Anda di halaman 1dari 11

Laporan Pemasangan NGT

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB I

Kelompok 8

Disusun Oleh :

1. Annisa Syafitri (P07120120042)


2. Jumaira Simehate (P07120120051)
3. Nurmalisa (P07120120059)
4. Desi Arianti Saragih (P07120119048)

Tk.2 Regular B

Dosen Pembimbing : Ns. Asniah Syamsuddin, S.Kep, M.Kep

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PRODI D III KEPERAWATAN BANDA ACEH

POLTEKES KEMENKES ACEH

TAHUN AJARAN 2021/2022


PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT)

A. Pengertian Pemasangan Nasogastik Tube (NGT)


Pemasangan Pipa Nasogastrik (NGT) adalah prosedur memasukkan pipa
panjang yang terbuat dari polyurethane atau silicone melalui hidung, faring, esofagus
sampai kedalam lambung dengan indikasi tertentu. Melakukan pemasangan selang
dari rongga hidung ke lambung yang dilakukan pada pasien tidak sadar (coma),
pasien dengan masalah saluran pencernaan atas (stenosisesophagus, tumor
mulut/faring/esophagus, dll), pasien yang tidak mampu menelan, pasien pasca operasi
pada mulut/faring/esofagus.
Teknik ini sering digunakan untuk memberikan makanan dan obat kepada
pasien ketika mereka tidak dapat makan atau menelan. Tabung NGT ini biasanya
pendek dan kebanyakan digunakan untuk menyedot isi dan sekresi lambung.
B. Tujuan
1. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami
kesulitan menelan.
2. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar.
3. Untuk melakukan bilas lambung pada pasien keracunan.
4. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau
pendarahan pada lambung
5. Mengambil specimen pada lambung untuk studi laboratorium

C. Indikasi dan kontra indikasi


1. Indikasi
Ada 3 indikasi utama pemasangan pipa nasogastric
a. Diagnostik
Membantu diagnosis dengan analisa cairan isi lambung
b. Memasukkan Cairan/Makanan
Memasukan selang NGT ke saluran GI akan memungkinkan pemberian
makan dan pemberian berbagai obat. Tabung NG juga dapat digunakan
untuk makanan enteral pada awalnya
c. Dekompresi isi lambung
Mengeluarkan cairan lambung pada pasien ileus obstruktif/ileus paralitik
peritonitis dan pankreatitis akut. Bilas lambung pada kasus intoksikasi.
Perdarahan saluran cerna bagian atas untuk bilas lambung (mengeluarkan
cairan lambung)

2. Kontra Indikasi
Kontraindikasi pemasangan pipa nasogastrik meliputi:
a. Trauma wajah/midface yang berat (adanya gangguan pada cribiform
plate)
b. Adanya risiko memasukkan nasogastric tube ke intracranial
c. Pada kasus ini sebaiknya gunakan selang orogastric
d. Riwayat baru dilakukan operasi pada daerah hidung
e. Gangguan koagulasi
f. Sedang konsumsi obat antikoagulan
g. Varises esofagus
h. Striktur esofagus
i. Riwayat baru dilakukan ligasi (banding) varises esofagus
j. Tertelan bahan bersifat basa (risiko terjadinya ruptur esofagus)

D. Pengkajian
Pengkajian berfokus pada riwayat masalah sinus atau nasal, adanya distensi abdomen,
nyeri dan muntah, ukuran NGT yang digunakan sebelumnya (jika ada).
Biodata pasien : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan dan
diagnosa medis.
Riwayat kesehatan sekarang dan masa lalu.
Pemeriksaan fisik : kesadaran umum dan tanda-tanda vital.
Data penunjang : oxygen saturation dan chest x-ray

E. Perencanaan
1. Persiapan Alat
a. NGT sesuai ukuran :
 Dewasa : 16-18 Fr
 Anak-anak : 12-14 Fr
 Bayi : 6 Fr
b. jelly
c. klem
d. Stetoskop
e. Handuk, tissue, dan bengkok
f. Segelas air putih dah sedotan
g. Spuit 20cc atau 50cc
h. Plester atau hipafix
i. Gunting
j. Spatel lidah
k. Penlight atau senter
l. Sarung tangan steril
m. Masker jika diperlukan
2. Persiapan Pasien
a. Menjelaskan indikasi pemasangan NGT sesuai dengan kondisi pasien
b. Menjelaskan prosedur pemasangan NGT
c. Meminta persetujuan pasien
d. Meminta pasien duduk atau berbaring terlentang.

F. Implementasi/Cara Kerja
Pemasangan NGT
a. Dekatkan alat disamping klien
b. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
c. Cuci tangan
d. Bantu klien pada posisi high fowler, meningkatkan klien untuk menelan
e. Pasang handuk pada dada klien, mendekatkan bengkok
f. Memakai sarung tangan
g. Untuk menentukan insersi NGT, minta klien untuk rileks dan bernafas normal
dengan menutup satu hidung kemudian mengulanginya dengan menutup hidung
yang lain (bila klien sadar), selang mudah masuk melalui selang hidung yang
lebih paten
h. Mengukur panjang selang yang akan masuk dengan menggunakan:
 Metode tradisional
Ukur jarak dari puncak hidung kedaun telinga bawah dan ke prosesus
xifoideus disternum
 Metode Hanson
Mula-mula tandai 50 cm pada selang kemudian lakukan pengukuran dengan
metode tradisional. Selang yang akan dimasukkan pertengahan antara 50
cm dan tanda tradisional
i. Beri tanda pada panjang selang yang sudah diukur dengan menggunakan plester
j. Oleskan jeli pada NGT sepanjang 10-20 cm. Pelumasan menurunkan friksi anatar
membrane mukosa dan selang
k. Ingatkan klien bahwa selang akan segera dimasukkan dan instruksikan klien
untuk mengatur posisi kepala ekstensi, masukkan selang melalui hidung dan
memelihara agar jalan nafas tetap terbuka
l. Lanjutkan memasukkan selang sepanjang rongga hidung. Jika terasa agak
tertahan, putarlah selang dan jangan dipaksakan untuk dimasukkan selang dengan
cara memutar dan sedikit menaruk ujung selang akan mudah masuk kefaring
m. Lanjutkan memasang selang sampai melewati nasofaring. Setelah melewati
nasofaring (3-4 cm) anjurkan klien untuk menekuk leher dan menelan
n. Dorong klien untuk menelan dengan memberikan sedikit air minum (jika perlu
tekankan pentingnya bernafas lewat mulut) menelan memudahkan lewatnya
selang melalui orofaring
o. Jangan memaksakan selang untuk masuk. Jika hambatan atau klien tersedak,
sianosis, hentikan mendorong selang. Periksa posisi selang belakang tenggorok
dengan menggunakan sudip lidah/spatel dan senter. Selang mungkin terlipat,
menggulung diorofaring atau masuk ke trakea
p. Jika telah selesai memasang NGT sampai ujung yang telah ditentukan, anjurkan
klien rileks dan bernafas normal. Memberi kenyamanan dan mengurangi
kecemasan
q. Periksa letak selang dengan :
 Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian diafragma stetoskop
pada perut di kuadran kiri atas klien (lambung) kemudian suntukan 10-20
cc udara bersamaan auskultasi abdomen
 Mengaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung
 Memasukkan ujung bagian luar selang NGT kedalam mangkuk yang berisi
air jika terdapat gelembung udara. Selang masuk kedalam paru-paru, jika
tidak ada gelembung udara selang masuk kedalam lambung
r. Oleskan alkohol pada ujung hidung klien dan biarkan sampai kering. Membantu
merekatkan plester lebih baik
s. Fiksasi selang dengan plester dan hindari penekanan pada hidung :
 Potong plaster 10 cm, belah menjadi dua pasang 5 cm pada salah satu
ujungnya. Pasang ujung yang tidak dibelah pada batang hidung klien dan
silangkan pada selang yang keluar dari hidung
 Tempelkan ujung NGT pada klien dengan memasang plester pada ujungnya
dan peniti pada baju
t. Evaluasi klien setelah terpasang NGT
u. Rapikan alat-alat
v. Cuci tangan
w. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan keperawatan
Bilas lambung
a. Mencuci tangan
b. Memakai sarung tangan
c. Memasang perlak dan alasnya di dada pasien, meletakkan bengkok dibawah
dagu pasien
d. Pasang sped 50 cc ke dalam selang NGT
e. Kemudian mulai bilas lambung dengan memasukkan 250 ml irigan untuk
mengecek toleransi yang mencegah pasien muntah
f. Kemudian aspirasi irigan dengan sped dengan rahang pengukur
g. Kemudian tarek sedotan letak di bengkok dan urut bagian abdomen lambung
untuk mengeluarkan cairan irigan
h. Ulangi siklus ini hingga cairan tampak jernih

G. Evaluasi
Setelah melakukan proses keperawatan baik dari hasil pengkajian, diagnosa dan
perencanaan pemasangan NGT perlu dikaji hasil yag diharapkan sudah tercapai atau
belum. Pengkajian yang terus menerus terhadap kriteria hasil yang diharapkan
sehingga tercapai tindakan keperawatan yang berkualitas
1. Tidak terjadi komplikasi aspirasi, nasal irritation, epistaxis, esophagotracheal
fistula sebagai dampak dari pemasangan NGT
2. Tingkat pengetahuan pasien dan keluarga bertambah, bisa diajak kerja sama
dalam melakukan asuhan keperawatan secara utuh
3. Kebutuhan pasien terpenuhi secara adekuat (nutrisi dan cairan)

H. Dokumentasi
Lakukan pencatakan terhadap hal-hal berikut pada lembar dokumentasi :
1. Tanggal dan waktu insersi selang
2. Warna dan jumlah cairan yang keluar
3. Ukuran dan tipe selang
4. Toleransi pasien terhadap prosedur
Format Penilaian Tindakan NGT

No Langkah Kerja Nilai


0 1 2
I Tahap Prainteraksi
Alat-alat yang diperlukan
1. NGT (14-18 f)
2. Jelly
3. Klem
4. Stetoskop
5. Handuk, tissue, dan bengkok
6. Segelas air putih dan sedotan
7. Spuit 20cc atau 50cc
8. Plester atau hipafix
9. Gunting
10. Spatel lidah
11. Penlight atau senter
12. Sarung tangan steril
13. Masker jika diperlukan
II Tahap Orientasi
1. Berikan salam, identifikasi klien dan panggil klien
dengan namanya
2. Jelaskan prosedur dan tujuan pemasangan NGT pada
klien, kontrak waktu
III Tahap Kerja
Pemasangan NGT
1. Pasang sampiran (jika perlu)
2. Cuci tangan
3. Mengatur posisi klien dengan kepala agak ekstensi
4. Memasang handuk pada dada klien, mendekatkan
bengkok
5. Memasang handscoon
6. Menganjurkan klien untuk rileks dan bernafas normal
dengan menutup satu hidung kemudian mengulanginya
dengan menutup hidung yang lain
7. Mengukur panjang selang yang akan masuk dengan
menggunakan:
a. Metode tradisional
Ukur jarak dari puncak hidung kedaun telinga
bawah dan ke prosesus xifoideus disternum
b. Metode Hanson
Mula-mula tandai 50 cm pada selang kemudian
lakukan pengukuran dengan metode tradisional.
Selang yang akan dimasukkan pertengahan antara
50 cm dan tanda tradisional
8. Beri tanda pada panjang selang yang sudah diukur
dengan menggunakan plester
9. Oleskan jeli pada NGT sepanjang 10-20 cm
10. Mengingatkan/memberi tanda pada klien bahwa selang
akan dimasukkan, ketika selang sudah melewati
nasofaring klien dianjurkan untuk fleksi sambil klien
diminta untuk menelan
11. Mengecek letak selang:
a. Memasang spuit pada ujung NGT, memasang
bagian diafragma stetoskop pada perut di kuadran
kiri atas klien (lambung) kemudian suntukan 10-20
cc udara bersamaan auskultasi abdomen
b. Aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi
lambung, bila selang tidak dilambung, masukkan
lagi 2,5-5 cm
12. Oleskan alkohol pada ujung hidung klien dan biarkan
sampai kering. Membantu merekatkan plester lebih baik
13. Fiksasi selang dengan plester dan hindari penekanan
pada hidung:
 Fiksasi selang dengan plester dan hindari
penekanan pada hidung, Potong plaster 10 cm,
belah menjadi dua pasang 5 cm pada salah satu
ujungnya. Pasang ujung yang tidak dibelah pada
batang hidung klien dan silangkan pada selang
yang keluar dari hidung
 Tempelkan ujung NGT pada klien dengan
memasang plester pada ujungnya dan peniti pada
baju
14. Merapikan alat-alat
15. Cuci tangan
Bilas Lambung
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Memasang perlak dan alasnya di dada pasien,
meletakkan bengkok dibawah dagu pasien
4. Pasang sped 50 cc ke dalam selang NGT
5. Kemudian mulai bilas lambung dengan memasukkan
250 ml irigan untuk mengecek toleransi yang mencegah
pasien muntah
6. Kemudian aspirasi irigan dengan sped dengan rahang
pengukur
7. Kemudian tarek sedotan letak di bengkok dan urut
bagian abdomen lambung untuk mengeluarkan cairan
irigan
8. Ulangi siklus ini hingga cairan tampak jernih
IV Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan (subyektif dan objektif)
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Catat waktu pemasangan, warna cairan yang keluar saat
aspirasi
Jumlah

Anda mungkin juga menyukai