Anda di halaman 1dari 14

Bagian Keperawatan KMB II

Program Profesi Ners


Stikes Mega Rezky Makassar

LAPORAN PENDAHULUAN
ASD (ATRIUM SEPTAL DEFECT)

Disusun Oleh:

SITI UMRAH I. DJAMPA ,S.KEP


17 3145 901 099

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

Dibuat Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Bagian Keperawatan KMB II
STIKes Mega Rezky
Makassar
2018
LAPORAN PENDAHULUAN ASD (ATRIUM SEPTAL DEFECT)

1. DEFINISI
Defek septum atrial atau Atrial Septal Defect (ASD) adalah gangguan septum atau sekat

antara rongga atrium kanan dan kiri atau lubang abnormal pada sekat yang memisahkan kedua

belah atrium sehingga terjadi pengaliran darah dari atrium kiri yang bertekanan

tinggikedalamatrium kanan yang bertekanan rendah . Septum tersebut tidak menutup secara

sempurna dan membuat aliran darah atrium kiri dan kanan bercampur.
Menurut lokasi defek, ASD dikelompokkan menjadi:
a. Defek septum atrium sekundum
Defek terjadi pada fosa ovalis dan sering disertai dengan aneurisma fosa ovalis.
b. Defek septum atrium dengan defek sinus venosus superior
Defek terjadi dekat muara vena kava superior sehingga terjadi koneksi biatrial.Sering vena

pulmonalis dari paru-paru kanan juga mengalami anomali.Dapat juga terjadi defek sinus

venosus tipe vena kava inferior,dengan lokasi di bawah foramen ovale dan bergabung dengan

dasar vena kava inferior.


c. Defek septum atrium primum
Bagian dari defek septum atrioventrikular dan pada bagian atas berbatas dengan fosa ovalis

sedangkan bagian bawah dengan katup atrioventrikular.


Menurut kompleksitasnya, ASD diklasifikasikan menjadi:
a. ASD sederhana dengan defek pada septum dan disekitar fossa ovalis (dikenal dengan

DSA sekundum), defek pada tepi bawah septum (DSA primum) dan defek d isekitar

muara VCS (defek sinus venosus) yang seringkali disertai anomali parsialdrainase vena

pulmonalis.
b. ASD kompleks yang merupakan bentuk dari defek endocardial cushion yang sekarang

dikenal sebagai defek septum atrioventrikular (DSAV) atau AV canal. Defek septum

atrium sekundum adalah kelainan yang dimana terdapat lubang patologis di tempat fossa

ovalis. Akibatnya terjadi pirau dari atrium kiri ke atrium kanan, dengan beban volume di

atrium dan di ventrikel kanan.


2. ETIOLOGI
Jantung membentuk selama 8 minggu pertama perkembangan janin. Ini dimulai

sebagai tabung hampa, kemudian partisi dalam tabung mengembangkan yang akhirnya

menjadi septa (atau dinding) membagi sisi kanan jantung dari kiri. Defek septum atrium

terjadi ketika proses partisi tidak terjadi sepenuhnya, meninggalkan sebuah lubang di septum

atrium.
Beberapa cacat jantung bawaan mungkin memiliki link genetik, baik yang terjadi

karena cacat pada gen, kelainan kromosom, atau paparan lingkungan, menyebabkan masalah

jantung lebih sering terjadi dalam keluarga tertentu. Defek septum atrium Kebanyakan terjadi

secara sporadis (secara kebetulan), tanpa alasan yang jelas bagi perkembangan mereka.

Faktor-faktor penyebab ASD diantaranya :


1. Faktor Prenatal
a. Ibu menderita infeksi Rubella
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita IDDM
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah atau ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain

3. TANDA & GEJALA


Tanda gejala yang biasa muncul pada ASD adalah :
a. Adanya dipsnea
b. Kecenderungan infeksi pada jalan nafas
c. Palpitasi
d. Atrium kanan dan kiri membesar
e. Diastolik meningkat
f. Sistolik rendah

4. PATOFISIOLOGI

Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang mengandung
oksigendari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak sebaliknya. Aliran yang
melaluidefek tersebut merupakan suatu proses akibat ukuran dan complain dari atrium
tersebut.Normalnya setelah bayi lahir complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada
ventrikelkiri yang menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan berkurang. Hal ini juga
berakibatvolume serta ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan meningkat.

Jika complain ventrikel kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari
kiri kekanan biasa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat
penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari
kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah
oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Thorax
Gambaran dari kelainan ASD tergantung pada besarnya defek dan komplikasi yang

mungkin timbul pada pembuluh darah paru.


Dalam keadaan sebelum timbulnya hipertensi pulmonal, pada foto thoraks posisi

posteroanterior (PA) tampak jantung membesar ke kiri dengan apeks di atas diafragma.

Hilus melebar, arteri pulmonalis dan cabang-cabang dalam paru melebar. Pembuluh darah di

bagian perifer masih Nampak jelas. Vena pulmonalis tampak melebar di daerah suprahilar

dan sekitar hius, sehingga corakan pembuluh darah bertambah. Konus (segmen) pulmonal

Nampak menonjol. Arkus aorta Nampak menjadi kecil.


Pada foto lateral, daerah retrosternal terisi akibat pembesaran ventrikel kanan, dilatasi

atrium kanan, segmen pulmonal menonjol, serta corakan vaskuler paru prominen.
Dalam keadaan hipertensi pulmonal,pada foto toraks posisi posteroanterior (PA) tampak

jantung yang membesar ke kiri dan juga ke kanan. Hilus sangat melebar di bagian sentral

dan menguncup menjadi kecil kearah tepi. Segmen arteri pulmonalis menjadi menonjol

sekali. Aorta Nampak kecil. Vena-vena sukar dilihat. Paru-paru dibagian tepi menjadi lebih

radiolusen karena pembuluh darah berkurang. Bentuk toraks emfisematus (bentuk

tong,barrel chest). Sedangkan pada foto toraks posisi lateral tampak pembesaran dan

ventrikel kanan yang menempel jauh ke atas sternum. Tampak hilus yang terpotong ortograd

dan berukuran besar. Kadang-kadang jantung belakang bawah berhimpit dengan kolumna

vertebralis. Hal ini disebabkan karena ventrikel kanan begitu besar dan mendorong jantung

ke belakang tanpa ada pembesaran dari ventrikel kiri.


2. USG jantung (Ekokardiografi)

Ekokardiografi menunjukkan dilatasi atrium dan ventrikel kanan, dan dilatasi arteri

pulmonalis dengan gerakan septum ventrikel yang abnormal (paradox) karena adanya

kelebihan beban volume yang signifikan pada jantung kanan. Defek septum atrium dapat

divisualisasikan secara langsung dan pencitraan dua-dimensi USG Doppler atau ekokontras.

Dengan menggunakan ekokardiografi transtorakal (ETT) dan Doppler berwarna dapat

ditentukan lokasi defek septum, arah pirau, ukuran atrium dan ventrikel kanan, keterlibatan

katup mitral misalnya prolapse yang memang sering terjadi pada ASD.
Ekokardiografi transesofageal (ETE) diindikasikan jika ETT diragukan, serta sangat

bermanfaat karena dapat dilakukan pengukuran defek secara presisi, sehingga dapat

membantu dalam tindakan penutupan ASD perkutan, juga kelainan yang menyertai.
3. CT Scan
Ultrafast CT scan cukup akurat dalam menilai defek septum atrium. Tomografi

potongan axial memberikan pemisahan jarak yang jelas dari bagian inflow dan outflow dari

septum atrium dan ventrikel. Akibat dari tidak adanya struktur dasarnya yang menutupi pada

gambaran CT scan dan 3-dimensi (3D) ultrafast CT, ukuran atrium dan ventrikel dapat

diukur.
4. MRI
MRI memiliki peran yang penting dalam menegakkan diagnose kardiovaskuler.

Kemampuan lain dari MRI meliputi:


 Dapat menyajikan beberapa gambar per siklus jantung sehingga fungsi ventrikel dapat

dievaluasi.
 Memungkinkan pengukuran aliran dan kecepatan darah dalam aorta, arteri pulmonalis

dan saat melewati katup-katup.


 MR angiografi memungkinkan pemeriksaan 3D berresolusi tinggi dari pembuluh

darah dan secara noninvasive dapat menetapkan adanya anomaly vena paru yang

menyebabkan terjadinya pirau.

5. Kateterisasi Jantung
Kateterisasi jantung dilakukan bila defek intraarterial pada ekokardiogram tidak jelas

terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal. Pada kateterisasi jantung terdapat

peningkatan saturasi oksigen di atrium kanan dengan peningkatan ringan tekanan ventrikel

kanan dan arteri pulmonalis. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru, tekanan arteri

pulmonalis sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes dengan pemberian oksigen 100%

untuk menilai reversibilitas vaskuler paru. Pada atrial septal defek primum, terlihat

gambaran leher angsa (goose-neck appearance) pada kasus dengan defek pada septum

primum, hal ini akibat posisi katup mitral yang abnormal. Regurgitasi melalui celah pada

katup mitral juga dapat terlihat. Angiogram pada vena pulmonalis kanan atas, dapat

memperlihatkan besarnya atrial septal defek.

6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis PJB ASD ini yang paling sering dilakukan adalah pembedahan.

Untuk tujuan praktis, penderita dengan defek sekat atrium dirujuk ke ahli bedah untuk penutupan

bila diagnosis pasti. Dalam tahun pertama atau kedua, ada beberapa manfaat menunda sampai

pasti bahwa defek tidak akan menutup secara spontan. Sesudah umur 3 tahun, penundaan lebih

lanjut jarang dibenarkan.

7. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA PENDUKUNG

Dalam pengkajian pasien dengan ASD yang dapat dikaji adalah

a) Riwayat kesehatan pasien sekarang dan riwayat kesehatan di masa lalu


(pernah/tidaknya mengidap penyakit yang sama sebelumnya).
b) Identifikasi rasa nyeri di dada.
c) Kaji pernafasan pasien(sesak,nafas pendek dan dangkal, efek latihan
terhadap pernafasan).
d) Pada balita ditanyakan tentang ada tidaknya kesulitan saat menyusu.
e) Kaji pertumbuhan dan perkembangan pasien.
f) Riwayat penyakit keluarga (ASD dapat diturunkan).
g) Pengkajian tanda vital seperti tekanan darah, nadi dan pernafasan sangat
membantu menegakkan diagnosa ASD.
h) Kaji pola aktivitas pasien karena kelelahan dan kelemahan dapat terjadi pada
pasien ASD.

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL


a) penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur.
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen
c) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan

oksigen dan nutrien pada jaringan; isolasi sosial.


d) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan status fisik yang lemah.
9. TUJUAN RENCANA & INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

KEPERAWATAN
1. penurunan curah jantung Klien akan menunjukkan perbaikan curah 1. Beri digoksin sesuai program, dengan menggunakan

berhubungan dengan defek jantung. Dengan Kriteria Hasil : kewaspadaan yang dibuat untuk mencegah toxisitas.

struktur.  Frekwensi jantung, tekanan darah, dan 2. Beri obat penurun afterload sesuai program.

perfusi perifer berada pada batas 3. Beri diuretik sesuai program.

normal sesuai usia.

 Keluaran urine adekuat (antara 0,5 – 2

ml/kgbb, bergantung usia)


2. Intoleransi aktivitas Klien mempertahankan tingkat energi yang 1. Berikan periode istirahat yang sering dan periode tidur tanpa

berhubungan dengan gangguan adekuat tanpa stress tambahan.Kriteria Hasil : gangguan.

sistem transport oksigen  Anak menentukan dan melakukan 2. Anjurkan permainan dan aktivitas yang tenang.

aktivitas yang sesuai dengan 3. Bantu anak memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi,

kemampuan. dan kemampuan.

 Anak mendapatkan waktu 4. Hindari suhu lingkungan yang ekstrem karena hipertermia atau

istirahat/tidur yang tepat. hipotermia meningkatkan kebutuhan oksigen.

5. Implementasikan tindakan untuk menurunkan ansietas.


6. Berespons dengan segera terhadap tangisan atau ekspresi lain

dari distress.
3. Perubahan pertumbuhan dan Pasien mengikuti kurva pertumbuhan berat 1. Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang untuk mencapai

perkembangan berhubungan badan dan tinggi badan. pertumbuhan yang adekuat.

dengan ketidakadekuatan Anak mempunyai kesempatan untuk 2. Pantau tinggi dan berat badan; gambarkan pada grafik

oksigen dan nutrien pada berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai pertumbuhan untuk menentukan kecenderungan pertumbuhan.

jaringan; isolasi sosial. dengan usia 3. Dapat memberikan suplemen besi untuk mengatasi anemia,

Kriteria Hasil : bila dianjurkan.

 Anak mencapai pertumbuhan yang 4. Dorong aktivitas yang sesuai usia.

adekuat. 5. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama

 Anak melakukan aktivitas sesuai usia terhadap sosialisasi seperti anak yang lain.

 Anak tidak mengalami isolasi sosial 6. Izinkan anak untuk menata ruangnya sendiri dan batasan

aktivitas karena anak akan beristirahat bila lelah.


4. Gangguan pertukaran gas Respiratory status 1. Buka jalan napas, gunakan tehnik chin lift atau jaw thrust

berhubungan dengan status fisik Kriteria Hasil : 2. Berikan posisi untuk memaksimalkan ventilasi

yang lemah.  Klien dapat mendemonstrasikan 3. Identifikasi pemasangan 02

peningkatan oksigenasi yang adekuat 4. Auskultasi suara napas catat apakah ada suara tambahan

 Memelihara kebersihan paru paru dan 5. Monitor respirasi dan status o2

bebas dari tanda tanda distress


pernapasan

 TTV dalam rentang normal


DAFTAR PUSTAKA

Faisal, Baraas. 2009. Pengantar Penyakit Jantung pada Anak. Jurnal Kardiologi Indonesia Vol.

XVII No. 2. April – Juni 2009.

Markum.. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Sistem Kardiovaskuler dan

Hematologi. Jakarta : Salemba.

Rokhaeni, H dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Ed 1. Jakarta : Bidang Diklat

Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional “Harapan Kita”.

Sadono. 2013. eprints.undip.ac.id/44121/3/RATYA_G2A009109_Bab2KTI.pdf. diakses pada tanggal

18 Juli 2016
Windarini. 2011. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../4/Chapter%20II.pdf. diakses pada

tanggal 18 Juli 2016

Anda mungkin juga menyukai