lokalisir nyeri : 5
Tidak membuka : 1
Fleksi cepat dan
abduksi bahu : 4
Respon Verbal (V) Fleksi lengan dengan
Terdapat kesadaran & orientasi: 5 bahu :3
adduksi
Berbicara tanpa kacau : 4 Ekstensi lengan,
Berkata tanpa arti : 3 adduksi, endorotasi
bahu, pronasi lengan
Hanya mengerang : 2
bawah : 2
Tidak ada suara : 1 Tidak ada gerakan : 1
Tanda Meningeal
Kaku kuduk
Pasien terlentang tanpa bantal, leher
ditekuk.
Normal : dagu nempel di dada dan
tidak ada tahanan.

Brudzinsky I (Brudzinskis neck sign)


Pasien terlentang, letakkan satu tangan
di bawah kepala, tangan lain diletakkan
di dada untk mencegah badan
terangkat kemudian kepala difleksikan.
...Tanda Meningeal
Brudzinsky II
Ps terlentang, fleksi secara pasif tungkai
atas pada sendi panggul, akan diikuti fleksi
tungkai lainnya pada sendi panggul dan
sendi lutut.

Tanda Kerniq
Ps terelentang, fleksikan tungkai atas agak
lurus, kemudian luruskan tungkai bawah
pada sendi lutut.
Normal: membentuk sudut 135 derajat
terhadap tungkai bawah
...Tanda Kerniq
Cara:
a. Pasien berbaring lurus di tempat tidur.
b. Pasien difleksikan pahanya pada sendi panggul
sampai membuat sudut 90.
c. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada
persendian lutut.
d. Biasanya dapat dilakukan ekstensi sampai sudut
135, antara tungkai bawah dan tungkai atas.

Hasil pemeriksaan:
Tanda kernig (+): terdapat tahanan dan rasa nyeri
sebelum tercapai sudut 135
...Tanda Bruzinski I
Cara:
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Dengan tangan yang ditempatkan di bawah
kepala pasien yang sedang berbaring, kita
tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu
mencapai dada.
c. Tangan yang satunya lagi sebaiknya
ditempatkan di dada pasien untuk mencegah
diangkatnya badan.

. Hasil Pemeriksaan :
Brudzinsky I (+) : ditemukan fleksi pada kedua
tungkai.
...Tanda Bruzinski II
Cara:
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Satu tungkai di fleksikan pada sendi
panggul, sedang tungkai yang satu
lagi berada dalam keadaan lurus.

Hasil pemeriksaan :
Brudzinsky II (+): tungkai yang satu
ikut pula fleksi, tapi perhatikan apakah
ada kelumpuhan pada tungkai.
...Tanda Bruzinski II
Pemeriksaan Saraf Kranial
Nervus I: Olfaktorius
Fungsi: sensorik khusus (mengidu)
Cara Periksa:
a. Periksa lubang hidung: ada
sumbatan/kelenjar setempat.
b. Gunakan zat pengetes yang dikenal
sehari-hari: kopi, teh, tembakau, jeruk dsb
c. Zat pengetes didekatkan ke hidung pasien
pasien menciumnya
e. Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu
dengan jalan menutup lobang hidung yang
lainnya dengan tangan.
...Nervus I: n. olfaktorius
Makna klinis
Anosmia : hilangnya daya penghiduan
(Parsial atau total).
Hiposmia : kemampuan menghidu menurun.
Hiperosmia : daya penghiduan yang terlalu
peka.
Parosmia : gangguan penghiduan bilamana
tercium bau yang tidak sesuai misalnya
minyak kayu putih tercium sebagai bau
bawang goreng.
Kakosmia : mempersepsi adanya bau busuk,
padahal tidak ada.
Nervus II: n. optikus
Fungsi : Sensorik khusus melihat
Tujuan pemeriksaan :
a. Mengukur ketajaman penglihatan/ visus
dan menentukan apakah kelaianan pada
visus disebabkan oleh kelaianan okuler
lokal atau kelaianan syaraf.
b. Mempelajari lapangan pandangan.
c. Memeriksa keadaan papil optik.
...Nervus II: n. optikus
1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus)

Persiapan : Yakinkan tidak ada gangguan visus oleh


karena penyakit mata.
Tabel Snellen
. Pasien berdiri 6 m dari kartu snellen. Mata kiri
ditutup dengan tangan kiri dan visus mata kanan
diperiksa.
. Dengan mata kanannya membaca huruf-huruf
dalam tabel Snellen. Begitu juga sebaliknya untuk
mata kiri.
Interpretasi
Visus normal : 6/6
x : jarak penderita dengan snellen
y : jarak dimana orang normal dapat
melihat tulisan dalam snellen
...Nervus II: Optikus
2. Pemeriksaan Lapang Pandang
Metode test :
1.Tanpa alat : Test konfrontasi dengan tangan.
2.Dengan alat : Test kampimeter dan Test
perimeter
. Persiapan :
1.Pasien kooperatif.
2.Pasien diberi penjelasan test yang akan
dilakukan

. Test konfrontasi
. Interpretasi: Normal atau menyempit
...Nervus II: Optikus
3. Pemeriksaan Funduskopi
Pemeriksaan dilakukan dengan
bantuan oftalmoskop.
Yang diperiksa adalah keadaan retina
dan diskus optikus atau papila nervi
optici.
Nervus III, IV, VI: n. oculomotorius,
troclearis, abdusen
N. Oculomotorius
Fungsi : Somato motorik, visero motorik
Meninervasi m. rektus internus (medialis), m. rektus superior dan
m. rektus inferior, m. levator palpebra, serabut visero motorik
mengurus m. Sfingter pupil dan m. Siliare (lensa mata).

N. Troclearis
Fungsi : Somatomotorik
Menginervasi m. obliqus superior. Kerja otot ini menyebabkan
mata dapat dilirikkan ke bawah dan nasal.

N. Abdusen
Fungsi : Somatomotorik
Meninervasi m. Rektus eksternus (lateralis). Kerja mata ini
menyebabkan lirik mata ke arah temporal/ parietal.
Pemeriksaan n. III,IV,VI

1. Inspeksi saat istirahat :


Kedudukan bola mata
Observasi celah kelopak mata
2. Inspeksi saat bergerak :
Observasi gerakan mata sesuai perintah
3. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil.
1. Inspeksi saat istirahat
2. Pemeriksaan gerakan bola mata
a. Penilaian gerakan monokular
b. Penilaian gerakan kedua bola mata atas perintah
c. Penilaian gerakan bola mata mengikuti obyek
bergerak
d. Pemeriksaan gerakan konjungat reflektorik (dolls
eye movement)
Interpretasi gerakan bola mata :
Normal :
a)Gerakan konjungat
b) Gerakan diskonjungat/gerakan konversion
c) Dolls eye movement (+)

Kelainan :
a)Tanda parinaud (+) (paralisis lirikan ketas)
b)Stabismus
c)Gerakan okulogirik
d)Diplopia
e)Gangguan gerakan bola mata kesamping
f)Gangguan gerakan bola mata adduksi, kebawah
3. Pemeriksaan dan interpretasi
reaksi pupil
Nervus V: Trigemus
Fungsi : Somatomotorik, somatosensorik
n. Trigeminus terdiri dari:
Saraf motorik : mempersarafi otot pengunyah : m. Masseter, m.
Temporalis, m. Pterigoideus.
Saraf sensorik : mempersarafi wajah dalam 3 cabang : n.
ophtalmicus, n. Maxillaris, n.Mandibularis.

Pemeriksaan:
1. Fungsi motorik n. Trigeminus
2. Fungsi sensorik n.Trigeminus
3. Reflek Trigeminal
1. Fungsi Motorik n. Trigemius
2. Fungsi sensorik n. Trigeminus
Menggunakan kapas dan jarum diperiksa rasa
raba, rasa nyeri dsb.
Kemudian lakukan pemeriksaan pada dahi, pipi
dan rahang bawah.

Interpretasi :
Normal : gangguan sensibilitas(-)
Kelainan :
Analgesi : tidak merasakan rangsang nyeri
Termanestesi : tidak merasakan rangsangan suhu
Anestesi : tidak merasakan rangsangan raba
3. Reflek Trigeminal
Nervus VII: Fasialis
Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik,
pengecapan, somatosensorik

1. Motorik : mempersarafi semua otot wajah kecuali m. Levator


palpebra superior
2. Sensorik : khas pengecap 2/3 anterior lidah.
3. Visceromotorik : mengatur sekresi kel. lakrimalis, lingualis, dan
submandibularis.
4. Somatosensorik : merasakan nyeri pada palatum, meatus
akustikus eksternus, bagian luar gendang telinga.

Pemeriksaan:
1. Fungsi motorik n. Fasialis
2. Fungsi sensorik n. Fasialis
3. Parasimpatis n. Fasialis
2. Pemeriksaan fungsi pengecapan

Persiapan :
Bahan : larutan garam (rasa asin), gula (rasa
manis), kinine (rasa pahit), cuka (rasa asam)
Pemeriksaan:
1.Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya
2.Bersihkan lidah sebelum pemeriksaan
3.Berilah rangsangan pada indera pengecapnya
2/3 bagian depan
4. Pasien cukup menuliskan apa yang terasa
diatas secarik kertas
Interpretasi :
Ageusia, Pargeusia, Hipoageusia dan Hemiageusia
3. Pemeriksaan fungsi parasimpatis
Nervus VIII: n. Vestibulokoklearis

Fungsi : Sensorik khusus pendengaran


dan keseimbangan.
Cara Pemeriksaan n. kokhlerais :
a. Ketajaman pendengaran
b. Tes swabach
c. Tes Rinne
d. Tes webe
Pemeriksaan n. Vestibulokoklearis
Cara untuk menilai keseimbangan :
a)Tes romberg yang dipertajam
b)Tes melangkah di tempat (Stepping test )
c)Pemeriksaan dengan test kalori
d)Pemeriksaan past pointing test / Tes salah tunjuk
1. Pemeriksaan fungsi motorik
Nervus XI: n. Aksesorius
Nervus XII: n. Hipoglosus
Fungsi : Somatomotorik
Cara Pemeriksaan :
a. Suruh pasien membuka mulut dan perhatikan
lidah dalam keadaan istirahat dan bergerak
b. Dalam keadaan istirahat kita perhatikan :
- besarnya lidah,
- kesamaan bagian kiri dan kanan
- adanya atrofi
- apakah lidah berkerut
c. Apakah lidahnya mencong bila digerakkan
atau di julurkan
Pemeriksaan Kekuatan
Motorik
Pemeriksaan Sensorik

1. Pemeriksaan sensibilitas : rasa raba,


rasa nyeri, rasa suhu
2. Pemeriksaan rasa gerak dan rasa
sikap
3. Pemeriksaan rasa getar
4. Pemeriksaan rasa tekan
5. Pemeriksaan rasa interoseptif :
perasaan tentang organ dalam
6. Nyeri rujukan
Pemeriksaan fungsi bahasa
Afasia : kelainan berbahasa akibat
kerusakan di otak, tetapi bukan
kerusakan di persarafan perifer otot-
otot bicara, artikulasi maupun
gangguan penurunan inteligensia.

Afasia motorik tidak mampu mengeluarkan isi


pikirannya.
Afasia sensorik tidak dapat mengerti isi pikiran
orang lain walaupun alat bicara dan
pendengarannya baik.
Cara pemeriksaan
Mengajak penderita berbicara mulai
dari hal yang sederhana sampai hal-
hal yang sukar yang pernah diketahui
penderita sebelumnya. Bila tidak bisa
disuruh menuliskan jawaban atau
dengan isyarat. Afasia motorik
Cara pemeriksaan afasia sensorik:
Penderita diberi perintah untuk
melakukan sesuatu tanpa contoh. Bila
tidak bisa baru diberikan secara tulisan
atau isyarat. Syarat pemeriksaan sama
dengan afasia motorik.
Pemeriksaan fungsi memori
Pemeriksaan fungsi
orientasi
Pemeriksaan fungsi otonom
Pemeriksaan status mental mini (MMSE)

Evaluasi: kualitas dan kuantitas


kesadaran, perilaku, emosi, isi pikir,
kemampuan intelektual dan sensorik.
Bagian paling sensitif
1.Orientasi waktu;
2.Daya ingat;
3.Urutan angka.
. Nilai max 30. Nilai < 24 = gangguan
kognitif
Pemeriksaan fungsi
koordinasi
Menilai aktivitas serebelum. Terpenting
integrasi:
Motorik dari korteks
Ganglia basalis
Vestibular apratus
Korda spinalis
Jenis pemeriksaan: test telunjuk hidung, jari
tangan, tumit-lutut, diadokinesia, fenomena
rebound, mempertahankan sikap, nistagmus,
disgrafia dan rombreg.
Pemeriksaan refleks
Ref superfisial menggores kulit
abdomen bentuk 4 goresan segi empat
dibawah xfoid (diatas simpisis).
Ref tendon ketuk pada bisep, trisep,
patella dan achiles dengan hummer reflex
Hasil : hiporefleks LMN, hipereflex
UMN
Ref patologi Babinsky gores perm
plantar kaki. Hasil (+) : ekstensi ibu jari
...Pemeriksaan refleks
Refleks tendon (bisep dan trisep)
derajatnya:
0 = Absen reflek
1= Menurun
2 = Normal
3 = Hiperrefleks
4 = Hiperrefleks dengan klonus
...Pemeriksaan refleks
Refleks superficial
a. Refleks kulit perut: epigastrium (T6-9), abdomen
tengah T (9-11), Hipogastrium (T 11-L1) kontraksi
dinding perut (+)
b. Kremaster ( L1-2) Paha bagian dalam digores
kontraksi kremaster dan penarikan testis ke atas
c. Refleks anus ( S3-4-5) Pakai sarung tangan ujung jari
dimaasukkan kedalam cincin anus terasa kontraksi
spingter ani
d. Refleks bulbokavernosus Kulit penis atau glan dicubit
terlihat kontraksi bulbokavernosus
e. Refleks Plantar ( L5, S 1-5) Telapak kaki dirangsang
akan timbul fleksi jari kaki seperti pemeriksaan
Babinski
...Pemeriksaan refleks
Respon : fleksi lengan pada sendi siku (bisep)
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
(trisep)
...Pemeriksaan refleks
Respon : plantar fleksi kaki karena
kontraksi m. Quadrisep femoris
(patella)
Pemeriksaan refleks
patologis
1. Babinsky: Telapak kaki digores dari tumit
menyusur bagian lateral menuju pangkal ibu
jari, timbul dorso fleksi ibu jari dan
pemekaran jari-jari lainnya.
2. Chaddock : Tanda babinski akan timbul
dengan menggores punggung kaki dari arah
lateral ke depan
3. Oppenheim : Mengurut tibia dengan ibu
jari, jario telunjuk, jari tengah dari lutut
menyusur kebawah (+ = babinsky)
...Pemeriksaan refleks
patologis
4. Gordon : m. gastrocnemius ditekan (+
sama dengan Babinski)
5. Scahaefer : babinski timbul dengan
memijit tendon Achiles.
6. Rosollimo: mengetok bagian basis telapak
jari kaki (+) fleksi jari-jari kaki.
7. Mendel Rechterew: mengetok bagian
dorsal basis jari kaki. (+) fleksi jari kaki.
8. Hoffman Trommer: positif timbul gerakan
mencengkram pada petikan kuku jari
telunjuk atau jari tengah.
...Pemeriksaan refleks
patologis
Reflek chaddok
Penggoresan kulit dorsum pedis bagian
lateral sekitar maleolus lateralis dari
posterior ke anterior. Ref chaddok (+)
bila tanda babisky (+)
...Pemeriksaan refleks
patologis
Reflek Schaeffer
- Menekan tendon achilles.
- Ref Schaeffer (+) bila tanda
babisky (+)
...Pemeriksaan refleks
patologis
Reflek Oppenheim
- Pengurutan dengan cepat krista
anterior tibia dari proksiml ke distal.
- Ref Oppenheim (+) bila tanda
babisky (+)
...Pemeriksaan refleks
patologis
Reflek Gordon
- Menekan pada m. gastrocnemius
(otot betis).
- Ref Gordon (+) bila tanda babisky
(+).
...Pemeriksaan refleks
patologis
Reflek Gonda
- Menekan (memfleksikan) jari kaki ke-
4, lalu melepaskannya dengan cepat.
Positif sama kayak tanda babinsky
Daftar Pustaka
1. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2011. 2-200.
2. Sidharta P, Mardjono M. Neurologi klinis dasar. 6th ed. Jakarta: Dian
Rakyat. 1997. 70-113.
3. Fitzgerald MJ, Gruener G, Mtui E, Clinical Neuroanatomy and
Neuroscience Fifth ed. International edition, Saunders Elsevier,
British. 2007. 225-57.
4. Bickley L, Szilagui P. Bates' Guide to Physical Examination and
History Taking . 9th ed. Lippincott Williams & Wilkins. 2007.
5. Davis LE, King ML, Schultz JL. Fundamentals of Neurologic disease :
Neurological Examination. 2005. 9-21.
6. Mirawati DK, Widjojo FX, Sudomo A, dkk. Bagian Ilmu Penyakit
Saraf: Pemeriksaan Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret, RSUD dr. Moewardi Surakarta.
7. Mardjono M, sSidartha P. Neurologi Klinis Dasar. Jakart: Dian
Rakyat. 2012.
8. Sidarta P. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian
Rakyat. 2009.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai