Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN EFIKASI DIRI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II

DI RSUD ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON

Yani Nurhayani
Dosen Tetap Akademi Keperawatan Muhammadiyah Cirebon
e-mail: nurhayani_1309@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penderita diabetes mellitus harus memiliki efikasi diri yang artinya keyakinan diri akan
kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri dalam mengontrol kadar gula darah.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran efikasi diri pada pasien diabetes mellitus
tipe II. Jenis penelitian ini adalah penelitian deksriptif dengan pendekatan crosssectional.
Subjek penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe II yaitu sebanyak 32 responden.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa efikasi diri yang dimiliki oleh pasien diabetes
mellitus tipe II yaitu mempunyai efikasi diri yang baik berjumlah 16 orang. Saran dalam
penelitian ini adalah penelitian ini dapat dijadikan data dasar perencanaan intervensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibetes mellitus tipe II untuk meningkatkan
efikasi diri dalam mengontrol kadar gula darah.

Kata kunci : efikasi diri, diabetes mellitus tipe II

PENDAHULUAN
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolisme yang terjadi pada sistem
endokrin. Diabetes mellitus yaitu suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
karena adanya peningkatan kadar gula darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan
gangguan metabolisme gula akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relative
(Riskesdas, 2013). Kadar gula tinggi atau hiperglikemia ditandai dengan kadar gula
sewaktu >200 mg/dl, kadar gula puasa >126 mg/dl (tidak ada asupan kalori selama 8 jam),
2 jam postprandial >200 mg/dl (Lemone, et all, 2016).
Prevalensi diabetes mellitus di dunia tahun 2015pada rentang umur 20-79 tahun
sebanyak 415 juta orang (8,8%). Diperkirakanakan mengalami peningkatan pada tahun
2040 sebanyak 642 juta orang (10,4%). Prevalensi tertinggi di dunia adalah Negara China
109,6 juta orang dan terendah negara ke-10 adalah Negara Bangladesh 7,1 juta orang.
Negara Indonesia urutan ke-7 dari 10 negara tertinggi dengan jumlah 10,0 juta orang
dengan diabetes mellitus (IDF, 2015).Indonesia padatahun 2013 memiliki proporsi
penduduk yang berusia ≥15 tahun dengan diabetes melitus adalah 6,9%, prevalensi
diabetes mellitus Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) sebesar 29,9%, dan Gula Darah
Puasa (GDP) terganggu sebesar 36,6%. Prevalensi diabetes melitus mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2007 hanya sebesar 5,7% (Kemenkes RI, 2014).
Prevalensi diabetes mellitus di Provinsi Jawa Barat tahun 2012 tertinggi terdapat di
13 kabupaten dan kota, diantaranya Kabupaten Cirebon (Profil Kesehatan Jabar, 2014).
Penderita diabetes mellitus murni dan diabetes mellitus dengan komplikasi di ruang rawat
inap RSUD Arjawinangun pada tahun 2014 sejumlah 372 orang dan mengalami kenaikan
pada tahun 2015 sejumlah 383 orang.
Penderita yang telah terdiagnosa harus dikelola dengan baik agar dapat
mengendalikan kadar gula darah. Penyakit diabetes mellitus ini tidak dapat disembuhkan
tetapi kadar gula darahnya dapat dikendalikan (Suyono dkk, 2015). Menurut Smeltzer &
Bare, 2009 upaya yang dapat dilakukan penderita diabetes mellitus untuk menormalkan
kadar gula darah adalah dengan melakukan aktifitas manajemen diabetes melitus. Terdapat
lima pilar pengelolaan diabetes mellitus tipe 2 yaitu pengaturan pola makan (diet), latihan
fisik (olahraga), monitoring gula darah, obat untuk mencegah hipoglikemik dan
penyuluhan/edukasi.
Pilar penatalaksanaan diabetes akan optimal jika perawat sebagai petugas kesehatan
meningkatkan efikasi diri penderita diabetes mellitus untuk dapat mengontrol kadar gula
darah. Kadargula darah yang tetap stabil akan menurunkan angka kejadian komplikasi
diabetes mellitus yang lebih rendah (Suyono, dkk, 2015).Efikasi diri merupakan konsep
utama dalam pendekatan pemberdayaan, berperan penting dalam perubahan perilaku dan
pengaruh dari perilaku tersebut (Wu et al, 2007). Efikasi diri adalah keyakinan diri akan
kemampuannya untuk mengatur dan melakukan perilaku yang mendukung kondisi
kesehatannya berdasarkan pada tujuan dan harapan yang diinginkan (Pender, 1996; Tomey
& Alligod, 2006; dalam Zuryati, 2013).
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Gao, et all, 2013 mengenai
Effects of self-care, self-efficacy, social support on glycemic control in adults with type 2
diabetes menunjukkan bahwa perawatan diabetes yang baik, efikasi diri yang tinggi,
memiliki dukungan sosial dapat mempengaruhi kontrol glikemik pada pasien diabetes
mellitus Tipe II. Penelitian yang mendukung dilakukan oleh Tol, et all, 2013, mengenai
Empowerment Assessment And Influential Factors Among Patients With Type 2 Diabetes
mellitus menunjukkan bahwa pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 memiliki potensi
untuk diberdayakan dalam mengelola penyakit kronis secara aktif menerima informasi dan
pendidikan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara dan
pengisian kuisioner yang peneliti lakukan di rawat inap RSUD Arjawinangun, didapatkan
data yaitu dari 5 penderita diabetes mellitus, semua penderita memiliki keyakinan yang
kurang baik dalam penatalaksanaan lima pilar diabetes mellitus. Penatalaksanaan diabetes
di RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon masih terfokus kepada pengobatan dan diet
diabetes, sedangkan upaya peningkatan keyakinan diri pada penderita diabetes mellitus
belum dilakukan secara optimal. RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon juga belum
menerapkan edukasi program intervensi peningkatan efikasi diri.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi gambaran efikasi diri pada pasien diabetes
mellitus tipe II di RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2016.

METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deksriptif dengan pendekatan cross-
sectional.Subjek penelitian ini yaitu pasien diabetes mellitus tipe II yang dilakukan
pengukuran kuisionertentang efikasi diri.Efikasidiri diukur menggunakan kuisioner
Diabetes Management Self Efficacy.
Variabel perancu pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pendidikan dan
lama menderita diabetes mellitus. Pengambilan data dilakukan selama 4 minggu yang
dimulai pada tanggal 16 Mei s.d 13 Juni 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Distribusi responden berdasarkan Jenis kelamin, Pendidikan dan Lama Menderita
Diabetes Mellitus
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan Jenis kelamin, Pendidikan dan
Lama Menderita Diabetes Mellitus
No Variabel n %
Jenis Kelamin
1 Laki-laki 12 37,5
2 Perempuan 20 62,5
Pendidikan
1 Tidak Sekolah 1 3,1
2 SD 19 59,4
3 SMP 8 25,0
4 SMA 4 12,5
5 PT - -
Lama Menderita DM
1 <5 tahun 28 87,5
2 5-10 tahun 4 12,5
3 >10 tahun - -
Jumlah 32 100,0

2. Distribusi responden berdasarkan Usia


Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan Usia
No Usia n %
1 40-50 tahun 14 43,8
2 51-60 tahun 18 56,3
Jumlah 32 100,0

3. Gambaran Efikasi Diri


Tabel 3. Gambaran Efikasi Diri pada Pasien Diabetes Mellitus
No Efikasi Diri n %
1 Kurang Baik 16 50,0
2 Baik 16 50,0
Jumlah 32 100,0

Berdasarkan Tabel 1 dan 2, hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti bahwa
jenis kelamin responden sebagian besar adalah perempuan sebanyak 20 orang (62,5%),
memiliki pendidikan rendah yaitu sekolah dasar (SD) sebanyak 19 orang (59,4%), lama
menderita diabetes mellitus adalah selama <5 tahun berjumlah28 orang (87,5%) dan usia
terbanyak pada rentang 51-60 tahun yaitu berjumlah 18 orang (56,3%). Usia tertua 60
tahun dan usia termuda 40 tahun.
Berdasarkan Tabel 3, didapatkan gambaran efikasi diri yang dimiliki oleh pasien
diabetes mellitus tipe II yaitu 16 orang (50,0%) mempunyai efikasi diri kurang baik dan 16
orang (50,0%) mempunyai efikasi diri yang baik.
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan pemecahan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein, sehingga mengakibatkan hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi (Black &
Hawk, 2014). Prevalensi diabetes mellitus pada perempuan lebih banyak dibandingkan
laki-laki. Beberapa faktor resiko seperti obesitas, kurang olah raga, usia dan riwayat
diabetes mellitus saat hamil atau diabetes gestasional menyebabkan tingginya kejadian
diabetes mellitus pada perempuan (Ernawati, 2013). Menurut Riskesdas 2013, prevalensi
diabetes mellitus pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian responden berjenis kelamin perempuan.
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nuari, 2014 sebagian besar responden
perempuan sebanyak 30 orang (93,7%) dan responden laki-laki sebanyak 2 orang (6,3%).
Menurut Riskesdas 2013, bahwa proporsi penderita diabetes mellitus cenderung
lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan lebih rendah. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan sekolah dasar (SD).
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Nuari, 2014 bahwa sebagian besar
responden memiliki pendidikan sekolah dasar (SD) sebanyak 15 orang (46,8%).
Menurut Smeltzer & Bare (2004) dalam Nuari, 2015 menyatakan DM tipe 2
merupakan jenis DM yang paling banyak jumlahnya yaitu sekitar 90-95% dari seluruh
penderita DM dan banyak dialami oleh usia dewasa diatas 40 tahun. Hal ini disebabkan
resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe II cenderung meningkat pada usia lansia (40-
65 tahun).Faktor resiko lainnya yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes
mellitus tipe II yaitu usia, obesitas, riwayat diabetes mellitus dan keluarga (Nurarif,
2015).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki lama
menderita diabetes mellitus <5 tahun. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
Nuari, 2014 bahwa sebagian besar responden memiliki lama menderita diabetes mellitus
<5 tahun sebanyak 21 orang (65,6%).
Umur sangat erat kaitannya dengan kenaikan kadar gula darah, sehingga semakin
meningkat umur maka prevalensi diabetes mellitus tipe II semakin tinggi. WHO
menyatakan setelah usia 30 tahun, maka kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg/dL/tahun
pada saat puasa akan naik 5,6 – 13 mg/dL pada 2 jam setelah makan (Suyono, 2011 dalam
Nuari 2015).Menurut Riskesdas 2013 bahwa prevalensi diabetes mellitus meningkat
dengan bertambahnya usia hingga tertinggi pada kelompok usia 55-64 tahun. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa usia terbanyak pada rentang 51-60 tahun. Sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan Nuari, 2014 bahwa sebagian besar responden
mempunyai usia 51-60 tahun sebanyak 17 orang (53,1%).
Gambaran efikasi diri yang dimiliki oleh pasien diabetes mellitus tipe II yaitu
mempunyai efikasi diri yang baikberjumlah 16 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pasien
diabetes mellitus tipe II mempunyai keyakinan diri yang baik dalam mengontrol kadar gula
darahnya. Sesuai dengan teori yang diuraikan oleh Pender, 1996; Tomey & Alligod, 2006;
dalam Zuryati, 2013 efikasi diri adalah keyakinan diri akan kemampuannya untuk
mengatur dan melakukan perilaku yang mendukung kondisi kesehatannya berdasarkan
pada tujuan dan harapan yang diinginkan. Individu dengan penyakit diabetes mellitus
mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mengatur dirinya sendiri dalam melakukan
perawatan pada penyakitnya (Anderson et, 2003 dalam Nuari 2014).
Efikasi diri merupakan konsep utama dalam pendekatan pemberdayaan, berperan
penting dalam perubahan perilaku dan pengaruh dari perilaku tersebut (Wu et al,
2007).Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu
mengikuti tahap-tahap yaitu melalui proses perubahan: pengetahuan (knowledge), sikap
(attitude) dan tindakan (practice) (Notoatmodjo, 2003 dalam Ernawati, dkk, 2015).
Pasien diabetes mellitus tipe II yang mempunyai efikasi diri yang baik mempunyai
kemampuan dan tanggung jawab yang tinggi dalam mengontrol kadar gula darah secara
mandiri.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Karakteristik
responden dalam penelitian ini adalah jenis kelamin responden sebagian besar adalah
perempuan. Sebagian besar memiliki pendidikan rendah yaitu sekolah dasar (SD). Lama
menderita diabetes mellitus adalah selama kurang dari lima tahun. Usia responden
terbanyak pada rentang 51-60 tahun. 2). Gambaran efikasi diri pada pasien diabetes
mellitus tipe II yaitu enam belas orang mempunyai efikasi diri kurang baik dan enam belas
orang mempunyai efikasi diri yang baik.
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini yaitu: 1). Penelitian ini dapat
dijadikan data dasarperencanaan intervensi dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dibetes mellitus tipe II untuk meningkatkan efikasi diri dalam mengontrol kadar
gula darah. 2). Pihakrumah sakit dapat merencanakan intervensi peningkatan efikasi diri
dalam mengontrol kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II. 3). Hasil
penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi penelitian selanjutnya dengan menerapkan
metode intervensi dalam meningkatkan efikasi diri pada pasien diabetes mellitus tipe II.

DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M. & Hawk H. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Singapore : Elsevier.

Ernawati. (2013). Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Mellitus Terpadu dengan


Penerapan Teori Keperawatan Self Care Orem. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Ernawati, Nunung, dkk. (2015). Pemberdayaan Pasien Berbasis Experiental Learning


terhadap Pencegahan Komplikasi Akut dan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes
Melitus. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. http://obstetri-
nekologi.fk.unair.ac.id/index.php/JNERS/article/view/11/1080. Diakses tanggal 25
Januari 2016.

Gao, Junling, et all. (2013). Effects of self-care, self-efficacy, social support on glycemic
control in adults with type 2 diabetes. BMC Family Practice 2013, 14:66.
http://www.biomedcentral.com/1471-2296/14/66. Diakses tanggal 5 Maret 2016.

International Diabetes Federation. (2015). IDF Diabetes Atlas Seventh Edition 2015.
www.diabetesatlas.org diakses tanggal 24 Maret 2016.

Kementrian Kesehatan RI. (2014). Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta Selatan :
Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.

Lemone, E. Et all. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Edisi 5. Jakarta:
EGC.

Nuari, N. A. (2014). Analisis Korelasi Personal Factor, Perceived Benefit Dan Perceived
Barrier Dengan Pemberdayaan Diri Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Berbasis Teori
Health Promotion Model. Jurnal Gaster Vol. XI No. 2 Agustus 2014.
http://download.portalgaruda.org/article.php. Diakses tanggal 20 Februari 2016.

Nuari, N. A. & Kartikasari, Melani. (2015). Peningkatan Self Empowerment dan Kualitas
Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe II dengan Pendekatan DEE Berbasis Health
Promotion Model. http://e-
journal.unair.ac.id/index.php/JNERS/article/view/14/1097. Diakses tanggal 20
Februari 2016.
Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
www.dinkes.jabarprov.go.id diakses 2 Maret 2016.

Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Kemenkes RI Tahun 2013.

Smeltzer, S. C. & Bare,B. G. (2009).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC.

Suyono, S. dkk. (2015). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta : Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Tol, A. Et all. (2013). Empowerment Assessment And Influential Factors Among Patients
With Type 2 Diabetes. Journal of Diabetes & Metabolic Disorders 2013, 12:6.
http://www.jdmdonline.com/content/12/1/6 diakses tanggal 25 Februari

Wu, et all. (2007). Effectiveness of Self Management for Person with Type 2 Diabetes
Following the Implementation of a Self-Efficacy Enhancing Intervention Program In
Taiwan. Queensland: Queensland University of Technology.
http://eprints.qut.edu.au/16385/1/Shu-Fang_Wu_Thesis.pdf. Diakses pada tanggal 6
April 2016

Zuryati, Masmun. (2013). Tesis Hubungan Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup Pasein DM
Tipe 2 Di Rawat Inap Rumah Sakit Islam Jakarta Tahun 2013. Program Magister
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai