Anda di halaman 1dari 21

BAB VI

TINDAKAN ENDOSKOPI

Tindakan endoskopi dilakukan oleh tim yang terdiri dari dokter dan perawat,
dimana perawat sebagai anggota tim mempunyai peran sebagai berikut :
- Menyiapkan lingkungan /ruangan /alat/ obat-obatan.
- Mengobservasi pasien sebelum,pada saat dan sesudah prosedur
- Mendampingi dokter dalam tindakan
- Membersihkan, mendesinfeksi dan menyimpan alat

6.1 Tindakan Esofago-Gastro-Duodenoskopi ( EGD )

Gambar 6.1
1. Pengertian
Esofago-Gastro-Duodenoskopi/Gastroskopi adalah suatu pemeriksaan
lansung kedalam rongga saluran cerna bagian atas mulai dari tenggorokan
(esophagus), Lambung ( maag ), Sampai ke usus 12 jari ( duodenum ) dengan
memasukkan alat gastro intestinal Fiberskop ( GIF )
2. Tujuan :
a. Diagnostik : Esofagogastroduodenoscopi (EGD) dan biopsy
b. Terapeutik :
 Skleroterapi dan ligasi varises esofagus
 Skleroterapi histoacryl varises esofagus
 Pemasangan stent esofagus

56
57

 Pemasangan flowcare
 Pemasangan Percutaneus Endoscopic Gastrostomy(PEG)
 Dilatasi esophagus dengan busi Savary-Guillard
 Polipektomi polip esofagus, gaster dan duodenum
 Hemostatis endoscopi (perdarahan non varises : adrenalin +
aethoxysclerol, berryplast endoclip dll).
 Endoscopic Mucosal Resection(EMR)
 Terapi laser pada tumor, perdarahan dll.

3. Indikasi :
a.Menentukan diagnosa penderita dengan keluhan saluran cerna yang berulang
(kronis) atau berat, dengan keluhan nyeri pada uluh hati, kembung, mual
dan muntah
b. Mengetahui keadaan perdarahan saluran cerna atas dan menentukan
sumber perdarahan dengan keluhan seperti muntah darah.
c.Menghentikan perdarahan saluran cerna
d. Pengobatan varises tenggorokan / esophagus
e.Mengangkat daging tumbuh (polip) di tenggorokan (esophagus) atau daging
tumbuh (polip) pada lambung.
f. Mengambil benda-benda yang tertelan seperi : koin, gigi palsu, duri ikan,
batu batrei/jam tangan, kancing dll
g. Melakukan gastrostomi, yaitu tindakan membuat lubang secara lansung
pada lambung untuk memberikan makanan pada keadaan dan kondisi
tertentu
4. Kontra indikasi Absolut:
b. Tidak kooperatif
c. Psikopat
d. Alergi obat premedikasi
e. Koma
f. Infark miokard akut
g. Respiratori distress
h. Perdarahan massif
i. Gagal jantung berat
58

j. Emfisema dan penyakit paru obstruksi berat


k. Rejatan akibat perdarahan
l. Onklusi koroner akut

5. Kontra indikasi Relatif


a.Gagal jantung
b. Sesak nafas
c.Gangguan kesadaran
d. Aneurisma aorta torakalis
e.Tumor Mediastinum
f. Stenosis esofagus
g. Gastritis korosif akut
h. Gastritis flegmonosis
i. Luka korosif esophagus
j. Aneurisms Aorta
k. Aritmia Jantung Berat
l. Kifoskoliosis berat
m. Divertikulum Zenker
n. Ostifit besar pada tulang sevikal
o. Struma Besar
p. Anemia Berat
q. Toksemia kehamilan
r. Pasca bedah abdomen yang baru
s. Gangguan kesadaran
t. Penyakit Infeksi akut ( peritonitis, Pneomonia, kolisistitis dll )

6. Persiapan
a. Persiapan pasien, meliputi persiapan fisik dan psikologis pasien :
- Menjelaskan tentang maksud dan tujuan dari pemeriksaan sekaligus
mendapatkan persetujuan/izin tindakan/ inform consent
- Memastikan bahwa pasien sedang puasa, minimal 6 – 8 jam sebelum
pemeriksaan
- Mengukur dan mencatat hasil observasi keadaan fisik pasien/tanda-
tanda vital
59

- Mengukur Gula Darah ( GDA ) pada pasien dengan riwayat penyakit


Diabetes Melitus ( DM ).
b. Persiapan alat
Sumber cahaya/Light Source
Gastrointestinal Fiberskop
Suction Unit
Penyangga mulut ( mouth piece )
Kamera
Forcep biopsy bila perlu
Oksigen set
Handuk kecil
Tissu
Bengkok
Gunting perban
Kasa seteril
Kapas antiseptic
Spuit 20 cc (1 buah), 2,5 cc (2 buah)
Botol kecil bertutup isi formalin 10 % ( untuk sediaan biopsy )
Tiang infuse dan peralatan infuse lengkap/sesuai kebutuhan
Peralatan NGT ( bila perlu )
Karet pembendung
c. Persiapan Obat-obatan
Penenang ( Valium, diazepam, dormicum )
Buscopan 1Amp
Xylokain spray 10 %
Sulfas Atropin 0,25 mg
Primperan – Analgesik Ex. Tramadol

4. Pelaksanan
a. Menjelaskan ulang kepada pasien/keluarga tentang kegiatan /tindakan
yang akan di lakukan
b. Mengendorkan ikat pinggang, menanggalkan gigi palsu, jilbab dan kaca
mata bila ada
60

c. Menyemprotkan xylocain spray 10 % ke dalam orofaring


d. Mengatur posisi pasien miring ke kiri tangan kiri dibawah bantal dan
tangan kanan diatas paha kanan.
e. Memberikan suntikan premedikasi ( Dormicum 3 mg dan buskopan 20
mg , diazepam 10 mg ) > sesuai dengan program dokter
f. Latih pasien cara menelan dan cara bernafas selama pemeriksaan.
g. Perawat dan dokter memakai Alat Pelindung diri ( skort ,Masker, sarung
tangan)
h. Memasang penyangga mulut (mouthpiece)
i. Menghubungkan skop dengan Video prossesor.
j. Memegang menahan mouthpiece agar fiberskop tidak tergigit oleh pasien
k. Sementara dokter melakukan pemeriksaan , perawat mengobservasi serta
memonitor tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran, bila ada perubahan –
perubahan yang mengewatirkan segera lapor ke dokter
l. Melakukan suction bila terdapat secret/air liur yang banyak
m. Apabila ditemukan kelainan yang memerlukan tindakan biopsy, dokter
melakukan biopsy kemudian perawat :
- Memasukkan specimen ke dalam botol
- Memberi label nama, tanggal / bulan / tahun dan jenis specimen tersebut
n. Sementara dokter mengeluarkan fiberskop, perawat mengobservasi pasien
kemudian mouthpiece di lepaskan
o. Pasien dirapikan dan alat-alat di lepaskan
5. Pasca Tindakan
a. Memindahkan pasien ke ruang pulih (RR)
b. Mengobservasi tanda-tanda vital, muntah dan tingkat kesadaran. Pasien
tidak boleh makan/ minum post tindakan kurang lebih ½ - 1 jam, untuk
mencegah terjadinya aspirasi.
c. Serah terima pasien kepada perawat ruangan bila pasien rawat inap serta
untuk pasien yang rawat jalan tidak diperbolehkan mengemudikan
kendaraan bermotor sampai efek obat penenang menghilang, dansebaiknya
didampingi oleh keluarga pulang kerumah untuk mencegah hal-hal yang
tidak di inginkan.
61

6.2. Tindakan Sklerterapi Endoskopik


1. Pengertian
Skleroterapi adalah suatu metode pengobatan dengan cara
memasukkan/menyuntikan obat sklelosan kedalam pembulu darah vena
maupun di samping pembuluh-pembuluh darah vena untuk mengatasi
perdarahan pada varises esophagus
2. Tujuan
Menghentikan perdarahan saluran cerna bagian atas yang disebabkan oleh
varises esophagus yang pecah.
Memperlambat proses pecahnya varises esophagus (varises esophagus yang
pernah berdarah.
Merupakan upaya tindak lanjut dalam mencegah perdarahan di masa
mendatang (varises esophagus yang belum berdarah)
3. Indikasi
Pengobatan darurat untuk menghentikan perdarahan aktif varises
esophagus, terutama bila pengobatan secara konvesional mengalami
kegagalan.
Pengobatan efektif atau definitive, untuk mengeradikasi varises agar tidak
terjadi perdarahan ulang, setelah perdarahan aktiv berhenti
Pengobatan profilaksis, bila tindakan efektif dikerjakan sebelum terjadi
perdarahan
4. Persiapan Tindakan
a. Persiapan alat
Light Soerce (sumber cahaya)
Gastrointestinal Fiberskop (Instrumen Chanel 3,2 mm)
Unit suction
Mouth piece
Kanul skleroterapi
Kamera dan Film bila perlu
Teaching Fiberskop (bila perlu)
62

Oksigen set
Bengkok
Kasa dan tissue
Handuk kecil
Spuit 20 cc (2 buah), Sepuit 2,5 cc (2 buah)
b. Persiapan Obat-obatan
Sulfas atrupin 0,25 mg (1 amp)
Buscopan 20 mg (1 amp)
Etosisklero 1 %, 2 %, 3 % (diencerkan sesuai kebutuhan)
Valium 10 mg (1 amp)
Aquadest
Xylocain spray 10 %
c. Persiapan Pasien
1) Persiapan mental/Psikologis
Menjelaskan tentang maksud dan tujuan dari pemeriksaan sekaligus
meminta persetujuan / izin tindakan ( Inform Consent )
2) Persiapan Fisik
Menilai faal haemostasis (Hb, PCV, trombo, PPT, APTT, Masa
perdarahan dan masa pembekuan) sebagai bahan pertimbangan dan
untuk tindakan lanjutan
Memastikan pasien dalam keadaan puasa (puasa 6 – 8 Jam sebelum
pemeriksaan ) kecuali perdarahan akut
Menilai tanda tanda vital dan tingkat kesadaran pasien
Memasang infuse bila perlu
5. Pelaksanaan
a.Menjelaskan ulang kepada pasien/keluarga tentang kegiatan/tindakan yang
akan dilakukan
b. Menanggalkan gigi palsu dan kaca mata bila ada
c.Menyemprokan Xilocain Seppray 10 % ke dalam Orofaring
d. Mengatur posisi pasien tidur miring ke kiri
e.Memberi suntikan premedikasi (Sulfas atropine 0,25% dan Buscopan 20 mg,
Valium 10 mg atau sesuai dengan program dokter
f. Perawat dan dokter memakai skort dan sarung tangan
63

g. Menghubungkan skop dengan sumber cahaya dan suction kemudian


menghidupkan alat
h. Memasang penyangga mulut (mouthpiece)
i. Perawat memegang atau menahan mouthpiece agar skop tidak tergigit oleh
pasien.
j. Sementara dokter melakukan pemeriksaan, perawat mengobservasi tanda-
tanda vital dan tingkat kesadaran pasien dan melaporkan kepada dokter
bila ada tanda perubahan yang mengkhawatirkan
k. Melakukan Suction apabila terdapat lender /
l. air liur yang banyak
m. Apabila dokter telah menentukan lokasi varises yang akan di skleroterapi
maka perawat memberikan obat etosesklero
n. Sementara dokter mengeluarkan fiberskop, Perawat mengobservasi pasien
kemudian Mouthpiece dikeluarkan
o. Merapikan pasien dan alat di bereskan
6. Pasca Tindakan
a.Memindahkan pasien ke ruang pulih (RR)
b. Mengobservasi tanda-tanda vital, perdarahan, muntah dan tingkat
kesadaran
c.Pasien di puasakan 2 jam pertama setelah tindakan skleroterapi (sampai
pasien sadar betul dan tidak ditemukan tanda-tanda perdarahan serta
muntah)
d. Memungkinkan, Menyampaikan program terapi sesuai anjuran dokter dan
memberitahukan hal-hal istimewa mengenai keadaan pasien
e.Bagi pasien rawat jalan , apabila keadaan umum baik (sudah sadar betul,
tidak ditemukan tanda-tanda perdarahan), pasien boleh pulang setelah
diobservasi selama 2 – 4 jam.
64

6.3. LVE ( Ligasi Varices Esofagus )

Gambar 6.2
1. Pengertian.
Suatu tindakan pengikatan pada varises esophagus dengan menggunakan karet
bundar kecil dan elastis yang akan menghalangi aliran darah sehingga menjadi
fibrosis melalui alat endoskopi
2. Tujuan
-Untuk mencegah pecahnya varises esophagus
- Untuk memperlambat proses timbulnya varises yang lebih besar.
3. Indikasi
Pengobatan darurat untuk menghentikan perdarahan aktif varises
esophagus, terutama bila pengobatan secara konvesional mengalami
kegagalan.
Pengobatan efektif atau definitive, untuk mengeradikasi varises agar tidak
terjadi perdarahan ulang, setelah perdarahan aktiv berhenti
Pengobatan profilaksis, bila tindakan efektif dikerjakan sebelum terjadi
perdarahan.
Varises esophagus grade III atau IV.
4. Persiapan Tindakan
a. Persiapan Alat
65

Light Soerce (sumber cahaya)


Gastrointestinal Fiberskop (Instrumen Chanel 3,2 mm)
Unit suction
Mouth piece
1 set Saeed shooter
Kamera dan Film bila perlu
Teaching Fiberskop (bila perlu)
Oksigen set
Bengkok
Kasa dan tissue
Handuk kecil
Spuit 20 cc (2 buah), Sepuit 2,5 cc (2 buah)
Karet Ligasi 6 buah
b. Persiapan Obat-obatan
Sulfas atrupin 0,25 mg (1 amp)
Buscopan 20 mg (1 amp)
Valium 10 mg (1 amp)
Aquadest
Xylocain spray 10 %
c.Persiapan Pasien
1) Persiapan mental/Psikologis
Menjelaskan tentang maksud dan tujuan dari pemeriksaan sekaligus
meminta persetujuan / izin tindakan ( Inform Consent )
2) Persiapan Fisik
Menilai faal haemostasis (Hb, PCV, trombo, PPT, APTT, Masa
perdarahan dan masa pembekuan) sebagai bahan pertimbangan dan
untuk tindakan lanjutan
Memastikan pasien dalam keadaan puasa (puasa 6 – 8 Jam sebelum
pemeriksaan ) kecuali perdarahan akut
Menilai tanda tanda vital dan tingkat kesadaran pasien
Memasang infuse bila perlu
5. Pelaksanaan.
66

a.Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang


akan dilakukan.
b. Dokter dan perawat memakai APD ( Masker , handschoon, Scort )
c.Siapkan 6 buah karet ligasi pada Saeed shooter.
d. Pasang Multi Bland Ligator pada channel biopsy.
e.Insersi Grasping Snare ke dalam MBL sampai keluar di ujung skop.
f. Tarik snare dengan Grasping sampai keluar MBL.
g. Yakinkan Opti – Vu Barrel pada tip endoskopi (dapat dilihat pada
monitor).
h. Mengendorkan ikat pinggang, menanggalkan gigi palsu, jilbab dan kaca
mata bila ada
i. Menyemprokan Xilocain Seppray 10 % ke dalam Orofaring
j. Mengatur posisi pasien tidur miring ke kiri tangan kiri dibawah bantal,
tangan kanan lurus diatas paha kanan. Kepala sedikit menunduk.
k. Memberi suntikan premedikasi (Buscopan 20 mg, Valium 10 mg atau
sesuai dengan program dokter).
l. Memasang penyangga mulut (mouthpiece)
m. Perawat dan dokter memakai skort , masker dan sarung tangan
n. Menghubungkan skop dengan sumber cahaya dan suction kemudian
menghidupkan alat
o. Ujung skop diberi Jelly kira – kira sepanjang 10 cm
p. Skop dimasukkan melalui mulut sampai esophagus untuk melihat lokasi
varises.
q. Ujung skop ditempelkan pada varises , kemudian di suction sampai
terhisap setengah sampai dalam ring, MBL diputar, maka varises akan
terikat oleh ring karet.Hal tersebut diulang sampai maksimal 6 kali ikatan.
r. Perawat selalu mengobservasi keadaan pasien.
s. Skop dikeluarkan perlahan sambil mengobservasi perdarahan.
t. Mouth piece dilepas, pasien dan alat dibersihkan dan dirapikan
6. Pasca Tindakan
a. Memindahkan pasien ke ruang pulih (RR)
b. Mengobservasi tanda-tanda vital, perdarahan, muntah dan tingkat kesadaran,
setiap 15 menit pada satu jam pertama.
c. Klien puasa 6 jam post tindakan.
67

d. Kemudian diet cair selama 2 hari, diet bubur halus 2 hari, dan bubur kasar 2
hari, selanjutnya boleh nasi tim.
e. Observasi perdarahan 1 kali 24 jam.

6.4. Endoskopic Retrograde Cholangio Pancreatography ( ERCP )


1. Pengertian
Endoskopic Retrograde Cholangio Pancreatography ( ERCP ) merupakan
suatu perpaduan antara pemeriksaan endoskopi dan radiology untuk
mendapatkan anatomi dari system traktus biliaris (kolangiogram) dan
sekaligus duktus pancreatikus (pancreatogram).
ERCP adalah suatu pemeriksaan dari saluran pancreas dan saluran empedu
dengan menyuntikan zat kontras setelah melakukan kanulasi papilla vateri
dengan kateter melalui duedenoskop optic samping dan dilakukan bersama
dengan alat radiology untuk monitor.
2. Tujuan
 Mngetahui kelainan di kantong empedu, saluran empedu dan saluran
pancreas (kelenjar liur perut).Antara lain : batu empedu ,tumor, dan radang
 Mengambil batu di saluran empedu
 Mengatasi sumbatan saluran empedu/pancreas akibat tumor, radang,
batu dll
3. Indikasi
 Ikterus dengan penemuan USG /Ultrasonografi normal, tetapi ada dugaan
keras obtruksi atau USG tidak konklusif serta tidak dapat memberikan
informasi yang di perlukan untuk therapy adekuat.
 Nyeri Pasca kolisistektomi
 Pancreatitis tanpa sebab yang jelas
4. Persiapan Tindakan
a. Persiapan Alat
 Sumber cahaya / light source
 JF Duodenoskop
68

 Unit suction
 Penyangga mulut (mouth piece)
 Kamera Polaroid / film rontgent
 Kateter ukuran 5 Fr
 Oksigen set
 Sarung tangan
 Baju apron
 Baju khusus untuk pasien
 Kapas antiseptic
 Spuit 20 cc (3 buah), spuiot 2,5 cc (3 buah)
b. Persiapan Obat
 Pehidin injeksi
 Valium/dormikum injeksi
 Buskopan Injeksi
 Gascon
 Anexate (kalau perlu)
 Xylokain sepray 10 %
 Xylocain jelly/ KY jelly
 Orografin 60 % dengan pengenceran 1 : 3
c. Persiapan Pasien
1) Persiapan mental/ Psikologis
Menjelaskan teentang maksud dan tujuan dari pemeriksaan sekali gus
mendapatkan persetujuan izin tindakan (inform consent)
2) Persiapan Fisik
 Memastikan pasien sedang puasa (puasa 6- 8 jam sebelum
pemeriksaan)
 Menilai darah Hb, masa perdarahan, masa pembekuan, waktu
protrombin dan trobosit sebagai bahan pertimbangan untuk
tindakan lanjutan
 Mengukur mencatat hasil observasi keadaan fisik pasien dan tanda
vital
5. Pelaksanaan
69

a. Menyiapkan pasien mengenakan baju khusus untuk pemeriksaan


b. Mengatur posisi tidur miring ke kiri, dengan tangan kiri ditaruh di
belakang punggung di meja Radiologi
c. Perawat dan dokter memakai baju apron dan sarung tangan
d. Menanggalkan gigi ppalsu dan kaca mata bila ada
e. Memasang penyangga mulut (mouthpiece)
f. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
g. Menyemprokan Xilocain Seppray 10 % ke dalam Orofaring
h. Memberi suntikan premedikasi (Sulfas atropine 0,25% dan Buscopan 20
mg, Valium 10 mg atau sesuai dengan program dokter
i. Menghubungkan skop dengan sumber cahaya dan suction kemudian
menghidupkan alat
j. Sementara skop diinsersi ke mulut pasien, perawat mengobservasi pasien
k. Setelah dokter menemukan lokasi papilla vateri, maka dokter melakukan
kanulasi, perawat mengamati/mengobservasi tanda vital dan tingkat
kesadaran pasien dan melaporkan kepada dokter bila ada perubahan-
perubahan yang mengkhawatirkan
l. Melakukan Suction apabila terdapat lender / air liur yang banyak
m. Mengeluarkan kanul ERCP dari duodenoskop
n. Sementara dokter mengeluarkan fiberskop, perawat mengobservasi pasien
kemudian mouth piece di keluarkan
o. Merapikan pasien dan alat
6. Pasca Tindakan
a. Memindakan pasien dari meja radiology ke tempat tidur pasien
b. Mengobservasi tanda-tanda vital, tingkat kesadaran dan muntah
c. Serah terima kepada perawat ruangan setelah keadaan umum pasien
memungkinkan
d. Menyampaikan program dokter kepada perawat ruangan
e. Pasien dipuasakan 4 jam pertama setelah tindakan ERCP
f. Pasien diberikan diit lunak setelah pasien sadar betul, sudah flatus, dan
tidak ditemukan factor-faktor penyulit (mual,kembung,muntah dan reflek
menelan sudah baik)
70

6.5. Tindakan Kolonoskopi

Gambar 6.3
1. Pengertian
Kolonoskopi adalah suatu pemeriksaan kolon atau usus besar (rectum,
sigmoid, kolon desendens, kolon transversum dan kolon asendens) dengan
memasukkan alat kolonoskop ke dalam usus besar melalui anus.
2. Tujuan
 Untuk mengevaluasi kelainan saluran cerna bagian bawah, bilamana hasil
pemeriksaan radiology meragukan atau tidak di dapatkan kelainan ,
sedangkan gejala-gajala penyakit ada
 Untuk meneliti lebih lanjut penyakit kolon pada pasien anemia dengan
penurunan berat badan yang tidak jalas penyebabnya
 Untuk menegakkan diagnosa keganasan pada kolon
 Untuk pengobatan dan biopsy terminalis
 Follow up sesudah pengangkatan polip atau kangker
3. Indikasi
71

 Mengevaluasi hasil pemeriksaan radiology


 Perdarahan peranus
 Penyakit peradangan kolon seperti colotis ulceratif
 Dugaan keganasan kolon
 Pasca Bedah untuk mnegevaluasi anastomosis kolon
 Anemia defisiensi besi yang tidak diketahui penyebabnya

6. Kontra Indikasi
- Pasien tidak kooperatif.
- Perforasi usus.
- Peritonitis.
- Hamil trimester ke 3.
7. Kontra Indikasi Relatif
a. Kelainan integritas usus:
- Kolitis akut berat
- Obstruksi intestinal        
- Baru menjalani anastomosis usus.
b. Visualisasi terganggu
- Persiapan tidak baik
- Perdarahan akut saluran cerna masif
c. Kelainan Organ sekitar
-     Aneurisma aorta atau arteri iliaka
-     Baru menjalani operasi.
d. Faktor penyakit dasar
-     Koagulopati                           
-    Penyakit berat.
8. Persiapan Tindakan
a. Persiapan alat
 Sumber cahaya (light source)
 Kolon fiberskop
 Suctin
 Biopsi forcep
72

 Kamera/TV dan Vidio printer


 Clana pendek lubang bagian belakang
 Bengkok
 Kain kasa
 Botol kecil berisi cairan formalin
 Spuit 20 cc (1 buah), spuit 2,5 cc(2 buah)
 Sarung tangan
 Kapas antiseptic
 Alas bokong / underpet
b. Persiapan Obat
 Lubricating jelly KY
 Valium/Dormikum/Diazepam
 Yal Tube (untuk sisa-sisa faeses)
c. Persiapan Pasien
1) Persiapan mental/psikologis
Mejelaskan tujuan dan manfaat pemeriksaan, dimana pemeriksaan ini
dilakukan dalam keadaan usus bersih dari tinja sehingga perlu
ditekankan pentingnya mematuhi persiapan, sekaligus mendapatkan
persetujuan/izin tindakan (inform consent)
2) Persiapan Fisik
Meyakinkan bahwa kolon dalam keadaan bersih dengan persiapan yang
telah kita instruksikan
9. Pelaksanaan
a. Menjelaskan ulang kepada pasien/keluarga
tentang kegiatan/tindakan yang akan dilakukan
b. Menyiapkan pasien mengenakan celana khusus
kolonoskopi (celana lubang/bagian lubang ditempatkan di belakang)
c. Mengatur posisi pasien berbaring miring kekiri
d. Memberi prmedikasi (sesuai program dokter)
e. Menghubungkan skop dengan sumber cahaya dan
suction, kemudian alat dihidupkan
f. Mengolesi KY jelly pada ujung fiberskop dan
lobang anus
73

g. Dokter mengarahkan fiberskop, sementara Perawat


menginsersi fiberskop dan mengobservasi tanda-tanda vital, tingkat
kesadaran pasien, melaporkan pada dokter dbila ada tanda-tanda yang
mencurigakan dan memperthankan posisi fiberskop pada posisi yang di
perlukan
h. Sementara dokter melakukan pemeriksaan perawat
merubah posisi berbaring, berbaring pasien sesuai dengan kebutuhan bila di
temukan hal-hal yang mencurigakan dokter melakukan biopsy dan Foto
i. Perawat mengeluarkan fiberskop sambil
mengobservasi pasien
j. Merapikan pasien dan alat.
10. Pasca Tindakan
 Memindakan Pasien ke ruang pulih
 Mengobservasi dan menilai tanda-tanda vital,kembung dan tingkat
kesadaran
 Serah terima pasien kepada perawat ruangan setelah keadaan umum pasien
memungkinkan (kesadaran pulih)

6.6. Polipeptomi Kolonoskopi


1. Pengertian
Polipektomi kolonoskopi adalah suatu tindakan medik untuk mengangkat
polip di kolon atau usus besar (rectum, sigmoid, kolon asendens, kolon
transfersum, dan kolon asendens) dengan alat kolonoskop yang dilakukan oleh
dokter yang berpengalaman (Ahli Gastroendoskopi)
2. Tujuan
 Untuk menginformasikan hasil pemeriksaan kolon inloop
 Untuk menentukan jenis histologic dari polip tersebut
 Untuk melakukan pengobatan
3. Indikasi
 Polip kolon
4. Persiapan Tindakan
a. Persiapan Alat
- Sumber cahaya (light source)
74

- Kolon fiberskop
- Suction beserta konector
- Biopsi forcep
- Hot Biopsi forcep
- Elektro surgical unit set
- Cutting circuit
- Snare loop
- Sikat pembersih (clening Brush)
- Plate
- Celana pendek lubang bagian belakang
- Bengkok
- Kain kasa dan kertas tisu
- Botol kecil berisi larutan formalin 10 %
- Spuit disposable20 cc (1 buah), Spuit 2,5 cc (2 buah)
- Sarung tangan
- Kapas antiseptic
- Alas bokong
- Jarum injector disesuaikan.
- Patien plate.
b. Persiapan Obat
- Dormikum 5 mg/3ml 1 amp
- Valium 10 mg 1 amp
- Pethidin 1 amp
- Adrenalin 1 amp
- KY Lubricating 1 amp
- Buskopan 1 amp
c. Persiapan pasien
1) Persiapan Mental
- Menjelaskan tujuan dan manfaat pemeriksaan di mana pemeriksaan
ini dilakukan dalam keadaan usus bersih dari tinja, sehingga perlu
ditekakan persetujuan / izin tintakan (inform consent) Dan
pentingnya mematuhi persiapan,
2) Persiapan Fisik
75

- Menilai hasil pemeriksaan darah, Hb, Waktu perdarahan , waktu


pembekuan, masa protrombin, trombosit dan tanda – tanda vital.
- Meyakinkan kolon dalam keadaan bersih
5. Pelaksanaan.
a.Menjelaskan ulang pada pasien tentang kegiatan / tindakan yang akan
dilakukan.
b. Menyiapkan pasien mengenakan celana khusus kolonosopi ( celana bolong
).
c.Mengatur pasien berbaring, miring kekiri dengan kaki kiri ditekuk senyaman
mungkin.
d. Memberi premedikasi sesuai program dokter.
e.Pasang patient plate.
f. Perawat dan dokter memakai scort, sarung tangan dan masker.
g. Menghubungkan skop dengan sumber cahaya dan alat dihidupkan.
h. Mengolesi jelly pada ujung skop.
i. Sementara dokter mengarahkan skop, Perawat menginsersi fiberskop,sambil
mengobservasi tanda-tanda vital, tingkat kesadaran pasien, melaporkan
pada dokter dan bila ada tanda-tanda yang mencurigakan dan
mempertahankan posisi fiberskop pada posisi yang di perlukan
j. Bila polip sudah ditemukan , maka perawat membantu memasukkan snare
loap melalui chanel opening, kemudian hati- hati menangkap polip
tersebut dengan mengeluarkan snare loap sampai terbuka.
k. Apabila polip sudah ditangkap, snare diturunkan sampai kira- kira
ditengah tangkai.
l. Sebelum menjerat polip tersebut, pastikan bahwa ujung sheath of the snare
didorong kea rah polop dan sampai ketengah tangkai polip, kemudian
menjerat sampai kencang akan tetapi jangan terlalu keras karena snarenya
dapat memotong sebelum terjadi koagulasi.
m. Harus dipastikan dulu apakah jeratan sudah ditempat yang diinginkan dan
cukup kencang , maka barulah mulai koagulasi.
n. Bila jaringan sudah terkoagulasi, baru diganti dengan aliran cutting dengan
mengencangkan jeratan.
o. Bila polip sudah terpotong , dan bagian yang terpotong ditangkap dengan
snare atau grasping forceps.
76

p. Setelaj itu polip dimasukkan ke dalam botol / tabung yang berisi larutan
formalin 10 %, memberi label, nama, tanggal , bulan, tahun, dan jenis
specimen tersebut dan dikirim ke bagian patologi anatomi.
q. Perawat mengeluarkan fiberskop, dan mengobservasi pasien.
r. Merapikan pasien dan alat.
6. Pasca Tindakan
 Memindakan Pasien ke ruang pulih
 Mengobservasi dan menilai tanda-tanda vital,kembung dan tingkat
kesadaran
 Serah terima pasien kepada perawat ruangan setelah keadaan umum pasien
memungkinkan (kesadaran pulih) dan menyampaikan instruksi agar ;
o Memantau pasien selama 24 jam guna mengetahui adanya perdarahan.
o Menilai Hb, tiap 8 jam pertama pasca tindakan, bila Hb stabil,
perdarahan tidak ada, selanjutnya pemeriksaan Hb di stop.
o Klien dipuasakan 2 – 4 jam .
o Diet cair selama satu hari kemudian bubur saring dan meningkat
bertahap.
- Kolaborasi obat anti perdarahan .

Anda mungkin juga menyukai