Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


LIMFOMA HODGKIN

OLEH:
KELOMPOK A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA USADA BALI
2015
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Penyakit Hodgkin (Limfoma Hodgkin) adalah suatu jenis limfoma yang dibedakan
berdasarkan jenis sel kanker tertentu yang disebut sel Reed-Stenberg, yang memiliki

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 0

tampilan yang khas dibawah mikroskop. Sel Reed-Sternberg memiliki limfositosis


besar yang ganas yang lebih besar dari satu inti sel. Sel-sel tersebut dapat dilihat pada
biopsi yang diambil dari jaringan kelenjar getah bening, yang kemudian diperiksa

dibawah mikroskop (Medicastore, 2009).


Penyakit Hodgkin (Hodgkin Disease) atau Limfoma Hodgkin ialah limfoma maligna
yang khas ditandai oleh adanya sel Reed Sternberg dengan latar belakang sel radang
pleomorf (limfosit, eosinofil, sel plasma dan histiosit) (Hematologi Klinik Ringkas,

2007).
Penyakit Hodgkin adalah penyakit keganasan tanpa diketahui penyebabnya yang
berasal dari sistem limfatika dan terutama melibatkan sistem limfe (Keperawatan
Medikal Bedah 2, 2002).

2. Epidemiologi/insiden kasus
Penyakit Hodgkin merupakan penyakit yang relatif jarang dijumpai, hanya merupakan
1% dari seluruh kanker. Insidennya di Negara Barat dilaporkan 3,5/100.000/tahun pada
laki-laki, dan 2,6/100.000/tahun pada wanita. Dilihat dari jenis kelamin, penyakit
Hodgkin lebih banyak dijumpai pada laki-laki dengan perbandingan laki : wanita = 1,2:1.
Di negara barat, penyakit Hodgkin lebih jarang dijumpai dibandingkan dengan limfoma
non-Hodgkin, dengan perbandingan 5:2, tetapi di negara timur (Asia Tenggara, Papua
New Guinea, Cina dan Jepang) perbandingan ini menjadi lebih mencolok dengan rasio
9:1. Faktor apa yang menyebabkan perbedaan ini masih belum diketahui dengan jelas.
Penyakit Hodgkin bisa muncul pada berbagai usia, tetapi jarang terjadi sebelum usia 10
tahun. Paling sering ditemukan pada usia diantara 15-34 tahun dan diatas 60 tahun.

3. Penyebab/faktor predisposisi
Penyebab pasti limfoma Hodgkin masih belum diketahui. Namun diperkirakan aktivasi
gen abnormal tertentu mempunyai peran dalam timbulnya semua jenis kanker, termasuk
limfoma. Penyebabnya tidak diketahui, walaupun beberapa ahli menduga bahwa
penyebabnya adalah virus, seperti virus Epstein Barr dan penyakit ini tampaknya tidak
menular.
Faktor Risiko dan Pencegahan
Penyebab limfoma tidak diketahui, namun terdapat beberapa faktor risiko terkait
timbulnya penyakit limfoma, yaitu :
Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 1

Orang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau yang

mendapat terapi imunosupresan memiliki risiko tinggi untuk timbulnya limfoma.


Orang yang sering kontak dengan herbisida atau pestisida, misalnya petani.
Infeksi virus Epstein-Barr atau human T-cell lymphocytotropic virus (HTLV).

HTLV menyebabkan limfoma sel T (T-cell lymphoma).


Ada keluarga yang menderita penyakit ini
Jenis kelamin laki-laki.

4. Patologi/patofisiologi terjadinya penyakit


Sistem limfatik membawa tipe khusus dari sel darah putih (limfosit) melalui pembuluh
getah bening ke seluruh jaringan tubuh, termasuk sumsum tulang. Tersebarnya jaringan
ini merupakan suatu kumpulan limfosit dalam nodus limfatikus yang disebut kelenjar
getah bening. Limfosit yang ganas (sel limfoma) dapat bersatu menjadi kelenjar getah
bening tunggal/dapat menyebar di seluruh tubuh, bahkan hampir di semua organ. Hal ini
dapat kita sebut sebagai keganasan dari sistem limfotik atau Limfoma. Limfoma
dibedakan berdasar jenis sel kanker tertentu, yaitu limfoma hodgkin dan limfoma non
hodgkin. Penyebab terjadinya limfoma hodgkin tidak diketahui secara pasti, tapi terdapat
beberapa faktor risiko terjadinya penyakit ini, antara lain: orang yang terinfeksi HIV
AIDS, orang yang terinfeksi virus epstein-barr (HTLV), usia 15-40 th, >55 th, jenis
kelamin laki-laki. Penyakit ini ditandai dengan adanya sel reed-stenberg yang dikelilingi
oleh sel radang pleomorf. Sel reed-strenberg ini memiliki limfosit besar yang ganas yang
lebih besar dari satu inti sel, yang bersifat patologis. Hal inilah yang menjadi penanda
utama limfoma hodgkin.
5. Klasifikasi Limfoma Hodgkin
Menurut Rye, penyakit Hodgkin diklasifikasikan ke dalam empat kelompok berdasarkan
karakteristik dasar jaringan yang terlihat di bawah mikroskop.
1) Tipe Limfosit Predominan (Lymphocyte Predominance)
Tipe ini merupakan 3% - 5% dari kasus penyakit Limfoma Hodgkin. Gambaran
mikroskopik dari tipe ini yaitu terdapat limfosit kecil yang banyak dan hanya
sedikit sel Reed-Stenberg yang dijumpai. Dapat bersifat nodular atau difus.
Perjalanan penyakit ini tergolong lambat.
2) Tipe Sklerosis Noduler (Nodular Sclerosis)
Tipe ini merupakan tipe yang paling sering dijumpai, sekitar 40% - 69% dari
seluruh penyakit Hodgkin, dimana gambaran mikroskopisnya ditandai oleh
Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 2

fibrosis dan sklerosis yang luas, dimana suatu jaringan ikat mulai dari kapsul
kelenjar kemudian masuk ke dalam, mengelilingi kapsul abnormal. Dijumpai sel
lakuna dan sejumlah kecil sel Reed-Stenberg. Perjalanan penyakit ini tergolong
sedang.
3) Tipe Selularitas Campuran (Mixed Cellularity)
Tipe ini merupakan 25%-30% dari penyakit Hodgkin. Pada gambaran
mikroskopik terdapat sel Reed-Stenberg dalam jumlah yang sedang dan seimbang
dengan jumlah limfosit
4) Tipe Deplesi Limfosit (Lymphocyte Depleted)
Tipe satu ini merupakan penyakit yang jarang ditemui yaitu sekitar kurang dari
5% kasus dari Limfoma Hodgkin, namun tipe ini termasuk tipe yang cepat dan
agresif. Pada gambaran mikroskopik ditemukan banyak sel Reed-Stenberg
sedangkan sedikit sel limfosit.
Tipe ini dibagi menjadi dua yaitu subtipe retikuler (sel Reed-Stenberg dominan
dan sedikit limfosit) dan subtipe fibrosis difus (kelenjar getah bening diganti oleh
jaringan ikat yang tidak teratur, dijumpai sedikit limfosit, dan sel Reed-Stenberg
juga terkadang dalam jumlah yang sedikit.
Menurut Cotswolds (1990) yang merupakan modifikasi dan klasifikasi Ann Arbor (1971),
Limfoma Hodgkin diklasifikaskan menjadi 4 stadium menurut tingkat keparahannya :
Stadium I : Kanker hanya terbatas pada satu daerah kelenjar getah bening saja

atau pada satu organ


Stadium II : Pada stadium ini, sudah melibatkan dua kelenjar getah bening yang
berbeda, namun masih terbatas dalam satu wilayah atas atau bawah diafragma

tubuh
Stadium III : Jika kanker telah bergerak ke kelenjar getah bening atas dan juga
bawah diafragma, namun belum menyebar dari kelenjar getah bening ke organ

lainnya.
Stadium IV : Merupakan stadium yang paling lanjut. Pada stadium iniyang
terkena bukan hanya kelenjar getah bening, tapi juga bagian tubuh lainnya, seperti
sumsum tulang atau hati.

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 3

Menurut klasifikasi Ann Arbor, penentuan stadium didasarkan jenis patologi dan tingkat
keterlibatan. Jenis patologi (tingkat rendah, sedang, atau tinggi) didasarkan pada
formulasi kerja yang baru.

Formulasi kerja yang baru


- Tingkat rendah: Tipe yang baik
1. Limfositik kecil
2. Sel folikulas, kecil berbelah
3. Sel folikulas dan campuran sel besar dan kecil berbelah
- Tingkat sedang: Tipe yang tidak baik
1. Sel folikulis, besar
2. Sel kecil berbelah, difus
3. Sel campuran besar dan kecil, difus
4. Sel besar, difus
-

Tingkat tinggi: Tipe yang tidak menguntungkan


1. Sel besar imunoblastik
2. Limfoblastik
3. Sel kecil tak berbelah
Klasifikasi menurut WHO :
Nodular lymphocyte predominance Hodgkin lymphoma (nodular LPHL) : tipe ini
mempunyai sel limfosit dan histiocyte, CD-20 positif tetapi tidak memberikan

gambaran RS-cell
Classic Hodgkin Lymphoma : Lymphocyte rich, nodular sclerosis, mixed
cellularity, lymphocyte depleted.

6. Gejala klinis
Gejala klinis yang dijumpai adalah:
- Pembesaran nodus limfe tanpa nyeri, teraba kenyal, dan asimetrik (lebih sering di
leher (60-70%), tapi terkadang ditemukan juga di ketiak (10-15%), inguinal (612%), mediastinal (6-11%), hilus paru, kelenjar paraorta dan retroperitoneal).
-

Namun terkadang dapat terasa nyeri setelah penderita minum alkohol.


Splenomegali dijumpai pada 35-50% kasus, tetapi jarang masif. Hepatomegali

lebih jarang dijumpai.


Terdapat edema pada salah satu atau kedua ekstremitas akibat terjadi penekanan

pada vena.
Sulit bernapas, jika pembesaran nodus limfe mengakibatkan tekanan pada trakea.
Sulit menelan, jika terdapat penekanan pada esophagus.
Anemia progresif
Demam
Penurunan berat badan >10%.
Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 4

Keringat pada malam hari.


Pruritus dijumpai pada 25% kasus penyakit Hodgkin
Sianosis
Bahu tampak merosot dan jalan lamban

7. Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
- Terdapat pembengkakan kelenjar di leher, ketiak, atau pangkal paha
- Terlihat bahu merosot
- Terdapat sianosis
- Wajah tampak pucat
- Klien tampak lemah
- Terdapat pembengkakan atau cekungan yang spesifik di bagian ulu hati

(splenomegali)
Palpasi :
- Edema teraba kenyal seperti karet
- Kekuatan otot menurun
- Badan teraba hangat
- CRT > 3 detik

8. Pemeriksaan diagnostik
Beberapa prosedur digunakan untuk menentukan stadium dan menilai penyakit Hodgkin:
1. Pemeriksaan rontgen dada membantu menemukan adanya pembesaran kelenjar di
2.

dekat jantung.
Limfangiogram bisa menggambarkan kelenjar getah bening yang jauh di dalam perut

3.

dan panggul.
CT scan lebih akurat dalam menemukan pembesaran kelenjar getah bening atau

4.

penyebaran limfoma ke hati dan organ lainnya.


Skening gallium bisa digunakan untuk menentukan stadium dan menilai efek dari

5.

pengobatan.
Laparatomi (pembedahan untuk memeriksa perut) kadang diperlukan untuk melihat
penyebaran limfoma ke perut.

Pemeriksaan darah dapat bervariasi dari secara lengkap normal sampai abnormal. Pada
tahap I sedikit klien mengalami abnormalitas hasil pemeriksaan darah.
SDP : bervariasi, dapat normal, menurun atau meningkat secara nyata.
Deferensial SDP : Neutrofilia, monosit, basofilia, dan eosinofilia mungkin

ditemukan. Limfopenia lengkap (gejala lanjut).


SDM dan Hb/Ht : menurun.
Pemeriksaan SDM : dapat menunjukkan normositik ringan sampai sedang, anemia
normokromik (hiperplenisme).
Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 5

LED : meningkat selama tahap aktif dan menunjukkan inflamasi atau penyakit
malignansi. Berguna untuk mengawasi klien pada perbaikan dan untuk mendeteksi

bukti dini pada berulangnya penyakit.


Kerapuhan eritrosit osmotik : meningkat
Trombosit : menurun (mungkin menurun berat, sumsum tulang digantikan oleh

limfoma dan oleh hipersplenisme)


Test Coomb : reaksi positif (anemia hemolitik) dapat terjadi namun, hasil negatif

biasanya terjadi pada penyakit lanjut.


Besi serum dan TIBC : menurun.
Alkalin fosfatase serum : meningkat terlihat pasda eksaserbasi.
Kalsium serum : mungkin menigkat bila tulang terkena.
Asam urat serum : meningkat sehubungan dengan destruksi nukleoprotein dan

keterlibatan hati dan ginjal.


BUN : mungkin meningkat bila ginjal terlibat. Kreatinin serum, bilirubin, ASL
(SGOT), klirens kreatinin dan sebagainya mungkin dilakukan untuk mendeteksi

keterlibatan organ.
Hipergamaglobulinemia umum : hipogama globulinemia dapat terjadi pada

penyakit lanjut.
Foto dada : dapat menunjukkan adenopati mediastinal atau hilus, infiltrat, nodulus

atau efusi pleural


Foto torak, vertebra lumbar, ekstremitas proksimal, pelvis, atau area tulang

nyeri tekan : menentukan area yang terkena dan membantu dalam pentahapan.
Tomografi paru secara keseluruhan atau scan CT dada : dilakukan bila adenopati

hilus terjadi. Menyatakan kemungkinan keterlibatan nodus limfa mediatinum.


CT scan abdominal : mungkin dilakukan untuk mengesampingkan penyakit nodus

pada abdomen dan pelvis dan pada organ yang tak terlihat pada pemeriksaan fisik.
Ultrasound abdominal : mengevaluasi luasnya keterlibatan nodus limfa

retroperitoneal.
Scan tulang : dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan tulang.
Skintigrafi Galliium-67 : berguna untuk membuktikan deteksi berulangnya penyakit

nodul, khususnya diatas diagfragma.


Biopsi sumsum tulang : menentukan keterlibatan sumsum tulang. Invasi sumsum

tulang terlihat pada tahap luas.


Biopsi nodus limfa : membuat diagnosa penyakit Hodgkin berdasarkan pada adanya
sel Reed-Sternberg.

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 6

Mediastinoskopi : mungkin dilakukan untuk membuktikan keterlibatan nodus

mediastinal.
Laparatomi pentahapan : mungkin dilakukan untuk mengambil spesimen nodus
retroperitoneal, kedua lobus hati dan atau pengangkatan limfa (Splenektomi adalah
kontroversial karena ini dapat meningkatkan resiko infeksi dan kadang-kadang tidak
biasa dilakukan kecuali klien mengalami manifestasi klinis penyakit tahap IV.
Laporoskopi kadang-kadang dilakukan sebagai pendekatan pilihan untuk mengambil
spesimen.

9. Therapy/tindakan penanganan
Tujuan terapi adalah menghancurkan sel kanker sebanyak mungkin dan mencapai remisi.
Dengan penanganan yang optimal, sekitar 95% klien limfoma Hodgkin stadium I atau II
dapat bertahan hidup hingga 5 tahun atau lebih. Jika penyakit ini sudah meluas, maka
angka ketahanan hdup 5 tahun sebesar 60-70%. Pilihan terapinya adalah :
Radiasi. Terapi radiasi diberikan jika penyakit ini hanya melibatkan area tubuh
tertentu saja. Terapi radiasi dapat diberikan sebagai terapi tunggal, namun umumnya
diberikan bersamaan dengan kemoterapi. Jika setelah radiasi penyakit kembali
kambuh, maka diperlukan kemoterapi. Beberapa jenis terapi radiasi dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker yang lain, seperti kanker payudara atau kanker
paru, terutama jika klien berusia < 30 tahun. Umumnya klien anak diterpai dengan

kemoterapi kombinasi, tapi mungkin juga diperlukan terapi radiasi dosis rendah.
Kemoterapi. Jika penyakit ini sudah meluas dan sudah melibatkan kelenjar getah
bening yang lebih banyak atau organ lainnya, maka kemoterapi menjadi pilihan
utama. Regimen kemoterapi yang umum diberikan adalah ABVD, BEACOPP, COPP,
Stanford V, dan MOPP. Regimen MOPP (terdiri dari mechlorethamine, Oncovin,
procarazine, dan prednisone) merupakan regimen standar, namun bersifat sangat
toksik, sedangkan regimen ABVD (terdiri dari doxorubicin/Adriamycin, bleomycin,
vinblastine, dan dacarbazine)

merupakan regimen yang lebih baru dengan efek

samping yang lebih sedikit dan merupakan regimen pilihan saat ini. Kemoterapi
diberikan dalam beberapa siklus, umumnya sela beberapa minggu. Lamanya

kemoterapi diberikan sekitar 6-10 bulan.


Transplantasi sumsum tulang. Jika penyakit kembali kambuh setelah remisi dicapai
dengan kemoterapi inisial, maka kemoterapi dosis tinggi dan transplantasi sumsum
Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 7

tulang atau sel induk perifer autologus (dari diri sendiri) dapat membantu
memperpanjang masa remisi penyakit. Karena kemoterapi dosis tinggi akan merusak
sumsum tulang, maka sebelumnya dikumpulkan dulu sel induk darah perifer atau
sumsum tulang.
Kombinasi sediaan kemoterapi untuk Penyakit Hodgkin
1. MOPP (Mekloretamin (nitrogen mustard), Vinkristin (onkovin), Prokarbazin,
Prednison)
Merupakan sediaan pertama, ditemukan pada tahun 1969, namun obat ini terkadang
masih digunakan.
2. ABVD (Doksorubisin (adriamisin), Bleomisin, Vinblastin, Dakarbazin)
Obat ini dikembangkan untuk mengurangi efek samping dari MOPP (misalnya
kemandulan menetap & leukemia), namun obat ini menyebabkan efek samping
berupa keracunan jantung & paru-paru. Angka kesembuhannya menyerupai MOPP.
ABVD lebih sering digunakan dibandingkan MOPP.
3. ChiVPP (Klorambusil, Vinblastin, Prokarbazin, Prednison)
Pemakaian obat ini menyebabkan kerontokan rambut yg terjadi lebih sedikit
dibandingkan pada pemakaian MOPP & ABVD
4. MOPP/ABVD
Kedua obat ini digunakan secara bergantian dan dikembangkan untuk memperbaiki
angka kesembuhan menyeluruh, tetapi hal tersebut belum terbukti. Angka harapan
hidup bebas kekambuhan lebih baik dibandingkan sediaan obat lainnya.
5. MOPP/ABVhibrid (MOPP bergantian dengan Doksorubisin (adriamisin),
Bleomisin, Vinblastin)
10. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi yang terjadi adalah :
Ketidakmampuan untuk memiliki keturunan (infertilitas)
Gagal fungsi hati
Gangguan pada paru-paru
Penyakit-penyakit kanker
Efek samping dari radiasi (seperti nausea, disfagia, esofagitis, dan hipotiroid) dan
kemoterapi (seperti penurunan jumlah sel darah, dapat menyebabkan meningkatnya
risiko pendarahan, infeksi, dan anemia).
11. Prognosis

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 8

Dengan penanganan yang optimal, sekitar 95% klien limfoma Hodgkin stadium I atau II
dapat bertahan hidup hingga 5 tahun atau lebih. Jika penyakit ini sudah meluas, maka
angka ketahanan hidup 5 tahun sebesar 60-70%.
Penderita yang tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi penyinaran atau kemoterapi
atau yang membaik tapi kemudian kambuh kembali dalam 6-9 bulan, memiliki harapan
hidup yang lebih kecil dibandingkan dengan penderita yang mengalami kekambuhan
dalam 1 tahun atau lebih setelah terapi awal. Kemoterapi lebih lanjut yang
dikombinasikan dengan terapi penyinaran dosis tinggi dan pencangkokan sumsum tulang
atau sel stem darah, bisa menolong penderita tersebut.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a) Anamnesa :
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium untuk
memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk
membuat rencana asuhan keperawatan klien.
Dari wawancara akan diperoleh informasi tentang biodata, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat kesehatan/penyakit masa lalu, riwayat kesehatan keluarga,
pola aktifitas sehari-hari, dan riwayat psikososial.
Kebutuhan Dasar
1. Aktivitas/istirahat.
Gejala :
Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
Kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan
Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda :
Penurunan kekuatan
Bahu merosot
Jalan lamban dan tanda lain yang menunjukkan kelelahan
2. Sirkulasi
Gejala :
Palpitasi
Angina/nyeri dada
Tanda :
Takikardia, disritmia.

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 9

Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus

limfa adalah kejadian yang jarang)


Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan

obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus limfa (mungkin tanda lanjut)
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.

3. Integritas Ego
Gejala :
Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut mati
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan

(kemoterapi dan terapi radiasi)


Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan

pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.


Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang

tergantung pada keluarga.


Tanda :
Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif
4. Eliminasi
Gejala :
Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi
(infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)
Tanda :
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi

(hepatomegali)
Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali)
Penurunan haluaran urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal ginjal).
Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih
lanjut)

5. Makanan/Cairan
Gejala :
Anoreksia/kehilangan nafsu makan
Disfagia (tekanan pada esofagus)
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10%
atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya
diet.
Tanda :
Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 10

Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder

terhadap kompresi vena kava superior oleh pembesaran nodus limfa)


Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus
limfa intraabdominal)

6. Neurosensori
Gejala :
Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran
nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
Kelemahan otot, parestesia.
Tanda :
Status mental : letargi, menarik diri, kurang minat umum terhadap sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinal dari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus
pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batang spinal)
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala
Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar
mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebral), nyeri tulang
umum (keterlibatan tulang limfomatus).
Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda
Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
8. Pernapasan
Gejala
Dispnea pada kerja atau istirahat
Tanda
Dispnea, takikardia
Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekuensi pernapasan dan

kedalaman penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.


Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).

9. Keamanan
Gejala :
Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitas imunitas seluler pencetus untuk

infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial)


Riwayat monokleus (risiko tinggi penyakit Hodgkin pada klien yang titer

tinggi virus Epstein-Barr).


Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 11

Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa
minggu (demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam

tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum
Tanda :
Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 380C tanpa gejala

infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri, membengkak/membesar (nodus servikal
paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus

aksila dan mediastinal)


Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)

10. Seksualitas
Gejala
Masalah

b) TTV :
-

tentang

fertilitas

kehamilan

(sementara

penyakit

tidak

mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)


Penurunan libido.
Tekanan darah meningkat
Respiratory rate meningkat
Nadi meningkat
Suhu meningkat > 38,50C

c) Pemeriksaan fisik :
Inspeksi :
- Terdapat pembengkakan kelenjar di leher, ketiak, atau pangkal paha
- Terlihat bahu merosot
- Terdapat sianosis
- Wajah tampak pucat
- Klien tampak lemah
- Terdapat pembengkakan atau cekungan yang spesifik di bagian ulu hati
(splenomegali)

Palpasi :
- Edema teraba kenyal seperti karet
- Kekuatan otot menurun
- Badan teraba hangat
- CRT > 3 detik
Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 12

d) Pemeriksaan diagnostik :
Pemeriksaan darah dapat bervariasi dari secara lengkap normal sampai abnormal.
Pada tahap I sedikit klien mengalami abnormalitas hasil pemeriksaan darah.
SDP : bervariasi, dapat normal, menurun atau meningkat secara nyata.
Deferensial SDP : Neutrofilia, monosit, basofilia, dan eosinofilia mungkin

ditemukan. Limfopenia lengkap (gejala lanjut).


SDM dan Hb/Ht : menurun.
Pemeriksaan SDM : dapat menunjukkan normositik ringan sampai sedang,

anemia normokromik (hiperplenisme).


LED : meningkat selama tahap aktif dan menunjukkan inflamasi atau penyakit
malignansi. Berguna untuk mengawasi klien pada perbaikan dan untuk

mendeteksi bukti dini pada berulangnya penyakit.


Kerapuhan eritrosit osmotik : meningkat
Trombosit : menurun (mungkin menurun berat, sumsum tulang digantikan oleh

limfoma dan oleh hipersplenisme)


Test Coomb : reaksi positif (anemia hemolitik) dapat terjadi namun, hasil negatif

biasanya terjadi pada penyakit lanjut.


Besi serum dan TIBC : menurun.
Alkalin fosfatase serum : meningkat terlihat pasda eksaserbasi.
Kalsium serum : mungkin menigkat bila tulang terkena.
Asam urat serum : meningkat sehubungan dengan destruksi nukleoprotein dan

keterlibatan hati dan ginjal.


BUN : mungkin meningkat bila ginjal terlibat. Kreatinin serum, bilirubin, ASL
(SGOT), klirens kreatinin dan sebagainya mungkin dilakukan untuk mendeteksi

keterlibatan organ.
Hipergamaglobulinemia umum : hipogama globulinemia dapat terjadi pada

penyakit lanjut.
Foto dada : dapat menunjukkan adenopati mediastinal atau hilus, infiltrat,

nodulus atau efusi pleural


Foto torak, vertebra lumbar, ekstremitas proksimal, pelvis, atau area tulang

nyeri tekan : menentukan area yang terkena dan membantu dalam pentahapan.
Tomografi paru secara keseluruhan atau skan CT dada : dilakukan bila
adenopati hilus terjadi. Menyatakan kemungkinan keterlibatan nodus limfa
mediatinum.

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 13

CT scan abdominal : mungkin dilakukan untuk mengesampingkan penyakit


nodus pada abdomen dan pelvis dan pada organ yang tak terlihat pada

pemeriksaan fisik.
Ultrasound abdominal : mengevaluasi luasnya keterlibatan nodus limfa

retroperitoneal.
Scan tulang : dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan tulang.
Skintigrafi Galliium-67 : berguna untuk membuktikan deteksi berulangnya

penyakit nodul, khususnya diatas diagfragma.


Biopsi sumsum tulang : menentukan keterlibatan sumsum tulang. Invasi sumsum

tulang terlihat pada tahap luas.


Biopsi nodus limfa : membuat diagnosa penyakit Hodgkin berdasarkan pada

adanya sel Reed-Sternberg.


Mediastinoskopi : mungkin dilakukan untuk membuktikan keterlibatan nodus

mediastinal.
Laparatomi pentahapan : mungkin dilakukan untuk mengambil spesimen nodus
retroperitoneal, kedua lobus hati dan atau pengangkatan limfa (Splenektomi
adalah kontroversial karena ini dapat meningkatkan resiko infeksi dan kadangkadang tidak biasa dilakukan kecuali klien mengalami manifestasi klinis penyakit
tahap IV. Laporoskopi kadang-kadang dilakukan sebagai pendekatan pilihan
untuk mengambil spesimen.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL (berdasarkan prioritas


diagnosa yang paling sering muncul pada pasien)
1. Hipertermi berhubungan dengan peradangan ( inflamasi ) sistemik sekunder terhadap
penurunan sistem kekebalan tubuh (sistem imun) ditandai kulit teraba hangat, suhu
tubuh lebih dari 370C.
2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya agen cedera biologis akibat penekanan saraf
nyeri sekunder ditandai dengan terkadang wajah tampak menahan nyeri, diaphoresis,
peningkatan frekuensi nafas, perilaku distraksi (merintih), nyeri tekan/nyeri pada

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 14

nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri
punggung (kompresi vertebral), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus),
fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan penyerapan nutrien sekunder akibat pembesaran kelenjar limfe di usus
halus ditandai dengan pasien mengeluh mengalami penurunan berat badan, BB 10%20% atau lebih di bawah BB ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh, adanya
penurunan toleransi untuk aktivitas dan kelemahan otot.
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan vaskularisasi paru sekunder
akibat pembesaran kelenjar limfe di mediastinum ditandai dengan pasien mengeluh
dispnea, RR : > 20 x/menit.
5. PK : Anemia
6. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan system imun tubuh.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan sistem transport oksigen
sekunder terhadap gangguan sirkulasi (anemia) akibat penekanan vena, saraf dan
penurunan Hb dalam darah ditandai dengan peningkatan frekuensi nafas, disritmia,
kelemahan, kelelahan, pucat (sianosis).
8. Gangguan menelan berhubungan dengan pembengkakkan kelenjar limfe pada tonsil
ditandai dengan teramati adanya kesukaran dalam menelan.
9. PK : Perdarahan
10. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar
akibat penimbunan cairan di sekitar paru ditandai dengan dispnea, takikardia (nadi =
>100 x/menit), adanya sianosis, peningkatan tahanan vaskular pulmonal
11. Konstipasi berhubungan dengan penurunan laju metabolic ditandai dengan feses
keras, defekasi kurang lebih tiga kali seminggu, defekasi lama dan sulit, adanya
penurunan bising usus
12. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat
Limfoma Non-Hodgkin ditandai dengan perasaan negatif terhadap tubuh, tidak
melihat dan menyentuh bagian tubuh tertentu, pasien mengatakan malu dengan
kondisi dirinya.
13. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan sekunder
akibat pembesaran kelenjar limfe selangkangan ditandai dengan penurunan
kemampuan dalam bergerak, keterbatasan rentang gerak, bengkak pada tungkai.

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 15

14. Kurang pengetahuan mengenai konsep penyakit dan pengobatan berhubungan dengan
kurang terpapar informasi ditandai dengan pasien pasien mengatakan tidak tahu
mengenai penyakitnya, pasien tampak bingung ketika ditanya tentang penyakitnya.
III. RENCANA TINDAKAN
No.
Tujuan dan Kriteria

Dx
1.

Rencana Keperawatan
Intervensi

hasil
Setelah diberikan asuhan Fever Treatment:

Fever Treatment:

keperawatan selama x

1) Pantau suhu tubuh, tekanan

24 jam diharapkan suhu

darah, denyut nadi, dan

menunjukkan adanya

tubuh

respirasi rate secara berkala

proses inflamasi pada

klien

normal,

dengan kriteria hasil:


Thermoregulation
- Suhu tubuh klien
normal (36-370,5C)
-

menyebabkan perubahan
2) Berikan Water Tepid
Sponge (WTS)

(skala 5 = normal)
Klien
melaporkan

= not compromised)
Klien tidak menggigil

(skala 5 = none)
Vital signs
- Suhu : 36-370,5C
-

(skala 5 = normal)
Nadi:
60-100x/mnt

(skala 5 = normal)
RR: 16-20 x/mnt

(skala 5 = normal)
TD: 120/80 mmHg

1) Peningkatan suhu

tubuh dan dapat


tanda-tanda vital.
2) Membuat vasodilatasi
pembuluh darah
sehingga dapat

rasa nyaman ( skala 5


3) Anjurkan klien untuk
mempertahankan asupan
cairan adekuat sesuai
indikasi.
4) Kolaborasi pemberian
antipiretik

membantu mengurangi
demam.
3) Untuk mencegah
dehidrasi akibat
penguapan cairan karena
suhu tubuh yang tinggi.
4) Antipiretik dapat
membantu menurunkan
suhu tubuh secara
farmakologi.

(skala 5 = normal)
2.

Rasional

Setelah dilakukan asuhan

Pain Level

Pain Level

keperawatan selama x

1) Kaji skala nyeri serta faktor

1) Nyeri sebagai pengalaman

24 jam, diharapkan nyeri

yang memperberat nyeri

subjektif dan harus

klien dapat terkontrol

klien

digambarkan oleh klien.


Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 16

dengan kriteria hasil :


Pain Control

Bantu klien untuk menilai


nyeri dengan

Menjelaskan faktor
penyebab

membandingkannya

nyeri,

skala

dengan pengalaman lain


2) Kaji tanda tanda vital

2) Peningkatan nilai nadi,

(Consistently

klien, seperti : nadi, RR,

RR, dan tekanan darah

demonstrated).

dan tekanan darah

mengindikasikan nyeri.

Menggunakan

Kontrol nyeri

teknik non analgetik

3) Ajarkan

prinsip-prinsip

untuk

mengontrol

manajemen

nyeri,

skala

non farmakologi pada klien

nyeri

secara

(Consistently

seperti distraksi, relaksasi,

demonstrated).

guided imagery, terutama

Menggunakan
analgetik

jika
sesuai

rekomendasi, skala
5

(Consistently

demonstrated).
Pain Level
Pelaporan

nyeri,

nyeri

sudah

berkurang

3) Mengalihkan nyeri yang


dialami klien secara
nonfarmakologi

mulai
untuk

mengontrol nyeri
4) Berikan lingkungan yang

4) Menurunkan reaksi

nyaman, misalnya tingkat

terhadap stimulasi dari luar

kebisingan,

atau sensivitas pada

pencahayaan,

suhu ruangan

cahaya dan meningkatkan


istirahat/relaksasi

skala 5 (none)
5) Kurangi

atau

hilangkan

5) untuk mengurangi

faktor pencetus atau yang

perasaan nyeri yang

meningkatkan nyeri pada

dialami klien

klien.
6) Kolaborasi

3.

dalam

6) Mengurangi rasa nyeri

pemberian analgetik sesuai

pada area yang sakit secara

indikasi.

farmakologi

Setelah diberikan asuhan Nutrition Management

Nutrition Management

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 17

keperawatan selama x
24 jam diharapkan nutrisi
klien dapat terpenuhi dan
seimbang, dengan kriteria
hasil:
Appetite (nafsu makan)
- Keinginan
klien
untuk

makan

meningkat (skala 5 =
-

nutrisi pasien

2) Monitoring

intake

jenis

nutrisi dan kalori yang


dibutuhkan

enteral

atau

2) agar

dapat

mengetahui

kebutuhan nutrisi pasien


dan menambah pemberian

parenteral

nutrisi dapat menunjang


3) Meningkatkan

masukan

kalori, protein dan vitamin

status nutrisi pasien


3) asupan kalori, protein dan
vitamin

yang

adekuat

adekuat (porsi makan

dapat

yang

mempertahankan

disediakan

compromised)
Intake cairan adekuat
(skala

& fluid intake


- Asupan

4) Masukkan unsur makanan


berserat pada susunan diet
pasien

makanan

membantu

kestabilan kondisi pasien


dan

dapat

4) unsur
5) Kolaborasi dengan tim gizi
untuk

menentukan

jenis

makanan untuk pasien

makanan

mencegah

5 (totally adequate)
Asupan
cairan

5) kolaborasi

(totally adequate)

munculnya

konstipasi
tidak sadar

6) Kolaborasi pemasangan IV

yang

mengandung serat dapat

melalui NGT, skala

melalui IV, skala 5

membenatu

status kesehatan pasien

not

compromised)
Nutritional Status : food

pasien

not compromised)
Intake
makanan

habis) (skala 5 = not


-

1) Monitoring status nutrisi 1) untuk mengetahui keadaan

pasa

pasien

dengan

tim

kesehatan lainnya dapat

line untuk intake nutrisi

membantu

melalui IV

intervensi

memberikan
yang

tepat

terkait pemberian nutrisi


yang

sesuai

dengan

kebutuhan pasien.
6) pemasangan

IV

line

membantu meningkatkan
asupan kalori, protein dan
vitamin

secara

cepat

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 18

karena langsung diedarkan


oleh aliran darah
4.

Setelah diberikan asuhan

Mandiri:

keperawatan selama ..x24

1) Observasi; RR, suhu, suara 1) Kecepatan biasanya

jam diharapkan

Mandiri:

napas

meningkat. Dipsnea dan

tercapainya keefektifan

terjadi peningkatan kerja

pola napas klien dengan

nafas. Pernafasan dangkal.

kriteria hasil :

Ekspansi dada terbatas

Dispnea tidak ada

yang berhubungan dengan

RR normal (12-20

atelektasis dan atau nyeri

kali permenit)

dada pleuritik

reguler, suara napas


normal (vesikuler),

2) Berikan posisi flower/semi


flower

memungkinkan ekspansi

ronchi tidak ada,

paru dan memudahkan

wheezing tidak ada

pernafasan. Pengubahan

Retraksi otot bantu

posisi dan ambulansi


meningkatkan pengisian

pernapasan tidak ada

udara segmen paru

Pernapasan cuping

berbeda sehingga

hidung tidak ada

Saturasi oksigen
>90%

2) Duduk tinggi

Sianosis tidak ada


Tidak

ada

gejala

distress pernapasan

memperbaiki difusi gas


3) Awasi/evaluasi warna kulit,

3) Proliferasi SDP dapat

perhatikan pucat, terjadinya

menurunkan kapasitas

sianosis (khususnya pada

pembawa oksigen darah,

dasar kulit, daun telinga

menimbulkan hipoksemia

dan bibir)
Kolaborasi:
4) Berikan

Kolaborasi:
oksigen

dilembabkan
indikasi
5) Awasi

yang 4) Memaksimalkan bernafas


sesuai

dan menurunkan kerja


nafas

pemeriksaan 5) Mengukur keadekuatan

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 19

5.

Setelah diberikan asuhan


keperawatan selama x

laboratorium seperti AGD,

fungsi pernapasan dan

oksimetri

keefektifan terapi

1) Pantau tanda dan gejala


anemia yg terjadi.

klien penting dilakukan

24 jam diharapkan tidak

agar tidak terjadi

terjadi anemia, dengan

komplikasi yang lebih

kriteria hasil :
TTV dalam batas
normal (TD:

2) Pantau tanda-tanda vital

nadi: 60-100

pada TTV klien


3) Konsumsi makanan yang

3) Anjurkan klien

mengandung zat besi,

x/menit, suhu: 36-

mengkonsumsi makanan

37,5C, RR: 16-20

yang mengandung banyak

x/menit).
Konjungtiva

zat besi, asam folat dan vit

berwarna merah
muda.
Hb klien dalam

folat dapat menstimulasi


pembentukan hemoglobin
4) Prosedur yang

4) Minimalkan prosedur yg
bisa menyebabkan

16 g/dL).
Klin tidak pucat.
Klien tidak

perdarahan

dan lesu

vitamin B12 dan asam

B12

batas normal (12-

mengalami lemas

lanjut
2) Kondisi anemia dapat
menyebabkan perubahan

klien

120/80 mmHg,

6.

1) Memantau gejala anemia

menyebabkan perdarahan
dapat memperparah
kondisi klien yang
mengalami anemia
5) Untuk meningkatkan Hb
klien

5) Kolaborasi pemberian
tranfusi darah sampai Hb >

10 g/dl
Setelah dilakukan asuhan Kontrol infeksi :
Kontrol infeksi :
1) Bersihkan lingkungan klien
keperawatan selama .. x
1) mencegah penyebaran
secara rutin dan setelah
24 jam, diharapkan tidak
infeksi pada orang lain
tindakan perawatan
infeksi pada klien dengan
dan infeksi sekunder pada
kriteria hasil :
a. Kontrol infeksi :
- Klien mengetahui

2) Ajarkan
teknik

keluarga
mencuci

klien

klien

tangan 2) mencegah infeksi

yang benar sebelum dan

sekunder dan

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 20

faktor risiko yang


dapat

setelah

kontak

pasien
3) Pertahankan

menyebabkan

dengan

lingkungan
lingkungan

aseptic selama perawatan

infeksi,

pasien dan gunakan APD

menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah
timbulnya

penyebarannya pada

3) mencegah terjadinya
infeksi lanjutan dan INOS

secara lengkap
4) Kolaborasi pemberian obat

infeksi

lanjutan,

antibiotik sesuai indikasi


4) membantu membunuh

menunjukkan

bakteri penyebab melalui

perubahan perilaku

teknik farmakologi

yang

dapat

mengontrol infeksi
b. Management
infeksi :
Klien

tidak

menunjukan

tanda

dan

gejala

infeksi

(Suhu : 36,5o 37o C,


TD:

90-96/60-65

mmHg, HR: 115-130


x/mnt,

RR:

30-40

x/mnt) , klien dapat


memonitor

adanya

infeksi
c. Klien tidak tampak
lemah
d. WBC klien dbn : 5
15 k/ul
e. Pemeriksaan

kultur

sputum atau cairan


tubuh tidak terjadi
perkembangan invasi
Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 21

bakteri
8.

Setelah diberikan asuhan

1) Sebelum mulai memberi

keperawatan selama ... x

makan, kaji apakah

kesadaran dan reflek

24

individu cukup sadar dan

muntah individu

responsif, apakah dapat

membantu mengurangi

teratasi atau klien dapat

mengontrol mulut, dapat

kemungkinan aspirasi

memasukkan

batuk atau reflek muntah,

jam

diharapkan

gangguan

melalui

menelan

oral

makanan
dengan

kriteria hasil:

Tidak
Tidak

dan dapat menelan


salivanya sendiri

adanya

disfagia.

1) Mengkaji tingkat

adanya

tersedak.

2) Posisikan dengan benar,

2) Posisi yang benar akan

duduk tegak 60 derajat- 90

membantu dalam

derajat pada kursi atau

menelan dan mengurangi

tempat duduk

risiko aspirasi.

3) Bantu individu

3) Penempatan bolus

menggerakkan bolus

makanan secara tepat

makanan dari bagian

pada bagian posterior

interior mulut ke bagian

mulut membantu klien

posterior. Tempatkan

dalam proses menelan

makanan pada bagian

makanan

posterior mulut tempat


penelanan dipastikan
dapat terjadi
4) Hindari mulut terlalu

4) Membantu meningkatkan

penuh, beri makanan

keefektifan dalam

dengan lambat dan

menelan

pastikan gigitan
sebelumnya sudah ditelan

14.

Setelah dilakukan asuhan

Learning Fasilitation:

Learning Fasilitation:

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 22

keperawatan selama ....x

1) Mulai memberikan

1) kesiapan klien untuk

24 jam diharapkan klien

penjelasan ketika klien

belajar mempermudah

memiliki pengetahuan

menunjukkan kesiapan

klien dalam proses

adekuat tentang limfoma

untuk belajar

pembelajaran

hodgkin dengan kriteria

2) Sediakan informasi sesuai

2) informasi yang sesuai

hasil: klien dan keluarga

dengan tingkat

dengan tingkat

dapat menjelaskan

pengetahuan dan tingkat

pengetahuan

penyakit limfoma

perkembangan klien

mempermudah klien

hodgkin, tanda dan gejala

mencerna dan meresapi

limfoma hodgkin, klien

informasi yang diberikan

dapat menyebutkan
penatalaksanaan termasuk

3) Jelaskan istilah-istilah
yang tidak familiar

3) istilah-istilah yang tidak


familiar bisa membuat

pengobatan limfoma

klien bingung dan tidak

Hodgkin

mengerti akan penjelasan


yang diberikan
4) Ulangi informasiinformasi yang penting

4) pengulangan informasiinformasi yang penting


bertujuan memberikan
penekanan agar klien
dapat mengingat
informasi tersebut.

5) Berikan kesempatan

5) bertujuan untuk

kepada klien untuk

mengetahui informasi

bertanya dan diskusi

yang kurang dimengerti


oleh klien

6) Jawab pertanyaan klien


dengan singkat dan jelas

6) untuk mempermudah
klien mengerti akan
jawaban yang kita
berikan

Teaching Limfoma Hodgkin:


1) Jelaskan tentang penyakit

Teaching Limfoma Hodgkin:


1) dengan mengetahui tanda

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 23

limfoma

non

hodgkin,

dan gejala, klien dapat

tanda dan gejala limfoma

melakukan tindakan yang

hodgkin

tepat jika tanda dan gejala


tersebut terjadi pada klien
2) dengan mengetahui

2) Jelaskan

tentang

penatalaksanaannya,

penatalaksanaan termasuk

pasien dapat melakukan

pengobatan

intervensi yang tepat jika

limfoma

hodgkin

seandainya terkena
limfoma hodgkin

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Penyakit Hodgkin. Available at :
http://medicastore.com/penyakit/307/Penyakit_Hodgkin_Limfoma_Hodgkin.html. Akses :
(21 November 2009).
Bakta, I Made. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta. Penerbit: EGC, 2006.
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Dochterman, dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Mosby
Elsivier
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Herdman, dkk. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2012-2014. WileyBlackwell
Moorhead, dkk. 2004. Nursing Outcome Classification (NOC).Fourth Edition. Mosby Elsivier
Price S.A., Wilson L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4,
Buku II, EGC, Jakarta.

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 24

Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Laporan Pendahuluan Limfoma Hodgkin | 25

Anda mungkin juga menyukai