TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga
digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini digunakan hanya dalam
waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).
Tindakan pemasangan Selang Nasogastrik adalah proses medis yaitu memasukkan
sebuah selang plastik ( selang nasogastrik, NG tube) melalui hidung, melewati tenggorokan
dan terus sampai ke dalam lambung. (http://en.wikipedia.org/wiki/Nasogastric_intubation)
Nasogastrik: Menunjuk kepada jalan dari hidung sampai ke lambung.
Selang Nasogastrik adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung ( melewati
nasopharynx dan esophagus ) menuju ke lambung. Singkatan untuk Nasogastrik adalah NG.
Selangnya disebut selang Nasogastrik.
"Nasogastric" terdiri dari dua kata, dari bahasa Latin dan dari bahasa Yunani, Naso
adalah suatu kata yang berhubungan dengan hidung dan berasal dari Latin nasus untuk
hidung atau moncong hidung. Gastik berasal dari bahasa Yunani gaster yang artinya the
paunch ( perut gendut) atau yang berhubungan dengan perut. Istilah nasogastric bukanlah
istilah kuno melainkan sudah disebut pada tahun 1942.
(http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=9348)
1. DEFINISI NGT
Selang Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukkan melalui
hidung sampai ke lambung. Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan
kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan, cairan, dan obat-obatan
secara oral. Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi dari lambung dengan cara disedot.
(http://dying.about.com/od/glossary/g/NG_tube.htm )
Nutrisi Enteral
Nutrisi Enteral merupakan pemberian nutrient melalui saluran cerna dengan
menggunakan sonde (tube feeding).
Nutrisi enteral direkomendasikan bagi pasien-pasien yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya secara volunter melalui asupan oral.
Pemberian nutrisi enteral dini (yang dimulai dalam 12 jam sampai 48 jam setelah
pasien masuk ke dalam perawatan intensif [ICU]) lebih baik dibandingkan pemberian nutrisi
parenteral.
Manfaat dari pemberian nutrisi enteral antara lain:
1. Mempertahankan fungsi pertahanan dari usus.
2. Mempertahankan integritas mukosa saluran cerna.
3. Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna.
4. Mengurangi proses katabolic.
5. Menurunkan resiko komplikasi infeksi secara bermakna.
6. Mempercepat penyembuhan luka.
7. Lebih murah dibandingkan nutrisi parenteral.
8. Lama perawatan di rumah sakit menjadi lebih pendek dibandingkan dengan Nutrisi
Parenteral.
9. Pasien-pasien yang dapat diberikan nutrisi enteral adalah mereka yang tidak bisa makan,
tidak dapat makan, dan tidak cukup makan. (ASPEN, 1998)
Bila usus bekerja, gunakanlah. Kalimat yang sudah sering diucapkan berulang-
ulang kali itu, merupakan panduan untuk pemberian dukungan nutrisi.
Biasanya, adanya bunyi usus dan flatus merupakan indikator bahwa saluran cerna
berfungsi, khususnya pada pasien-pasien paska pembedahan.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa motilitas saluran cerna yang menurun pada periode
paska operasi ini, hanya mempengaruhi lambung dan usus besar (kolon), dan tidak
mempengaruhi fungsi usus halus.
Berkurangnya ataupun hilangnya bunyi usus tidak perlu sampai menghambat
pemberian nutrisi enteral (Lewis et al 2001).Sebaliknya, adanya bunyi usus juga tidak
menjamin bahwa pemberian nutrisi enteral bisa sukses, misalnya pada pasien-pasien dengan
Intractable diarrhea.
3. DOKUMENTASI
Catat hal-hal berikut pada lembar dokumentasi:
1. Tanggal dan waktu insersi selang.
2. Wakt dan jumlah drainase.
3. Ukuran dan tipe selang.
4. Toleransi klien terhadap prosedur.
B. PENKAJIAN
Pengkajian pada pasien yang akan dilakukan pemasangan NGT meliputi:
1. Biodata klien: Nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan,tingkat pendidikan, Diagnosa
medis,Tanggal admission.
2. Riwayat kesehatan: Riwayat Masa lalu klien, Riwayat kesehatan keluarga dan Riwayat
kesehatan klien saat ini.
3. Kondisi kesehatan saat ini.
Pemeriksaan fisik:
- Kesadaran umum: Allert/letargic, (regular/irregular),Pulse rate,Blood pressure.
- Tanda-tanda Vital: Respiration(regular/irregular),Respiration rate,Pulse rate,Blood pressure.
- Head to too; Apakah terdapat trauma di bagian kepala; nasophageal trauma,skull
fracture,maxilo fracture,cervical fracture,disphagia,atresia oesophagus,naso-oro-pharyngeal
burn.apakah terdapat paresthesia, hemipharesis,Apakah terdapat alat bantu
pernafasan;pemasangan mask oksigen,nasal canula,endotracheal
tube,guedel/mayo,ventilator,distensi abnominal, muntah(cairan,darah;warna,konsistensi).
Data Penunjang:
- Oxygen saturation
- Chest X-Ray
NGT on Chest-X Ray dan Upper Abdominal X Ray sesudah insertion untuk memastikan
posisi NGT di lambung.
- Laboratorium: sample darah lengkap,urine,stool.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan pemasangan NGT adalah
sebagai berikut :
- Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan.
- Gangguan Rasa Nyaman : mual muntah.
- Kurang pengetahuan.
C. PERENCANAAN SECARA UMUM
Perencanaan untuk pemasangan NGT sesuai dengan tujuan dan manfaat tindakan dan
indikasi kontraindikasi. Perencanaan keperawatan yang bertujuan untuk menghindari
beberapa komplikasi :
1. Komplikasi mekanis
a) Agar sonde tidak tersumbat perawat atau pasien harus teratur membersihkan sonde dengan
menyemprotkan air atau teh sedikitnya tiap 24 jam, bila aliran nutrisi enteral sementara
terhenti, sonde harus dibersihkan setiap 30 menit dengan menyemprotkan air atau teh.
b) Agar sonde tidak mengalami dislokasi sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap
hidung dengan plester yang baik tanpa menimbulkan rasa sakit, posisi kepala pasien harus
lebih tinggi dari alas tempat tidur (+ 30).
2. Komplikasi pulmonal: aspirasi.
a) Kecepatan aliran nutrisi enteral tidak boleh terlalu tinggi.
b) Letak sonde mulai hidung sampai ke lambung harus sempurna.
Untuk mengontrol letak sonde tepat di lambung, kita menggunakan stetoskop guna auskultasi
lambung sambil menyemprot udara melalui sonde.
3. Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde.
a) Sebelum sonde dimasukkan, harus diukur dahulu secara individual (pada setiap pasien)
panjangnya sonde yang diperlukan, dari permukaan lubang hidung sampai keujung distal
sternum.
b) Sonde harus diberi tanda setinggi permukaan lubang hidung.
c) Sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik tanpa
menimbulkan rasa sakit.
d) Perawat dan pasien harus setiap kali mengontrol letaknya tanda di sonde, apakah masih tetap
tidak berubah (tergeser).
4. Komplikasi yang disebabkan oleh yang zat nutrisi antara lain :
a) Komplikasi yang terjadi di usus :
Diare
Perut terasa penuh
Rasa mual, terutama pada masa permulaan pemberian nutrisi enteral
b) Komplikasi metabolik hiperglikemia
Perencanaan keperawatanya dari komplikasi yang terjadi di usus
Pemberian nutrisi enteral harus dilakukan secara bertahap.
Tahap pembangunan; dengan mempergunakan mesin pompa
Hari 1 : kecepatan aliran 20 ml/jam = 480 ml/hari
Hari 2 : kecepatan aliran 40 ml/jam = 960 ml/hari
Hari 3 : kecepatan aliran 60 ml/jam = 1440 ml/hari
Hari 4 : kecepatan aliran 80 ml/jam = 1920 ml/hari
Hari 5 : kecepatan aliran 100 ml/jam = 2400 ml/hari = 2400 kcal/hari
Kekurangan kebutuhan cairan dalam tubuh pada hari pertama sampai dengan hari keempat
harus ditambahkan dalam bentuk air, teh atau dengan sistem infus (parenteral).
Selanjutnya ada dua kemungkinan:
Kemungkinan I
Nutrisi enteral konsep 24 jam:
Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 100 ml/jam = 2400 ml/hari =
2400 kcal/hari.
Kemungkinan II
Hari 6: kecepatan aliran 120 ml/jam (selama 20 jam/hari)
Hari 7: kecepatan aliran 140 ml/jam (selama 17 jam/hari)
Hari 8: kecepatan aliran 160 ml/jam (selama 15 jam/hari)
Hari 9: kecepatan aliran 180 ml/jam (selama 13 jam/hari)
Hari 10: kecepatan aliran 200 ml/jam (selama 12 jam/hari)
Nutrisi enteral konsep 12 jam
Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 200 ml/jam = 2400ml/hari =
2400 kcal/hari
Maksud konsep 12 jam ini agar pasien hanya terikat oleh pemberian nutrisi enteral selama 12
jam sehari. Misalnya,hanya antara jam 19 sampai jam 7 pagi sambil tidur. Apabila timbul
rasa mual atau diare, pada waktu tahap pembangunan dianjurkan supaya kecepatan aliran
nutrisi enteral diturunkan 40 ml/jam.
Contoh :
26 Cermin Dunia Kedokteran No. 42, 1987
Pada kecepatan 100 ml/jam, pasien merasa mual dan mendapat diare.
Dianjurkan:
- kecepatan diturunkan sampai 60 ml/jam
- ditunggu 24 sampai 48 jam sehingga rasa mual dan diare hilang
- setelah rasa mual dan diare hilang, kecepatan boleh dinaikkan lagi menjadi 80
ml/jam
- tunggu lagi 48 jam
- bila tak ada keluhan, kecepatan boleh dinaikkan lagi menjadi 120 ml/jam, dan
seterusnya.
Tiap kali timbul rasa mual atau diare, kecepatan aliran nutrisi langsung dikurangi 40 ml/jam
dan perlahan-lahan setelah rasa mual dan diare hilang, kecepatan dinaikkan lagi.
Perencanaan keperawatan dari komplikasi metabolik
- Periksa kadar gula dalam darah selama nutrisi enteral.
- Bila terjadi hiperglikemia, terutama pada pasien-pasien yang menderita diabetes
melitus, harus dilakukan terapi dengan insulin.
BAB III
PEMBAHASAN
Perhatian :
Riwayat masalah sinus atau nasal ( infeksi, sumbatan, polip dll )
Kesadaran dan riwayat MCI
Refleks Vagal
Perdarahan karena prosedur yang agresif
Selang NGT masuk ke Trakea
Diharapkan pasien telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan
tujuan tindakan.
Pasien yang telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan
dilakukan pasien atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent.
Persiapan Alat :
1. Slang nasogastrik sesuai
7. Handuk kecil
ukuran (ukuran 14-18 fr)
2. Pelumas/ jelly 8. Tissue
3. Spuit berujung kateter 50 9. Spatel lidah
ml
4. Stetoskop 10. Sarung tangan dispossible
5. Lampu senter/ pen light 11. Plester
6. Klem
12. Nierbekken
PELAKSANAAN
1. Cuci tangan dan atur peralatan.
2. Jelaskan prosedur pada pasien.
3. Bantu pasien untuk posisi Fowler.
4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila anda bertangan dominan kanan(atau
sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri).
5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernafas melalui satu
lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain,
Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas. Periksa
adakah infeksi dan lain-lain.
6. Tempatkan handuk mandi diatas dada pasien.
7. Persiapkan tissue dalam jangkauan.
8. Gunakan sarung tangan.
9. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.
Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang
pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai
lokasi di tonjolan sternum dengan plester kecil.
10. Minta pasien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung yang
paling bersih.
11. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta pasien menahan
kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
12. Ketika slang terlihat dan pasien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan
pasien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan.
13. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa
memaksa saat pasien menelan (jika pasien batuk atau slang menggulung di tenggorokan,
tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong pasien
untuk bernafas dalam.
14. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan
insersi selang dan periksa penempatannya:minta pasien membuka mulut untuk melihat
slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit
sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung
dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
15. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan
1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung,
kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang.
16. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah pasien. Pita karet dapat
Digunakan untuk memfiksasi slang.
Catatan :
Posisi Fowler : Pasien duduk setengah tegak (45 60 derajat ) , lutut boleh ditekuk atau
lurus. Ada 3 jenis posisi fowler :
High Fowler : Kepala pasien diangkat 80 90 derajat
Semi Fowler : Kepala pasien diangkat 30 45 derajat
Low Fowler : Kepala pasien diangkat < 30 derajat
BAB IV
EVALUASI
STANDARD OPERSIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Memasukkan makanan cair / obat melalui naso gastric tube
TUJUAN 1. Mempertahankan status nutrisi
2. Pemberian obat
Nama :
Tanggal evaluasi :
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/menyapa 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan tindakan 2
4 Menjelaskan langkah prosedur 2
5 Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan 2
2 Mengatur posisi semi fowler 5
3 Memasang perlak dan pengalas pada pasien 2
4 Melakukan aspirasi isi lambung untuk mengetahui 10
adanya residu
5 Menutup klem 2
6 Memasang corong 2
7 Memasukkan air matang 5
8 Membuka klem 2
9 Meninggikan 30 cm 4
10 Menutup kembali klem sebelum air habis 4
11 Memasukkan makanan cair 10
12 Membuka klem 2
13 Meninggikan 30 cm 4
14 Menutup kembali klem sebelum makanan cair habis 4
15 Membilas selang dengan air matang 6
16 Menutup kembali ujung NGT dengan klem 4
17 Mencuci tangan 2
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi tindakan 4
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3 Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan 2
2 Melakukan komunikasi terauputik 4
3 Menjaga keamanan pasien 4
TOTAL 100