Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN ANALISA SINTESA PEMASANGAN NGT

PADA An.I DI RUANG ICU


RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Disusun Oleh :

Ika Febriana

20902100086

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nasogastric tubes (NGT) merupakan selang yang dimasukkan menuju


lambung melalui hidung dan digunakan hanya dalam waktu yang singkat
(Metheny,2015). Pemasangan NGT dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan
ulserasi dan infeksi atau yang biasa diistilahkan sebagai nasogastric tube syndrome.
Prioritas utama dalam penggunaan NGT adalah mempertahankan jalan napas efektif
dan melepaskan ketergantungan terhadap NGT sedini mungkin (Agha, 2011).
Pemasangan NGT dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang
mengalami gangguan saluran pencernaan atas seperti stenosis esofagus, tumor
mulut, faring, maupun laring. Beberapa fungsi pemasangan NGT pada pasien
diantaranya mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam
lambung (cairan, udara, darah, racun), memasukan cairan (memenuhi kebutuhan
cairan atau nutrisi), membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa
subtansi isi lambung, persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia, serta
menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi
pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung
sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia) (Asmadi, 2008.)
Beberapa metode digunakan untuk mengukur panjang selang yang masuk
kedalam lambung. Metode tradisional dengan mengukur selang dari prosesus
xifoideus di sternum ke hidung dan belok ke daun telinga bawah. Metode Hanson
yaitu mula-mula ukur 50 cm pada selang, beri tanda. Kemudian lakukan
pengukuran dengan metode tradisional, beri tanda. Selang yang dimasukkan
pertengahan antara tanda pertama dan tanda kedua (Asmadi, 2008.). Sebuah studi
kasus yang dilakukan oleh Riaz Agha terhadap pasien kecelakaan lalu lintas di RS
Cambridge menunjukkan gambaran pemasangan NGT melalui foto thorax (Agha,
2011). Hasil foto thorax menunjukkan dislokasi pemasangan NGT menuju lower
lobus paru sedangkan auskultasi mengindikasikan selang sudah masuk dengan
aman di lambung. Menurut Riaz, panjang selang bukan masalah mendasar. Riaz
menyarankan pemasangan selang sepanjang 30 cm kemudian memastikan ketepatan
posisi selang melalui radiografi. Setelah dipastikan selang masuk ke esofagus,
selang dapat dimasukkan lebih dalam sesuai dengan panjang selang yang sudah
ditandai. Meskipun metode tersebut lebih menjamin keamanan pasien, tetapi dari
segi biaya tidak efektif sehingga penggunaan metode tersebut hanya disarankan
bagi pasien yang memiliki riwayat dislokasi dan komplikasi pemasangan NGT
(Agha, 2011).
B. Tujuan
1. Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam lambung
(cairan,udara,darah,racun).
2. Untuk memasukan cairan ( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
3. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi
lambung
C. Sasaran
Pasien An.I yang terpasang TT dan mengalami penurunan kesadaran untuk tetap
membutuhkan kebutuhan cairan melalui NGT.
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik sasaran
1. Jenis kelamin : Laki-laki
2. Usia : 13 Tahun
3. Mode ventilator : Ventilator mekanik dengan mode pcv
4. Hemodinamik : hemodinamik pasien menunjukkan TD : 115/81 mmHg,
HR: 126 x/menit, RR 21 x/menit, Suhu: 36,1oC, Spo2: 100%.
B. Analisa kasus
An.I berusia 13 tahun didiagnosis medis mengalami Gagal napas, Post OP
ligasi perdarahan+debridement H-0, Anemia. Pemeriksaan status kesadaran
diperoleh tingkat kesadaran Sopor GCS: 5 (e: 1, v: 2, m: 2). Untuk tetap memenuhi
kebutuhan cairan dan nutrisi dilakukan pemasangan NGT.
C. Prinsip tindakan menurut teori (sesuai dengan karakteristik sasaran),
Prinsip tindakan diharapkan sesuai dengan standar prosedur yang sudah di
tetapkan dengan menjaga kesterilan dan kebersihan agar pasien terhindar dari
infeksi tambahan karena prosedure tindakan:
1. Aseptik : Segala upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan
infeksi.
2. Asianotik : Tindakan yang tidak boleh menimbulkan sianosis.
3. Afektif : Tindakan yang dilandaskan gaya atau makna yang menunjukan
perasaan dan emosi.
4. Atraumatik : Tindakan yang mencegah terjadinya trauma.
D. Data hasil pemeriksaan
Setelah dilakukan tindakan pemasangan NGT
Setelah dilakukan tindakan keperawatan di atas, hasil yang dapat dievaluasi
sebatas NGT terpasang dengan benar pada lambung melalui auskultasi. Cairan
keluar dari lambung sebanyak 20 cc berwarna coklat kehitaman. Klien belum
diberikan makanan melalui NGT tersebut, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi
aspirasi.
BAB III
METODOLOGI TINDAKAN

A. Terdiri dari deskripsi tindakan/skill (sesuai karakteristik sasaran)


Prosedur pemasangan NGT
- Menjaga privacy.
- Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler/fowler (jika tidak ada kontra
indikasi).
- Memasang pengalas di atas dada.
- Memakai sarung tangan.
- Menentukan lubang hidung yang akan digunakan untuk memasukkan NGT.
Meminta pasien bernafas dengan menutup salah satu hidung bergantian.
Membersihkan lubang hidung yang akan digunakan.
- Mengukur panjang NGT dan memberi tanda (perhatikan jangan sampai selang
menyentuh permukaan terkontaminasi).
- Metode tradisional : ukur selang dari prosesus xifoideus di sternum ke hidung dan
belok ke daun telinga bawah.
- Metode Hanson : mula-mula ukur 50 cm pada selang, beri tanda. Kemudian
lakukan pengukuran dengan metode tradisional, beri tanda. Selang yang
dimasukkan pertengahan antara tanda pertama dan tanda kedua.
- Menutup pangkal selang dengan spuit/klem (mencegah masuknya udara ke dalam
lambung karena dapat mengakibatkan pasien menjadi kembung).
- Mengolesi ujung NGT dengan jelly sesuai ukuran panjang NGT yang akan
dipasang.
- Mengatur pasien pada posisi ekstensi kepala, dan masukkan perlahan ujung NGT
melalui hidung. Menganjurkan pasien menekuk leher/fleksi kepala setelah NGT
melewati nasofaring (3-4 cm).
- Menganjurkan pasien untuk menelan ludah berulang-ulang bila pasien sadar, kalau
perlu berikan sedikit air minum untuk merangsang pasien menelan.
- Memastikan NGT masuk ke dalam lambung dengan cara mengaspirasi NGT
dengan spuit (jika posisi tepat akan keluar cairan/isi lambung). Jika masih ragu
lakukan tes kedua dengan memasukkan udara 10 cc sambil di auskultasi di region
lambung (tidak direkomendasikan untuk memasukkan ujung NGT ke dalam gelas
berisi air).
- Menutup ujung NGT dengan spuit / klem atau disesuaikan dengan tujuan
pemasangan.
- Melakukan fiksasi NGT di depan hidung / pipi.
B. Tujuan tindakan/skill
- Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam
lambung(cairan,udara,darah,racun).
- Untuk memasukan cairan ( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
- Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi
lambung
C. Ketrampilan spesifik yang diperlukan

D. Alat yang diperlukan


1. Selang NGT
2. Spuit 50 CC/Kateter Tip
3. Handscun
4. Perlak
5. Jelly/pelumas
6. Stetoskop
7. Plester
8. Gunting
E. Waktu pelaksanaan
1. Pasien dalam kondisi koma
2. Pasien yang mengalami penyempitan atau sumbatan saluran pencernaan
3. Pasien yang menggunakan alat bantu pernapasan (ventilator)
4. Pasien yang tidak mampu mengunyah atau menelan, misalnya penderita stroke
F. Hal-hal yang perlu diwaspadai
a) Komplikasi Mekanis
Bersihkan sonde dengan menyemprotkan air sedikitnya tiap 24 jam agar
tidak terjadi sumbatan pada lumen NGT. Lekatkan sonde pada hidung pasien
dengan plester tanpa menimbulkan rasa sakit dan tinggikan kepala pasien untuk
menghindari dislokasi sonde.
b) Komplikasi pulmonal
Untuk menghindari aspirasi kecepatan aliran nutrisi tidak boleh terlalu
tinggi, letak sonde mulai hidung sampai ke lambung harus sempurna
c) Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde
Sonde sebelum dipasang harus diukur secara individual, lekatkan dengan
sempurna, pastikan NGT tidak bergeser.
d) Komplikasi akibat zat nutrisi
Komplikasi metabolic hiperglikemia dan komplikasi di usus (diare, perut
terasa penuh, rasa mual terutama pada masa permulaan pemberian nutrisi).
G. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan
1. Posisikan pasien dengan kepala lebih rendah.
2. Lakukan reistrain bila pasien gelisah
H. Sistem evaluasi.
1. Observasi keadaan umum pasien dan status pernapasannya.
2. Observasi saturasi oksigen pasien
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nasogastric tubes (NGT) merupakan selang yang dimasukkan menuju lambung
melalui hidung dan digunakan hanya dalam waktu yang singkat. Pemasangan NGT
dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami gangguan saluran
pencernaan atas seperti stenosis esofagus, tumor mulut, faring, maupun laring.
Beberapa fungsi pemasangan NGT pada pasien diantaranya mengeluarkan isi perut
dengan cara menghisap apa yang ada dalam lambung (cairan, udara, darah, racun),
memasukan cairan (memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi), membantu memudahkan
diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung.
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan, karena masih terbatasnya pengetahuan penyusun. Oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Agha, R., Muhammed RSS. Pneumothorax After Nasogastric Tube Insertion. Journal
of the Royal Society of Medicine Short Reports 2011; 2: 28.

Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar


Klien. Jakarta : Salemba Medika. 2008.

Ditjen PP dan PL. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan Departemen Kesehatan RI. Indonesia Sehat 2010.

Hartono, Andry. Terapi Gizi san Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC.2006.

Metheny, N A. & Titler, M. (2015) Assessing Placement of Feeding Tubes. American


Journal of Nursing 101.

Anda mungkin juga menyukai